Anda di halaman 1dari 39

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
Nyeri Punggung Bawah (Low Back Pain)

2.1. Anatomi Punggung Bawah


Tulang vertebrae merupakan struktur kompleks yang secara garis besar terbagi atas 2
bagian. Bagian anterior tersusun atas korpus vertebra, diskus intervertebralis (sebagai
artikulasi), dan ditopang oleh ligamnetum longitudinale anterior dan posterior. Sedangkan
bagian posterior tersusun atas pedikel, lamina, kanalis vertebralis, serta prosesus tranversus
dan spinosus yang menjadi tempat otot penyokong dan pelindung kolumna vertebrale. Bagian
posterior vertebra antara satu dan lain dihubungkan dengan sendi apofisial (Haldeman et al,
2002).
Menurut Haldeman et al (2002), Diskus intervertebralis baik anulus fibrosus maupun
nukleus pulposusnya adalah bangunan yang tidak peka nyeri,dan yang merupakan bagian
peka nyeri adalah:

Lig. Longitudinale anterior

Lig. Longitudinale posterior

Corpus vertebra dan periosteumnya

Articulatio zygoapophyseal

Lig. Supraspinosum.

Fasia dan otot

Gambar 1. Ruas Ruas Tulang Belakang


Stabilitas vertebrae tergantung pada integritas korpus vertebra dan diskus intervertebralis
serta dua jenis jaringan penyokong yaitu ligamentum (pasif) dan otot (aktif). Untuk menahan
beban yang besar terhadap kolumna vertebrale ini stabilitas daerah pinggang sangat
bergantung pada gerak kontraksi volunter dan reflek otot-otot sakrospinalis, abdominal,
gluteus maksimus, dan hamstring (Haldeman et al, 2002)

Gambar 2. Anatomi Tulang Belakang

2.2. Definisi Nyeri Punggung Bawah


Nyeri punggung bawah adalah nyeri pada daerah punggung bawah yang berkaitan
dengan masalah vertebra lumbar, diskus intervertebralis, ligamentum diantara tulang
2

belakang dengan diskus, medula spinalis, dan saraf otot punggung bawah, organ internal pada
pelvis dan abdomen atau kulit yang menutupi area lumbar (Medicine dictionary,2012)
Sedangkan menurut Kravitz (2009) nyeri punggung bawah mengacu pada nyeri di
daerah lumbosakral tulang belakang meliputi jarak dari vertebra lumbar pertama ke tulang
vertebra sacral pertama. Ini adalah area tulang belakang dimana bentuk kurva lordotic. Yang
paling sering menyebabkan nyeri pinggang adalah di segmen lumbal 4 dan 5.

Gambar 2. Nyeri Punggung Bawah


Sumber : Advance Spine Care, 2010

2.3. Epidemiologi
Nyeri pinggang di Indonesia merupakan masalah kesehatan yang nyata. Ia merupakan
penyakit nomor dua pada manusia setelah influenza (Dr.Rahajeng Tunjung, 2005). Kira-kira 80%
penduduk seumur hidup pernah sekali merasakan nyeri punggung bawah. Pada setiap saat lebih dari
10 % penduduk menderita nyeri pinggang. Insidensi nyeri pinggang di beberapa negara berkembang
lebih kurang 15-20% dari total populasi, yang sebagian besar merupakan nyeri pinggang akut maupun
kronik, termasuk tipe benigna. Penelitian kelompok studi nyeri PERDOSSI Mei 2002 menunjukkan
jumlah penderita nyeri pinggang sebesar 18,37% dari seluruh pasien nyeri. Studi populasi dl daerah
pantai utara Jawa Indonesia ditemukan insidensi 8,2% pada pria dan 13,6% pada wanita. Di rumah
3

sakit Jakarta, Yogyakarta dan Semarang insidensinya sekitar 5,4 5,8%, frekwensi terbanyak pada
usia 45-65 tahun.
Dalam penelitian multisenter di 14 rumah sakit pendidikan Indonesia, yang dilakukan
kelompok studi nyeri (pokdi nyeri) PERDOSSI pada bulan Mei 2002 menunjukkan jumlah penderita
nyeri sebanyak 4456 orang (25% dari total kunjungan), dimana 1598 orang (35,86%) merupakan
penderita nyeri kepala dan 819 orang (18,37%) adalah penderita nyeri punggung bawah (NPB)
(Meliala, 2004).
Keluhan Low Back Pain ini ternyata menempati urutan kedua tersering setelah nyeri kepala.
Dari data mengenai pasien yang berobat ke poliklinik Neurologi menunjukkan bahwa jumlah pasien
diatas usia 40 tahun yang datang dengan keluhan low back pain ternyata jumlahnya cukup banyak
(Seanin, 2002).
Di Amerika Serikat lebih dari 80% penduduk pernah mengeluh low back pain dan di negara
kita sendiri diperkirakan jumlahnya lebih banyak lagi. Nyeri pungung bawah merupakan 1 dari 10
penyakit terbanyak di Amerika Serikat dengan angka prevalensi berkisar antara 7,6-37%. Puncak
insidensi nyeri punggung bawah adalah pada usia 45- 60 tahun (Bratton, 2000). Pada penderita
dewasa tua, nyeri punggung bawah dapat mengganggu aktivitas sehari-hari pada 40% penderita, dan
gangguan tidur pada 20% penderita. Sebagian besar (75%) penderita akan mencari pertolongan medis,
dan 25% diantaranya perlu dirawat inap untuk evaluasi lebih lanjut (Cohen, 2001).

2.4. Faktor Risiko


a. Umur
Nyeri pinggang merupakan keluhan yang berkaitan erat dengan umur. Secara teori,
nyeri pinggang atau nyeri punggung bawah dapat dialami oleh siapa saja, pada umur berapa
saja. Namun demikian keluhan ini jarang dijumpai pada kelompok umur 0-10 tahun, hal ini
mungkin berhubungan dengan beberapa faktor etiologik tertentu yag lebih sering dijumpai
pada umur yang lebih tua.Biasanya nyeri ini mulai dirasakan pada mereka yang berumur
dekade kedua dan insiden tertinggi dijumpai pada dekade kelima.Bahkan keluhan nyeri
pinggang ini semakin lama semakin meningkat hingga umur sekitar 55 tahun.
b . Jenis Kelamin
Laki-laki dan perempuan memiliki risiko yang sama terhadap keluhan nyeri pinggang
sampai umur 60 tahun, namun pada kenyataannya jenis kelamin seseorang dapat
4

mempengaruhi timbulnya keluhan nyeri pinggang, karena pada wanita keluhan ini lebih
sering terjadi misalnya pada saat mengalami siklus menstruasi, selain itu proses menopause
juga dapat menyebabkan kepadatan tulang berkurang akibat penurunan hormon estrogen
sehingga memungkinkan terjadinya nyeri pinggang.
c. Indeks Masa Tubuh (IMT)
Pada orang yang memiliki berat badan yang berlebih risiko timbulnya nyeri pinggang
lebih besar, karena beban pada sendi penumpu berat badan akan meningkat, sehingga dapat
memungkinkan terjadinya nyeri pinggang. Tinggi badan berkaitan dengan panjangnya sumbu
tubuh sebagai lengan beban anterior maupun lengan posterior untuk mengangkat beban
tubuh.
d.Pekerjaan
Keluhan nyeri ini juga berkaitan erat dengan aktivitas mengangkat beban berat,
sehingga riwayat pekerjaan sangat diperlukan dalam penelusuran penyebab serta
penanggulangan keluhan ini. Pada pekerjaan tertentu, misalnya seorang kuli pasar yang
biasanya memikul beban di pundaknya setiap hari. Mengangkat beban berat lebih dari 25 kg
sehari akan memperbesar risiko timbulnya keluhan nyeri pinggang.
e.Aktivitas / Olahraga
Sikap tubuh yang salah merupakan penyebab nyeri pinggang yang sering tidak
disadari oleh penderitanya. Terutama sikap tubuh yang menjadi kebiasaan. Kebiasaan
seseorang, seperti duduk, berdiri, tidur, mengangkat beban pada posisi yang salah dapat
menimbulkan nyeri pinggang, misalnya, pada pekerja kantoran yang terbiasa duduk dengan
posisi punggung yang tidak tertopang pada kursi, atau seorang mahasiswa yang seringkali
membungkukkan punggungnya pada waktu menulis.
Posisi berdiri yang salah yaitu berdiri dengan membungkuk atau menekuk ke muka.
Posisi tidur yang salah seperti tidur pada kasur yang tidak menopang spinal. Kasur yang
diletakkan di atas lantai lebih baik daripada tempat tidur yang bagian tengahnya lentur. Posisi
mengangkat beban dari posisi berdiri langsung membungkuk mengambil beban merupakan
posisi yang salah, seharusnya beban tersebut diangkat setelah jongkok terlebih dahulu.
Selain sikap tubuh yang salah yang seringkali menjadi kebiasaan, beberapa aktivitas
beratseperti melakukan aktivitas dengan posisi berdiri lebih dari 1 jam dalam sehari,
5

melakukan aktivitas dengan posisi duduk yang monoton lebih dari 2 jam dalam sehari, naik
turun anak tangga lebih dari 10 anak tangga dalam sehari, berjalan lebih dari 3,2 km dalam
sehari dapat pula meningkatkan risiko timbulnya nyeri pinggang.(Adelia,Rizma.,2007)
f. Posisi Tubuh
Posisi lumbar yang berisiko menyebabkan terjadinya nyeri punggung bawah ialah
fleksi ke depan, rotasi, dan mengangkat beban yang berat dengan tangan yang terbentang.
Beban aksial pada jangka pendek ditahan oleh serat kolagen annular di diskus. Beban aksial
yang lebih lama akan memberi tekanan pada fibrosis annular dan meningkatkan tekanan pada
lempeng ujung. Jika annulus dan lempeng ujung utuh, maka beban dapat ditahan. Akan
tetapi, daya kompresi dari otot dan beban muatan dapat meingkatkan tekanan intradiskus
yang melebihi kekuatan annulus, sehingga menyebabkan robeknya annulus dan gangguan
diskus (Hillus et all, 2010)

2.5. Etiologi
Etiologi low back pain menurut Adelia Rizma (2007) dapat berupa :
1. Proses degeneratif, seperi spondilosis, HNP, stenosis spinalis, dan osteoartritis. Perubahan
pada vertebrata lumbosakral dapat terjadi pada arkus dan prosesus artikularis serta ligamen
yang menguhubungkan antar ruas tulang belakang. Perubahan degeneratif juga dapat
menyerang anulus fibrosus dari diskus intervertebralis.
2. Penyakit inflamasi, seperti rheumatoid artritis yang sering timbul sebagain penyakit akut
dengan ciri persendian keempat anggota gerak terkena secara serentak atau spondilitis
ankilopoetika dengan keluhan sakit punggung dan pinggang yang sifatnya pegal, kaku
3. Osteoporosis, pada orang tua dan jompo terutama menyerang kaum wanita. Sakit bersifat
pegal, tajam dan radikuler
4. Kelainan kongenital, yang diperlihatkan foto rontgen polos dari vertebra lumbosakralis
sering dianggap sebagai penyebab LBP.dan dapat menyerupai HNP.
5. Gangguan sirkulasi, seperti aneurisma aorta abdominalis dapat menyebabkan LBP yang
hebat. Gangguan sirkulasi lain seperti trombosis aorta terminalis, dengan gejala nyeri yang
menjalar sampai bokong, belakang paha dan tungkai kedua sisi
6

6. Tumor, dapat berupa tumor jinak seperti osteoma, Pagets disease, osteoblastoma,
hemangioma, neurioma, meningioma, atau tumor ganas seperti mieloma multipel, maupun
sekunder
7. Infeksi akut, yang disebkam oleh kuman piogenik seperti streptococcus atau
staphylococcus, atau infeksi kronik seperti spondilitis tuberkulosis dan osteomielitis
8. Psikoneuritik, seperti histeria, depresi, malingering.
9. Trauma Dan Gangguan Mekanis

2.6. Patofisiologi
Ada beberapa mekanisme yang telah diajukan mengenai proses perkembangan nyeri
punggung dan kelumpuhan yang bisa digunakan untuk menentukan apakah proses patologis
yang terlihat pada gambaran radiologis berhubungan dengan gejala yang dialami pasien.
Nyeri pada bagian manapun memerlukan perlepasan dari agen-agen inflamasi yang
menstimulasi reseptor nyeri dan menyebabkan sensasi nyeri pada jaringan, tulang belakang
merupakan struktur yang unik karena memiliki banyak jaringan di sekitarnya yang dapat
memicu nyeri. Inflamasi pada sendi tulang belakang, intervertebral diskus, ligamen dan otot,
meninges dan akar saraf dapat menyebabkan nyeri pada punggung bawah.
Jaringan-jaringan ini memberikan respon terhadap nyeri dengan melepaskan beberapa
agen kimia seperti bradikinin, prostalglandin dan leukotrin. Agen-agen kimia ini
mengaktifkan ujung saraf dan menyebabkan impuls yang menjalar ke korda spinalis. Sarafsaraf nosiseptif yang teraktivasi akan melepaskan neuropeptida, dimana yang paling banyak
adalah substansi P. Neuropeptida ini bekerja pada pembuluh darah, menyebabkan
ekstravasasi, dan menstimulasi sel mast untuk melepas histamin dan melebarkan pembuluh
darah. Sel mast juga melepaskan leukotrin dan agen-agen inflamasi lainnya yang menarik
leukosit dan monosit. Proses tersebut menghasilkan gejalagejala inflamasi seperti
pembengkakan jaringan, kongesti vaskular, dan stimulasi ujung-ujung saraf bebas.
Impuls nyeri tersebut dihasilkan oleh jaringan tulang belakang yang mengalami
inflamasi. Korda spinalis dan otak memiliki mekanisme khusus dalam memodifikasi nyeri
yang berasal dari daerah jaringan spinal. Di korda spinalis, impuls nyeri terkonversi pada
neuron yang juga menjadi reseptor sensoris. Hal ini menyebabkan perubahan derajat sensasi
7

nyeri yang ditransmisikan ke otak melalui proses yang disebut gate control system. Impuls
nyeri selanjutnya akan masuk ke proses yang kompleks dan berlangsung pada berbagai
tingakatan sistem saraf pusat. Otak akan mengeluarkan substansi kimiawi yang merespon
nyeriyang disebut endorfin. Endorfin merupakan analgesik alami yang dapat menghambat
respon terhadap nyeri melalui serotonorgic pathway (Haldeman,2002)

2.7. Klasifikasi
1. Nyeri Punggung Belakang akut

Nyeri

osteoporosis,osteomyelitis vertebra, fraktur


Nyeri akut yang berpangkal pada otot dan atau syaraf, yaitu : syndroma nyeri

akut

yang

berpangkal

pada

tulang,

yaitu

metastasis

vertebra,

myofacial,nyeri radikuler tanpa kelainan spinal, HNP


2. Nyeri Punggung Belakang kronis

Nyeri Nosiseptif somatis, misal : peoses degeneratif pada spina dan atau diskus,

spondilolisthesis, syndroma nyeri myofacial


Nyeri Nosiseptif viseral, misal : nyeri rujukan dari organ pelvis, rongga

retroperitoneal,kandung empedu, kelenjar pangkreas.


Nyeri neuropatik, misal : spinal stenosis, neoplasma (tumor)
Nyeri Psikogenik, misal : histeris, depresi

3. Failed Low Back Syndrome


Nyeri berkepanjangan pasca terapi, secara khusus diartikan sebagai nyeri berkepanjangan
pasca bedah atau komplikasi pembedahan
4. Non cancer chronic back syndrome
Nyeri yang disebabkan oleh sebab organik yang berkaitan dengan kesan nyeri yang abnormal
(Ehrlich.,2003)

Menurut Bimariotejo (2009), berdasarkan perjalanan kliniknya LBP terbagi menjadi dua
jenis, yaitu:
1. Acute Low Back Pain
8

Acute low back pain ditandai dengan rasa nyeri yang menyerang secara tiba-tiba dan rentang
waktunya hanya sebentar, antara beberapa hari sampai beberapa minggu. Rasa nyeri ini dapat
hilang atau sembuh. Acute low back pain dapat disebabkan karena luka traumatik seperti
kecelakaan mobil atau terjatuh, rasa nyeri dapat hilang sesaat kemudian. Kejadian tersebut
selain dapat merusak jaringan, juga dapat melukai otot, ligamen dan tendon. Pada kecelakaan
yang lebih serius, fraktur tulang pada daerah lumbal dan spinal dapat masih sembuh sendiri.
Sampai saat ini penatalaksanan awal nyeri pinggang akut terfokus pada istirahat dan
pemakaian analgesik.
2. Chronic Low Back Pain
Rasa nyeri pada chronic low back pain bisa menyerang lebih dari 3 bulan. Rasa nyeri ini
dapat berulang-ulang atau kambuh kembali. Fase ini biasanya memiliki onset yang berbahaya
dan sembuh pada waktu yang lama. Chronic low back pain dapat terjadi karena
osteoarthritis, rheumatoidarthritis, proses degenerasi discus intervertebralis dan tumor.
Ditinjau dari aspek biomekanik, LBP dapat dibagi atas :
1. Static (Postural) LBP
a. Akibat deviasi sikap atau postur.
b. 75% sudut lumbosacral bertambah berakibat lordosis lumbal bertambah (sway back).
c. Mempengaruhi angulasi L4 pada L5, L3 pada L4 dan L2 dan L2 pada L3
d. Postur salah dalam waktu lama berakibat strain ligament.
e. Sway back, pelvis bergerak kedepan mengakibatkan ligamen iliofemoral tegang
sehingga pelvis tidak dapat rotasi dan akhirnya lordosis lumbal bertambah.
f. Akibat kelemahan otot-otot ekstensor hip abdomen, kehamilan dan sepatu hak tinggi.

2. Kinetik LBP
a. Stress abnormal pada pinggang normal
Beban yang terlalu berat otot tidak mampu menahan.
Jarak beban yang diangkat terlalu jauh dari tubuh.
Waktu pengangkatan terlalu lama.
b. Stress normal pada pinggang abnormal
Structural scoliosis
Degenerasi discus

Kontraktur hamstring
Pemendekan otot-otot pinggang bawah dan ligamen
Stress normal pada pinggang normal tetapi tubuh tidak siap.

2.8. Manifestasi Klinis


Gejala klinis yang utama pada LBP adalah nyeri. Nyeri punggung bawah dapat bersifat
sementara atau menetap dan lokal atau menjalar. Nyeri juga dapat bersifat dangkal atau
dalam. Hal ini bergantung pada penyebab dan jenis nyeri.terdapat berbagai jenis nyeri
punggung:

Nyeri lokal,terjadi di area tertentu di punggung bagian bawah,nyeri jenis ini paling
sering terjadi.Penyebabnya biasa karena terkilir atau keseleo atau cedera
lainnya.Nyeri biasanya menetap,atau terkadang hilang timbul.Nyeri lokal dapat
berkurang atau bertambah dengan perubahan posisi. Punggung bawah dapat sakit saat

dipegang, dapat terjadi spasme otot.


Nyeri yang menjalar, nyeri bersifat tumpul dan terasa menjalar dari punggung bawah
ke tungkai. Nyeri dapat diikuti dengan nyeri tajam, biasanya hanya mengenai satu sisi
tungkai daripada seluruh tungkai.Nyeri dapat terasa sampai ke kaki atau hanya sampai
lutut. Nyeri yang menjalar biasanya menandakan adanya penekanan pangkal saraf,
misalnya karena HNP, osteoartritis atau stenosis tulang belakang. Batuk, bersin,
mengedan atau membungkuk sambil menjaga kaki agar tetap lurus dapat memicu
munculnya nyeri. Jika terdapat penekanan berat pada pangkal saraf, atau jika korda
spinalis tertekan, maka akan timbul rasa seperti ditusuk jarum, atau bahkan mati rasa

dan hilangnya fungsi pengendalian berkemih dan pencernaan (inkontinensia).


Referred pain, nyeri dirasakan pada lokasi berbeda dari lokasi penyebab nyeri
sebenarnya. Misalnya, pada pasien dengan serangan jantung, nyeri dirasakan pada
lengan kiri. Nyeri jenis ini pada punggung bawah cenderung bersifat sakit dan dalam,
dan sulit untuk menentukan lokasi asal nyeri. Pergerakan tidak memperberat nyeri
tersebut.(Cianflocco,2013)

10

2.9. DIAGNOSIS KLINIS NYERI PUNGGUNG BAWAH


Diagnosis klinis NPB meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik umum dan neurologis serta
pemeriksaan penunjang
1. Anamnesis
Dalam anamnesis perlu diketahui:

Awitan
Penyebab mekanis NPB menyebabkan nyeri mendadak yang timbul setelah posisi mekanis

yang merugikan. Mungkin terjadi robekan otot, peregangan fasia atau iritasi permukaan
sendi. Keluhan karena penyebab lain timbul bertahap.

Lama dan frekuensi serangan


NBP akibat sebab mekanik berlangsung beberapa hari sampai beberapa bulan. Herniasi

diskus bisa membutuhkan waktu 8 hari sampai resolusinya. Degenerasi diskus dapat
menyebabkan rasa tidak nyaman kronik dengan eksaserbasi selama 2-4 minggu.

Lokasi dan penyebaran


Kebanyakan NPB akibat gangguan mekanis atau medis terutama terjadi di daerah

lumbosakral. Nyeri yang menyebar ke tungkai bawah atau hanya di tungkai bawah mengarah
ke iritasi akar saraf. Nyeri yang menyebar ke tungkai juga dapat disebabkan peradangan sendi
sakroiliaka. Nyeri psikogenik tidak mempunya pola penyebaran yang tetap.

Faktor yang memperberat/memperingan


Pada lesi mekanis keluhan berkurang saat istirahat dan bertambah saat aktivitas. Pada

penderita HNP duduk agak bungkuk memperberat nyeri. Batuk, bersin atau manuver valsava
akan memperberat nyeri. Pada penderita tumor, nyeri lebih berat atau menetap jika berbaring.

Kualitas/intensitas

11

Penderita perlu menggambarkan intensitas nyeri serta dapat membandingkannya dengan


berjalannya waktu. Harus dibedakan antara NPB dengan nyeri tungkai, mana yang lebih
dominan dan intensitas dari masing-masing nyerinya, yang biasanya merupakan nyeri
radikuler. Nyeri pada tungkai yang lebih banyak dari pada NPB dengan rasio 80-20%
menunjukkan adanya radikulopati dan mungkin memerlukan suatu tindakan operasi. Bila
nyeri NPB lebih banyak daripada nyeri tungkai, biasanya tidak menunjukkan adanya suatu
kompresi radiks dan juga biasanya tidak memerlukan tindakan operatif. Gejala NPB yang
sudah lama dan intermiten, diselingi oleh periode tanpa gejala merupakan gejala khas dari
suatu NPB yang terjadinya secara mekanis.
Walaupun suatu tindakan atau gerakan yang mendadak dan berat, yang biasanya
berhubungan dengan pekerjaan, bisa menyebabkan suatu NPB, namun sebagian besar episode
herniasi diskus terjadi setelah suatu gerakan yang relatif sepele, seperti membungkuk atau
memungut barang yang enteng.
Harus diketahui pula gerakan-gerakan mana yang bisa menyebabkan bertambahnya nyeri
NPB, yaitu duduk dan mengendarai mobil dan nyeri biasanya berkurang bila tiduran atau
berdiri, dan setiap gerakan yang bisa menyebabkan meningginya tekanan intra-abdominal
akan dapat menambah nyeri, juga batuk, bersin dan mengejan sewaktu defekasi.
Selain nyeri oleh penyebab mekanik ada pula nyeri non-mekanik. Nyeri pada malam hari
bisa merupakan suatu peringatan, karena bisa menunjukkan adanya suatu kondisi terselubung
seperti adanya suatu keganasan ataupun infeksi.
Pemeriksaan Fisik
Inspeksi :
Gerakan aktif pasien harus dinilai, diperhatikan gerakan mana yang membuat nyeri
dan juga bentuk kolumna vertebralis, berkurangnya lordosis serta

adanya skoliosis.

Berkurang sampai hilangnya lordosis lumbal dapat disebabkan oleh spasme otot
paravertebral.
Gerakan-gerakan yang perlu diperhatikan pada penderita:

Keterbatasan gerak pada salah satu sisi atau arah.


12

Ekstensi ke belakang (back extension) seringkali menyebabkan nyeri pada tungkai


bila ada stenosis foramen intervertebralis di lumbal dan artritis lumbal, karena
gerakan ini akan menyebabkan penyempitan foramen sehingga menyebabkan suatu
kompresi pada saraf spinal.

Fleksi ke depan (forward flexion) secara khas akan menyebabkan nyeri pada tungkai
bila ada HNP, karena adanya ketegangan pada saraf yang terinflamasi diatas suatu
diskus protusio sehingga meninggikan tekanan pada saraf spinal tersebut dengan jalan
meningkatkan tekanan pada fragmen yang tertekan di sebelahnya (jackhammer
effect).

Lokasi dari HNP biasanya dapat ditentukan bila pasien disuruh membungkuk ke
depan ke lateral kanan dan kiri. Fleksi ke depan, ke suatu sisi atau ke lateral yang
meyebabkan nyeri pada tungkai yang ipsilateral menandakan adanya HNP pada sisi
yang sama.

Nyeri NPB pada ekstensi ke belakang pada seorang dewasa muda menunjukkan
kemungkinan adanya suatu spondilolisis atau spondilolistesis, namun ini tidak
patognomonik.

Palpasi :
Adanya nyeri (tenderness) pada kulit bisa menunjukkan adanya kemungkinan suatu
keadaan psikologis di bawahnya (psychological overlay). Kadang-kadang bisa ditentukan
letak segmen yang menyebabkan nyeri dengan menekan pada ruangan intervertebralis atau
dengan jalan menggerakkan ke kanan ke kiri prosesus spinosus sambil melihat respons
pasien. Pada spondilolistesis yang berat dapat diraba adanya ketidak-rataan (step-off) pada
palpasi di tempat/level yang terkena. Penekanan dengan jari jempol pada prosesus spinalis
dilakukan untuk mencari adanya fraktur pada vertebra. Pemeriksaan fisik yang lain
memfokuskan pada kelainan neurologis.
Refleks yang menurun atau menghilang secara simetris tidak begitu berguna pada
diagnosis NPB dan juga tidak dapat dipakai untuk melokalisasi level kelainan, kecuali pada
sindroma kauda ekuina atau adanya neuropati yang bersamaan. Refleks patella terutama
menunjukkan adanya gangguan dari radiks L4 dan kurang dari L2 dan L3. Refleks tumit
13

predominan dari S1. Harus dicari pula refleks patologis seperti babinski, terutama bila ada
hiperefleksia yang menunjukkan adanya suatu gangguan upper motor neuron (UMN). Dari
pemeriksaan refleks ini dapat membedakan akan kelainan yang berupa UMN atau LMN.
Pemeriksaan motoris : harus dilakukan dengan seksama dan harus dibandingkan kedua sisi
untuk menemukan abnormalitas motoris yang seringan mungkin dengan memperhatikan
miotom yang mempersarafinya.
Pemeriksaan sensorik : Pemeriksaan sensorik akan sangat subjektif karena membutuhkan
perhatian dari penderita dan tak jarang keliru, tapi tetap penting arti diagnostiknya dalam
membantu menentukan lokalisasi lesi HNP sesuai dermatom yang terkena. Gangguan
sensorik lebih bermakna dalam menunjukkan informasi lokalisasi dibanding motoris.6
Tanda-tanda perangsangan meningeal :
Tanda Laseque: menunjukkan adanya ketegangan pada saraf spinal khususnya L5 atau S1.
Secara klinis tanda Laseque dilakukan dengan fleksi pada lutut terlebih dahulu, lalu di
panggul sampai 900 lalu dengan perlahan-lahan dan graduil dilakukan ekstensi lutut dan
gerakan ini akan menghasilkan nyeri pada tungkai pasien terutama di betis (tes yang positif)
dan nyeri akan berkurang bila lutut dalam keadaan fleksi. Terdapat modifikasi tes ini dengan
mengangkat tungkai dengan lutut dalam keadaan ekstensi (stright leg rising). Modifikasimodifikasi tanda laseque yang lain semua dianggap positif bila menyebabkan suatu nyeri
radikuler. Cara laseque yang menimbulkan nyeri pada tungkai kontra lateral merupakan
tanda kemungkinan herniasi diskus.5
Pada tanda laseque, makin kecil sudut yang dibuat untuk menimbulkan nyeri makin besar
kemungkinan kompresi radiks sebagai penyebabnya. Demikian juga dengan tanda laseque
kontralateral. Tanda Laseque adalah tanda pre-operatif yang terbaik untuk suatu HNP, yang
terlihat pada 96,8% dari 2157 pasien yang secara operatif terbukti menderita HNP dan pada
hernia yang besar dan lengkap tanda ini malahan positif pada 96,8% pasien. Harus diketahui
bahwa tanda Laseque berhubungan dengan usia dan tidak begitu sering dijumpai pada
penderita yang tua dibandingkan dengan yang muda (<30 tahun).

14

Tanda Laseque kontralateral (contralateral Laseque sign) dilakukan dengan cara yang sama,
namun bila tungkai yang tidak nyeri diangkat akan menimbulkan suatu respons yang positif
pada tungkai kontralateral yang sakit dan menunjukkan adanya suatu HNP.
Tes Bragard: Modifikasi yang lebih sensitif dari tes laseque. Caranya sama seperti tes laseque
dengan ditambah dorsofleksi kaki.
Tes Sicard: Sama seperti tes laseque, namun ditambah dorsofleksi ibu jari kaki.
Tes valsava: Pasien diminta mengejan/batuk dan dikatakan tes positif bila timbul nyeri
Ketika rasa sakit yang parah dan tidak hilang dalam waktu 6 sampai 12 minggu, diagnosis
tambahan menjadi lebih penting untuk menentukan perawatan lebih lanjut.
Alat diagnostik mencakup:

Foto rontgen biasa (plain photos) sering terlihat normal atau kadang-kadang
dijumpai

penyempitan

ruangan

intervertebral,

spondilolistesis,

perubahan

degeneratif, dan tumor spinal. Penyempitan ruangan intervertebral kadang-kadang


terlihat bersamaan dengan suatu posisi yang tegang dan melurus dan suatu skoliosis

akibat spasme otot paravertebral.


CT scan:Menangkap penampang gambar cakram tulang dan tulang belakang,dapat
digunakan untuk memeriksa herniated disc atau spinal stenosis. CT scan adalah
sarana diagnostik yang efektif bila vertebra dan level neurologis telah jelas dan

kemungkinan karena kelainan tulang


Myelogram. Memungkinkan identifikasi masalah dalam tulang belakang, sumsum
tulang belakang dan akar saraf. Suntikan pewarna kontras menerangi tulang belakang

sebelum x-ray atau CT-scan


MRI scan. Menampilkan rinci penampang komponen tulang belakang. Berguna untuk
menilai masalah dengan cakram lumbar dan akar saraf, serta mengesampingkan
penyebab nyeri punggung bawah seperti infeksi tulang belakang atau tumor Biasanya
spesialis tulang belakang akan memiliki gambaran yang baik dari penyebab nyeri
pasien dari gejala-gejala pasien dan pemeriksaan fisik, dan akan menggunakan tes
diagnostik di atas untuk mengkonfirmasi dan mengklarifikasi diagnosis dan / atau
untuk menyingkirkan kemungkinan penyebab lain dari gejalagejala pasien
(Ullrich.,2012). MRI (akurasi 73-80%) biasanya sangat sensitif pada HNP dan akan
15

menunjukkan berbagai prolaps. Namun para ahli bedah saraf dan ahli bedah ortopedi
tetap memerlukan suatu EMG untuk menentukan diskus mana yang paling terkena.
MRI sangat berguna bila:

vertebra dan level neurologis belum jelas

kecurigaan kelainan patologis pada medula spinal atau jaringan lunak

untuk menentukan kemungkinan herniasi diskus post operasi

kecurigaan karena infeksi atau neoplasma

Mielografi atau CT mielografi dan/atau MRI adalah alat diagnostik yang sangat
berharga pada diagnosis NPB dan diperlukan oleh ahli bedah saraf/ortopedi untuk
menentukan lokalisasi lesi pre-operatif dan menentukan adakah adanya sekwester
diskus yang lepas dan mengeksklusi adanya suatu tumor.

2.10. Diagnosis Banding


Diagnosa banding LBP, diantaranya :
Cedera tendon achilles
Nyeri coccygeal
Kompresi lumbal akibat fraktur
Penyakit degeneratif diskus intervertebralis
Spondylosis lumbal
Spondylolisthesis (Hills et al, 2010)
Diagnosis banding dari NPB yang sering terjadi dapat dilihat pada tabel di bawah ini.12

Disease

orPatient Location ofQuality of pain Aggravating

orSigns
16

age
condition

(years) pain

Back strain

20 to 40 Low

relieving factors

back,Ache, spasm

buttock,

Increased

withLocal

tenderness,

activity or bending limited spinal motion

posterior
Acute

thigh
disc30 to 50 Low back toSharp, shootingDecreased

herniation

lower leg

or burning pain,standing; increasedraise


paresthesia in leg with

Osteoarthritis

or>50

spinal stenosis

Low back toAche,


lower

withPositive

bending

sitting
shootingIncreased

straight

test,

orasymmetric reflexes
withMild

decrease

needles

up

an

bilateral

sensation

decreased

withasymmetric reflexes

Ache

sitting
Increased

withExaggeration

incline;have

weakness

step

off

between

joints,

tenderness

lumbar spine
Any age Lumbar
Sharp pain, ache Varies

>50

(defect
tight

hamstrings
Morning stiffness Decreased back motion,

Ache

over

sacroiliac joints
Fever,
percussive

spine,

tenderness; may have

sacrum

neurologic
abnormalities

Malignancy

the

spinous

processes),
15 to 40 Sacroiliac

of

or

activity or bending lumbar curve, palpable

thigh

Infection

in

often

posterior

spondylitis

weakness,

leg;pain, pins andwalking, especiallyextension of spine; may

Spondylolisthesis Any age Back,

Ankylosing

leg

Affected

Dull

ache,Increased

bone(s)

throbbing

pain;recumbency

slowly

cough

or

decreased motion
withMay have localized
ortenderness, neurologic
signs or fever

pprogressive

17

2.11. Penatalaksanaan
Jika penyebab spesifik terjadinya nyeri punggung bawah dapat diketahui,maka perlu
diatasi penyebab tersebut.Tidak ada pengobatan yang spesifik untuk penyebab nyeri
muskuloskeletal. Tetapi terdapat beberapa tindakan yang dapat membantu,biasanya tindakan
ini juga dapat digunakan untuk mengatasi nyeri akibat penekanan tulang belakang tindakan
ini meliputi:

Perbaiki aktifitas,
menggunakan obat pereda nyeri,
kompres hangat atau dingin pada daerah nyeri,dan
olahraga.

Untuk nyeri punggung bawah yang baru terjadi,penanganan dimulai dengan mencegah
aktivitas yang memberi stressor pada tulang belakang,misalnya mengangkat benda berat dan
membungkuk.
Penggunaan Acetaminophen terkadang dianjurkan untuk mengatasi nyeri.Jika terdapat
peradangan maka dapat digunakan obat NSAID yang dapat mengatasi nyeri dan
peradangan.jika keduanya tidak dapat mengatasi nyeri yangada,maka dapat digunakan obat
golongan Opioid.
Pemakaian relaksan otot seperti cyclobenzaprine, diazepam, atau methocarbamol, terkadang
diperlukan untuk mengatasi spasme otot, tapi kegunaannya sendiri masih kontroversial. Obat
obat ini tidak danjurkan oleh orang tua, karena lebih sering memberi efek samping.
(Cianflocco.,2013)
Medikamentosa
1. Obat-obat analgesik
Obat-obat analgesik umumya dibagi menjadi dua golongan besar :
-

Analgetik narkotik
18

Obat-obat golongan ini terutama bekerja pada susunan saraf digunakan untuk menghilangkan
rasa sakit yang berasal dari organ viseral. Obat golongan ini hampir tidak digunakan untuk
pengobatan LBP karena bahaya terjadinya adiksi pada penggunaan jangka panjang.
Contohnya : Morfin, heroin, dll.
-

Analgetik antipiretik

: Sangat bermanfat untuk menghilangkan rasa nyeri mempunyai khasiat anti piretik, dan
beberapa diantaranya juga berkhasiat antiinflamasi. Kelompok obat-obat ini dibagi menjadi 4
golongan
a) Golongan salisilat
Merupakan analgesik yang paling tua, selain khasiat analgesik juga mempunyai khasiat
antipiretik, antiinflamasi, dan antitrombotik. Contohnya : Aspirin
Dosis Aspirin :

Sebagai anlgesik 600 900 mg, diberikan 4 x sehari

Sebagai antiinflamasi 750 1500 mg, diberikan 4 x sehari


Kontraindikasi :

Penderita tukak lambung


Resiko terjadinya pendarahan
Gangguan faal ginjal
Hipersensitifitas

Efek samping :

Gangguan saluran cerna


Anemia defisiensi besi
Serangan asma bronkial

b) Golongan Paraaminofenol
Paracetamol

dianggap

sebagai

analgesik-antipiretik

yang

paling

aman

untuk

menghilangkan rasa nyeri tanpa disertai inflamasi.


Dosis terapi :

600 900 mg, diberikan 4 x sehari


19

c) Golongan pirazolon
Dipiron mempunyai aceptabilitas yang sangat baik oleh penderita, lebih kuat dari pada
paracetamol, dan efek sampingnya sangat jarang.
Dosis terapi :

0,5 1 gram, diberikan 3 x sehari

d) Golongan asam organik yang lain


- Derivat asam fenamat
Yang termasuk golongan ini misalnya asam mefenamt, asam flufenamat, dan Nameclofenamat.Golongan obat ini sering menimbulkan efek samping terutama diare.Dosis
asam mefenamat sehari yaitu 4500 mg,sedangkan dosis Na-meclofenamat sehari adalah 3-4
kali 100 mg.
- Derivat asam propionat
Golongan obat ini merupakan obat anti inflamasi non steroid (AINS) yang relatif baru, yang
juga mempunyai khasiat anal getik dam anti piretik. Contoh obat golongan ini misalnya
ibuprofen, naproksen, ketoprofen, indoprofen dll.
- Derifat asam asetat
Sebagai contoh golonagn obat ini ialah Na Diklofenak. Selain mempunyai efek anti inflamasi
yang kuat, juga mempunyai efek analgesik dan antipiretik. Dosis terapinya 100-150 mg 1 kali
sehari.
- Derifat Oksikam
Salah satu contohnya adalah Piroxicam, dosis terapi 20 mg 1 kali sehari.
Fisioterapi
a. Terapi Panas

20

Terapi menggunakan kantong dingin kantong panas. Dengan menaruh sebuah kantong
dingin di tempat daerah punggung yang terasa nyeri atau sakit selama 5-10 menit. Jika
selama 2 hari atau 48 jam rasa nyeri masih terasa gunakan heating pad (kantong hangat).
b. Elektro Stimulus
- Acupunture
Menggunakan jarum untuk memproduksi rangsangan yang ringan tetapi cara ini tidak terlalu
efisien karena ditakutkan resiko komplikasi akibat ketidaksterilan jarum yang digunakan
sehingga menyebabkan infeksi.
- Ultra Sound
Untuk menghangatkan
-

Radiofrequency Lesioning

Dengan menggunakan impuls listrik untuk merangsang saraf


-

Spinal Endoscopy

Dengan memasukkan endoskopi pada kanalis spinalis untuk memindahkan atau


menghilangkan jaringan scar.
-

Percutaneous Electrical Nerve Stimulation (PENS)

Elektro Thermal Disc Decompression

- Trans Cutaneous Electrical Nerve Stimulation ( TENS )


Menggunakan alat dengan tegangan kecil.
c. Traction
Helaan atau tarikan pada badan ( punggung ) untuk kontraksi otot.
d. Pemijatan atau massage

21

Dengan terapi ini bisa menghangatkan, merileksi otot belakang dan melancarkan
perdarahan.
2.12. Pencegahan
Cara yang paling efektif untuk mencegah nyeri punggung bawah adalah dengan
olahraga secara teratur. Latihan aerobik dan olahraga untuk meregangkan dan
mengencangkan otot sangat membantu. Aerobik, berenang, dan berjalan, memperbaiki
kebugaran tubuh secaramenyeluruh dan juga memperkuat otot otot. Latihan tertentu dapat
meregangkan dan memperkuat otot-otot perut, bokong, dan punggung sehingga dapat
menstabilkan tulang punggung. Pada beberapa orang,latihan peregangan dapat menambah
nyeri punggung,untuk itu latihan perlu dilakukan secara hati-hati. Secara umum,olahraga
yang menimbulkan atau menambah nyeri harus dihentikan.(Cianflocco.,2013)
Latihan Low Back Pain dapat dilakukan sebagai berikut :
a. Lying supine hamstring stretch

b. Knee to chest stretch

c. Pelvic Tilt

22

d. Sitting leg stretch

e. Hip and quadriceps stretch

Alat Bantu
1. Back corsets.
Penggunaan penahan pada punggung sangat membantu untuk mengatasi Low Back Pain
yang dapat membungkus punggung dan perut.

23

2. Tongkat Jalan

Larangan
a. Berdiri terlalu lama tanpa diselingi gerakan seperti jongkok.
b. Membawa beban yang berat.
c. Duduk terlalu lama.
d. Memakai sepatu hak tinggi.
e. Menulis sambil membungkuk terlalu lama.
f. Tidur tanpa menggunakan alas di permukaan yang keras atau menggunakan kasur yang
terlalu empuk.
Anjuran
a. Posisikan kepala dititik tertinggi, bahu ditaruh sedikit kebelakang.
b. Duduk tegak 90 derajat.
c. Gunakanlah sepatu yang nyaman.
d. Jika ingin duduk dengan jangka wqktu yang lama, istirahatkan kaki di lantai atau apa saja
yang mnurut anda nyaman.

24

e. Jika mempunyai masalah dengan tidur, taruhlah bantal di bawah lutut atau jika tidur
menyamping, letakkanlah bantal diantara kedua lutut.
f. Hindari berat badan yang berlebihan.
g. Ketika memerlukan berdiri dalam waktu lama salah satu kaki diletakkan diatas supaya
sudut ferguson tidak terlalu besar (sudut ferguson adalah sudut kemiringan sakrum dengan
garishorisontal).

25

2.13. Prognosis
Prognosis LBP baik pada tipe mekanik. Setelah 1 bulan pengobatan, 35% pasien
dilaporkan membaik, dan 85% pasien membaik setelah 3 bulan. Dilaporkan tingkat
kekambuhan LBP mencapai 62% pada tahun pertama. Setelah 2 tahun, 80% pasien
setidaknya mengalami satu kali kekambuhan. (Hills et al,2010)

3.Kelainan Tulang Belakang Yang Menyebabkan LBP


Kelainan Tulang Punggung (Spine) Sejak Lahir
Keadaan ini lebih dikenal dengan istilah Hemi Vertebrae. Menurut Soeharso (1978)
kelainan-kelainan kondisi tulang vertebra tersebut dapat berupa tulang vertebra hanya
setengah bagian karena tidak lengkap pada saat lahir. Hal ini dapat menyebabkan timbulnya
low back pain yang disertai dengan skoliosis ringan.
Selain itu ditandai pula adanya dua buah vertebra yang melekat menjadi satu, namun
keadaan ini tidak menimbulkan nyeri. Terdapat lubang di tulang vertebra dibagian bawah
karena tidak melekatnya lamina dan keadaan ini dikenal dengan Spina Bifida. Penyakit spina
bifida dapat menyebabkan gejala-gejala berat sepert club foot, rudimentair foof, kelayuan
pada kaki, dan sebagainya. namun jika lubang tersebut kecil, tidak akan menimbulkan
keluhan.
Beberapa jenis kelainan tulang punggung sejak lahir
a. Spondilolisis dan spondilolistesis
Pada Spondilolisis tampak bahwa sewaktu pembentukan korpus vertebrae itu

( in

utero ) arkus vertebrae tidak bertemu dengan korpus vertebraenya sendiri. Pada
spondilolistesis korpus vertebrae itu sendiri ( biasanya L5 ) tergeser ke depan. Walaupun
kejadian ini terjadi sewaktu bayi itu masih berada dalam kandungan, namun ( oleh karena
timbulnya kelinan-kelainan degeneratif ) sesudah berumur 35 tahun, barulah timbul keluhan
nyeri pinggang. Nyeri pinggang ini berkurang / hilang bila penderita duduk atau tidur. Dan
akan bertambah, bila penderita itu berdiri atau berjalan. Spondilolitesis dapat mengakibatkan
tertekuknya radiks L5 sehingga timbul nyeri radikuler.

b. Spina Bifida
Bila di daerah lumbosakral terdapat suatu tumor kecil yang ditutupi oleh kulit yang
berbulu, maka hendaknya kita waspada bahwa didaerah itu ada tersembunyi suatu spina
bifida okulta.

Pada foto rontgen tampak bahwa terdapat suatu hiaat pada arkus spinosus di daerah
lumbal atau sakral. Karena adanya defek tersebut maka pada tempat itu tidak terbentuk suatu
ligamentum interspinosum.
Keadaan ini akan menimbulkan suatu lumbo-sakral sarain yang oleh si penderita dirasakan
sebagai nyeri pinggang.
c. Stenosis kanalis vertebralis
Diagnosis penyakit ini ditegakkan secara radiologis. Walaupun penyakit telah ada
sejak lahir, namun gejala-gejalanya baru tampak setelah penderita berumur 35 tahun.
Gejala yang tampak adalah timbulnya nyeri radikuler bila si penderita jalan dengan
sikap tegak. Nyeri hilang begitu penderita berhenti jalan atau bila ia duduk. Untuk
menghilangkan rasa nyerinya maka penderita lantas jalan sambil membungkuk.

d. Spondylosis lumbal
Penyakit sendi degeneratif yang mengenai vertebra lumbal dan discus intervertebralis, yang
menyebabkan nyeri dan kekakuan.
Penyakit Spondylisthesis
Pada spondylisthesis merupakan kelainan pembentukan korpus vertebrae, dimana
arkus vertebrae tidak bertemu dengan korpus vertebrae (Bimariotejo, 2009). Walaupun
kejadian ini terjadi sewaktu bayi, namun ketika berumur 35 tahun baru menimbulkan nyeri
akibat kelinan-kelainan degeneratif. Nyeri pinggang ini berkurang atau hilang bila penderita
duduk atau tidur dan akan bertambah, bila penderita itu berdiri atau berjalan (Bimariotejo,
2009).
Soeharso (1978) menyebutkan gejala klinis dari penyakit ini adalah:
1). Penderita memiliki rongga badan lebih pendek dari semestinya. Antara dada dan
panggul terlihat pendek.
2). Pada punggung terdapat penonjolan processus spinosus vertebra yang menimbulkan
skoliosis ringan.
3). Nyeri pada bagian punggung dan meluas hingga ke ekstremitas bawah.
4). Pemeriksaan X-ray menunjukan adanya dislokasi, ukuran antara ujung spina dan
garis depan corpus pada vertebra yang mengalami kelainan lebih panjang dari garis
spina corpus vertebrae yang terletak diatasnya.
f. Penyakit Kissing Spine
Penyakit ini disebabkan karena dua tau lebih processus spinosus bersentuhan. Keadan
ini bisa menimbulkan gejala dan tidak. Gejala yang ditimbulkan adalah low back pain.
Penyakit ini hanya bisa diketahui dengan pemeriksaan X-ray dengan posisi lateral (Soeharso,
1978).
g. Sacralisasi Vertebrae Lumbal Ke V
Penyakit ini disebabkan karena processus transversus dari vertebra lumbal ke V
melekat atau menyentuh os sacrum dan/atau os ileum (Soeharso, 1978).
Low Back Pain karena Trauma
Trauma dan gangguan mekanis merupakan penyebab utama LBP (Bimariotejo, 2009).
Pada orang-orang yang tidak biasa melakukan pekerjaan otot atau melakukan aktivitas
dengan beban yang berat dapat menderita nyeri pinggang bawah yang akut.

Gerakan bagian punggung belakang yang kurang baik dapat menyebabkan kekakuan dan
spasme yang tiba-tiba pada otot punggung, mengakibatkan terjadinya trauma punggung
sehingga menimbulkan nyeri. Kekakuan otot cenderung dapat sembuh dengan sendirinya
dalam jangka waktu tertentu. Namun pada kasus-kasus yang berat memerlukan pertolongan
medis agar tidak mengakibatkan gangguan yang lebih lanjut (Idyan, 2008).
Menurut Soeharso (1978), secara patologis anatomis, pada low back pain yang disebabkan
karena trauma, dapat ditemukan beberapa keadaan, seperti:
a. Perubahan pada sendi Sacro-Iliaca
Gejala yang timbul akibat perubahan sendi sacro-iliaca adalah rasa nyeri pada os
sacrum akibat adanya penekanan. Nyeri dapat bertambah saat batuk dan saat posisi supine.
Pada pemerikasaan, lassague symptom positif dan pergerakan kaki pada hip joint terbatas.
b. Perubahan pada sendi Lumba Sacral
Trauma dapat menyebabkan perubahan antara vertebra lumbal V dan sacrum, dan
dapat menyebabkan robekan ligamen atau fascia. Keadaan ini dapat menimbulkan nyeri yang
hebat di atas vertebra lumbal V atau sacral I dan dapat menyebabkan keterbatasan gerak.
Low Back Pain karena Perubahan Jaringan
Kelompok penyakit ini disebabkan karena terdapat perubahan jaringan pada tempat yang
mengalami sakit. Perubahan jaringan tersebut tidak hanya pada daerah punggung bagian
bawah, tetapi terdapat juga disepanjang punggung dan anggota bagian tubuh lain (Soeharso,
1978).
Beberapa jenis penyakit dengan keluhan LBP yang disebabakan oleh perubahan jaringan
antara lain:
a. Osteoartritis (Spondylosis Deformans)
Dengan bertambahnya usia seseorang maka kelenturan otot-ototnya juga menjadi
berkurang sehingga sangat memudahkan terjadinya kekakuan pada otot atau sendi. Selain itu
juga terjadi penyempitan dari ruang antar tulang vetebra yang menyebabkan tulang belakang
menjadi tidak fleksibel seperti saat usia muda. Hal ini dapat menyebabkan nyeri pada tulang
belakang hingga ke pinggang (Idyan, 2008).

Gambar. Osteoarthritis Lumbal


b. Penyakit Fibrositis
Penyakit ini juga dikenal dengan Reumatism Muskuler. Penyakit ini ditandai dengan
nyeri dan pegal di otot, khususnya di leher dan bahu. Rasa nyeri memberat saat beraktivitas,
sikap tidur yang buruk dan kelelahan (Dieppe, 1995 dalam Idyan, 2008).
c. Penyakit Infeksi
Menurut Diepee (1995) dalam Idyan (2008), infeksi pada sendi terbagi atas dua jenis,
yaitu infeksi akut yang disebabkan oleh bakteri dan infeksi kronis, disebabkan oleh bakteri
tuberkulosis. Infeksi kronis ditandai dengan pembengkakan sendi, nyeri berat dan akut,
demam serta kelemahan.

Low Back Pain karena Pengaruh Gaya Berat


Gaya berat tubuh, terutama dalam posisi berdiri, duduk dan berjalan dapat
mengakibatkan rasa nyeri pada punggung dan dapat menimbulkan komplikasi pada bagian
tubuh yang lain, misalnya genu valgum, genu varum, coxa valgum dan sebagainya (Soeharso,
1987). Beberapa pekerjaan yang mengaharuskan berdiri dan duduk dalam waktu yang lama
juga dapat mengakibatkan terjadinya LBP (Klooch, 2006 dalam Shocker, 2008).
Trauma dan gangguan mekanis merupakan penyebab utama nyeri pinggang bawah.
Pada orang-orang yang tidak biasa melakukan pekerjaan otot atau sudah lama tidak
melakukan kegiatan ini dapat menderita nyeri pinggang bawah yang akut. Cara bekerja di
pabrik atau di kantor dengan sikap yang salah lama-lama nenyebabkan nyeri pinggang bawah
yang kronis.
Patah tulang, pada orang yang umurnya sudah agak lanjut sering oleh karena trauma
kecil saja dapat menimbulkan fraktur kompresi pada korpus vertebra. Hal ini banyak
ditemukan pada kaum wanita terutam yang sudah sering melahirkan. Dalam hal ini tidak
jarang osteoporosis menjadi sebab dasar daripada fraktur kompresi. Fraktur pada salah satu
prosesus transversus terutama ditemukan pada orang-orang lebih muda yang melakukan
kegiatan olahraga yang terlalu dipaksakan.
Pada penderita dengan obesitas mungkin perut yang besar dapat menggangu
keseimbangan statik dan kinetik dari tulang belakang sehingga timbul nyeri pinggang.
Ketegangan mental terutama ketegangan dalam bidang seksual atau frustasi seksual
dapat ditransfer kepada daerah lumbal sehingga timbul kontraksi otot-otot paraspinal secara

terus menerus sehingga timbul rasa nyeri pinggang. Analog dengan tension headache maka
nyeri pinggang semacam ini dapat dinamakan tension backache.

Kehamilan dan obesitas merupakan salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya
LBP akibat pengaruh gaya berat. Hal ini disebabkan terjadinya penekanan pada tulang
belakang akibat penumpukan lemak, kelainan postur tubuh dan kelemahan otot (Bimariotejo,
2009).
HERNIA NUKLEUS PULPOSUS14

HNP adalah suatu keadaan di mana sebagian atau seluruh nukleus pulposus mengalami
penonjolan ke dalam kanalis spinalis.
Nukleus pulposus adalah gel viskus yang terdiri dari proteoglikan yang mengandung kadar
air yang tinggi. Nukleus pulposus memiliki fungsi menahan beban sekaligus sebagai
bantalan. Dengan bertambahnya usia kemampuan nukleus pulposus menahan air sangat
berkurang sehingga diskus mengerut, terjadi penurunan vaskularisasi sehingga diskus
menjadi kurang elastis. Pada diskus yang sehat, nukleus pulposus akan mendistribusikan
beban secara merata ke segala arah, namun nukleus pulposus yang mengerut akan
mendistribusikan beban secara asimetris, akibatnya dapat terjadi cedera atau robekan pada
anulus.
Manifestasi klinik HNP adalah sebagai berikut:

Ischialgia. Nyeri bersifat tajam, seperti terbakar, dan berdenyut sampai ke bawah
lutut.

Ischialgia merupakan nyeri yang terasa sepanjang perjalanan nervus ischiadicus sampai ke
tungkai.

Dapat timbul gejala kesemutan atau rasa baal.

Pada kasus berat dapat timbul kelemahan otot dan hilangnya refleks tendon patella
(KPR) dan Achilles (APR).

Bila mengenai konus atau kauda ekuina dapat terjadi gangguan defekasi, miksi dan
fungsi seksual. Keadaan ini merupakan kegawatan neurologis yang memerlukan
tindakan pembedahan untuk mencegah kerusakan fungsi permanen.

Nyeri bertambah dengan batuk, bersin, mengangkat benda berat, membungkuk akibat
bertambahnya tekanan intratekal.

Kebiasaan penderita perlu diamati, bila duduk maka lebih nyaman duduk pada sisi
yang sehat.

Menurut Deyo dan Rainville, untuk pasien dengan keluhan NPB dan nyeri yang dijalarkan ke
tungkai, pemeriksaan awal cukup meliputi:
1. Tes laseque
2. Tes kekuatan dorsofleksi pergelangan kaki dan ibu jari kaki. Kelemahan menunjukkan
gangguan akar saraf L4-5
3. Tes refleks tendon achilles untuk menilai radiks saraf S1
4. Tes sensorik kaki sisi medial (L4), dorsal (L5) dan lateral (S1)
5. Tes laseque silang merupakan tanda yang spesifik untuk HNP. Bila tes ini positif,
berarti ada HNP, namun bila negatif tidak berarti tidak ada HNP.

Pemeriksaan yang singkat ini cukup untuk menjaring HNP L4-S1 yang mencakup 90%
kejadian HNP. Namun pemeriksaan ini tidak cukup untuk menjaring HNP yang jarang di L23 dan L3-4 yang secara klinis sulit didiagnosis hanya dengan pemeriksaan fisik saja.
Penatalaksanaan HNP
Penatalaksanaan NPB diberikan untuk meredakan gejala akut dan mengatasi etiologi. Pada
kasus HNP, terapi dibagi berdasarkan terapi konservatif dan bedah.
Terapi konservatif
Tujuan terapi konservatif adalah mengurangi iritasi saraf, memperbaiki kondisi fisik pasien
dan melindungi dan meningkatkan fungsi tulang punggung secara keseluruhan. 90% pasien
akan membaik dalam waktu 6 minggu, hanya sisanya yang membutuhkan pembedahan.
Terapi konservatif untuk NPB, termasuk NPB akibat HNP meliputi:
1. Tirah baring
Tujuan tirah baring untuk mengurangi nyeri mekanik dan tekanan intradiskal, lama yang
dianjurkan adalah 2-4 hari. Tirah baring terlalu lama akan menyebabkan otot melemah.
Pasien dilatih secara bertahap untuk kembali ke aktivitas biasa.
Posisi tirah baring yang dianjurkan adalah dengan menyandarkan punggung, lutut dan
punggung bawah pada posisi sedikit fleksi. Fleksi ringan dari vertebra lumbosakral akan
memisahkan permukaan sendi dan memisahkan aproksimasi jaringan yang meradang.
1. Medikamentosa
1. Analgetik dan NSAID
2. Pelemas otot: digunakan untuk mengatasi spasme otot
3. Opioid: tidak terbukti lebih efektif dari analgetik biasa. Pemakaian jangka
panjang dapat menyebabkan ketergantungan
4. Kortikosteroid oral: pemakaian masih menjadi kontroversi namun dapat
dipertimbangkan pada kasus HNP berat untuk mengurangi inflamasi.

5. Analgetik ajuvan: dipakai pada HNP kronis


Terapi fisik
Traksi pelvis
Menurut panel penelitian di Amerika dan Inggris traksi pelvis tidak terbukti bermanfaat.
Penelitian yang membandingkan tirah baring, korset dan traksi dengan tirah baring dan korset
saja tidak menunjukkan perbedaan dalam kecepatan penyembuhan.
Diatermi/kompres panas/dingin
Tujuannya adalah mengatasi nyeri dengan mengatasi inflamasi dan spasme otot. Pada
keadaan akut biasanya dapat digunakan kompres dingin, termasuk bila terdapat edema. Untuk
nyeri kronik dapat digunakan kompres panas maupun dingin.
Korset lumbal
Korset lumbal tidak bermanfaat pada NPB akut namun dapat digunakan untuk mencegah
timbulnya eksaserbasi akut atau nyeri pada NPB kronis. Sebagai penyangga korset dapat
mengurangi beban pada diskus serta dapat mengurangi spasme.
Latihan
Direkomendasikan melakukan latihan dengan stres minimal pada punggung seperti jalan
kaki, naik sepeda atau berenang. Latihan lain berupa kelenturan dan penguatan. Latihan
bertujuan untuk memelihara fleksibilitas fisiologik, kekuatan otot, mobilitas sendi dan
jaringan lunak. Dengan latihan dapat terjadi pemanjangan otot, ligamen dan tendon sehingga
aliran darah semakin meningkat.
Latihan kelenturan
Punggung yang kaku berarti kurang fleksibel akibatnya vertebra lumbosakral tidak
sepenuhnya lentur. Keterbatasan ini dapat dirasakan sebagai keluhan kencang.
Latihan untuk kelenturan punggung adalah dengan membuat posisi meringkuk seperti bayi
dari posisi terlentang. Tungkai digunakan sebagai tumpuan tarikan. Untuk menghasilkan

posisi knee-chest, panggul diangkat dari lantai sehingga punggung teregang, dilakukan fleksi
bertahap punggung bawah bersamaan dengan fleksi leher dan membawa dagu ke dada.
Dengan gerakan ini sendi akan mencapai rentang maksimumnya. Latihan ini dilakukan
sebanyak 3 kali gerakan, 2 kali sehari.
Latihan penguatan
Latihan pergelangan kaki: Gerakkan pergelangan kaki ke depan dan belakang dari posisi
berbaring.
Latihan menggerakkan tumit: Dari posisi berbaring lutut ditekuk dan kembali diluruskan
dengan tumit tetap menempel pada lantai (menggeser tumit).
Latihan mengangkat panggul: Pasien dalam posisi telentang, dengan lutut dan punggung
fleksi, kaki bertumpu di lantai. Kemudian punggung ditekankan pada lantai dan panggul
diangkat pelan-pelan dari lantai, dibantu dengan tangan yang bertumpu pada lantai. Latihan
ini untuk meningkatkan lordosis vertebra lumbal.
Latihan berdiri: Berdiri membelakangi dinding dengan jarak 10-20 cm, kemudian punggung
menekan dinding dan panggul direnggangkan dari dinding sehingga punggung menekan
dinding. Latihan ini untuk memperkuat muskulus kuadriseps.
Latihan peregangan otot hamstring: Peregangan otot hamstring penting karena otot hamstring
yang kencang menyebabkan beban pada vertebra lumbosakral termasuk pada anulus diskus
posterior, ligamen dan otot erector spinae. Latihan dilakukan dari posisi duduk, kaki lurus ke
depan dan badan dibungkukkan untuk berusaha menyentuh ujung kaki. Latihan ini dapat
dilakukan dengan berdiri.
Latihan berjinjit: Latihan dilakukan dengan berdiri dengan seimbang pada 2 kaki, kemudian
berjinjit (mengangkat tumit) dan kembali seperti semula. Gerakan ini dilakukan 10 kali.
Latihan mengangkat kaki: Latihan dilakukan dengan menekuk satu lutut, meluruskan kaki
yang lain dan mengangkatnya dalam posisi lurus 10-20 cm dan tahan selama 1-5 detik.
Turunkan kaki secara perlahan. Latihan ini diulang 10 kali.

Proper body mechanics: Pasien perlu mendapat pengetahuan mengenai sikap tubuh yang baik
untuk mencegah terjadinya cedera maupun nyeri.
Beberapa prinsip dalam menjaga posisi punggung adalah sebagai berikut:

Dalam posisi duduk dan berdiri, otot perut ditegangkan, punggung tegak dan lurus.
Hal ini akan menjaga kelurusan tulang punggung.

Ketika akan turun dari tempat tidur posisi punggung didekatkan ke pinggir tempat
tidur. Gunakan tangan dan lengan untuk mengangkat panggul dan berubah ke posisi
duduk. Pada saat akan berdiri tumpukan tangan pada paha untuk membantu posisi
berdiri.

Pada posisi tidur gunakan tangan untuk membantu mengangkat dan menggeser posisi
panggul.

Saat duduk, lengan membantu menyangga badan. Saat akan berdiri badan diangkat
dengan bantuan tangan sebagai tumpuan.

Saat mengangkat sesuatu dari lantai, posisi lutut ditekuk seperti hendak jongkok,
punggung tetap dalam keadaan lurus dengan mengencangkan otot perut. Dengan
punggung lurus, beban diangkat dengan cara meluruskan kaki. Beban yang diangkat
dengan tangan diletakkan sedekat mungkin dengan dada.

Jika hendak berubah posisi, jangan memutar badan. Kepala, punggung dan kaki harus
berubah posisi secara bersamaan.

Hindari gerakan yang memutar vertebra. Bila perlu, ganti wc jongkok dengan wc
duduk sehingga memudahkan gerakan dan tidak membebani punggung saat bangkit.

Dengan melakukan latihan setiap hari, atau setidaknya 3-4 kali/minggu secara teratur maka
diperkirakan dalam 6-8 minggu kekuatan akan membaik sebanyak 20-40% dibandingkan saat
NPB akut.
Terapi operatif

Terapi bedah berguna untuk menghilangkan penekanan dan iritasi pada saraf sehingga nyeri
dan gangguan fungsi akan hilang. Tindakan operatif pada HNP harus berdasarkan alasan yang
kuat yaitu berupa: 10

Defisit neurologik memburuk.

Gangguan otonom (miksi, defekasi, seksual).

Paresis otot tungkai bawah.

Pada discectomy, sebagian dari discus intervertebralis diangkat untuk mengurangi tekanan
terhadap nervus. Laminectomy dapat dilakukan sebagai dekompresi.

Anda mungkin juga menyukai