Abses Odontogenik
Abses Odontogenik
Abses Odontogenik
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Infeksi Odontogenik
Infeksi odontogenik merupakan salah satu diantara beberapa infeksi
yang paling sering kita jumpai pada manusia. Pada kebanyakan pasien
infeksi ini bersifat minor atau kurang diperhitungkan dan seringkali ditandai
dengan drainase spontan di sepanjang jaringan gingiva pada gigi yang
mengalami gangguan.8
Fistula
Selulitis
Bakteremie-Septikemie
Acute-Chronic
Periapikal Infection
Osteomielitis
Infeksi Spasium
yang dalam
Ke
tinggi
spasium
yang
infeksi
Bakteri
Virus
Parasit
Mikotik
Odontogenik
Non-odontogenik
Pulpa
Periodontal
Perikoronal
Fraktur
Tumor
Oportunistik
Akut
Kronik
Spasium kaninus
Spasium bukal
Spasium infratemporal
Spasium submental
Spasium sublingual
Spasium submandibula
Spasium masseter
Spasium pterigomandibular
Spasium temporal
Spasium retrofaringeal
Spasium prevertebral
3.
Pertahanan Humoral
Mekanisme pertahanan humoral, terdapat pada plasma dan
cairan tubuh lainnya dan merupakan alat pertahanan terhadap bakteri.
Dua komponen utamanya adalah imunoglobulin dan komplemen.
Imunoglobulin
adalah
antibodi
yang
melawan
bakteri
yang
diproduksi
oleh
sel
plasma
yang
merupakan
10
Pertahanan Seluler
Mekanisme pertahanan seluler berupa sel fagosit dan limfosit.
Sel fagosit yang berperan dalam proses infeksi adalah leukosit
polimorfonuklear. Sel-sel ini keluar dari aliran darah dan bermigrasi e
daerah invasi bakteri dengan proses kemotaksis. Sel-sel ini melakukan
respon dengan cepat, tetapi sel-sel ini siklus hidupnya pendek, dan
hanya dapat melakukan fagositosis pada sebagian kecil bakteri. Fase
ini diikuti oleh keluarnya monosit dari aliran darah ke jaringan dan
disebut sebagai makrofag. Makrofag berfungsi sebagai fagositosis,
pembunuh dan menghancurkan bakteri dan siklus hidupnya cukup
lama dibandingkan leukosit polimorfonuklear. Monosit biasanya
terlihat pada infeksi lanjut atau infeksi kronis.
Komponen yang kedua dari pertahanan seluler adalah populasi
dari limfosit, seperti telah di sebutkan sebelumnya limfosit B akan
berdifernsiasi menjadi sel plasma dan memproduksi antibodi yang
spesifik seperti Ig G. Limfosit T berperan pada respon yang spesifik
seperti pada rejeksi graft (penolakan cangkok) dan tumor suveillance
(pertahanan terhadap tumor).
11
2.
3.
2.1.4 Patogenesis11,15
Penyebaran infeksi odontogenik akan melalui tiga tahap yaitu tahap
abses dentoalveolar, tahap yang menyangkut spasium dan tahap lebih lanjut
yang merupakan tahap komplikasi. Suatu abses akan terjadi bila bakteri
dapat masuk ke jaringan melalui suatu luka ataupun melalui folikel rambut.
Pada abses rahang dapat melalui foramen apikal atau marginal gingival.
Penyebaran infeksi melalui foramen apikal berawal dari kerusakan
gigi atau karies, kemudian terjadi proses inflamasi di sekitar periapikal di
daerah
membran
periodontal
berupa
suatu
periodontitis
apikalis.
mengadakan
reaksi
membentuk
12
dinding
untuk mengisolasi
infeksi
odontogenik
dapat
berupa
infeksi
13
3. Limphadenopati
Pada infeksi akut, kelenjar limfe membesar, lunak dan sakit. Kulit
di sekitarnya memerah dan jaringan yang berhubungan membengkak.
Pada infeksi kronis perbesaran kelenjar limfe lebih atau kurang keras
14
penginfeksi menembus
sistem
15
2. Abses subperiosteal
Gejala klinis abses subperiosteal ditandai dengan selulitis jaringan
lunak mulut dan daerah maksilofasial. Pembengkakan yang menyebar ke
ekstra oral, warna kulit sedikit merah pada daerah gigi penyebab.
Penderita merasakan sakit yang hebat, berdenyut dan dalam serta tidak
terlokalisir. Pada rahang bawah bila berasal dari gigi premolar atau molar
pembengkakan dapat meluas dari pipi sampai pinggir mandibula, tetapi
masih dapat diraba. Gigi penyebab sensitif pada sentuhan atau tekanan.
16
3. Abses submukosa
Abses ini disebut juga abses spasium vestibular, merupaan
kelanjutan abses subperiosteal yang kemudian pus berkumpul dan sampai
dibawah mukosa setelah periosteum tertembus. Rasa sakit mendadak
berkurang, sedangkan pembengkakan bertambah besar. Gejala lain yaitu
masih terdapat pembengkakan ekstra oral kadang-kadang disertai
demam.lipatan mukobukal terangkat, pada palpasi lunak dan fluktuasi
podotip. Bila abses berasal darigigi insisivus atas maka sulkus nasolabial
mendatar, terangatnya sayap hidung dan kadang-kadang pembengkakan
pelupuk mata bawah. Kelenjar limfe submandibula membesar dan sakit
pada palpasi.
17
18
19
20
21
Spasium
ini
terletak
dibagian
bawah
m.mylohioid
yang
22
9. Abses sublingual
Spasium sublingual dari garis median oleh fasia yang tebal , teletek
diatas m.milohioid dan bagian medial dibatasi oleh m.genioglosus dan
lateral oleh permukaan lingual mandibula.
Gejala klinis ditandai dengan pembengkakan daasarr mulut dan lidah
terangkat, bergerser ke sisi yang normal. Kelenjar sublingual aan tampak
menonjol karena terdesak oleh akumulasi pus di bawahnya. Penderita akan
mengalami kesulitan menelen dan terasa sakit.
a
b
Gambar 2.10 : a. Perkembangan abses di daerah sublingual
b. Pembengkakan mukosa pada dasar mulut dan elevasi
lidah ke arah berlawanan
Sumber : Oral surgery, Fragiskos Fragiskos D, Germany, Springer
23
24
25
26
yang dipakai adalah suatu selang karet dan di pertahankan pada posisinya
dengan jahitan.
27
kepada pasien bahwa mereka harus makan dan minum yang cukup. Apabila
menganjurkan kumur dengan larutan saline hangat, onsentrasinya 1 sendok
teh garam dilarutkan dalam 1 gelas air, dan dilaukan paling tidak seiap
selesai makan. Pasien dianjurkan untuk memperhatikan timbulnya gejalagejala penyebaran infeksi yaitu demam, meningkatnya rasa sakit dan
pembengkakan, trismus/disfagia.
2.5 Demam
Demam adalah suatu keadaan suhu tubuh diatas normal, 16 yaitu diatas
37,2C (99,5F) sebagai akibat peningkatan pusat pengatur suhu di
hipotalamus yang dipengaruhi oleh interleukin-1 (IL-1). Demam sangat
berguna sebagai pertanda adanya suatu proses inflamasi, biasanya tingginya
demam mencerminkan tingkatan dari proses inflamasinya. Dengan
peningkatan suhu tubuh juga dapat menghambat pertumbuhan dan
perkembangan bakteri maupun virus.17
Suhu tubuh normal adalah berkisar antara 36,6C - 37,2C. Suhu oral
sekitar 0,2 0,5C lebih rendah dari suhu rektal dan suhu aksila 0,5C lebih
rendah dari suhu oral. Suhu tubuh terendah pada pagi hari dan meningkat
pada siang dan sore hari. Pada cuaca yang panas dapat meningkat hingga
0,5C dari suhu normal. Pengaturan suhu pada keadaan sehat atau demam
merupakan keseimbangan antara produksi dan pelepasan panas.
Temperatur oral dapat bervariasi sekitar 2 derajat C pada sisi yang
terinfeksi dibandingkan sisi lainnya yang normal. Karena itu pengukuran
temperatur pada rektal lebih dianjurkan untuk hasil yang lebih akurat. Jika
28
penyakit
metastasis),
obat-obatan
(demam
obat,
kokain,
(sarkoidosis),
ganggguan
endokrin
(tirotoksikosis,
29
30
untuk melepas IL-1. Mekanisme ini dijumpai pada scarlet feverdan toxin
shock syndrome. Pirogen eksogen dapat berasal dari mikroba dan nonmikroba.
2.7.2 Bakteri Gram-Negatif14
Pirogenitas
bakteri
Gram-negatif
(misalnya Escherichia
coli,
31
2.
3.
32