A.siti Rahayu Binarsih
A.siti Rahayu Binarsih
E-mail: muladiwib@yahoo.com
ABSTRACT
Batik adalah warisan budaya nasional yang sudah dikenal di manca Negara. Selain
sebagai hasil budaya kreatif yang merupakan kebanggaan nasional Indonesia , sudah
selayaknya batik juga harus dapat menjadi komoditas unggulan yang dapat dipasarkan
secara internasional global. Penelitian ini merupakan ihtiar untuk melakukan eksplorasi
dan deskripsi tentang pelaksanaan bisnis batik di salah satu kawasan konsentrasi industri
kerajinan kreatif batik di kota Surakarta yaitu di Kampung Batik Surakarta. Selain itu juga
akan dikaji secara lebih spesifik kausalitas antara faktor-faktor pelaksanaan bisnis
internasional yang dilakukan oleh para pengusaha batik Laweyan terhadap keberhasilan
usaha mereka. Pendekatan yang ditempuh dalam penelitian ini adalah kombinasi antara
eksploratori, deskriptif dan kausal dengan mempergunakan metode kualitatif maupun
kuantitatif serta merujuk pada berbagai pustaka terdahulu yang relevan. Hasil penelitian
pendahuluan meliputi : 1). Pengembangan pemasaran kampoeng batik Laweyan telah
mensinergikan beragam stakeholder di tingkat local, regional dan nasional, 2). Kampoeng
Batik Laweyan memiliki potensi pasar internasional, namun belum dikelola dengan baik 3).
Terdapat kesenjangan potensi pengusaha batik dari beragam kharakteristik pengusaha
batik Kampoeng Batik Laweyan, khususnya dalam aspek kapasitas, kuantitas dan kualitas
ekspor produk. 4). Belum optimalnya minat pengusaha batik untui mengembangkan SNI,
ISO dan Batik Mark sebagai sarat peningkatan mutu produk ekspor batik
Kata kunci : batik, internasional, global, bisnis, kooperasi.
.
PENDAHULUAN
Batik sudah diakui masyarakat internasional sebagai warisan budaya Indonesia (UNESCO
2011) . Selain sebagai karya kreatif yang sudah berkembang sejak jaman dahulu serta sebagai hasil
seni budaya maka kerajinan dan industry batik merupakan sumber kehidupan perekonomian
masyarakat yang di berbagai kota maupun konsentrasi industri seperti halnya di Surakarta,
Yogyakarta, Pekalongan, Tasikmalaya dan sebagainya, yang masing-masing memiliki corak
sendiri-sendiri. Dengan berjalannya waktu serta meningkatnya apresiasi hglobal terhadap batik
Indonesia maka berkembang juga berbagai inovasi maupun perluasan kawasan industri kerajinan
ini, bahkan hampir semua daerah di Indonesia mengaku memiliki batik ciri khas daerah masingmasing seperti : batik Aceh, batik Jambi dan sebagainya.
Kota Surakarta sebagai pusat kebudayaan Jawa memiliki dua kawasan kerajinan batik yaitu
kawasan Kauman dan kawasan Laweyan. Bila kawasan Kauman merupakan bagian dari pusat kota
Surakarta maka kawasan Laweyan atau dikenal dengan sebutan Kampung Batik Laweyan. Laweyan
merupakan suatu kawasan unik, spesifik dan bersejarah. Sebagai bagian dari kerajaan Pajang
semasa pemerintahan Sultan Hadiwijaya (Jaka Tingkir), Laweyan sudah dikenal sebagai kawasan
pusat perdagangan/industri tenun dan batik. Di Kampung Batik Laweyan terdapat konsentrasi
sejumlah besar industri perajin batik yang menjadi tujuan pengunjung baik dari dalam maupun luar
negeri sejak lama yang terletak relatif agak di pinggingiran kota Surakarta dan justru dekat dengan
lokasi kerajaan Pajang di masa lalu..
Kampoeng Batik Laweyan sebagai kawasan pusat industri batik dan heritage
mengembangkan kawasan dengan mekanisme sesuai visi dan misi melalui program jangka pendek,
101
program jangka menengah dan program jangka panjang serta bekerjasama dengan instansi/lembaga
lain yang terkait.
Jumlah unit usaha batik sebelum dan sesudah adanya Kampoeng Batik Laweyan mengalami
lonjakan jumlah yang signifikan. Pada awal berdirinya Kampoeng batik Laweyan jumlah unit
usaha batik di Laweyan sebanyak 22 unit. Setelah adanya Kampoeng batik, mendorong pengusaha
pengusaha yang lama tidak aktif untuk bangkit kembali. Sehingga pada akhir tahun 2011 jumlah
unit usaha di Laweyan berjumlah 51 unit. Sehingga dibanding tahun 2004, jumlah pengusaha batik
mengalami peningkatan sebesar kurang lebih 230 %.
Setelah dicanangkannya Laweyan sebagai Kampoeng Batik, jumlah pengunjung semakin
meningkat. Biasanya kunjungan dalam bentuk perorangan, kelompok kecil (5 -10 orang) atau
kelomok besar yang terdiri lebih dari 30 orang. Dibanding tahun 2004, maka jumlah pengunjung
ditahun 2011 naik sebesar kurang lebih 1500 % atau naik 15 kalinya. Pengunjung biasanya
mempunyai keperluan untuk perdagangan, wisata dan penelitian.
Penghasilan masyarakat Laweyan khususnya pengusaha batik di Kampoeng Batik Laweyan
mengalami pertumbuhan yang positif. Kondisi ini bisa dilihat dari hasil survey dengan mengambil 5
unit sampel perusahaan batik dengan klasifikasi besar, sedang dan kecil. Rata-rata pendapatan
mereka perbulan mengalami kenaikan sebesar 32,55 %.
Perkembangan ini menujukan bahwa, pengakuan UNESCO terhadap Batik dan
berkembangnya Kampung Batik Laweyan melalui FKBL memberikan gambaran umum bahwa
potensi batik dimasa yang akan datang masih sangat luas, belum lagi jika mempertimbangkan aspek
pengembangan industri kreatif di Indonesia.
Sampai sejauh mana keberhasilan industri kerajinan batik di Laweyan perlu diteliti lebih
mendalam agar batik yang telah dijadikan warisan budaya Indonesia tetap lestari (sustainable)
termasuk sebagai usaha ekonomi yang membawa pada kesejahteraan ekonomi bagi para pemangku
kepentingannya. Manfaat non ekonomi apa yang bisa dikembangkan misalnya dari pengembangan
kawasan Laweyan (bukan hanya kampungnya saja), manfaat pendidikannya, pengembangan diklat,
pengembangan pendidikan tinggi (D3/S1) dll. Disisi lain UNIBA berada di Kecamatan Laweyan
dan Kampung Batik Laweyan di wilayah Kecamatan sama, sehingga melalui kajian ini diharapkan
pula muncul sinergi kawasan laweyan atau bahkan tingkat Kota Surakarta yang berfungsi
mengembangkan batik sebagai warisan budaya, bernilai ekonomi tinggi, kualitas ekspor dan
mampu meningkatkan daya saing melalui pengembangan mutu dan relevansi pendidikan, khusus
melalui pendidikan perbatikan.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dimaksudkan untuk mendalami sampai sejauh mana peran ekonomi perbatikan
di kawasan Kampung Batik Laweyan dalam meningkatkan kesejahteraan para pemangku
kepentingan melalui keberhasilan bisnis, Mengembangkan. Model pamasaran internasional
perbatikan, peningkatan mutu dan relevansi pendidikan di lingkungan Universitas Islam Batik
(UNIBA).
Rancangan penelitian ini adalah kombinasi antara pendekatan eksploratif deskriptif
kuantitatif, deskriptip kualitatif, dll Metode pengumpulan data meliputi metode kuesioner (angket)
dan dokumentasi, Focus Group Discussion (FGD), wawancara mendalam, dll Metode Analisis data
meliputi; metode analisis deskriptif persentase dan regresi linier berganda, Analysis Hierarchy
Process (AHP), dan analisis Model Supply Chain Management.
Lokasi penelitian di Kampung Batik Laweyan, Kecamatan Laweyan Kota Surakarta. Dengan
mitra utama penelitian adalah pengusaha batik yang tergabung dalam Forum Pengembangan
Kampung Batik Laweyan (FPKBL) Surakarta.
102
ISBN: 978-979-98438-8-3
kehancuran ekonomi masyarakat Laweyan yang sebelumnya dengan ekonomi saudagarnya dapat
berperan dalam kancah perekonomian di tingkat nasional maupun internasional. Sehubungan
dengan hal tersebut di atas melalui rapat LPMK pada tanggal 21 September 2004 masyarakat
Laweyan sepakat untuk menjaga eksistensi kawasan melalui suatu gerakan ekonomi terpadu
melalui wadah yang diberi nama Kampoeng Batik Laweyan Surakarta. Kampoeng Batik Laweyan
Surakarta diresmikan oleh Walikota Surakarta Slamet Suryanto pada tanggal 24 September 2004.
Seiring dengan berdirinya Kampoeng Batik Laweyan sekaligus dibentuk organisasi yang bertugas
untuk mengelola kawasan. Organisasi tersebut bernama Forum Pengembangan Kampoeng Batik
Laweyan (FPKBL) yang anggotanya pada awalnya terdiri dari panitia persiapan pendirian
Kampoeng Batik Laweyan. Melalui beberapa kali proses pembentukan yang dihadiri oleh tokoh
masyarakat dan pengusaha batik pada rapat yang ke tiga akhirnya terbentuklah susunan
kepengurusan tetap sampai dengan sekarang. (profil FPKBL)
Visi Kampung Batik Laweyan adalah menjadikan Laweyan sebagai kawasan pusat industri
batik dan heritage yang ramah lingkungan melalui pembangunan yang berkelanjutan. Kampoeng
Batik Laweyan merupakan daerah yang terdiri dari industri kecil yang memproduksi batik sekaligus
menjualnya. Di kampoeng Batik Laweyan terdaftar sebagai mana dalam tabel dibawah ini.
Tabel. Pengusaha Kampeong Batik Laweyan
No
1
2
3
4
5
JENIS INDUSTRI
Industry batik proses sampai dengan showroom
Industri batik proses
Industri batik Konveksi
Industri batik Konveksi s.d Showroom
Industri batik Showroom atau pedagang batik
JUMLAH
20
8
6
11
11
Setiap industri yang dalm prosesnya juga memproduksi batik sendiri baik dalam pembuatan
motif batik maupun membuat baju batik sekaligus menjualnya langsung di took mereka rata-rata
memiliki karyawan banyak 20-50 orang, sedangkan pengusahanya batik hanya menjual produk jadi
baju batik atau kain batik di took mereka rata-rata hanya memeiliki karyawan sebanyak 3- 10 orang.
Selain itu sebagai bentuk penghargaan pengusaha terhadap masyarakat yang ada di sekitar
Kampoeng Batik Laweyan sekaligus sebagai bentuk industri rumahan yang ramah lingkungan
Kampoeng Batik Laweyan memiliki fasilitas IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) yang di pakai
oleh 15 pengusaha batik di kampong Batik Laweyan untuk mengolah air limbah yang di hasilkan
dalam proses pembuatan batik.
Jumlah unit usaha batik sebelum dan sesudah adanya Kampoeng Batik Laweyan mengalami
lonjakan jumlah yang signifikan. Pada awal berdirinya Kampoeng batik Laweyan jumlah unit
usaha batik di Laweyan sebanyak 22 unit. Setelah adanya Kampoeng batik, mendorong pengusaha
pengusaha yang lama tidak aktif untuk bangkit kembali. Sehingga pada akhir tahun 2008 jumlah
unit usaha di Laweyan berjumlah 51 unit. Sehingga dibanding tahun 2004, jumlah pengusaha batik
mengalami peningkatan sebesar kurang lebih 230 %. Pada tahun 2012 jumlah pengusaha sudah
berkembang menjadi 56 unit.
Tabel. Pertumbuhan Unit Industri Batik
No.
Nama Perusahaan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
104
Tahun
2012
A
D
A
A
A
B
A
Klasifikasi
unit usaha
Menengah
Menengah
Kecil
Menengah
Besar
Menengah
Menengah
ISBN: 978-979-98438-8-3
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18
19.
20
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.
33.
34
35.
36.
37.
38.
39.
40.
41.
42.
43.
44.
45.
46.
47.
48.
49
50.
51.
52
53
54.
55.
56.
Keterangan Tabel :
B
B
B
B
B
B
B
F
F
B
C
B
C
C
B
A
B
A
B
A
A
A
F
F
B
D
B
D
C
B
E
A
C
E
E
B
22
C
C
D
F
B
A
B
A
A
A
A
A
F
F
B
D
A
D
C
B
E
A
C
E
E
B
B
C
C
D
F
B
33
51
105
A
B
A
A
A
A
A
F
F
B
D
A
D
C
B
E
A
C
E
E
B
A
C
C
D
F
B
C
E
A
E
A
E
E
E
E
E
E
D
E
A
E
E
E
E
E
E
E
56
Menengah
Menengah
Menengah
Menengah
Besar
Menengah
Besar
Kecil
Kecil
Kecil
Menengah
Menengah
Kecil
Kecil
Besar
Kecil
Kecil
Kecil
Menengah
Kecil
Besar
Kecil
Kecil
Menengah
Kecil
Kecil
Besar
Kecil
Besar
Kecil
Kecil
Kecil
Kecil
Kecil
Kecil
Kecil
Kecil
Menengah
Kecil
Kecil
Menengah
Kecil
Kecil
Kecil
Kecil
Kecil
Kecil
Kecil
E. Show room
F. Pedagang Batik
ISBN: 978-979-98438-8-3
lingkunganya. Proses pembuatanya batik tulis meliputi beberapa tahapan seperti mola (membuat
pola), ngiseni(mengisi bagian yang sudah di buat polanya). Nerusi (membatik pada sisi sebaliknya),
nemboki (menutup bagian kainyang tidak akan di warnai), mriki (proses penghalusan tembokan),
pewarnaan, nglorot (merebus kai agarmalamnya larut) dan mbabari. Karena proses ini yang panjang
dan sangat membutuhkan keahlian dari pembatik, maka batik tulis di jual dengan harga yang mahal.
Batik tulis tergolong sebagai Batik Halus. Batik tulis dari kain sutera merupakan batik termahal dan
di produksi dalam jumlah terbatas. Batik ini di buat untuk memenuhi permintaan pasar segmen
menengah ke atas dan untuk keperluan ekspor. 2). Batik Cap, Ketika masa penjajahan Belanda pada
tahun 1905 berdiri organisasi Serikat Dagang Islam yang di prakarsai oleh K.H. Samanhudi, salah
satu saudagar batik di laweyan. Pada masa inilah muncul teknik baru pembuatan batik dengan
menggunakan cap. Dengan bantuan cap, proses pembuatan batik dapat di persingkat dan tidak
menuntut keahlian seperti pada pembatik batik tulis, sehingga bisa menekan biaya produksi serta
sangat produktif. Untuk membuat sehelai kain batik tulis di perlukan waktu sekitar satu bulan
tergantung tingkat kesulitannya. Sedangkan dengan menggunakan cap, sehari dapat di hasilkan ratarata dua puluh helai kain batik. Ini satu inovasi industri yang sangat menjanjikan harapan baru bagi
para pengusah untuk meraih kesuksesan. 3). Batik Kombinasi, yakni pembuatan batik yang
menggabungkan antara teknik batik tulis, batik cap, lukis batik dan teknik cabut warna.
Aspek Pengembangan SDM dan Organisasi
Dengan adanya Kampoeng Batik Laweyan mendorong masyarakat pengusaha untuk
menyadari betapa pentingnya berorganisasi untuk membangun kondisi persatuan dan kesatuan
dalam satu komunitas. Mereka sadar dalan era global hanya dengan bersatu mereka akan kuat dan
dapat berkembang. Salah satu media silaturahim di Kampoeng Batik Laweyan adalah acara
Selawenan. Melalui acara yang diselenggarakan pada tanggal 25 (dua puluh lima) setiap bulannya,
mereka dapat bersilaturahim dalam bentuk sarasehan budaya (batik), pentas seni, berpameran atau
aktifitas lainnya yang erat dengan inovasi produksi kreatif.
Dalam melaksanakan upaya peningkatan Sumber daya manusia dari para karyawan yang
bekerja di seluruh toko yang terdapat di Kampoeng Batik Laweyan, sering diadakan pelatihan yang
dilakuakan baik oleh para masing- masing pengusaha yang ada di kampong Batik Laweyan maupun
oleh pemerintah baik di lingkunagan pemda Solo maupun di lingkungan kementrian Perindustrian ,
pelatiahan yang biasanya diadakan sebulan sekali merupakan pelatihan dalam melakukan proses
pembatikan baik secara tulis maupun secara cap dan dalam melakuakan penggunaan IPAL yang
materinya berupa pembuangan limbah proses pembatikan secara aman.
Aspek Manajemen Pemasaran
Masyarakat pengusaha batik Laweyan bisanya mengelola perusahaan dengan manajemen
tradisional. Ratarata mereka tidak kenal/segan akan berpromosi. Dengan berdirinya Kampoeng
Batik Laweyan, akibat dari adanya interaksi dengan masyarakat luar khususnya masyarakat pers
dan adanya usaha untuk bertahan dari persaingan global, maka budaya promosi mulai berkembang.
Promosi dilakukan melalui media koran, majalah, televisi, brosur, pameran. Promosi biasanya
dilakukan secara individu dan bersamasama dalam satu komunitas.
Selama ini dalam melakukan promosi terhadap kampoeng batik Laweyan hanya melalui
artikelartikel yang di tulis di blog para pengunjung yang telah mengunjungi Kampung Batik
Laweyan, selain itu terdapat Paguyuban Kampung Batik Laweyan yang aktif menyiarkan berita
yang terkait tentang kegiatan yang di lakukan di kampong Batik Laweyan di Website Kampung
Batik Laweyan maupun Portal Sosial seperti Facebook.
Selain itu para pengusaha yang tokonya berada di Kampoeng Batik Laweyan juga sering
mengikuti pameran-pameran penjualan batik yang sering diadakan di Jakarta maupun kotakota
besar lainya, pameran tersebut di adakan oleh lembaga pemerintah maupun swasta.
107
ISBN: 978-979-98438-8-3
bagi agar semua stakeholder yang berkepentingan dapat berpartisipasi dalam pengembangan SNI;
Transparency (transparansi): Transparan agar semua stakeholder yang berkepentingan dapat
mengikuti perkembangan SNI mulai dari tahap pemrograman dan perumusan sampai ke tahap
penetapannya . Dan dapat dengan mudah memperoleh semua informsi yang berkaitan dengan
pengembangan SNI; Consensus and impartiality (konsensus dan tidak memihak): Tidak memihak
dan konsensus agar semua stakeholder dapat menyalurkan kepentingannya dan diperlakukan secara
adil; Effectiveness and relevance: Efektif dan relevan agar dapat memfasilitasi perdagangan karena
memperhatikan kebutuhan pasar dan tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku; Coherence: Koheren dengan pengembangan standar internasional agar
perkembangan pasar negara kita tidak terisolasi dari perkembangan pasar global dan memperlancar
perdagangan internasional; dan Development dimension (berdimensi pembangunan): Berdimensi
pembangunan agar memperhatikan kepentingan publik dan kepentingan nasional dalam
meningkatkan daya saing perekonomian nasional.
Di Kampoeng Batik Laweyan terdapat 2 (dua) pengusaha yang telah mendapatkan sertifikat
SNI dari Balai Batik di Yogyakarta yang dilaksanakan bekerjasama dengan UNIBA Surakarta pada
tahun 2012, yakni Batik Putra Mahkota dan Saud Effendi. Keberhasilan meraih SNI tersebut juga
memberikan motivasi bagi pengusaha batik lainnya untuk mendapatkan SNI, namun demikian
pendekatan proses SNI dan tata cara peraihan SNI dari Balai Batik Yogyakarta bagi pengusaha
batik di laweyan masih dirasa memberatkan, dan disisi lain kebutuhan untuk melakukan evaluasi
periodik terhadap SNI juga menjadi faktor penghambat dari pelaku usaha di kampoeng Batik
Laweyan untuk membuat SNI. Padahal SNI dan Batik Mark merupakan salah satu factor penting
yang diharapkan menjadi daya saing agar produk batik dari Laweyan bisa memasuki pasar global.
KESIMPULAN
Berdasarkan studi pendahuluan tersebut dapat diambil kesimpulan yakni 1). Pengembangan
pemasaran kampoeng batik Laweyan telah mensinergikan beragam stakeholder di tingkat lokal,
regional dan nasional, 2). Kampoeng Batik Laweyan memiliki potensi pasar internasional, namun
belum dikelola dengan baik. 3). Terdapat kesenjangan potensi pengusaha batik dari beragam
kharakteristik pengusaha batik Kampoeng Batik Laweyan, khususnya dalam aspek kapasitas,
kuantitas dan kualitas ekspor produk. 4). Belum optimalnya minat pengusaha batik untui
mengembangkan SNI, ISO dan Batik Mark sebagai sarat peningkatan mutu produk ekspor batik dan
rekomendasi peneliti yakni perlu dilakukan kajian lebih lanjut oleh FPKBL terhadap isu-isu
strategis bidang produksi, pemasaran, bahan baku, yang melibatkan stakeholders lokal (Solo). Lebih
khusus lagi dengan melakukan kajian strategis yang menghasilkan konsep dan kebijakan,
khususnya pemasaran internasional batik maupun industri tekstil.
DAFTAR PUSTAKA
Badaracco Jr.,Joseph L.(1991), THE KNOWLEDGELINK, How Firms Compete Through Strategic
Alliance, Harvard Business School, Boston.
Berta Bekti Retnawati, A. Eva Maria Soekesi (2010), Model Supply Chain Produk Usaha Kecil
(studi Kasus Pada Kampoeng Batik Laweyan Surakarta), Semarang:UNIKA Soegijapranata
Bisri, Slamet Riyadi (2004), PENGARUH STRATEGI KEUNGGULAN KOOPERATIF
TERHADAP KEMAMPUAN BERSAING PERUSAHAAN KECIL DAN MENENGAH
DALAM PEMASARAN INTERNASIONAL (Suatu Studi di Kota Bandung), disertasi,
Universitas Padjadjaran sandwich dengan Phillips University Marburg, Bandung.
Chirchill,Jr,Gilbert A.(`1988), BASIC MARKETING RESEARCH, The Dryden Press.,Chicago.
Habeiby, Handry(2007) system informasi distributor Batik di Kampung Batik Laweyan Solo
berbasis Web, Surakarta:UMS Surakarta, http://etd.eprints.ums.ac.id/12266/
109
110