Anda di halaman 1dari 15

Perbedaan transfer Gen Horizontal dan

Vertikal
Standard

Transfer gen mengacu pada transfer DNA yang mengandung gen


fungsional antara dua organisme. Pertukaran ini terjadi secara alami
maupun artifisial, dan dari dua jenis horisontal dan vertikal. Jenis
ini akan dibahas dan dibedakan dalam artikel berikut.

Transfer gen didefinisikan sebagai pengenalan materi genetik ke


dalam sel hidup untuk menginduksi dan mencapai sintesis produk
gen yangdiinginkan. Hal ini terjadi dengan penyampaian DNA dari
sel donor ke sel penerima. Setelah materi genetik diterima, itu
dimasukkan ke dalam genom sel penerima, sehingga, menghasilkan
sel rekombinan. Tujuan utama dari transfer tersebut adalah untuk
menanamkan sel penerima dengan kualitas tambahan dan
kemampuan yang akan membantu adaptasi dan kelangsungan
hidup.
DNA dapat diteruskan antara sel-sel dengan berbagai cara yang
terbagi dalam dua modus kategori utama- transfer horisontal dan
vertikal. Istilah horizontal dan vertikal mengacu pada generasi sel
yang terlibat, yaitu, ketika gen ditransfer antar individu dari
generasi yang tidak berhubungan, itu dikatakan transfer horisontal;
dan ketika gen yang diturunkan dari organisme orang tua ke
keturunan sendiri, dikatakan menjadi vertikal.
Pembeda

transfer Gen horisontal

transfer Gene Vertikal

Pengertian

Transfer materi genetik


Transfer materi genetik
antara individu yang tidak dari organisme orang tua
berhubungan
ke keturunannya

Mekanisme alami

Transformasi
Transduksi
Konjugasi Bakteri

Mekanisme buatan

Rekayasa genetika melalui Progeni yang dihasilkan


penggunaan plasmid dan dari organisme hasil
vektor virus
rekayasa genetika (GMO)

Reproduksi

Dikembangkan dalam
organisme ketika gen
Diperoleh dengan
resisten antibiotik berhasil keturunan hanya jika
Resistensi antibiotik dimasukkan oleh itu
orang tua memilikinya

Contoh pada
Eukariota

Kutu daun kacang


(Acyrthosiphon Pisum)
berisi beberapa gen yang
telah diwarisi dari jamur,
termasuk mereka yang
bertanggung jawab untuk Pembelahan sel secara
sintesis toluena
mitosis dan meiosis

Contoh pada
manusia

Transfer gen DNA virus


oleh papillomavirus pada
manusia (HPV) penyebab
kanker serviks pada host
manusia

Penularan infeksi HIV dari


ibu ke anak

Keuntungan dari transfer Gen


Akuisisi gen menguntungkan.
metode cepat untuk mendapatkan gen dibandingkan dengan
perkembangan evolusi gen.
jalur metabolisme baru dapat diperoleh.

Dapat digunakan untuk mengganti gen yang rusak dan mati


(terapi gen).

Kekurangan dari Gene transfer


Gen baru mungkin non-fungsional, maka, meningkatkan kuantitas
sampah DNA.
Ini bisa menjadi elemen transposabel, maka, tidak stabil.
Gen Baru mungkin menunjukkan fungsi antagonis terhadap gen
yang ada.
Materi genetik baru bisa dari partikel virus atau dari parasit,
dengan demikian, terbukti berbahaya.
Kedua jenis metode transfer gen yang digunakan dalam penelitian
in vitro di laboratorium penelitian untuk lebih memahami fungsi gen
dan perannya dalam pengembangan suatu organisme.

Pengertian Transfer nukleus


Standard

Transfer nukleus adalah bentuk kloning. Langkah-langkah


melibatkan pelepasan DNA dari oosit (telur yang tidak dibuahi), dan
menyuntikkan intiyang berisi DNA yang akan dikloning. Pada kasus
yang jarang, sel yang baru dibangun akan membelah secara
normal, replikasi DNA baru sambil tetap dalam keadaan pluripotent.
Jika sel-sel kloning ditempatkan di dalam rahim mamalia betina,
organisme kloning berkembang dalam kasus yang jarang. Ini adalah
bagaimana Domba Dolly dan banyak spesies lainnya diklon. Sapi
biasanya kloning untuk memilih mereka yang memiliki produksi
susu terbaik.

Pengertian Transfer nukleus

Meskipun demikian, rendahnya efisiensi teknik telah mendorong


beberapa peneliti, terutama Ian Wilmut, pencipta domba kloning
Dolly,
untuk
meninggalkannya.
Sel somatik nuklir transfer (SCNT) adalah proses dimana inti dari
sebuah oosit (sel telur) akan dihapus dan diganti dengan inti dari
somatik (tubuh) sel (contoh termasuk kulit, jantung, atau sel saraf).
Kedua entitas menyatu menjadi satu dan faktor oosit menyebabkan
inti somatik memprogram ulang ke keadaan pluripotent. Sel berisi
informasi genetik identik dengan sel somatik yang disumbangkan.
Setelah merangsang sel ini untuk mulai membagi, dalam kondisi
yang tepat embrio akan berkembang. Sel induk dapat diekstraksi 56 hari kemudian dan digunakan untuk penelitian.

Fungsi DNA rekombinan


Standard

Asam deoksiribonukleat (DNA) rekombinan adalah segmen


DNA yang secara artifisial dimasukkan ke dalam DNA asli dari suatu
organisme. Ada berbagai penggunaan untuk DNA rekombinan dalam
ilmu biologi. Dalam botani, gen dari tanaman dan hewan lainnya
sering dimasukkan ke dalam DNA tanamanyang ada untuk
membuat tanaman yang lebih kuat. Dalam pengobatan, beberapa
vaksin menggunakan DNA rekombinan bersama dengan pemberian
virus. Hal ini juga memungkinkan untuk menggunakan teknologi ini
untuk mengganti gen yang rusak dengan yang sehat.

Ketika DNA rekombinan dimasukkan ke dalam organisme, organisme akan


mengambil sifat-sifat baru, seperti bersinar dalam gelap.

Salah satu penggunaan pertama DNA rekombinan dalam botani.


Banyak tanaman memiliki genom cukup beradaptasi, sehingga
memungkinkan bagi mereka untuk siap menggabungkan DNA dari
spesies yang jauh terkait. Dengan splicing gen baru, para ilmuwan
telah mampu mengembangkan tanaman yang tahan terhadap
kondisi lingkungan yang ekstrim, termasuk kekeringan dan panas.
Hal ini juga memungkinkan, menggunakan DNA rekombinan, untuk
mengambil gen dari hewan tertentu dan sambatan dalam genom
beberapa tanaman untuk membuat tanaman yang mengandung
bahan kimia yang membuat mereka tak menimbulkan selera
berbagai hama dan parasit.

DNA rekombinan untuk mengobati dan menyembuhkan penyakit pasien.

Pemberian vaksin melalui DNA rekombinan juga mungkin. Dalam


rangka untuk menciptakan vaksin ini, virus tuan rumah, seperti
virus herpes, DNA-nya telah dihapus dan diisi dengan DNA
rekombinan yang berisi coding untuk membuat antibodi untuk
penyakit tertentu. Meskipun teknologi ini relatif baru, telah terbukti
cukup berhasil, dan ilmuwan berharap bahwa hal itu dapat
dikembangkan lebih lanjut untuk membuat vaksin untuk berbagai
penyakit yang saat ini tidak memilikinya.
Hal ini juga memungkinkan untuk menggunakan teknologi DNA
rekombinan untuk menyembuhkan pasien dari beberapa penyakit.
Ada banyak kondisi yang disebabkan oleh urutan DNA yang rusak
yang dapat diganti dengan bagian yang sehat dari DNA yang
diberikan kepada pasien, biasanya melalui pengiriman virus.
Penelitian menunjukkan bahwa penyakit seperti fibrosis kistik dan
anemia sel sabit mungkin baik satu hari diobati dan dicegah melalui
perubahan struktural untuk DNA seseorang. Teknologi untuk
menyembuhkan penyakit ini masih dalam pengembangan, namun
hasil awal yang cukup menjanjikan.
Pasien yang tidak memiliki urutan DNA yang membuat atau
mengenali kebutuhan untuk enzim tertentu juga bisa mendapatkan
keuntungan dari perawatan DNA rekombinan. Dalam kasus ini,
sebuah untai DNA yang menciptakan protein khusus yang
dibutuhkan untuk melakukan tugas tertentu dapat dimasukkan ke
dalam DNA seseorang. Bagi banyak jenis kondisi, bagian yang rusak
dari DNA tidak perlu diganti oleh DNA rekombinan, sebagai DNA
baru hanya dapat ditempelkan ke untai normal. Penderita diabetes
yang mengambil insulin memanfaatkan teknologi DNA rekombinan
seperti ini karena insulin yang diproduksi dengan menggunakan
jenis teknologi.
Bioteknologi Peternakan
Dalam bidang peternakan, bioteknologi dimanfaatkan untuk
menghasilkan vaksin, antibodi, pakan bergizi tinggi, dan hormon
pertumbuhan. Contoh vaksin untuk ternak yaitu vaksin untuk
penyakit mulut dan kuku pada mamalia, vaksin NCD untuk
mengobati penyakit tetelo pada unggas, dan vaksin untuk penyakit
flu burung.
Hormon pertumbuhan diberikan pada ternak untuk meningkatkan
produksi daging, susu, atau telur. Contohnya adalah pemberian
Bovine Growth Hormone pada sapi perah dapat meningkatkan
produksi susu dan daging hingga 20%. Namun penggunaan hormon
untuk memacu produksi pada ternak masih diperdebatkan karena

berpotensi meningkatkan penyakit masitis pada ternak dan


membahayakan kesehatan manusia.
Pemanfaatan bioteknologi dalam bidang peternakan lainnya adalah
membuat hewan transgenik (hewan yang gennya telah dimodifikasi)
dan teknologi induk buatan. Teknologi induk buatan sering dilakukan
pada hewan langka yang sulit bereproduksi secara alami. Embrio
hewan ini ditransplantasikan pada rahim spesies lain yang masih
berkerabat. Dengan cara ini diharapkan hewan langka tersebut
terhindar dari ancaman kepunahan.
Penerapan prinsip bioteknologi dalam bidang peternakan antara lain
sebagai berikut:
a. Teknologi transplantasi nukleus
Teknologi ini lebih dikenal dengan teknologi kloning yaitu teknologi
yang digunakan untuk menghasilkan individu duplikasi (mirip
dengan induknya). Teknologi kloning telah berhasil dilakukan pada
beberapa jenis hewan. Salah satunya adalah pengkloningan domba
yang dikenal dengan domba Dolly. Melalui kloning hewan, beberapa
organ manusia untuk keperluan transplantasi penyembuhan suatu
penyakit berhasil dibentuk. Tahapan teknologi kloning adalah;
1) Isolasi nukleus (inti sel) dari hewan donor.
Nukleus diisolasi dari sel putting susu domba dewasa dengan
menggunakan teknik khusus sehingga dapat dikeluarkan dari
membrane sel
2) Isolasi sel telur
Sel telur yang belum dibuahi diperoleh dari domba lain. Dibutuhkan
banyak sel telur dalam teknologi ini karena banyak sel telur yang
tidak mampu bertahan dalam tahapan pengkloningan lebih lanjut.
3) Pengambilan nukleus dari sel telur
4) Penggabungan nukleus dengan sel telur
Nukleus yang telah diisolasi dari sel domba dewasa digabungkan ke
dalam sel domba lain yang telah dihilangkan nukleusnya. Secara
genetic sel domba yang menerima nukleus identik dengan domba
pendonor.
5) Pemasukan sel telur kedalam rahim
Sel telur dimasukkan ke dalam rahim domba betina yang lain.
Hanya sedikit sel telur yang mampu bertahan dan berkembang di
dalam rahim. Sel telur yang mampu bertahan akan berkembang

menjadi embrio dan selanjutnya akan dihasilkan anak domba yang


mirip dengan domba pendonor nukleus
b. Teknik Inseminasi Buatan
Teknik ini dikenal dengan nama kawin suntik, adalah suatu cara atau
teknik untuk memasukkan sperma yang telah dicairkan dan
diproses terlebih dahulu yang berasal dari ternak jantan ke dalam
saluran alat kelamin betina dengan menggunakan metode dan alat
khusus yang disebut insemination gun. Teknik inseminasi buatan
memiliki beberapa tujuan, yaitu:
Memperbaiki mutu genetika ternak
Mengoptimalkan penggunaan bibit pejantan unggul secara lebih
luas dalam jangka waktu yang lebih lama
Meningkatkan angka kelahiran dengan cepat dan teratur
Menyegah menularan dan penyebaran penyakit kelamin.
c. Transfer Embrio
Apabila kawin suntik memfokuskan pada sperma jantan, maka
transfer embrio tidak hanya potensi dari jantan saja yang
dioptimalkan, melainkan potensi betina berkualitas unggul juga
dapat dimanfaatkan secara optimal.
Teknik TE ini, betina unggul tidak perlu bunting tetapi hanya
berfungsi menghasilkan embrio yang untuk selanjutnya bisa
ditransfer pada induk titipan dengan kualitas yang tidak perlu bagus
tetapi memiliki kemampuan untuk bunting.
Embrio yang akan ditransfer ke resipien disimpan dalam foley
kateter dua jalur yang steril (tergantung ukuran serviks). Sebelum
dilakukan panen embrio, bagian vulva dan vagina dibersihkan dan
disterilkan dengan kapas yang mengandung alcohol 70%. Embrio
yang didapat dapat langsung di transfer ke dalam sapi resipien atau
dibekukan untuk disimpan dan di transfer pada waktu lain.
d. Teknologi Transgenik
Hewan transgenik adalah hewan yang telah mengalami rekayasa
genetika sehingga dihasilkan hewan dengan sifat yang diharapkan.
Teknologi transgenik pada hewan dilakukan dengan cara
penyuntingan fragmen DNA secara mikro ke dalam sel telur yang
telah mengalami pembuahan. Tujuan dari teknologi ini adalah
meningkatkan produk dari hewan ternak seperti daging susu, dan
telur.
Contoh dari hewan yang mengalami teknologi ini adalah domba
transgenik. Jadi DNA domba ini disisipi dengan gen manusia yang
disebut factor VIII ( merupakan protein pembeku darah). Berkat

penyusupan gen tersebut, domba menghasilkan susu yang


mengandung factor VIII yang dapat dimurnikan untuk menolong
penderita hemophilia.
Rekayasa genetika juga dapat melestarikan spesies langka. Sebagai
contoh, sel telur zebra yang sudah dibuahi lalu ditanam dalam kuda
spesies lain. Spesies lain yang dipinjam rahimnya ini disebut
surrogate. Hal ini sudah diterapkan pada spesies keledai yang
hamper punah di Australia.
Teknik pelestarian dengan rekaya genetika berguna, dengan alasan:
1) Induk dari spesies biasa dapat melahirkan anak dari spesies
langka.
2) Telur hewan langkah yang sudah dibuahi dapat dibekukan, lalu
disimpan bertahun-tahun meskipun induknya sudah mati. Jika telah
ditemukan surrogate yang sesuai, telur tadi ditransplantasi.
e. Hormon BST (Bovine Somatotrophin)
Dengan rekayasa genetika dihasilkan hormon pertumbuhan dewan
yaitu BST. Caranya adalah:
1) Plasmid bakteri E.Coli dipotong dengan enzim endonuklease
2) Gen somatotropin sapi diisolasi dari sel sapi
3) Gen somatotropin disisipkan ke plasmid bakteri
4)Bakteri yang menghasilkan bovin somatotropin ditumbuhan dalam
tangki fermentasi
5) Bovine somatotropin diambil dari bakteri dan dimurnikan.
Hormon ini dapat memicu pertumbuhan dan meningkatkan produksi
susu. BST ini mengontrol laktasi (pengeluaran susu) pada sapi
dengan meningkatkan jumlah sel-sel kelenjar susu. Jika hormon
yang dibuat dengan rekayasa genetika ini disuntuikkan pada hewan,
maka produksi susu akan meningkat 20%.
Pemakaian BST telah disetujui oleh FDA (Food and Drug
Administration), lembaga pengawasan obat dan makanan di
Amerika. Amerika berpendapat nsusu yang dihasilkan karena
hormon BST aman di konsumsi tapi di Eropa hal ini dilarang karena
penyakit mastitis pada hewan yang diberikan hormon ini meningkat
70%.
Selain memproduksi susu, hormon ini dapat memperbesar ukuran
ternak menjadi 2 kali lipat ukuran normal. Caranya dengan
menyuntik sel telur yang akan dibuahi dengan hormon BST. Daging
dari hewan yang diberi hormon ini kurang mengandung lemak.
Sehingga dikhawatirkan hormon ini dapat mengganggu kesehatan
manusia.

Home

Makalah

Bank Soal

Berita

Materi

Kelas 10

Kelas 11

Kelas 12

Home bioteknologi kelas 3 materi sma Pemanfaatan Bioteknologi Modern di Berbagai Bidang
Kehidupan

Pemanfaatan Bioteknologi Modern di Berbagai


Bidang Kehidupan
bioteknologi, kelas 3, materi, sma

Bioteknologi Modern - Telah dijelaskan pada postingan sebelumnya bahwa salah satu ciri dalam
bioteknologi modern adalah adanya rekayasa sifat makhluk hidup. Dari hasil rekayasa tersebut,
didapatkan berbagai agen biologi dengan sifat yang diinginkan manusia. Agen biologi tersebut
akan mengolah bahan mentah menjadi berbagai produk yang diinginkan.
Oleh karena bioteknologi modern dicirikan oleh adanya rekayasa sifat makhluk hidup, bioteknologi
modern berkaitan erat dengan rekayasa genetik. Rekayasa genetik adalah pengubahan komposisi
gen individu melalui percobaan dan upaya lainnya. Gen sebagai pembawa sifat makhluk hidup
dapat diidentifikasi, diisolasi, dan disisipkan dalam materi genetik makhluk hidup lain. Individu
yang dihasilkan melalui rekayasa genetika disebut makhluk hidup transgenik atau organisme hasil
modifikasi genetik (OHMG).

Organisme yang bisa menerima DNA asing dan umum digunakan dalam proses penyisipan gen
adalah bakteri. Hal ini dilatarbelakangi oleh beberapa sifat yang dimiliki bakteri. Bakteri memiliki
dua jenis materi genetik yaitu kromosom bakteri dan plasmid. Plasmid merupakan rantai DNA
berbentuk sirkuler yang ditemukan di bakteri. Plasmid terkadang mengandung gen yang membuat
bakteri tahan terhadap antibiotik ampisilin dan tetrasilin. Plasmid dapat keluar masuk sel, bahkan
dapat masuk ke dalam sel bakteri yang berbeda jenis.

(a) Plasmid pada bakteri yang mengandung gen untuk ampisilin dan tetrasilin.
(b) Plasmid bakteri dilihat dengan mikroskop elektron DNA plasmid.

Plasmid dapat diisolasi dari bakteri dan dapat dipotong menggunakan enzim restriksi. Dengan
cara yang sama, DNA penyusun gen, misalnya gen insulin dapat dipotong dan diisolasi
menggunakan enzim restriksi yang sama. Contohnya, enzim restriksi EcoR1 yang memotong
urutan basa TTAA, karena gen insulin memiliki rantai DNA dengan ujung urutan basa yang sama,
TTAA dan AATT, rantai DNA gen insulin dapat bergabung dengan DNA plasmid melalui bantuan
enzim DNA ligase, perhatikan gambar berikut.

Pemotongan dan penyisipan gen insulin dalam plasmid.

Proses penyisipan tersebut menghasilkan bakteri yang mengandung gen pembentukan insulin
pada manusia. Bakteri ini nantinya dapat menghasilkan hormon insulin manusia. Molekul DNA
rekombinasi ini kali pertama dilakukan pada 1973 oleh Stanley Cohen dari Universitas Stanford
dan Herbert Boyer dari Unversitas California. Hal ini menandai lahirnya rekayasa genetik modern.
Selain rekayasa genetik, bioteknologi modern juga mencakup fusi sel (penggabungan sel) dari
makhluk hidup yang berbeda spesies. Fusi sel adalah teknik yang digunakan untuk menghasilkan
sel hibrid (hibridoma). Sel hibrid ini mengandung bahan genetik dari sel-sel yang difusikan. Prinsip
dasar teknik ini yaitu membuka dinding kedua sel, kemudian kedua isi sel dicampurkan. Dinding
sel dihilangkan dengan menggunakan enzim tertentu. Untuk menggabungkan isi sel, digunakan
virus atau bahan kimia seperti polietilen glikol. Teknik fusi sel dilakukan antara lain untuk
mendapatkan hibrid baru penghasil antibiotik, tanaman interspesies, dan antibodi monoklonal.

Teknik fusi sel untuk mendapatkan sel dengan sifat campuran.

Dari dua teknik dasar bioteknologi modern tersebut dihasilkan bermacam-macam produk baru.
Untuk menghasilkan produk bioteknologi modern, terkadang tetap menggunakan teknik-teknik
yang telah dikembangkan dalam bioteknologi konvensional. Pada beberapa hal, bioteknologi
konvensional sulit dibedakan dari bioteknologi modern. Berikut ini dijelaskan beberapa contoh
bioteknologi modern yang berperan pada beberapa aspek kehidupan.

Peternakan
Dalam bidang peternakan, bioteknologi modern telah dapat
meningkatkan produksi dan kesehatan ternak. Beberapa cara yang
dilakukan antara lain dalam pembuatan vaksin dan hormon
pertumbuhan bagi hewan ternak. Vaksin dan hormon tersebut
disuntikkan pada hewan ternak. Hormon pertumbuhan yang
disuntikkan berguna agar ternak mengalami pertumbuhan dan
perkembangan yang sangat pesat. Selain itu, waktu panen akan
menjadi lebih singkat dibandingkan tanpa menggunakan hormon
tersebut.
Berikut ini akan diuraikan hasil bioteknologi pada bidang
perternakan, yaitu vaksin, hormon pertumbuhan bagi ternak,
kloning reproduksi, dan fertilisasi in vitro.
1.) Vaksin Pencegah Penyakit Ternak
Virus yang menyerang ternak dan paling merugikan adalah virus
penyebab penyakit mulut, kuku, dan lidah menjadi berwarna biru.
Pada unggas, virus yang menyerang dan merugikan adalah virus

penyebab penyakit tetelo (New Castle Disease NCD), sedangkan


pada anjing, kucing serta karnivora lainnya adalah virus rabies.
Vaksin untuk penyakit mulut dan kuku dibuat dengan cara
mengisolasi dan memperbanyak gen yang mengode pembentukan
kulit protein virus (VPI). Kemudian, gen ini disisipkan pada plasmid
E.coli.
Protein yang dihasilkan E.coli yang sudah direkayasa akan bekerja
sebagai vaksin yang efektif terhadap virus penyakit mulut dan kuku.
Cara serupa dilakukan untuk menghasilkan vaksin-vaksin bagi
penyakit tetelo, dan lidah biru. Selain vaksin, dipakai juga interferon
hewan sebagai senyawa antivirus alamiah.
2.) Hormon
Pada akhir dasawarsa ini, penggunaan hormon untuk meningkatkan
produksi daging untuk ternak sudah lazim digunakan, terutama
pada sapi. Dalam waktu dekat, hormon sejenis juga akan
dipergunakan untuk meningkatkan produksi daging domba.
Pembuatan hormon pertumbuhan dilakukan dengan cara
mengisolasi dan memperbanyak gen pertumbuhan, kemudian
disisipkan pada mikroba dan akhirnya dihasilkan hormon-hormon
yang dimaksud. Hormon tersebut kemudian disuntikkan pada
ternak. Tentu saja usaha ini harus disertai dengan pemberian nutrisi
ternak yang seimbang. Penggunaan hormon untuk pertumbuhan ini
sudah sering dilakukan.
Para ahli sudah jauh memikirkan untuk membuat hormon yang akan
disuntikkan pada domba penghasil wol. Dengan suntik hormon EGF
( Epidermal Grouth Factor), bulu-bulu domba akan rontok dengan
sendirinya, tanpa pisau cukur. EGF adalah suatu hormon yang dapat
mengendalikan kecepatan tumbuh rambut. Konsentrasi EGF yang
tinggi akan menyebabkan pertumbuhan rambut yang cepat, tetapi
helaian rambut akan lebih tipis. Satu dosis EGF tertentu akan
membuat rambut sedemikian tipis helaiannya sehingga lebih rapi.
Beberapa hari kemudian, titik rapuh rambut tersebut akan muncul
di permukaan kulit dan tentu saja rambut akan mudah lepas dari
kulitnya.
3.) Kloning Reproduksi
Contoh lain penerapan bioteknologi modern dalam bidang
peternakan adalah kloning. Kloning adalah proses untuk membuat
salinan molekul, elektron atau organisme multiseluler yang identik.
Pada kloning reproduksi, hal tersebut dilakukan untuk menghasilkan
individu yang sama dengan induknya. Salah satu proses kloning
yang terkenal adalah kloning domba Dolly. Kloning tersebut
dilakukan pada 1996 dan Dolly hidup hingga 2003. Kelahiran domba
hasil kloning ini mengundang kontroversi dari berbagai pihak. Pada

kloning Dolly, ilmuwan mengisolasi inti sel somatis kelenjar mamae


domba dan memasukkannya ke dalam sel telur yang telah
dihilangkan inti selnya. Sel telur yang mengandung inti sel donor
tersebut diberi kejutan listrik atau zat kimia untuk memicu
pembelahan sel. Ketika klon embrio mencapai tahap yang sesuai,
embrio tersebut dimasukkan dalam uterus domba betina.
Kloning reproduksi dapat digunakan untuk menghasilkan ternak
yang identik dengan induknya, tetapi ilmuwan mengetahui bahwa
kloning mempunyai potensi yang lebih berguna. Para ilmuwan
berusaha melakukan kloning reproduksi pada hewan-hewan yang
telah punah. Beberapa hewan punah telah dicoba dikloning. Pada
2003, seekor banteng jawa berhasil dikloning, kemudian diikuti oleh
tiga kucing liar afrika dari embrio yang dibekukan. Hasil ini
memberikan harapan bahwa teknik yang sama dapat dilakukan
pada hewan ternak lainnya.

Anda mungkin juga menyukai