Epilepsi Pada Anak
Epilepsi Pada Anak
EPILEPSI
Oleh:
Pembimbing :
BAB. I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Epilepsi dikenal sebagai salah satu penyakit tertua di dunia dan
menempati urutan kedua dari penyakit saraf setelah gangguan
peredaran darah otak. Dengan tatalaksana yang baik sebagian
besar penderita dapat terbebaskan dari penyakitnya, namun untuk
ini ditemukan banyak kendala, di Indonesia di antaranya kurangnya
dokter spesialis saraf, kurangnya keterampilan dokter umum dan
paramedis dalam menanggulangi penyakit ini. salah satu penyebab
dari kendala tadi adalah kurikulum yang minimal untuk penyakit ini.
1
ada
900.000-1.800.000
penderita,
sedangkan
merupakan
keterampilan
para
masalah
dokter
kesehatan
dan
masyarakat
paramedis
sehingga
lainnya
dalam
BAB. II
KASUS
Seorang anak laki-laki berumur 13 tahun datang ke UGD RSU CIKINI
dengan keluhan utama kejang. Keluhan tambahan tidak ada.
Dari anamnesis didapatkan : Kurang lebih 3 jam SMRS pasien
mengalami kejang yang dirasakan selama 5 menit. Kejang yang
dialami pasien bersifat tonik. Sebelum kejang pasien terlihat
bengong, pandangan kosong, kejang
aktivitas
sebelum
kejang
pasien
bermain
gitar
di
IVFD
IV/IM
MM/
Dari
neurologi
hasil
dan
anamnesis,
dari
hasil
pemeriksaan
pemeriksaan
fisik,
pemeriksaan
laboratorium
dapat
BAB III
KEPUSTAKAAN
DEFINISI
Epilepsi adalah gangguan kronik otak dengan ciri-ciri timbulnya gejalagejala yang datang dalam serangan, berulang-ulang yang disebabkan
lepas muatan listrik abnormal sel-sel saraf.
ETIOLOGI
Gangguan fungsi otak yang bisa menyebabkan lepasnya muatan listrik
berlebihan di sel neuron saraf pusat, bisa disebabkan oleh adanya faktor
fisiologis, biokimiawi, anatomis atau gabungan faktor tersebut. Tiap-tiap
penyakit atau kelainan yang dapat menganggu fungsi otak, dapat
menyebabkan timbulnya bangkitan kejang.
Bila ditinjau dari faktor etiologis, maka epilepsi dibagi menjadi 2 kelompok
:
1. Epilepsi idiopatik
Sebagian besar pasien, penyebab epilepsi tidak diketahui dan biasanya
pasien tidak menunjukkan manifestasi cacat otak dan tidak bodoh.
Sebagian dari jenis idiopatik disebabkan oleh interaksi beberapa faktor
genetik. Kata idiopatik diperuntukkan bagi pasien epilepsi yang
menunjukkan bangkitan kejang umum sejak dari permulaan serangan.
Dengan
bertambah
majunya
pengetahuan
serta
kemampuan
gangguan
metabolisme
(hipoglikemia,
hiperglikemia,
keadaan
normal.
Bila
keseimbangan
terganggu,
sifat
neuron
penerimanya.
Pada
keadaan
normal
ini
dapat
mengakibatkan
terjadinya
bangkitan
Sel Glia
Sel glia diduga berfungsi untuk mengatur ion kalium ekstrasel
disekitar neuron dan terminal presinap. Pada keadaan cedera, fungsi
glia
yang
terganggu
mengatur
dan
konsentrasi
mengakibatkan
ion
kalium
meningkatnya
ekstrasel
dapat
eksitabilitas
sel
dibanding
intrasel
dapat
mendepolarisasi
membran
Aktivitas
ini
tidak
menjalar
ke
sekitarnya
pemompaan natrium
MENEGAKKAN DIAGNOSA
a. ANAMNESIS
Pada anamnesis, yang pertama dilakukan adalah mengajukan
pertanyaan-pertanyaan dengan maksud mendapat gambaran yang
setepat-tepatnya tentang sawan yang yang terjasi. Usaha untuk
mendapatkan gambaran bangkitan kejang yang diuraikan berikut ini
berdasarkan klasifikasi jenis bangkitan epilepsi Internasional 1981.
KLASIFIKASI BANGKITAN ATAU SERANGAN KEJANG
6, 8, 10
Kejang Parsial
7
2.
kesadaran
Kejang parsial kompleks disertai dengan penurunan
kesadaran
Kejang Umum
Kejang umum timbul akibat abnormalitas aktivitas elektrik
neuron yang terjadi pada seluruh hemisfer otak secara
simultan
Absens
Ciri khas serangan absens adalah durasi singkat, onset
dan terminasi mendadak, frekuensi
sangat
sering,
Mioklonik
Kejang mioklonik adalah kontraksi mendadak, sebentar
yang dapat umum atau terbatas pada wajah, batang
tubuh, satau atau lebih ekstremitas, atau satu grup otot.
anak.
Tonik
Merupakan kontraksi otot yang kaku, menyebabkan
ekstremitas
menetap
dalam
satu
posisi.
Biasanya
secara
terjatuh.
Kejang Tidak Dapat Diklasifikasi
Sebagian besar serangan yang terjadi pada bayi baru
lahir termasuk golongan ini.
b. PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan umum dan neurologis dilakukan seperti biasanya.
c. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Perlu diperiksa kadar glukosa,
kalsium,magnesium,
natrium,
keadaaan
hipoglikemia,
hipomagnesemia,
hipo
atau
d. PEMERIKSAAN RADIOLOGIS
Pada foto rontgen kepala sapat dilihat adanya kelainan-kelainan
pada
tengkorak.
Kalsifikasi
abnormal
dapat
dijumpai
pada
e. PEMERIKSAAN PENUNJANG 5
Pemeriksaan yang dilakukan untuk menunjang diagnosis epilepsi
adalah: 8
1. Cairan serebrospinalis
Cairan serebrobrospinalis pada penderita epilepsi umumnya
normal.
2.
Pungsi
lumbal
dilakukan
pada
penderita
yang
dicurigai meningitis.
Elektroensefalografi (EEG)
Pemeriksaan EEG harus dilakukan pada semua penderita
epilepsi. EEG dapat mengkonfirmasi aktivitas epilepsi bahkan
dapat menunjang diagnosis klinis dengan baik, tetapi tidak
dapat menegakkan diagnosis secara pasti. Adanya kelainan
9
fokal
pada
EEG
menunjukan
kemungkinan
adanya
lesi
seharusnya
Adanya gelombang yang biasanya tidak terdapat pada
dibandingkan
Pencitraan
Pemeriksaan pencitraan yang dilakukan antara lain foto polos
kepala, angiografi serebral, CT-scan, MRI. Pada foto polos
kepala
dilihat
adanya
tanda-tanda
peninggian
tekanan
kesulitan
dalam
mengontrol
kejang,
ditemukannya
10
intrakranial
dan
pada
kasus-kasus
dimana
DIAGNOSIS BANDING
1. Sinkope
sinkope ialah
keadaan
kehilangan
kesadaran
sepintas
akibat
berkeringat,
merasa
pusing,
pandangan
mengelam.
7, 8
2. Hipoglikemia
Hipoglikemia didahului rasa lapar, berkeringat, palpitasi, tremor,
mulut kering. Kesadaran dapat menurun perlahan-lahan.
3. Histeria
Kejang fungsional atau psikologis sering terdapat pada wanita
terutama antara 7-15 tahun. Serangan biasanya terjadi di hadapan
orang-orang yang hadir karena ingin menarik perhatian. Jarang
terjadi luka-luka akibat jatuh, mengompol atau perubahan pasca
serangan seperti terdapat pada epilepsi. Gerakan-gerakan yang
terjadi tidak menyerupai kejang tonik-klonik, tetapi bisa menyerupai
sindroma hiperventilasi. Timbulnya serangan sering berhubungaqn
dengan stress.
PENGOBATAN EPILEPSI
Tujuan pengobatan adalah untuk mengatasi kejang dengan dosis optimal
terendah. Yang terpenting adalah kadar obat antiepilepsi bebas yang
dapat menembus sawar darah otak dan mencapai reseptor susunan saraf
pusat.
11
Serangan epilepsi dapat dihentikan oleh obat dan dapat pula dicegah
agar tidak kambuh. Obat tersebut disebut sebagai obat antikonvulsi atau
obat antiepilepsi.
4.
1.
2.
3.
4.
5.
9, 10
OAE II
OAE II
Serangan absens
OAE I
OAE II
: Benzodiazepin
Serangan mioklonik
OAE I
OAE II
: Etosuksimid
dapat
dipertimbangkan
untuk
pembedahan.
Bila
pada
pemeriksaan PET scan pada anak dengan berbagai jenis epilepsi yang
berat ditemukan adanya hipometabolisme unilateral yang difus, maka
dapat dilakukan reseksi lokal sampai hemisferektomi.
Pertimbangan penghentian pengobatan didasarkan atas pertimbangan
keseimbangan antara resiko penggunaan OAE yang terus menerus
(intoksikasi kronis, efek teratogenik) dan resiko kemungkinan kambuh
serangan (cedera, pekerjaan). Penghentian pengobatan dilakukan
setelah bebas serangan selama 2 tahun atau lebih, perlahan-lahan
dalam waktu beberapa bulan (4-6 bulan atau 25% setiap 2-4 minggu),
diskusikan
kemungkinan
kekambuhan.
Risiko
kambuh
setelah
penghentian obat dalam 1 tahun pertama 25% dan menjadi 29% dalam
2 tahun. Kekambuhan terjadi 80% dalam tahun pertama.
Faktor yang mempengaruhi risiko kekambuhan : masa bebas serangan
sebelum penghentian obat singkat, banyak macam tipe serangan,
kejang tonik-klonik, perlu waktu lama untuk mencapai bebas serangan,
poloterapi, EEG abnormal, pemeriksaan neurologis abnormal, timbul
serangan pada saat penghentian obat.
PROGNOSIS
Penderita epilepsi yang berobat teratur, 1/3 akan bebas serangan paling
sedikit 2 tahun. Bila lebih dari 5 tahun sesudah serangan terakhir, obat
dihentikan dan penderita tidak mengalami kejang lagi, dapat dikatakan
bahwa penderita telah mengalami remisi. 30% penderita tidak akan
mengalami remisi walau sudah minum obat teratur.
13
kompleks akan mengalami remisi pada hampir lebih dari 50% penderita.
Makin muda usia awal terjadinya kejang, remisi lebih sering terjadi.
Umur onset yang relatif lambat sesudah usia 2 atau 3 tahun, juga
merupakan faktor yang menguntungkan. Resiko kekambuhan setelah
penghentian pengobatan tergantung pada faktor yang sama dengan
remisi kejang.
BAB. IV
ANALISA KASUS
Seorang anak laki laki usia 13 tahun dengan berat badan 50 kg, tinggi
badan 150 cm dirawat di RSU PGI CIKINI dengan keluhan utama kejang.
Setelah
dilakukan
pemeriksaan
fisik,
neurologis,
pemeriksaan
sebelum
masuk
tanpa
rumah
demam,
sakit
pada
pasien
kasus
pernah
14
demam.
Tidak terlihat adanya pasien terlihat gelisah, melakukan
dilakukan
pemeriksaan
darah
untuk
mengetahui
faktor
kejang,
mengingat
yang
long
acting
sehingga
untuk
BAB V
KESIMPULAN
Seorang anak laki laki usia 13 tahun dengan berat badan 50 kg, tinggi
badan 150 cm dirawat di RSU PGI CIKINI dengan keluhan utama kejang.
Setelah dilakukan observasi, dari anamnesis didapatkan riwayat kejang
berulang tanpa demam, pada kasus dibuktikan sebelum masuk rumah
sakit pasien pernah mengalami kejang sebanyak 4 kali tanpa disertai
dengan demam. Pada pasien ini terlihat adanya aura, yaitu pasien terlihat
bengong dan pandangannya kosong sebelum terjadi kejang.
17
dimulai
saat
pasien
berusia
tahun
disertai
kejang
yang
BAB VI
DAFTAR PUSTAKA
1. Tjahjadi Petrus, Dikot Yustiani, Gunawan Dede. Gambaran Umum
Mengenai Epilepsi. Dalam: Harsono, penyunting. Kapita Selekta
Neurologi. Edisi-2. Yogyakarta: Gajahmada University Press; 2007:
h.119-133.
18
Pada
Epilepsi.
9.
19