Anda di halaman 1dari 8

A.

PENDAHULUAN
Pada saat ini kasus yang dihadapi pada saat berada di klinik hewan sebagian besar
adalah kasus sistem digesti. Pada dasarnya sistem pencernaan makanan dalam tubuh
manusia dibagi menjadi tiga bagian, yaitu proses penghancuran makanan yang terjadi dalam
mulut hingga lambung.Selanjutnya adalah proses penyerapan sari-sari makanan yang terjadi
di dalam usus. Kemudian proses pengeluaran sisa sisa makanan melalui anus. Penyakit
sistem digesti dapat meliputi berbagai organ pencernaan, dari mulut, faring, esofagus,
lambung, duodenum, usus halus, usus besar kolon, rektum, anus dll. Pada kasus ini akan
dibahas lebih lanjut tentang gangguan pada esofagus.
Pada normalnya esofagus terbuka atau berelaksasi saat adanya penelanan, dimana
terjadi gerakan peristaltik melewati esofagus dan mempermudah pendorongan makanan
yang ditelan kedalam lambung. Esofagus merupakan tabung muskular yang membawa
makanan turun ke lambung. Ketika esofagus terjadi obstruksi pada waktu yang cukup lama,
maka hal ini akan menyebabkan esofagus membesar dan makanan tersimpan disana (Giffin,
J.M, 2000)
B. KASUS

Gambar 2.1 Megaesofagus (panah hitam menunjukkan batas atas esofagus dan batas
bawah esofagus). (Boria, 2003)
SIGNALEMENT :
Jenis
: Anjing
Breed
: Golden Retriever
Umur
: 5 tahun
Jenis Kelamin : Jantan
GEJALA KLINIS :
Dalam 10 hari mengalami regurgitasi dan hipersalivasi, pasien meregurgitasi pakan dan
kadang air
DIAGNOSA :
Megaesofagus
DIF. DIAGNOSA :
Foreign Bodies in Esofagus

C. PEMBAHASAN
Megaesofagus merupakan gangguan dimana esofagus mengalami dilatasi dan diikuti
dengan hipomotilitas. Esofagus mempunyai 3 bagian fungsional. Bagian paling atas adalah
upper esophageal sphincter (sfingter esofagus atas), suatu cincin otot yang membentuk
bagian atas esofagus dan memisahkan esofagus dengan tenggorokan. Sfingter ini selalu
menutup untuk mencegah makanan dari bagian utama esofagus masuk ke dalam
tenggorokan. Bagian utama dari esofagus disebut sebagai badan dari esofagus, suatu
saluran otot yang panjangnya kira-kira 20 cm. Bagian fungsional yang ketiga dari esofagus
yaitu lower esophageal sphincter (sfingter esofagus bawah), suatu cincin otot yang terletak di
pertemuan antara esofagus dan lambung
Megaesofagus adalah suatu kondisi dimana gerak peristaltik gagal terjadi dengan
benar dan esofagus membesar. Biasanya, ketika kerongkongan hewan berfungsi dengan
baik, kerongkongan bertindak sebagai otot dan mendorong makanan ke kerongkongan ke
perut. Namun, ketika hewan memiliki megaesofagus, esofagus tetap membesar dan tidak
mendorong makanan ke perut. Oleh karena itu, makanan gagal untuk memasuki perut dan
sering tinggal di kerongkongan, dan akhirnya mengalami regurgitasi, atau memasuki paruparu melalui pernapasan, atau tinggal dalam kerongkongan. Kongenital megaesofagus
dengan gejala regurgitasi pertama kali tampak pada saat pergantian pakan, sedangkan
bentuk sekunder sering terjadi pada anjing muda hingga pertengahan umur.
Penyakit ini merupakan gangguan dilatasi esofagus dan hipomotilitas. Gangguan
tersebut dapat terjadi akibat gangguan primer atau sekunder. Gangguan primer merupakan
gangguan yang diturunkan (congenital idiopathic megaesofagus Sedangkan gangguan
sekunder bisa terjadi akibat dari obstruksi atau disfungsi neuromuskular. (Griffin, 2000).
Menurut Giffin (2000), kongenital megaesofagus merupakan gangguan yang
diturunkan yang muncul pada anak anjing. Hal ini disebabkan karena adanya kelainan yang
mempengaruhi plexus nervus di bawah esofagus. Gerakan peristaltik berhenti pada keadaan
paralisa esofagus, sehingga makanan tidak dapat masuk dalam lambung. Pada saat yang
sama, esofagus terisi penuh dan membesar.
Pada anjing dewasa, penyakit yang menyebabkan kerusakan saraf dapat
menyebabkan megaesofagus. Myasthenia gravis dianggap sebagai penyebab paling umum
dari terjadinya megaesofagus. Myasthenia gravis adalah suatu kondisi dimana pertemuan
syaraf/otot mengalami kerusakan. Sinyal dari sistem syaraf dikirimkan untuk
mengkoordinasikan kontraksi otot esofagus tidak dapat diterima. Megaesofagus adalah salah
satu tanda umum kelemahan otot rangka sering terjadi. Kondisi ini adalah diobati namun
dibutuhkan pengujian lebih lanjut untuk keadan tersebut. Sekitar 25 % dari anjing terkena
gangguan megaesofagus memiliki myasthenia gravis (Peter,J. 2005).
Pada megaesofagus hampir tidak ada atau sedikit pergerakan, hal ini menyebabkan
terjadi akumulasi atau retensi makanan dan cairan di dalam esofagus. Motilitas refleks
esophageal bermula saat makanan merangsang sensor afferents pada mukosa esofagus,
selanjutnya mengirim pesan menuju pusat menelan di batang otak melalui syaraf vagus.
Syaraf vagus merangsang kontraksi otot lurik dan polos esofagus.
Gejala klinis dari megaesofagus, biasanya ditemukan regurgitasi pakan dan minum,
berat badan turun atau pertumbuhan terhambat, hipersalivasi, halitosis dan terdengar suara
saat menelan. Untuk menegakkan diagnosis selain gejala klinis yang dapat memberikan
kecurigaan adanya akalasia perlu beberapa pemeriksaan penunjang seperti radiologis serta
endoskopi saluran cerna atas.
Pada kasus diatas, diketahui, terdapat rasa sakit pada saat dipalpasi pada servikal
esofagus. Pemeriksaan temperatur rektal, pulsus dan respirasi normal. Pemeriksaan
neurologi normal. Dari pemeriksaan perhitungan sel darah, profil serum biokimia dan urin
tidak menunjukkan adanya gangguan metabolisme.Gambaran radiologi pada rongga thoraks
terdapat adanya kelainan dimana pada sfingter bawah esofagus tertutup, ukuran esofagus
abnormal.

Beberapa tes dilakukan untuk mengetahui alasan adanya disfungsi pada sfingter
esofagus. Titer antibody serum asetilkolin dalam batasan normal, kemungkinan
megaesofagus karena myasthenia gravis tidak dimungkinkan. Pada pemeriksaan endoskopi
juga tidak ditemukan adanya benda asing yang membuat obstruksi. Oleh karena itu dapat
disimpulkan bahwa megaesofagus terjadi karena akalasia (gagal relaksasi sfingter esofagus
bagian bawah).
Akalaksia merupakan gangguan idiophatik yang belum jelas diketahui penyebabnya.
Diduga disebabkan oleh virus neurotropik yang berakibat lesi pada nukleus dorsalis vagus
pada batang otak dan ganglia mienterikus pada esofagus. Menurut kamus saku kedokteran
Dorland (2007), akalaksia adalah kegagalan relaksasi serat-serat otot polos saluran cerna
pada persimpangan bagian yang satu dengan yang lain, khususnya kegagalan sfingter
esofagogaster untuk mengendur pada waktu menelan.
Hal pertama yang dilakukan untuk terapi gangguan ini adalah memberikan pakan
dengan konsistensi yang lebih cair dari pakan normal. Pada kasus ini, selama 11 hari anjing
diterapi dengan cara pemberian pakan tinggi kalori dengan posisi berdiri (elevated feeding).
Terapi ini menunjukkan bahwa tidak ada proses regurgitasi ditemui. Hal ini dapat dilakukan
dengan memposisikan kepala 4590 dari lantai biarkan begitu dalam 1015 menit setelah
pemberian pakan (Saravanan, 2012). Hal ini dilakukan untuk meminimalkan regurgitasi
dengan adanya gaya gravitasi. Elevated feeding dapat dilakukan dalam beberapa cara.
Beberapa anjing menggunakan Bailey Chair. Anjing berdiri dengan tumpuan kaki belakang
dan makanan diletakkan diatas meja dari Bailey Chair.

Namun, pasien dengan regurgitasi berat membutuhkan pemberian pakan melalui


feeding tube (gastrotomy tube). Diperlukan tindakan operatif pada kasus adanya benda asing
di esofagus atau neoplasia. Tindakan operatif tidak akan memperbaiki motilitas esofagus.
Metoclopramide (0,20,5 mg/kg PO q68h pada anjing) juga dapat digunakan untuk
mempercepat pengosongan lambung, meningkatkan tonus sphincter gastroesophageal
(Saravanan, 2010).

D. Kesimpulan
Megaesofagus merupakan gangguan esofagus dimana terjadi dilatasi esofagus diikuti
dengan adanya hipomotilitas pada esofagus, dapat menyebabkan hewan mengalami
regurgitasi dan penumpukan makanan dalam esofagus. Terjadi karena turunan dan karena
adanya obstruksi atau gangguan neuromuskular. Pemeriksaan meliputi pemeriksaan
neurologi maupun metabolism, untuk penegakan diagnosa dapat dilakukan foto
radiologi.Terapi yang diberikan adalah dengan cara mengganti pakan dengan pakan yang
lebih basah, atau dilakukan operasi jika ada obstruksi ditemukan. Elevated feeding dapat
dilakukan untuk membantu anjing yang mengalami regurgitasi dan kesulitan makan. Elevated
feeding dilakukan bisa dengan menggunakan Bailey Chair, dimana anjing makan dalam
posisi berdiri 4590 dengan menggunakan kaki belakang, hal ini dilakukan agar makanan
dapat turun ke lambung karena adanya gaya gravitasi.
Daftar Pustaka
Boria, P.A. 2003.Esophageal achalasia and secondary megaesofagus in a dog. Can Vet
J.44(3): 232234
Giffin, J.M. 2000. Dog Owners Home Veterinary Handbook : Third Ed. Howel Book House:
New York
Peter J. 2005. Congenital myasthenia gravis in Smooth Haired Miniature Dachshund dogs.
Journal of Veterinary Internal Medicine 19:920-92
Saravanan, M. 2010. Megaesofagus in Dog. Indian Pet Journal- Online
http://indianpet.vndv.com. Vol: 8 & 9 Page31

Boria, P.A. 2003.Esophageal achalasia and secondary megaesofagus in a dog. Can Vet
J.44(3): 232234

Giffin, J.M. 2000. Dog Owners Home Veterinary Handbook : Third Ed. Howel Book House:
New York

Peter J. 2005. Congenital myasthenia gravis in Smooth Haired Miniature Dachshund dogs.
Journal of Veterinary Internal Medicine 19:920-92

Anda mungkin juga menyukai