Anda di halaman 1dari 1

Budaya tradisional Jepang terbentuk dari 3 pengaruh doktrin agama dan filsafat,

yakni Shinto, Konghuchu, dan Budha. Ketiga elemen kepercayaan inilah yang
kemudian membentuk pandangan kehidupan berbudaya di jepang. Sebagai refleksi
dari sejarah dan tradisi, perkembangan seni sastra di Jepang sangat bisa diapresiasi.
Penggunaan Pribahasa kerap lebih menjadi pilihan ketimbang mengutarakan suatu
hal secara gamblang.
Sebagai konsekuensinya, masyarakat Jepang sangatlah akrab dengan peribahasa dan
kutipan. Hal ini menjadi unsur pembangun moral masyarakat berdasarkan kata-kata
yang mengandung nilai kearifan dan kebijaksanaan. Dalam urusan cinta, orang
Jepang juga lebih suka menggunakan kata mutiara atau peribahasa untuk
mengungkapkan suatu hal. Hal ini tak lain karena masyarakat Jepang cenderung suka
berteka-teki ketimbang harus mengutarakan suatu hal secara langsung.
Berikut ini adalah beberapa contoh kata mutiara yang mengandung pesan cinta di
dalamnya,

Suki na hito o wasureyo u to suru nante koto wa, shira nai hito o oboeyo u to suru no
to onaji da
"Mencoba untuk melupakan seseorang yang Anda cintai adalah seperti mencoba
mengingat seseorang yang belum pernah bertemu"
,

Do n na ni ai shi te i ru ka o hanashi su ko to ga de ki ru no wa , suko shi mo ai shi te


na i ka ra de a ru
Mampu berbicara tentang betapa Anda mencintai seseorang, berarti Anda tidak
mencintainya sama sekali.

Ai no hikari na ki jinsei wa mu imi de a ru
Hidup ini terasa kurang tanpa cahaya yang disebut cinta".
. ,
,
Ai su ru ko to ni yo tte shitsu u mo no wa nani mo na i . shi ka shi , ai su ru ko to o
kowa ga tte i ta ra , nani mo e ra re na i
Tidak rugi mencintai seseorang. Tapi jika Anda takut mencintai, Anda tidak akan
mendapatkan apa-apa.
. ,

Ma mi no ai wa kasoke rei no yo u na mo no da . dare mo ga so re ni tsu i te hanashi o


su ru ga , so re o mi ta hito wa hoto n do i na i
Cinta sejati seperti hantu, semua orang membicarakannya, tapi tidak banyak orang
telah melihatnya.

Anda mungkin juga menyukai