Gorontalo, merupakan provinsi yang dimekakarkan pada 2003 silam, namun karena
percepatan ekonmi, gorontalo bisa mandiri. terlepas dari itu, membahas masalah Sejarah Islam
Gorontalo merupakan hal yang menarik. gorontalo yang mempunyai beragam adat dan terdiri dari
lima kerajaan besar (lima pohalaa) yang akhirnya menjadi dua (duluo) merupakan daerah
kekuasaan dua kerajaan besar, yaitu kerajaan Limutu dan Hulundalo, yang pada akhirnya bisa
disatukan ketika sultan Amai memerintah Gorontalo, beliau juga merupakan orang perama yang
membwa Islam ke Gorontalo setelah pulang dari perantauannya yaitu negeri Palasa dan mengawini
Putri Owutango dari Palasa. dalam proses perkawinan itu juga cukup unik, di mana yang menjadi
persyaratannya adalah Sultan amai dan pengikutnya harus menganut agama Islam.
Sebelum masa penjajahan daerah Gorontalo berbentuk kerajaan-kerajaan yang diatur menurut
hukum adat ketatanegaraan Gorontalo dan tergabung dalam satu ikatan kekeluargaan yang disebut
"Pohala'a". Menurut Haga (1931) daerah Gorontalo ada lima pohala'a :
1.
Pohala'a Gorontalo
2.
Pohala'a Limboto
3.
Pohala'a Suwawa
4.
Pohala'a Boalemo
5.
Pohala'a Atinggola
Dengan hukum adat itu maka Gorontalo termasuk 19 wilayah adat di Indonesia.
Antara agama dengan adat di Gorontalo menyatu dengan istilah "Adat bersendikan Syara' dan
Syara' bersendikan Kitabullah". Pohalaa Gorontalo merupakan pohalaa yang paling menonjol
diantara kelima pohalaa tersebut. Itulah sebabnya Gorontalo lebih banyak dikenal.
Sebelum islam masuk ke Gorontalo, nilai budaya yang dianut kerajaan gorontalo
adalah yang berbasiskan pandangan harmoni dengan mengambil pelajaran yang ditunjukkan
oleh alam. Ini berarti penduduknya menganut kepercayaan animisme.
hula'a to adati, yang artinya adat bersendi syarak, syarak bersendi adat. Islam dan adat, saling
melengkapi.
Islam resmi menjadi agama kerajaan ketika kesultanan Gorontalo ada di bawah pemerintahan
Sultan Eyato. Konsepnya pun berubah, mirip dengan prinsip masyarakat Minangkabau, adat bersendi
syarak, syarak bersendi kitabullah. Di bawah kepimpinannnya, Kesultanan Gorontalo mencapai puncak
kejayaan. Bagi masyarakat Uduluwo limo lo Pohalaqa Gorontalo (serikat kerajaan di bawah dua
kerajaan Gorontalo dan Limboto), syarak kitabullah dipahami bahwa hukum dan aturan-aturan yang
berlaku bersumber dari kitab suci Alquran dan hadis Rasulullah SAW.
Pada masa itu, beberapa perubahan dilakukan, menjadi lebih Islami. Sistem pemerintahannya
kini didasarkan pada ilmu akidah atau pokok-pokok keyakinan dalam ajaran Islam.
Dalam ilmu akidah tersebut diajarkan dua puluh sifat Allah SWT, untuk itu Eyato mewajibkan
sifat-sifat itu menjadi sifat dan sikap semua aparat kerajaan mulai dari pejabat tertinggi sampai
dengan jabatan terendah. Sumpah-sumpah dan adat istiadat yang dipakai, bersumber pada Islam.
Penerapan sistem budaya Islam pada sikap dan perilaku pejabat tersebut telah mengawali
pemantapan karakteristik budaya Islam dalam kehidupan masyarakat Gorontalo.
Eyato sendiri awalnya memang seorang ahli agama dan cendekiawan. "Sebelum menjadi raja,
Eyato merupakan seorang hatibida'a yang tergolong ulama pada masa itu," tulisnya.
Struktur pemerintahan dalam kerajaan terbagi atas tiga bagian dalam suasana kerja sama yang
disebut Buatula Totolu yaitu :
1. Buatula Bantayoyang dikepalai oleh Bate yang bertugas menciptakan peraturan-peraturan dan
garis-garis besar tujuan kerajaan.
2. Buatula Bubato yang dikepalai olehRaja (Olongia) dan bertugas melaksanakan peraturan serta
berusaha menyejahterakan masyarakat.
3. Buatula Bala yang pada mulanya dikepalai oleh Pulubala, bertugas dalam bidang pertahanan dan
keamanan.
Di Susun
O
L
E
H
Nama: Indah Sri N. Sango
Kelas: X-IS2