Anda di halaman 1dari 15

30

BAB III
LANDASAN TEORI

A.

Aspek Legalitas
Penulisan

Kertas

Kerja

Wajib

ini

dilaksanakan

dengan

memperhatikan aspek legalitas berdasarkan perundang-undangan


sebagai berikut :
a. UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NO.23 TAHUN
2007
Berdasarkan UU No. 23 Tahun 2007 terdapat beberapa pasal
yang

menjelaskan

dan

mengatur

mengenai

perawatan/pemeliharaan. Pasal pasal yang dimaksud tersebut


adalah :
1) Pasal 21
Perawatan Prasarana perkeretaapian umum sebagaimana
dimaksud dalam pasal 18 huruf c wajib :
a)

Memenuhi

standart

perwatan

prasarana

perkeretaapian ;dan
b) Dilakukan oleh tenaga yang memenuhi persyaratan dan
kualifikasi keahlian dibidang prasarana perkeretaapian.
2) Pasal 48
a) Untuk keperluan pengoperasian dan perawatan, jalur
kereta api umum dikelompokkan dalam beberapa kelas
b) Pengelompokkan

kelas

jalur

kereta

api

umum

sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1 ) didasarakan


pada :
1. Kecepatan maksimum yang diijinkan
2. Beban gandar maksimum yang diijinkan
3. Frekuensi lalu lintas kereta api

Optimalisasi Kinerja Pemeliharaan Jalan Rel Lintas Padalarang - Cicalengka

31

3) Pasal 65
a)

Penyelenggaraan

prasarana

perkeretaapian

wajib

merawat prasarana perkeretaapian agar tetap laik operasi


b)

Perawatan prasarana perkeretaapian sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) meliputi:
(1) perawatan berkala; dan
(2)

c)

perbaikan untuk mengembalikan fungsinya


Perawatan prasarana perkeretaapian sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) wajib memenuhi standart dan


tata cara perawatan yang ditetapkan oleh menteri
d)

Perawatan prasarana perkeretapian sebagaimana


dimaksud pada ayat (2) wajib dilakukan oleh tenaga yang
memenuhi syarat dan kualifukasi yang ditetapan oleh
Menteri

b. PERATURAN PEMERINTAH NO.69 TAHUN 1998


Berdasarkan PP NO.69 TH 1998 terdapat beberapa pasal yang
menjelaskan dan mengatur mengenai perawatan/pemeliharaan.
Pasal pasal yang dimaksud tersebut adalah :
1) Pasal 40
a)

Perawatan prasarana kereta api dilakukan untuk


mempertahankan prasarana tetap laik operasi sesuai
persyaratan teknis perawatan yang berlaku.

b)

Perawatan prasarana kereta api sebagaimana dimaksud


dalam

ayat

(1)

dilakukan

dengan

memperhatikan

keselamatan dan kebutuhan operasional kereta api, serta


kelestarian lingkungan.

Optimalisasi Kinerja Pemeliharaan Jalan Rel Lintas Padalarang - Cicalengka

32

2) Pasal 41
a) Perawatan prasarana kereta api sebagaimana dimaksud
dalam pasal 40, dilakukan ditempat prasarana berada
atau di Balai Yasa.
b) Balai yasa sebagaimana dimaksud dalam ayat ( 1 ) harus
memenuhi persyaratan :
(1) keselamatan dan keamanan kerja ;
(2) memiliki perlengkapan yang sesuai dengan kebutuhan
dalam pelayanan perawatan
3) Pasal 61
a) Perawatan, pemeriksaan, pengujian, dan pengoperasian
prasarana dan sarana kereta api dilakukan oleh tenaga
yang memiliki kualifikasi dan keahlian
b) Kualifikasi dari keahlian sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) diperoleh melalui pendidkan dan pelatihan
dibidang perkeretaapian
4) Pasal 62
Pendidikan
sebagaimana

dan

pelatihan

dimaksud

dibidang

dalam

pasal

perkereta

api

61

(2),

ayat

diselenggarakan sebagai bagian sistem pendidikan nasional


c.

KEPUTUSAN

MENTERI

NOMOR

52

TAHUN

2000

TENTANG JALUR KERETA API


Berdasarkan KM NO.52 TH 2000 terdapat beberapa pasal yang
menjelaskan dan mengatur mengenai perawatan/pemeliharaan.
Pasal pasal yang dimaksud tersebut adalah :
1) Pasal 25

Optimalisasi Kinerja Pemeliharaan Jalan Rel Lintas Padalarang - Cicalengka

33

a) Untuk mempertahankan jalur kereta api tetap dapat


berfungsi sesuai dengan kelasnya dan tetap laik operasi
harus dilakukan perawatan
b) Perawatan jalur kereta api sebagaimana dimaksud pada
ayat ( 1 ) dilakukan dengan memperhatikan keselamatan
dan kebutuhan operasional kereta api serta kelestarian
lingkungan, sesuai dengan

standart perawatan

jalur

kereta api
c) Standart

perawatan

jalur

kereta

api

sebagaimana

dimaksud pada ayat (2) didasarkan pada ;


(1) ketentuan umum perawatan
(2) geometri jalan rel
(3) kelas jalur sesuai dengan lintas.
d) Ketentuan umum perawatan sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) huruf a,meliputi:
(1) perencanaan konstruksi jalan rel
(2) kecepatan dan beban gandar
(3) kelas jalur kereta api
(4) ruang bebas dan ruang bangun
(5) perlintasan sebidang
(6) lingkungan jalur kereta api
e) Geometri jalan rel sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
huruf b,meliputi:
(1) umum
(2) lebar jalan rel
(3) lengkung vertikal dan horisontal
(4) Kelandaian
2) Pasal 26
a)

Perawatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 25 ayat


(1) , merupakan seluruh kegiatan yang bertujuan untuk
memulihkan dan/atau mempertahankan kondisi jalur pada
tingkat tertentu sesuai dengan kelas yang ditetapkan

Optimalisasi Kinerja Pemeliharaan Jalan Rel Lintas Padalarang - Cicalengka

34

b)

Perawatan jalur sebagaimana dimaksudkan pada ayat


(1) , dilaksanakan agar kereta api dapat beroperasi sesuai
dengan

tingkat

berdasarkan

kualitas

standart

pelayanan

teknis

atau

yang

ditetapkan

petunjuk

teknis

perawatan
c)

Kegiatan perawatan jalur kereta api sebagaimana


dimaksud pada ayat ( 2 ), merupakan kegiatan perawatan
dan perbaikkan yang pelaksanaannya dijabarkan dalam
kegiatan setiap tahun

d)

Kegiatan perawatan jalur sebagaimana dimaksud pada


ayat ( 3 ), meliputi perawatan :
(1) Jalan rel, yang terdiri dari:
a. Perbaikan jalan rel
b. Perbaikkan bantalan
c. Penambahan ballas
d. Pemecokan
e. Lingkungan
(2) Jembatan
(3) Wesel
(4) Persinyalan
(5) Instalasi listrik aliran atas
(6) Telekomunikasi
(7) Terowongan

3) Pasal 27
a)

Kegiatan

perawatan

bangunan

utilitas

yang

menggunakan atau mengganggu daerah manfaat jalan,


daerah milik jalan, dan daerah pengawasan jalan kereta
api,

harus

dilakukan

tanpa

menimbulkan

gangguan

terhadap kelancaran, keamanan, dan ketertiban lalu lintas


b)

Tata cara perawatan di daerah manfaat jalan, daerah


milik jalan, dan daerah pengawasan jalan kereta api guna

Optimalisasi Kinerja Pemeliharaan Jalan Rel Lintas Padalarang - Cicalengka

35

memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat


( 1 ) harus memenuhi :
(1)

Jadwal perawatan

(2)

Persyaratan teknis perawatan

(3)

Persyaratan perawatan perlintasan

(4)

Persyaratan perawatan lengkung

B. Aspek Teknis
a. Sumber Daya Manusia
Untuk

mempertahankan

jalur

kereta

api

tetap

dapat

berfungsi sesuai dengan kelasnya dan tetap laik operasi


maka jalan rel harus dilakukan perawatan. Dalam perawatan
jalur

kereta

api

dilaksanakan

agar

kereta

api

dapat

beroperasi sesuai dengan tingkat kualitas pelayanan yang


ditetapkan berdasarkan standart teknis atau petunjuk teknis
perawatan dijelaskan pada tabel III.1:

Tabel III.1. Standart Perawatan Jalan Rel


Kecepatan
maksimum

Standart Perawatan

kereta api
(km/h)

Jenis
Perubahan

Lebar sepur

Angkatan melintang

Lengkung peralaihan
pada

Lintasan

120 atau

95
atau

85
atau

45 atau

kurang

lebih

lebih

lebih

lebih

dari 45

Lurusan dan lengkungan, radius lebih 600 m


+20(+14)
Lengkungan,radius 200m hingga 600m
+25(+19)
Lengkungan,radius,dibawah 200 m
+20(-14)
Perawatan tergantung tingkat skilu

Angkatan memanjang

23(15)

25(17)

27(19)

30(22)

32(24)

Alinyemen
Skilu

23(15)
25(17)
27(19)
30(22)
32(24)
23(18) ( termasuk pengurangan peninggian rel )

lengkung yang tajam


Berkenaan dengan
lintas
berlistrik atau kereta
diesel
ringan dimana
terdapat
lengkungan dengan
radius
kurang dari 400 m dan
peninggian lebih dari
800mm
serta lengkung transisi
pada sisi keluar kereta
api
( termasuk lengkung
transisi
kira - kira 10 m ) maka
digunakan nilai - nilai

Optimalisasi Kinerja Pemeliharaan Jalan Rel Lintas Padalarang - Cicalengka

36

berikut
lebar sepur : +10 (+6)
alinyemen : 14 (8)

Sumber : Standart Teknis Kereta Api Indonesia Untuk Jalan Rel

Catatan :
a. Nilai nilai dalam tabel menggambarkan kondisi dinamis
yang diperoleh dari inspeksi pada kecepatan tinggi. Nilai
dalam kurung menunjukkan kondisi statis
b. Nilai nilai perawatan lebar sepur standart untuk jalur
jalur yang belum memilki pelebaran sepur yang tepat
diuraikan sebagai berikut:
1) Lurusan dan lengkungan dengan jari jari lebih dari
200 m adalah : + 20 ( +14 )
2) Lengkung dengan jari jari kurang 200 m : +15 ( +9 )
c. Skilu menunjukkan

dari perubahan elevasi melintang

untuk tiap 5 m
d. Pelebaran

sepur,

peninggian

rel

dan

versine

pada

lengkungan ( termasuk lengkung vertikal ) tidak termasuk


disini.
Berdasarkan standart perawatan jalan rel maka beberapa
metoda yang digunakan untuk perawatan/pemeliharaan jalan rel
antara lain :
1) PEJATER ( Pemeliharaan Jalan Rel secara Teratur )
Metode pemeliharaan jalan rel ini digunakan pada masa
kolonial belanda. Wilayah petak regu pemeliharaan dibagi
menjadi 6 km/regu, dengan komposisi personil regu 1JRJ +
6 Pkj. Pekerjaan dalam satu petak regu dibagi 4 ( empat )
bagian dengan panjang masing masing jalan 1,5 km dan

Optimalisasi Kinerja Pemeliharaan Jalan Rel Lintas Padalarang - Cicalengka

37

dilaksanakan dalam siklus 4 ( empat ) bulanan. Peralatan


yang digunakan untuk kegiatan pemeliharaan jalan rel
masih menggunakan peralatan manual.

2) PERJANA ( Pemeliharaan Jalan rel Terencana )


Metode

pemeliharaan

menggantikan

metode

PERJANA
PEJATER,

digunakan
dengan

untuk

pembagian

wilayah pemeliharaan lebih luas yaitu menjadi 6 bagian.


Komposisi pembagian wilayah yaitu 1/6 bagian dilakukan
perawatan sempurna ( RS ) dan 5/6 bagian dilakukan
perawatan khusus ( RK ). Pemeliharaan dilakukan dai
kilometer terkecil menuju kilometer terbesar. Peralatan
yang digunakan dalam pemeliharaan metode Perjana
terdapat 3 cara yaitu :

Optimalisasi Kinerja Pemeliharaan Jalan Rel Lintas Padalarang - Cicalengka

38

Tabel III.2. Kegiatan pemeliharaan Jalan Rel


No

Jenis
Pemeliharaan

Tenaga manual
( 1 JRJ + 6 Perka
)

Kegiatan

1. Melakukan angkatan pilih - pilih,angkatan sambungan


angkatan menyeluruh, lestrengan
2. Pengencangan alat penambat
3. Mengganti rel yang cacat
4. Memprofilkan ballas
5. Membersihkan tubuh baan, membersihkan
ballas dari rumput
6. Peralatan yang digunakan yaitu:Dongkrak,
Balincong,
dandang, Mistar Angkatan,
water pas, cangkul, benang nylon dll

Tenaga Semi
mekanik
( 1 JRJ + 4 Perka
)

1. Melakukan angkatan pilih - pilih,angkatan sambungan


angkatan menyeluruh, lestrengan
2. Pengencangan alat penambat
3. Mengganti rel yang cacat

Optimalisasi Kinerja Pemeliharaan Jalan Rel Lintas Padalarang - Cicalengka

39

4. Memprofilkan ballas
5. Membersihkan tubuh baan, membersihkan
ballas dari rumput
6. Peralatan yang digunakan : Mesin HTT ( Hand Tie
Tamper), dongkrak angkatan, Pesawat teropong, mistar
angkatan, alat waterpas, nilon

Tenaga Mekanik

Pemeliharaan menggunakan Alat MTT

( 3 Perka )

( Multi Tie Tamper )

Sumber : Buku Saku PERJANA


Sesuai dengan komposisi pekerja pemeliharaan jalan rel maka
dapat dihitung besar kilometer yang dapat dipelihara oleh satu
orang pekerja yaitu menggunakan rumus antara lain:
Jumlah Kilometer yang Dipelihara

Kilometer Pemeliharaan =
Jumlah Pekerja

( III.1)

b. Teknis Konstruksi Jalan rel


Dasar dari penetuan sistem pemeliharaan jalan rel adalah
besarnya daya angkut lintas ( Passing Tonage ) suatu jalan rel
dan atau kecepatan maksimumnya. Daya angkut lintas adalah
jumlah anggapan yang melewati suatu lintas dalam jangka
waktu satu tahun. Daya angkut lintas mencerminkan jenis serta
jumlah beban total dan kecepatan kereta api yang lewat dilintas
yang bersangkutan.
Sesuai dengan Peraturan Dinas No. 10 Tentang perencanaan
konstruksi jalan rel menyatakan bahwa daya angkut lintas,
kecepatan maksimum, beban gandar dan ketentuan lain untuk
tiap kelas jalan, tercantum pada tabel III.3 :

Optimalisasi Kinerja Pemeliharaan Jalan Rel Lintas Padalarang - Cicalengka

40

Optimalisasi Kinerja Pemeliharaan Jalan Rel Lintas Padalarang - Cicalengka

41

Untuk mendapatkan besarnya passing tonage, dilakukan beberapa


tahapan perhitungan antara lain :
1. Menghitung Berat Lokomotif
Untuk menghitung berat lokomotif berdasarkan berat lokomotif
yang digunakan dikali dengan frekuensi KA yang dirumuskan :

Berat Lokomotif ( T1 ) = Berat Lokomotif x


Sumber:
FrekuensiDAOP
KA II Bandung

( III.2)

2. Menghitung Berat Kereta Penumpang / barang


Perhitungan berat kereta penumpang/barang berdasarkan data
stamformasi

DAOP

II

Bandung

dengan

menggunakan

pendekatan yang sama dengan perhitungan berat lokomotif,


yaitu :
Berat rangkaian kereta = Berat isi kereta /
gerbong x
/ gerbong ( Tp / Tb )
kereta yang
digunakan x frekuensi
Sumber : DAOP II Bandung
3. Analisa Tonnage Ekivalen ( TE )

Optimalisasi Kinerja Pemeliharaan Jalan Rel Lintas Padalarang - Cicalengka

( III.3)

42

Tonage ekivalen merupakan jumlah ton kilometer yang


melintas perhari dalam suatu lintasan tertentu. Perhitungan
tonage ekivalen dihitung dengan menggunakan rumus :
TE = Tp + ( kb x Tb ) + ( k1 x T1
)
Sumber : Buku Saku PERJANA

( III.4)

Dimana :
TE

= Tonnage Ekivalen ( ton/hari )

Tp

= Tonase penumpang dan kereta harian ( ton )

Tb

= Tonase barang perhari ( ton )

Kb

Koefisien yang besarnya tergantung beban

gandar
1,5 untuk beban gandar < 18 ton
1,3 untuk beban gandar > 18 ton
K1

= Koefisien yang besarnya 1,4

T1

= Berat Lokomotif ( ton )

4. Analisa Daya Angkut Lintas ( Passing Tonage )


Daya angkut lintas merupakan jumlah ton kilometer yang
melintas selama satu tahun dalam suatu lintasan tertentu.
T = 360 x S x TE
Sumber : Buku Saku PERJANA
Dimana :
T

= Daya Angkut Lintas ( ton/tahun )

Optimalisasi Kinerja Pemeliharaan Jalan Rel Lintas Padalarang - Cicalengka

( III.5)

43

Koefisien yang besarnya tergantung kualitas

lintas:
1,1 untuk lintas dengan KA penumpang, dengan
V maks 120 km/jam
1,0 untuk lintas tanpa kereta penumpang
TE

= Tonnage ekivalen ( ton/hari )

Dengan adanya

variasi

kondisi

daya angkut lintas

maka

frekuensi pemecokan dapat ditentukan dengan menghitung


faktor penentu sesuai kondisi tersebut. Faktor penentu kondisi
KA merupakan fungsi dari jenis bantalan, jenis penambat, jenis
sambungan, dan kondisi tanah dengan faktor indeks yang
dijelaskan pada tabel III.4 :

Tabel.III.4. Faktor Indeks Frekuensi Pemecokan


Faktor Penentu
Bantalan (Jb)
Beton
Besi
Kayu
Penambat (Jp)
Elastis
Kaku
Sambungan rel
(Js)
Rel panjang
Sambungan
Fish
Tanah dasar
( Kf)
Baik
sedang
Jelek
Sumber : DAOP II Bandung

Fi = Faktor Indeks ( % )
0
0.1
0.2
0
0.25
0
0.5
0
0.75
0.15

Dengan pemakaian rumus :


Faktor Penentu ( Fp ) = Jb + Jp + Js + Kt

Optimalisasi Kinerja Pemeliharaan Jalan Rel Lintas Padalarang - Cicalengka

( III.6)

44

Sumber : DAOP II Bandung


Dimana:
Jb = ( fi x % beton ) + ( fi x % kayu ) + ( fi x % besi )
Prosentase beton adalah % dari volume beton ( m3 )
Jp = ( fi x % elastik ) + ( fi x % kaku )
Prosentase penambat elastik/kaku adalah 5 dari jumlah
penambat elastik/kaku ( buah )
Js = ( fi x % rel panjang ) + ( fi x % rel pendek)
Prosentase rel panjang/pendek adalah % dari panajang rel
panjang/pendek ( km )
Kt = ( fi x % tanah baik ) + ( fi x % tanah sedang ) + ( fi x %
tanah jelek)

Frekuensi

pemecokan

km/tahun

menggunakan

rumus

berikut :
Frekuensi pemecokan ( F ) = ( 0.023 x T0.3 x Vmaks0.5 ) x ( 1 + Fp )
Sumber : DAOP II Bandung
Keterangan :
0.023: ketetapan koefisien pemecokan
T

: Daya Angkut Lintas ( ton / tahun )

: Kecepatan maksimum ( km / jam )

Fp

: Faktor penentu ( km )

Optimalisasi Kinerja Pemeliharaan Jalan Rel Lintas Padalarang - Cicalengka

( III.7)

Anda mungkin juga menyukai