Anda di halaman 1dari 29

EPILEPSI

PADA ANAK
•Aline Marlina •Dwita Dahlia
•Berlianah •Juniati
•Citra Dewi Yana •Nenden Naziah
•Deasy Arisandi •Siti Rukmana
•Dona Dayati •Suci Renggogeni
DEFINISI
Epilepsi dalam bahasa yunani “ epilambanmein”
artinya serangan.
Epilepsi adalah penyakit selebral kronik dengan
karakteristik kejang berulang akibat lepasnya muatan
listrik otak yang berlebihan dan bersifat reversibel.
Epilepsi adalah sindroma otak kronis dengan
berbagai macam etiologi dengan ciri-ciri timbulnya
serangan paroksimal dan berkala akibat lepas muatan
listrik neuro-neuron otak secara berlebihan dengan
berbagai manifestasi klinis dan labolatorik.
ETIOLOGI
1. Trauma lahir
2. Cedera kepala
3. Keracunan Co
4. Demam
5. Tumor otak
6. Kelainan pembuluh darah
PATOFISIOLOGI
Terdapat beberapa teori patofisiologi epilepsi, adalah
sebagai berikut:
1. Ketidakseimbangan antara eksitasi dan inhibisi di
otak
2. Mekanisme sinkronisasi
3. Mekanisme epileptogenesis
4. Mekanisme peralihan interiktal-iktal
5. Mekanisme neurokimiawi
Lanjutan
Hipereksitasi adalah faktor utama terjadinya iktogenesis.
Eksitasi yang berlebihan dapat berasal dari neuron itu
sendiri, lingkungan neuron, atau jaringan neuron.

Sifat eksitasi dari neuron sendiri dapat timbul akibat adanya


perubahan fungsional dan struktural pada membran
postsinaptik; perubahan pada tipe, jumlah, dan distribusi
kanal ion gerbang-voltase dan gerbang-ligan; atau
perubahan biokimiawi pada reseptor yang meningkatkan
permeabilitas terhadap Ca2+, mendukung perkembangan
depolarisasi berkepanjangan yang mengawali kejang.
Lanjutan
Sifat eksitasi yang timbul dari lingkungan neuron dapat
berasal dari perubahan fisiologis dan struktural.
Perubahan
fisiologis meliputi perubahan konsentrasi ion,
perubahan
metabolik, dan kadar neurotransmitter. Perubahan
struktural dapat terjadi pada neuron dan sel glia.
Konsentrasi Ca2+ ekstraseluler menurun sebanyak 85%
selama kejang, yang mendahului perubahan pada
konsentasi K2+. Bagaimanapun, kadar Ca2+ lebih cepat
kembali normal daripada kadar K2+.
Pathway
KATEGORI KEJANG EPILEPSI :
Kejang Fokal
Trauma kepala, Stroke, Malformasi vaskuler.

Kejang Umum
Penyakit metabolik, Reaksi obat, Idiopatik, Faktor
genetik, kejang fotosintesis.
FAKTOR RESIKO EPILEPSI
Prenatal
Umur ibu saat hamil terlalu muda (<20 tahun) atau terlalu tua (>35 tahun)
Kehamilan dengan eklampsi dan hipertensi
Kehamilan primipara atau multipara
Pemakaian bahan toksik

Natal
Asfiksia
Bayi dengan berat badan lahir rendah (<2500 gram)
Kelahiran prematur dan postmatur
Partus lama
Persalinan dengan alat
Lanjutan...
Postnatal
Kejang demam
Trauma kepala
Infeksi SSP
Gangguan metabolik
Hal-hal yang dapat mencetuskan kejang
Kurang tidur
Lupa makan obat
Stres fisik maupun mental
Demam akibat infeksi
Alkohol
Menstruasi
Terlambat makan
Tindakan saat seseorang kejang
Bersikaplah tenang
Jaga agar penderita tidak sampai terluka
Longgarkan bajunya
Miringklan penderita pada sisi kirinya agar jalan nafas baik
Jangan masukkan benda apapun ke dalam mulutnya
Catat lamanya kejang
Jangan tahan penderita
Apabila bangkitan kejang lebih dari 5 menit atau tampak
sangat berat, bawalah ke tempat pengobatan terdekat
secepat mungkin 
Manifestasi klinik
Dapat berupa kejang-kejang, gangguan kesadaran atau
gangguan penginderaan.
 Kelainan gambaran EEG
 Tergantung lokasi dan sifat Fokus Epileptogen
Dapat mengalami Aura yaitu suatu sensasi tanda
sebelum kejang epileptik (Aura dapat berupa perasaan
tidak enak, melihat sesuatu, men cium bau-bauan tak
enak, mendengar suara gemuruh, mengecap sesuatu,
sakit kepala dan sebagainya)
KOMPLIKASI
Kerusakan pada organ otak yang bersifat irreversible.
Kecacatan
Retardasi mental akibat kejang berulang.
Cedera kepala.
PENATALAKSANAAN :
Penatalaksanaan dalam epilepsi, secara umum ada 2
hal yaitu :
1. Tatalaksana fase akut (saat kejang)
Tujuan pengelolaan pada fase akut adalah
mempertahankan oksigenasi otak yang adekuat,
mengakhiri kejang sesegera mungkin, mencegah
kejang berulang, dan mencari faktor penyebab
2. Pengobatan epilepsi
Tujuan utama pengobatan epilepsi adalah membuat
penderita epilepsi terbebas dari serangan epilepsinya.
Serangan kejang yang berlangsung mengakibatkan
kerusakan sampai kematian.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Elektroensefalografi (EEG)
CT Scan kepala
MRI (Magnetic Resonance Imaging)
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK
DENGAN EPILEPSI
Pasien ditanyakan tentang faktor atau kejadian yang
dapat menimbulkan kejang. Asupan alkohol dicatat.
Efek epilepsi pada gaya hidup dikaji:
ada keterbatasan yang ditimbulkan oleh gangguan kejang
pasien mempunyai program rekreasi atau Kontak
sosial
Mekanisme koping yang digunakan
Obsevasi dan pengkajian selama dan setelah kejang
akan membantu dalam mengindentifikasi tipe kejang
dan penatalaksanaannya.
Riwayat sebelum serangan
 ada gangguan tingkah laku, emosi.
 disertai aktivitas otonomik yaitu berkeringat, jantung berdebar.
 ada aura yang mendahului serangan, baik sensori, auditorik, olfaktorik
maupun visual.
Riwayat Penyakit
 Sejak kapan serangan terjadi.
 Padausiaberapaseranganpertama.
 Frekuensi serangan.
 Riwayat kesehatan
 Riwayat keluarga dengan kejang.
 Riwayat kejang demam.
 Tumor intrakranial.
 Trauma kepala terbuka
Riwayat kejang
 Berapa sering terjadi kejang
 Gambaran kejang seperti apa
 sebelum kejang ada tanda-tanda awal
 yang dilakuakn pasien setelah kejang
Pengkajian kesadaran dengan metode AVPU meliputi :
1. Alert (A) : Klien tidak berespon terhadap lingkungan
sekelilingnya.
2. Velbal (V) : klien tidak berespon terhadap pertanyaan
perawat.
3. Nyeri (P) : klien tidak berespon terhadap respon nyeri.
4. Tidak berespon (U) : klien tidak berespon terhadap
stimulus verbal dan nyeri ketika dicubit dan
ditepuk wajahnya

Pemeriksaan fisik
• Tingkat kesadaran
• Abnormal posisi mata
• Perubahan pupil
• Garakan motorik
• Tingkah laku setelah kejang
• Apnea
• Cyanosis
• Saliva banyak
DIAGNOSA KEPERAWATAN
 Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan
peningkatan sekresi mucus
 Pola napas tidak efektif berhubungandengan kerusakan
neuromuskuler, peningkatan sekresi mucus
 Ketidakefekifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan
 Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan
hipoksia
 Hipertermi berhubungan dengan infeksi mikroorganisme
 Resiko trauma pada saat serangan berhubungan dengan penurunan
tingkat kesadaran dan kejang
INTERVENSI KEPERAWATAN
INTERVENSI KEPERAWATAN
Pelaksanaan
Pelaksanaan keperawatan merupakan kegiatan yang
dilakukan sesuai dengan rencana yang telah
ditetapkan. Selama pelaksanaan kegiatan dapat
bersifat mandiri dan kolaboratif. Selama
melaksanakan kegiatan perlu diawasi dan dimonitor
kemajuan kesehatan klien
EVALUASI
Tahap evaluasi dalam proses keperawatan
menyangkut  pengumpulan data subyektif dan obyektif
yang akan menunjukkan apakah tujuan pelayanan
keperawatan sudah dicapai atau belum. Bila perlu
langkah evaluasi ini merupakan langkah awal dari
identifikasi dan analisa masalah selanjutnya
Dukungan Jurnal
https://journal.ugm.ac.id/bns/article/view/55024/27307

Pengaruh pemberian edukasi dan leaflet terhadap


penurunan frekuensi bangkitan epilepsi anak
ABSTRAK
Kejang sebagai salah satu manifestasi epilepsi merupakan kelainan saraf yang paling sering
terjadi
pada anak, di mana ditemukan 4–10% anak-anak mengalami setidaknya satu kali kejang
pada 16
tahun pertama kehidupan. Pengetahuan dan pemahaman pasien terhadap penyakitnya
berhubungan
dengan keberhasilan terapi. Rendahnya tingkat pengetahuan mengenai epilepsi
menyebabkan
banyak penderita epilepsi yang tidak terdeteksi secara dini dan prognosis penderita epilepsi
menjadi
buruk. Edukasi berperan dalam meningkatkan pengetahuan terhadap penyakit epilepsi,
konsekuensi,
diagnosis dan terapi serta meningkatkan pemahaman terhadap masalah psikososial
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pemberian edukasi dan leaflet
terhadap
penurunan frekuensi bangkitan pada epilepsi anak di Rumah Sakit Umum Pusat Dr Sardjito
Yogyakarta.
LANJUTAN
Pengisian kuisioner dilakukan secara mandiri oleh subjek di poliklinik anak Rumah Sakit Umum
Pusat Dr Sardjito. Derajat tingkat pengetahuan subjek dinilai menggunakan instrumen Knowledge,
Attitudes, and Practice towards Epilepsy (KAPE), sedangkan derajat tingkat kepatuhan minum obat
dengan Morisky scale yang telah dimodifikasi ke dalam bahasa Indonesia. Faktor sosiodemografi
lainnya dan frekuensi bangkitan dinilai dengan pertanyaan terbuka dan tertutup.
Hasil analisis bivariat pemberian leaflet dengan penurunan frekuensi bangkitan tidak didapatkan
perbedaan yang signifikan antara kelompok yang diberikan leaflet dengan yang tidak diberikan
leaflet (p 0,058).
Walaupun secara statistik tidak didapatkan hubungan bermakna antara pemberian leaflet dengan
penurunan frekuensi bangkitan, namun hasil dari penelitian ini didapatkan kecenderungan penurunan
frekuensi bangkitan yang lebih tinggi pada kelompok perlakuan dibandingkan dengan kelompok
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai