Anda di halaman 1dari 16

I.

PENDAHULUAN
Hibridisasi dan kloning merupakan dua teknik dalam biologi yang sangat

dilaksanakan untuk memperoleh dan mempertahankan generasi unggul organisme


atau molekul seperti DNA. Meskipun dua istilah yang merujuk terutama untuk
persilangan dan kloning, ada beberapa contoh hibridisasi alami dan kloning juga.
Saat ini, ada banyak jumlah hibrida komersial dan klon tanaman dan hewan
meskipun klon hewan dilarang di beberapa negara.
Pada tingkat organisme, hibridisasi adalah persilangan antara varietas
dalam spesies yang sama yang memiliki sifat unggul. Hasil dari hibridisasi adalah
hibrid yang memiliki sifat perpaduan dari kedua induknya. Teknik ini dapat
dilakukan pada tumbuhan dan hewan. Hibridisasi adalah metode reproduksi
seksual hibrida, suatu organisme dengan karakteristik diperoleh dari kedua orang
tua. Ada subkategori hibridisasi yaitu hibridisasi antar spesies di mana dua spesies
dari genus yang sama dikawinkan untuk menghasilkan hibrida yang lebih baik
(contoh: hibrida bovid), dan dua dari spesies yang dikawinkan untuk mendapatkan
hibrida (contoh dua varietas Oryza Sativa disilangkan untuk mendapatkan
hibrida). Hibridisasi alami juga ditemukan. Sebagai contoh, Mule adalah hibrida
dari keledai jantan dan kuda betina.
Hibrida umumnya steril (tidak dapat mereproduksi sendiri), sehingga
menghasilkan hibrida harus ada dua jenis orang tua. Meskipun tanaman hibrida
subur, generasi selanjutnya akan kehilangan karakter yang baik, sehingga hibrida
tanaman juga diproduksi menggunakan dua jenis orang tua mereka.
Kloning adalah penggunaan sel somatik makhluk hidup multiseluler untuk
membuat satu atau lebih individu dengan materi genetik yang sama atau identik.
Kloning ditemukan pada tahun 1997 oleh Dr. Ian Willmut seorang ilmuan
Skotlandia dengan menjadikan sebuah sel telur domba yang telah direkayasa
menjadi seekor domba tanpa ayah atau tanpa perkawinan. Domba hasil rekayasa
ilmuan Skotlandia tersebut diberi nama Dolly.

Kloning adalah proses reproduksi untuk mendapatkan salinan dari


orangtua. Tidak seperti hibridisasi, kloning tidak memerlukan dua orang tua.
Dalam lingkungan alam, klon diproduksi oleh reproduksi aseksual organisme
(contoh bakteri). Ada tiga jenis metode kloning buatan: kloning gen, kloning
reproduksi, dan kloning terapeutik. Gen kloning adalah produksi salinan persis
sama dari gen yang dipilih. Dalam proses ini, gen yang diinginkan diekstrak dari
genom dan kemudian dimasukkan ke dalam pembawa / vektor (contoh plasmid
bakteri) dan dibiarkan berkembang biak (contoh insulin manusia). Reproduksi
kloning menghasilkan salinan identik hewan melalui proses yang disebut
transplantasi nuklir (contoh domba Dolly) atau tanaman melalui metode kultur sel
tunggal. Dalam kloning terapi, sel-sel induk embrio yang dihasilkan untuk
membuat jaringan yang berbeda pada organisme. Sehingga jaringan yang sakit
atau rusak dapat diganti dari jaringan buatan kloning. Selain metode di atas,
kembar identik manusia dan mamalia lainnya juga disebut klon sealami mereka
dihasilkan dari pemecahan sel telur dibuahi menjadi dua.
II.

HIBRIDISASI
Teknik hibridisasi atau pembastaran merupakan perkawinan silang untuk

memperoleh bibit yang unggul. Umumnya dilakukan pada hewan sapi. Pada
prinsipnya, caranya dilakukan dengan mengambil sperma atau semen dari hewan
yang memiliki bibit unggul untuk disuntikkan ke dalam alat kelamin hewan
betina. Tujuannya untuk mendapatkan keturunan dengan perpaduan sifat-sifat dari
induknya yang lebih baik.
Teknik inseminasi ini harus mengetahui masa kawin hewan. Pada saat sapi
jantan akan mengawini sapi betina, terlebih dahulu spermanya ditampung,
kemudian dimasukkan ke dalam alat inseminasi buatan untuk disuntikkan ke
dalam alat kelamin betina yang akan dikawinkan. Sebelum alat tersebut
dimasukkan anus dan usus besar, sapi dibersihkan dari kotoran, dan orang yang
akan melakukannya mencuci tangannya dan menggunakan sarung tangan,
selanjutnya tangan dimasukkan ke dalam anus untuk meraba kedudukan rahim
agar posisi alat tersebut dapat dimasukkan dengan tepat. Setelah itu alat
inseminasi dimasukkan lewat vagina sapi betina sampai alat tersebut jika dilepas
1

tidak jatuh, apabila jatuh berarti posisinya tidak benar dan harus diulang. Setelah
posisinya tepat perlahan-lahan sperma disuntikkan.
2.1

Hibridisasi dalam biologi molekuler


Dalam biologi molekular, hibridisasi adalah pembentukan ikatan dupleks

stabil antara dua rangkaian nukleotida yang saling komplementer melalu


perpasangan basa N. Hibridisasi dapat menunjukkan suatu keseragaman sekuens.
Pasangan DNADNA, DNARNA, atau RNARNA dapat terbentuk melalui
proses ini.
Hibridisasi DNADNA (Hibridisasi Southern) terbentuk dalam Southern
blotting sedangkan hibridisasi DNARNA (Hibridisasi Northern) terbentuk
dalam Northern blotting.
1. Hibridisasi Southern
Hibridisasi Southern adalah proses perpasangan antara DNA yang menjadi
sasaran dan DNA pelacak. Hibridisasi southern biasa digunakan untuk melacak
adanya DNA yang sesuai dengan pelacak, misalnya untuk mengetahui integrasi
transgen di dalam organisme transgenik.
Berdasarkan prinsipnya, hibridisasi southern dapat dibagi ke dalam 4 tahap,
yaitu : (1) fiksasi DNA di membran (nitroselulosa atau nilon); (2) pelabelan
pelacak; (3) prehibridisasi dan hibridisasi; dan (4) deteksi hasil hibridisasi. Fiksasi
DNA di membran dapat dilakukan melalui beberapa cara, yaitu (1) penetesan
DNA (dot blot) langsung di membran; (2) fiksasi DNA bakteri replika (plasmid
rekombinan) di membran; (3) fiksasi DNA fage rekombinan dari satu replika plak
di membran; dan (4) transfer DNA dari gel agarose (yang sebelumnya telah
dimigrasikan dengan elektroforesis) ke membran. Membran yang dipergunakan
untuk memfiksasi DNA biasanya menggunakan membran nilon karena lebih kuat
daripada membran nitroselulosa. Dot blot dan hibridisasi terhadap DNA replika
hanya dapat digunakan untuk mendeteksi keberadaan DNA tetapi tidak dapat
mengetahui ukurannya. Sebaliknya, hibridisasi southern terhadap DNA yang
difiksasi ke membran dengan cara transfer melalui metode southern (southern
blotting) dapat diketahui ukuran DNA targetnya (Suharsono dan Widyastuti,
2006).

Pelacak dapat diperbanyak melalui beberapa metode sebagai berikut :


perbanyakan plasmid yang dilanjutkan dengan isolasi fragment DNA yang
diinginkan melalui elusi atau dengan PCR dengan menggunakan primer yang
spesifik. Berbagai bahan dan cara telah dikembangkan untuk melabel pelacak.
Pada dasarnya bahan untuk melabel DNA pelacak dapat dibagi ke dalam dua
kelompok, yaitu (1) bahan radioaktif (radioisotop) seperti 32P, 33P, 3H; dan (2)
bahan non radioaktif seperti digoxigenin, biotin, ECL, dan alkalin fosfatase
(AlkPhos). Radioisotop sangat sensitif untuk digunakan dalam hibridisasi
southern, tetapi membutuhkan fasilitas yang canggih dan keamanan yang harus
dijaga dengan ketat. Oleh karena itu, pemilihan bahan nonradioisotop menjadi
sangat menarik karena dampak lingkungannya lebih ringan dibandingkan dengan
menggunakan

bahan

radioisotop

walaupun

sensitifitasnya

lebih

rendah

dibandingkan dengan bahan radioisotop (Suharsono dan Widyastuti, 2006).


Hibridisasi southern dibentuk dalam Southern Blotting. Southern Blotting
atau Blot Southern merupakan proses perpindahan fragmen DNA yang terpisah
secara elektroforesis dari gel ke membran. Metode ini diambil dari nama
penemunya yaitu Edward M. Southern. Prinsipnya adalah kapilaritas, dimana
bufer yang merupakan fase gerak diasumsikan akan membawa fragmen DNA
dari gel ke membran. Karena muatan DNA negatif sedangkan muatan membran
positif maka fragmen DNA akan menempel (blot) pada membran. Membran yang
digunakan pada proses blot southern adalah membran nitroselulosa.
2. Hibridisasi Nothern
Northern Blot atau RNA Blot dikenalkan pertama kali pada tahun 1977,
dua tahun setelah teknik Southern Blot. Sebenarnya secara umum teknik ini mirip
dengan Suothern Blot (lihat postingan Mengenal Southern Blot). Yang
membedakan adalah sampel yang digunakan, yaitu RNA. Dan yang perlu diingat
adalah pada umumnya RNA lebih mudah terdegradasi, sehingga sebisa mungkin
tangan kita tidak bersentuhan langsung dengan sampel RNA. Maka dari itulah,
saat bekerja Northern Blot diharuskan memakai kaos tangan, bahkan masker.
Teknik ini digunakan untuk melihat ekspresi (transkripsi) suatu mRNA (gen) pada
organ atau jaringan tertentu, seperti daun, bunga, biji, batang, dan lain sebagainya.

Hibridisasi northern merupakan modifikasi dari hibridisasi southern.


Namun, target dari hibridisasi northern adalah RNA yang telah dipisahkan dengan
elektroforesis gel agrosa menggunakan pelacak DNA berlabel.
Hibridisasi northern dibentuk dalam Northern Blotting. Northern Blotting
merupakan teknik yang digunakan dalam penelitian biologi molekuler untuk
mempelajari ekspresi gen dengan deteksi RNA (mRNA atau terisolasi) dalam
sampel.Flowb

diagram menguraikan prosedur

umum untuk

deteksi RNA oleh utara blotting.


Nothern blotting adalah untuk mengamati kontrol selular atas struktur dan
fungsi denganmenentukan tingkat ekspresi
gen tertentu selamadiferensiasi, morfogenesis, serta kondisi tidak normal atau
sakit.

Utara blotting melibatkan

untuk sampel RNA yang

penggunaan

terpisah dengan

probehibridisasi melengkapi
target. 'Blot Utara' istilah sebenarnya

elektroforesis

ukuran dan

sebagian

deteksi dengan
atau seluruh urutan

mengacu

khusus

untuk

transfer kapiler dari RNA dari gel elektroforesis ke membrane blotting.


Namun, seluruh proses sering disebut sebagai utara blotting. Teknik
blotUtara dikembangkan pada tahun 1977 oleh James Alwine, David Kemp, dan
GeorgeStark di Stanford University

blotting

Utara

mengambil nama dari

kesamaannya dengan. Teknik blotting pertama, Southern blot, nama untuk biologi
Edwin Southern perbedaan utama adalah bahwa RNA, bukan DNA, dianalisis
di blot utara.
2.2

Proses Hibridisasi
1. Southern Blotting
Tahap awal dari metode Blot Southern adalah pendigestian DNA dengan

enzim restriksi endonuklease sehingga terbentuk fragmen-fragmen DNA yang


lebih kecil. Kemudian DNA dipisahkan sesuai ukuran dengan elektroforesis
agarosa. Setelah DNA terpisah, dilakukan pemindahan DNA ke membran
nitroselulosa, tahap ini disebut dengan tahap blotting.
Membran nitroselulosa diletakkan pada bagian atas dari gel agarosa. Pada
teknik blotting dengan menggunakan vakum, membran diletakkan pada bagian
bawah gel. Tekanan diberikan secara merata pada gel untuk memastikan terjadi

kontak antara gel dengan membran. Proses transfer berlangsung dengan


memanfaatkan daya kapilaritas.
Setelah DNA ditransfer ke gel, membran nitroselulosa dipanaskan dengan
suhu tinggi (60oC-100oC) kemudian membran diberi radiasi UV agar terbentuk
ikatan kovalen dan permanen antara pita-pita DNA dengan membran. Lalu,
membran dicampur dengan probe (pelacak) yang telah dilabel radioaktif, tetapi
dapat juga digunakan label nonradioaktif yang dapat berpendar. Probe yang
digunakan adalah DNA utas tunggal yang memiliki sekuen yang akan dideteksi.
Probe diinkubasi dengan membran agar dapat berhibridisasi dengan DNA yang
ada pada membran.
Setelah proses hibridisasi, probe yang tidak terikat dicuci dari membran
sehingga yang tinggal hanya probe yang hibrid dengan DNA di membran. Pola
hibridisasi kemudian dideteksi dengan visualisasi pada film X-ray melalui
autoradiografi.
2. Northern Blotting
Tahapan umum northern blot :
a) Isolasi RNA
Dapat dilakukan dengan cara :

Lisis membran Seluler


Penghambatan aktivitas ribonuklease
Deproteinasi
Recovery intact RNA
b) Denaturasi dan elektroforesis gel agarosa
Dapat dilakukan dengan cara : Formaldehida biasa digunakan secara

tradisionalsebagai

denaturan,

meskipun sistem glyoxalmemiliki

beberapa

keunggulan dibandingkan formaldehida


c) Transfer ke support solid dan imobilisasi
Dapat dilakukan dengan cara :
RNA ditransfer ke membran nilon bermuatan positif dankemudian bergerak
selama hibridisasi berikutnya.
Metode berteknologi rendah terbaik untuk transfer agarosaadalah dengan
elusi, pasif sedikit basa, ke bawah.

Prosedur ini, dibandingkan dengan mentransfer ke atas, jauhlebih cepat dan


karena itu menghasilkan band-band lebihketat dan sinyal yang lebih. Atau,
cara transfer yang tersediasecara komersial aktif (electroblotter, semidry
electroblotter,vakum tinta, tinta tekanan, dll) dapat digunakan.
Setelah RNA ditransfer, membran harus segera disiapkanuntuk Crosslink
RNA. Hal ini dapat dilakukan oleh sinarultraviolet (metode yang disukai)
atau dengan dipanggang.
d) Prehybridization dan hibridisasi dengan probe
Prehybridization
Prehybridisasi atau memblokir, diperlukan sebelum menyelidiki hibridisasi
untuk mencegah probe darilapisan membran. Blocking yang baik
diperlukanuntuk meminimalkan masalah back ground.
Hibridisasi Probes
Dapat dilakukan dengan cara :
1) Hibridisasi asam nukleat mensyaratkan bahwa probe inimelengkapi semua,
atau sebagian, dari urutan mRNA target.
2) Secara umum, ukuran minimum untuk probe untuk memastikan spesifisitas
adalah sekitar dua puluh lima basa,memberikan bahwa ada kecocokan
lengkap antara urutan probe dan urutan dari mRNA target.
3) Ada dua bentuk utama probe hibridisasi, pendekatantradisional yang
menggunakan DNA komplementer (cDNA).Atau, anti-sense oligonukleotida
(umumnya30-40 basa) dapat dirancang dari data urutan dan disintesis.
4) Oligonukleotida, seperti cDNA, adalah molekul DNA yangtetapi 'riboprobes'
basa RNA nya dapat digunakan.
5) Riboprobes dapat meningkatkan sensitivitas dibandingkandengan probe
DNA, tetapi mereka kurang stabil dalam artimenjadi subyek dengan
kerusakan oleh RNA.

Beberapa hal yang membedakan dengan Southern blotting


adalah:
1. RNA jauh lebih rentan terhadap degradasi dibanding DNA,
oleh karena itu elektroforesis dilakukan dalam bufer yang

mengandung zat kimia yang bersifat melindungi (biasanya


formaldehid)
2. RNA sudah berupa untai tunggal dan membutuhkan kondisi
denaturasi yang lebih ringan.
3. RNA
biasanya
berukuran

tertentu

sehingga

tidak

memelukan digesti enzim untuk memperoleh pola pita.


Kedua prosedur sangat mirip karena setelah elektroforesis
RNA juga ditransfer ke membran melalui difusi kapilaritas.
Biasanya sinar UVdigunakan untuk mengikat (crosslink) RNA
pada membran sehingga tidak bergerak (imobilisasi).
2.3

Strategi Hibridisasi
Prinsip dari strategi hibridisasi adalah terjadinya pasangan secara tepat

antara dua untai DNA yang komplemen. Komponen utama dari strategi hibridisasi
ada tiga, diantaranya DNA pelacak, DNA target, dan deteksi sinyal. Tahapan dari
strategi hibridisasi, diantaranya :
1. Terjadinya pasangan secara tepat antara dua untai DNA yang komplemen
2. Penambahan DNA pelacak untai tunggal yang telah berlabel pada kondisi
tertentu (suhu dan konsentrasi ion) supaya terjadi pasangan antara DNA
target dan pelacak.
3. Pencucian untuk menghilangkan kelebihan pelacak yang tidak menempel
pada DNA target yang spesifik.
4. Deteksi adanya hibrid antara DNA target dan pelacak

2.4

Aplikasi Hibridisasi
Teknik Blot Southern telah digunakan dalam berbagai

aplikasi di bidang kesehatan maupun pada rekayasa genetika.


Salah satunya digunakan untuk menganalisis sistem major
histokompatibilitas pada tikus dan menganalisis penyusunan klon
dari gen T-cell receptor penyakit luka yang diakibatkan oleh
mikosis dari fungoides. Diterapkan dalam :
1. Mencari informasi letak suatu fragmen DNA dalam genom
2. Analisis transkipsi dan regulasi DNA
3. Deteksi penyakit genetik dan sidik jari DNA
Northern blot digunakan untuk mempelajari pola ekspresi
dari jenis tertentu molekul RNA sebagai perbandingan relatif
antara set sampel yang berbeda dari RNA. Ini pada dasarnya
adalah kombinasi dari denaturasi RNA elektroforesis gel, dan
sebuah noda.
III.

KLONING
Kloning adalah suatu upaya untuk memproduksi sejumlah individu yang

secara genetic sama persis (identik) (Alberts et al., 1994). Sedangkan istilah klon
adalah sekelompok organisme hewan maupun tumbuh-tumbuhan yang dihasilkan
melalui reproduksi aseksual dan berasal dari satu induk yang sama. Setiap anggota
8

dari klon tersebut mempunyai susunan dan jumlah gen yang sama dan
kemungkinan besar fenotipnya juga sama. Cloning didasarkan pada prinsip bahwa
setiap makhluk hidup mempunyai kemampuan totipotensi yang artinya setiap sel
mempunyai kemampuan untuk menjadi individu.
Kloning adalah tindakan menggandakan atau mendapatkan keturunan tanpa
fertilisasi, berasal dari induk yang sama, mempunyai susunan (jumlah dan gen)
yang sama dan kemungkinan besar mempunyai fenotip yang sama.

3.1

Kloning DNA Rekombinan


Kloning DNA adalah memasukkan DNA asing ke dalam plasmid suatu sel

bakteri. DNA yang dimasukkan ini akan bereplikasi (memperbanyak diri) dan
diturunkan pada sel anak pada waktu sel tersebut membelah. Gen asing ini tetap
melakukan fungsi seperti sel asalnya, walaupun berada dalam sel bakteri.
Pembentukan DNA rekombinan ini disebut juga rekayasa genetika. Perekayasaan
genetika terhadap satu sel dapat dilakukan dengan hanya menghilangkan,
menyisipkan atau menularkan satu atau beberapa pasang basa nukleotida
penyusun molekul DNA tersebut. Untuk kloning ini diperlukan plasmid dan
enzim untuk memotong DNA, serta enzim untuk menyambungkan gen yang
disisipkan itu ke plasmid.
Dalam melakukan pengklonan suatu DNA asing atau DNA yang
diinginkan atau DNA sasaran harus memenuhi hal-hal sebagai berikut. DNA
plasmid vektor harus dimurnikan dan dipotong dengan enzim yang sesuai
sehingga terbuka. DNA yang akan disisipkan ke molekul vektor untuk
membentuk rekombinan buatan harus dipotong dengan enzim yang sama. Reaksi
pemotongan

dan

penggabungan

harus

dipantau

dengan

menggunakan

elektroforesis gel. Rekombinan buatan harus ditransformasikan ke E. coli atau ke


vektor lainnya.
Rekayasa genetik dengan menggunakan plasmid bakteri E. coli dapat
dilakukan sebagai berikut:

Menentukan gen yang diinginkan untuk disisipkan, misalnya gen


pengkode hormone insulin dari sel-sel pankreas manusia atau gen
pengkode hormone pertumbuhan dari kelenjar pituitari. Kromosom sel-sel
pankreas dikeluarkan dengan memecah membran plasma. Membran
plasma ini dipecah dengan diberi kejutan listrik atau dengan pemberian zat
kimia yaitu polietilen glikol atau kalsium klorida (CaCl 2), sehingga
kromosom dapat keluar dari sel pankreas.

Kromosom yang diinginkan tadi dipotong dengan menggunakan enzim


restriksi endonuklease untuk melepaskan bagian DNA yang diinginkan,
kemudian memurnikan DNA tersebut. Elektroforesis dapat juga digunakan
untuk persiapan memurnikan fragmen DNA tertentu, selain digunakan
untuk menganalisis.

Mengektraksi plasmid dari sel bakteri. Plasmid dipisahkan dari sel dengan
cara memecah dinding sel bakteri. Hal ini dapat dilakukan dengan
menggunakan deterjen atau dengan enzim lisozim, kemudian dilisis
dengan natrium hidroksida (NaOH) dan larutan dedosil sulfat. DNA
kromosom akan menggumpal dan dinetralisir dengan natrium asetat. DNA
plasmid ini akan menggumpal membentuk jaring-jaring dan dengan mudah
mengendap. Untuk memisahkan DNA ini dilakukan sentrifugasi.

Cairan yang mengandung plasmid ini dijenuhkan dengan pengendapan


etanol. DNA plasmid yang dimurnikan dengan filtrasi gel. Plasmid yang
berbentuk lingkaran itu dipotong dengan enzim restriksi endonuklease
yaitu enzim yang sama digunakan untuk memotong DNA pankreas. Enzim
ini memecah ikatan fosfodiester pada molekul DNA. Endonuklease
memecah asam nukleat pada posisi internal, sedangkan enzim eksonuklase
memecah molekul DNA dari ujung molekulnya.

Kemudian pemasangan gen pengkode yang diinginkan tadi ke dalam


plasmid

dengan

menggunakan

enzim

ligase

yang

fungsinya

menggabungkan ikatan fosfodiester antara fragmen ujung-ujung yang


terpotong tadi. Proses penyambungan tersebut disebut ligasi. Karena enzim

10

yang digunakan untuk memotong DNA sel pankreas dan plasmid sama
jenisnya, akan menghasilkan ujung-ujung yang lengket yang sama
strukturnya, sehingga penyambungannya akan menyatu sempurna. Suhu
optimum untuk ligasi adalah 37 oC, tetapi ikatannya tidak stabil. Ligasi
akan berhasil jika dilakukan pada suhu 4o-150oC.

Plasmid yang telah disisipi gen pengkode yang diinginkan itu dimasukkan
ke dalam sel bakteri coli dengan cara tranformasi. Transformasi dilakukan
dengan memasukkan bakteri E. coli ke dalam larutan CaCl2 sehingga
terbentuk lubang-lubang sementara, sehingga plasmid dapat masuk ke
dalam sel bakteri. Diharapkan bakteri yang telah disisipi gen tersebut
mewarisi sifat gen baru, sehingga bakteri yang telah disisipi dengan gen
pengkode insulin dapatm memproduksi insulin.
Langkah selanjutnya adalah mengembangbiakkan bakteri hasil rekayasa
dalam tabung fermentasi yang berisi medium untuk pertumbuhan dan
perkembangbiakan bakteri E. coli untuk memproduksi insulin dalam
jumlah yang banyak. Insulin yang terbentuk kemudian dipisahkan dari
senyawa yang lain.

3.2

Manfaat Kloning
Secara garis besar kloning bermanfaat:

Untuk pengembangan ilmu pengetahuan


Manfaat kloning terutama dalam rangka pengembangan biologi,
khususnya reproduksi-embriologi dan diferensiasi. Dengan pengembangan
ilmu pengetahuan baru di bidang bioteknologi akan membuka peluang
lebar bagi peneliti untuk menemukan cara baru lagi untuk memecahkan
masalah-masalah

yangberujung

pada

peningkatan

kesejahteraan

masyarakat.

Untuk mengembangkan dan memperbanyak bibit unggul


Seperti telah kita ketahui, pada sapi telah dilakukan embrio transfer. Hal
yang serupa tentu saja dapat juga dilakukan pada hewan ternak lain, seperti
pada domba, kambing dan lain-lain. Dalam hal ini jika nukleus sel

11

donornya diambil dari bibit unggul, maka anggota klonnya pun akan
mempunyai sifat-sifat unggul tersebut. Sifat unggul tersebut dapat lebih
meningkat lagi, jika dikombinasikan dengan teknik transgenik. Dalam hal
ini ke dalam nukleus zigot dimasukkan gen yang dikehendaki, sehingga
anggota klonnya akan mempunyai gen tambahan yang lebih unggul.

Untuk tujuan diagnostik dan terapi


Sebagai contoh jika sepasang suami isteri diduga akan menurunkan
penyakit genetika thalasemia mayor. Dahulu pasangan tersebut dianjurkan
untuk tidak mempunyai anak. Sekarang mereka dapat dianjurkan
menjalani terapi gen dengan terlebih dahulu dibuat klon pada tingkat
blastomer. Jika ternyata salah satu klon blastomer tersebut mengandung
kelainan gen yang menjurus ke thalasemia mayor, maka dianjurkan untuk
melakukan terapi gen pada blastomer yang lain, sebelum dikembangkan
menjadi blastosit.

Menolong atau menyembuhkan pasangan infertil mempunyai turunan


Manfaat yang tidak kalah penting adalah bahwa kloning manusia dapat
membantu/menyembuhkan pasangan infertil mempunyai turunan. Secara
medis infertilitas dapat digolongkan sebagai penyakit, sedangkan secara
psikologis ia merupakan kondisis yang menghancurkan, atau membuat
frustasi. Salah satu bantuan ialah menggunakan teknik fertilisasi in vitro.
(in vitro fertilization = IVF). Namun IVF tidak dapat menolong semua
pasangan infertil. Misalnya bagi seorang ibu yang tidak dapat
memproduksi sel telur atau seorang pria yang tidak dapat menghasilkan
sperma, IVF tidak akan membantu.
Dalam hubungan ini, maka teknik kloning merupakan hal yang
revolusioner sebagai pengobatan infertilitas, karena penderita tidak perlu
menghasilkan sperma atau telur. Mereka hanya memerlukan sejumlah sel
somatik dari manapun diambil, sudah memungkinkan mereka punya
turunan yang mengandung gen dari suami atau istrinya.

Melestarikan Spesies Langka

12

Meskipun upaya terbaik dari konservasionis di seluruh dunia, beberapa


spesies yang hampir punah. Kloning Dolly sukses merupakan langkah
pertama dalam melindungi satwa langka. Contoh lainnya adalah hasil
cloning yang melahirkan Noah, hewan gaur (spesies dari Asia Tenggara
yang mirip bison), yang merepresentasikan percobaan pertama yang
dilakukan oleh para ilmuwan untuk mengkloning hewan yang terancam
punah. Para ilmuwan di Amerika berharap bisa mengambil langkah besar
dalam upaya melindungi spesies yang terancam punah dengan melahirkan
kloningan gaur di sebuah peternakan di Iowa.

Meningkatkan pasokan makanan


Kloning dapat menyediakan sarana budidaya tanaman yang lebih kuat dan
lebih tahan terhadap penyakit, sambil menghasilkan produk lebih. Hal
yang sama bisa terjadi pada ternak serta di mana penyakit seperti penyakit
kaki dan ulut bisa menjadi eradicated. Kloning karena itu bisa secara
efektif memecahkan masalah pangan dunia dan meminimalkan atau
mungkin kelaparan (Brookes, 2005)

3.3

Efek Negatif Kloning


Jika kloning pada tanaman bertujuan menghasilkan tanaman baru yang

memiliki sifat-sifat identik dengan induknya maka kloning pada tanaman akan
menghasilkan individu baru yang sama dengan sifat induknya. Hal ini hal ini akan
menurunkan keanekaragaman tanaman baru yang dihasilkan. Akibatnya,
keanekaragaman tumbuhan yang merupakan sumber daya alam hayati pun akan
semakin menurun. Demikian juga kloning pada hewan, akan menurunkan
keanekaragaman hewan. Keanekaragaman genetik memainkan peran yang sangat
penting dalam sintasan dan adaptabilitas suatu spesies, karena ketika lingkungan
suatu spesies berubah, variasi gen yang kecil diperlukan agar spesies dapat
bertahan hidup dan beradaptasi. Spesies yang memiliki derajat keanekaragaman
genetik yang tinggi pada populasinya akan memiliki lebih banyak variasi alel
yang dapat diseleksi. Seleksi yang memiliki sangat sedikit variasi cendering
memiliki risiko lebih besar. Dengan sedikitnya variasi gen dalam spesies,

13

reproduksi yang sehat akan semakin sulit, dan keturunannya akan menghadapi
permasalahan yang ditemui
Kloning pada hewan dan manusia masih dipertentangkan karena akibat
yang ditimbulkan seperti contohnya: resiko kesehatan terhadap individu hasil
kloning.
Terjadi kekecauan kekerabatan dan identitas diri dari klon maupun
induknya. Klon atau individu hasil cloning akan diangggap sebagai kopian dari
individu lain yang dianggap sebagai induknya karena memiliki sifat yang sama
dengan induknya. Sehinggga terjadi kekacauan apakah status klon tersebut adalah
anak atau merupakan kembaran dari individu aslinya.Transformasi adalah proses
pemasukkan molekul DNA rekombinan ke dalam sel inang dengan vektor yang
digunakan berupa plasmid. Plasmid dapat mengubah sifat sel inang. Keberhasilan
plasmid masuk dan bertahan di dalam sel umumnya dideteksi berdasarkan
ekspresi gen marka yang dibawa oleh plasmid tersebut. Ekspresi materi genetik
asing masuk melalui dinding sel. Pada dasarnya dinding sel berfungsi melindungi
sel dari masuknya benda-benda asing termasuk DNA, tapi dalam kondisi tertentu,
dinding sel ini bisa memiliki semacam celah atau lubang yang bisa dimasuki
DNA. Ada lebih dari 1% spesies bakteri mampu melakukan transformasi secara
alami. Dimana mereka memproduksi protein-protein tertentu yang dapat
membawa DNA menyeberangi dinding sel.

DAFTAR PUSTAKA

14

1. Akberts, B., et al. (1994). Molecular Biology of The Cel. Ed. Ke-3.
Garland Publishing, New York
2. Brookes, Martin. (2005). Genetika. Jakarta : Erlangga
3. Lodish. Berk. Matsudaira. Kaiser. Krieger. Scott. Zipursky. Darnell. 2000.
Molecular Cell Biology fifth Edition. Freeman and Company. New York.
4. Primrose SB, Twyman RM. 2006. Principles of Gene Manipulation and
Genomics. Ed. Ke-7. Oxford: Blackwell Publishing.
5. Sarkar S, Chaudhuri S, Basu T. 2002. Mechanism of arttificial
transformation of E.coli with plasmid DNA-clues from the influence of
ethanol. Current Science 83:1376-1380.
6. Tsen et al. 2002. Natural plasmid transformation in Escherichia coli.
Journal of Biomedical Science 9:246-252.
7. Tu et al. 2005. An improved system for competent cell preparation and
high efficency plasmid transformation using different Escherichia coli
strains. Electronic Journal of Biotechnology 8.
8. Williams HG, Day MJ, Fry JC. 1996. Use of EDTA to prevent
spontaneous cell-to-cell transformation provides a more accurate
estimation of gene transfer frequencies. Biology Techniques 10:941-946.
9. Zhang et al. 2007. Effects of Mg2+ on supported bilayer membrane on a
glassy carbon electrode during membrane formation. International
Journal of Electrochemical Science 2:788-796.
10. Suharsono, Widyastuti U. 2006. Pelatihan Singkat Teknik
Dasar Pengklonan Gen. Pusat Penelitian Sumberdaya
Hayati dan Bioteknologi Lembaga Penelitian dan
Pemberdayaan Masyarakat IPB dengan DIKTI DIKNAS,
Bogor.
11. Sudjadi.

2008.

Bioteknologi

Kesehatan.

Yogyakarta

Kanisius

15

Anda mungkin juga menyukai