Bab-Viii4 Merubah Perspektif Kepemimpinan Publik
Bab-Viii4 Merubah Perspektif Kepemimpinan Publik
militer merupakan
msyarakat modern. Dalam kenyataannya, hal ini merupakan sebuah ide dan
bahkan diterima dalam militer. Sebagaimana yang telah kita lihat, masyarakat
sekarang dapat dijelaskan sebagai (1) sangat kacau, subyek terhadap perubahanperubahan yang tiba-tiba dan dramatic; (2) sangat independen, memerlukan
kerjasama berbagai lintas sektor; dan (3) sangat memerlukan solusi-solusi yang
kreatif dan imajinatif terhadap masalah-masalah yang kita hadapi. Pada situasisituasi semacam ini, organisasi-organisasi publik (dan pribadi) harus lebih dapat
beradaptasi dan fleksibel ketimbang masa lalu. Sejauh ini bentuk perintah dan
kontrol umum dari kepemimpinan tidak mendorong resiko dan inovasi, namun
memperkuat kesamaan dan konvensi. Dengan alasan ini, banyak orang yang
berpendapat bahwa pendekatan yang baru mengenai kepemimpinan diinginkan.
Kepemimpinan berubah dalam berbagai cara, dan kita seharusnya
memperhatikan perubahan-perubahan tersebut. Pertama, dalam dunia saat ini dan
yang akan datang, semakin banyak orang yang ingin ikut berpartisipasi dalam
keputusan-keputusan yang mempengaruhi mereka. Dalam model kepemimpinan
atas-bawah kepemimpinan organisasi, pemimpin merupakan seseorang yang
mewujudkan visi kelompok tersebut, mendesain cara-cara pencapaian visi itu, dan
menginspirasi atau memaksa orang lain dalam membantu untuk mencapai visi itu.
Terkecuali mereka yang berada dalam organisasi-organisasi yang ingin terlibat;
mereka menginginkan bagian dari aksi tersebut. Lebih lanjut, para klien atau
warga Negara juga ingin berpartisipasi sebagaimana semestinya. Seperti yang
diprediksikan secara tepat oleh Warren Bennis beberapa tahun yang lalu,
kepemimpinan akan menjadi proses keperantaraan multilateral yang semakin
sulit dipahami.. Semakin banyak keputusan-keputusan yang akan menjadi
keputusan-keputusan publik, yaitu orang-orang yang mereka pengaruhi akan
bersikeras pada yang terdengar (1992, 311).
Kedua, kepemimpinan akan semakin dianggap bukan sebagai suatu
posisi dalam sebuah hierarki, namun sebagai sebuah proses yang terjadi pada
organisasi-organisasi dan masyarakat. Kepemimpinan bukan saja sesuatu yang
diberikan pada presiden, pemerintah, mayor, atau pimpinan-pimpinan departemen;
namun kepemimpinan adalah sesuatu yang akan dilibatkan semua orang pada
organisasi-organisasi atau masyarakat kita dari masa ke masa. Pada kenyataannya,
banyak
orang
yang
berpendapat
bahwa
perubahan-perubahan
bagian
kesetaraan/
kepemimpinan
kesamaan
orang-orang
(hak),
bekerjasama
dan
untuk
keadilan.
membuat
Melalui
proses
pilihan-pilihan
mengenai arah-arah yang ingin mereka ambil; mereka membuat keputusankeputusan fundamental terhadap masa depan mereka. Pilihan-pilihan semacam ini
tidak dapat dibuat hanya berdasar atas perhitungan kalkulasi biaya dan manfaat.
Mereka memerlukan nilai-nilai manusia yang begitu seimbang, terutama karena
yang
berhubungan
dengan
Old
Public
Administrasion
(Administrasi Publik yang Kuno) atau Manajemen Publik yang Baru (Manajemen
Publik yang Baru). Kepemimpinan akan memerlukan rekonseptualisasi yang
signifikan. Pada tingkat minimal, peranan para pemimpin publik akan (1)
membantu komunitas dan warganya untuk memahami kebutuhan-kebutuhan
mereka dan potensinya, (2) mengintegrasikan dan mengartikulasikan visi
komunitas dan visi berbagai organisasi yang aktif dalam suatu bidang tertentu,
dan (3) untuk berperan sebagai pemicu atau rangsangan aksi. Konseptualisasi
kepemimpinan publik ini dijelaskan secara berbeda sebagai kepemimpinan umum,
kepemimpinan yang berbasis nilai, dan kepemimpinan tingkat jalanan. Sebelum
kami menguji alternatif-alternatif yang kami hubungkan dengan New Public
Service (Layanan Publik yang Baru) secara gambling, kita hendaknya mengulas
secara singkat pendekatan-pendekatan terhadap kepemimpinan yang diambil oleh
Old Public Administration dan Manajemen Publik yang Baru.
Administrasi Publik yang Kuno dan Manajemen Eksekutif
Sebagaimana
yang
telah
kita
lihat
sebelumnya,
pandangan
mengenai
kepemimpinan yang ada dalam the Administrasi Publik yang Kuno adalah
berdasarkan pada sebuah model manajemen eksekutif. Ingatlah bahwa Woodrow
Wilson yang pertama berpendapat pada penciptaan pusat kekuasaan dan
Setidaknya sampai
memproteksi hak-hak dan tanggung jawab pribadi agen dan para klien mereka.
Meskipun tujuan-tujuannya baik, kebijakan-kebijakan dan prosedur-prosedur ini
seringkali menjadi susah dimana kebijakan-kebijakan dan prosedur-prosedur
tersebut membatasi kapasitas agen untuk memenuhi kebutuhan para klien. Dengan
demikian, peragenan/ perwakilan pemerintah dan para manajernya akan terlihat
tidak efisien dan terikat aturan, terselitumi pita merah secara total.
Manajemen Publik yang Baru dan Kewirausahaan
Dalam Manajemen Publik yang Baru, kebutuhan akan kepemimpinan secara
terpisah setidaknya terlindungi dengan peraturan-peraturan keputusan dan
insentif-insentif. Dalam kasus semacam ini, kepemimpinan tidak menetap pada
seseorang; kadang pilihan-pilihan kelompok individumenggantikan kebutuhan
akan beberapa fungsi kepemimpinan. Misalnya, Don Kettl mengatakan bahwa isu
kunci dalam perubahan yang berbasis pasar adalah Bagaimana pemerintah dapat
mempergunakan insentif-insentif gaya pasar untuk menghapus patologi/ penyakit
birokrasi? (2000a, 1). Dalam beberapa kasu, pemerintah harus sepenuhnya
mengatur kebebasan beberapa fungsi publik tertentu, seperti yang dilakukan oleh
perusahaan-perusahaan telepon, penerbangan, dan perusahaan energi, sehingga
mereka hanya bersaing dalam pasar. Dalam beberapa kasus lainnya, pemerintah
menambah pemberian layanan dari pengumpulan sampah hingga tahanan. Yang
lainnya telah mencoba untuk menciptakan mekanisme-mekanisme untuk pilihan
konsumen, dengan system-sistem pemberian layanan alternatif atau melalui
usaha-usaha seperti pemberian voucher untuk layanan-layanan yang diperlukan.
Dalam suatu kasus, Manajemen Publik yang Baru bertujuan untuk menggantikan
pemberian jasa berbasis aturan yang tradisional dengan taktik berbasis pasar
mengikuti-persaingan. Warga Negara dipimpin oleh pilihan-pilihan mereka
untuk sebuah pilihan atau pilihan yang lain.
Osborne dan Gaebler (1992) secara eksplisit menjelaskan peranan
pemberian layanan yang menurun bagi pemerintah sebagai cara yang lebih baik
dalam memandu masyarakat. Mereka merekomendasikan pemerintah agar
seharusnya semakin menjauh dari peranan pemberian layanan (yang mereka sebut
manusia
pada
proyek-proyek
yang
membantu
kemanusiaan.
terhadap
pemahaman
kepemimpinan
berarti
mempengaruhi
Mengidentifikasi
tantangan-tantangan
adaptif:
pada
pengurangan-tekanan
yang
pengambing-hitaman,
menjelmakan
atau
menyerang
individu-individu
ketimbang isu-isu.
4.
Melindungi
suara-suara
kepemimpinan
tanpa
kesedihan
orang
yang
atau
memediasi
perbedaan-perbedaan
mereka,
meski
tidak
Membentuk Persetujuan Awal terhadap UndangUndang: Sekelompok awal pemimpin, para pembuat
keputusan kunci, dan warga Negara biasa bekerja
sama dan setuju terhadap perlunya merespon
masalah tertentu. Karena semakin banyak orang
yang
terlibat
dank
arena
setiap
fase
masalah-masalah
sebelum
bergerak
yang
baru
atau
memahami
sebelumnya
Terutama
dalam
diidentifikasi
fase
ini,
berlangsung.
para
pemimpin
kelompok
diperlukan
untuk
tertentu.
melampaui
Arena:
pengembangan
Di
sini
fokus
berubah
kebijakan-kebijakan
yang
pada
dapat
5.
6.
yang
berhubungan
dengan
proses
dapat
mengakibatkan
babak
baru
dapat secara mudah dipindah menuju situasi-situasi yang terpisah, kacau, dan
kompleks. Sebaliknya, dalam kenyataan-kenyataan ini yang semakin mencirikan
proses kebijakan publik, kepemimpinan harus memusatkan perhatian dan
memobilisasi aksi yang tertunda oleh para stakeholder yang banyak dan berbeda.
(1998, 5)
Di sisi lain, masalahnya adalah pemerintah tidak lagi bertanggung
jawab terhadap proses kebijakan tersebut. Pemerintah di AS dicirikan dengan
suatu hubungan yang dinamis diantara agen-agen pemerintahan, penyedia jasa
non profit, perusahaan bisnis, perusahaan-perusahaan multinasional, kelompokkelompok lingkungan, kelompok-kelompok kepentingan tertentu dan kelompok
advokasi, kesatuan buruh, akademia, media, dan berbagai asosiasi formal dan
informal lainnya yang mencoba untuk mempengaruhi agenda public. (Luke
1998, 4). Lebih lanjut, masalah-masalah yang paling penting yang kita hadapi saat
ini lintas organisasi, yurisdiksi dan batas sektor. Apa yang akan terjadi bila
seseorang menggantikan apa yang dilakukan organisasi bukankah hal itu
kemungkinan akan mempengaruhi masalah tersebut hanya dalam cara marjinal;
semua kelompok dan organisasi lainnya yang tertarik dalam isu yang sama juga
mempengaruhi isu tersebut. Dalam kata lain, ada jaringan dasar saling
ketergantungan dan saling berhubungan yang mengikat bersama berbagai
kelompok yang berbeda. Tanpa keterlibatan seluruh kelompok dan organisasi
yang saling berhubuungan ini, sedikit saja yang dapat dilakukan untuk
mengarahkan secara efektif.masalah-masalah publik yang kompleks. Lebih lanjut,
dengan mengetahui komitmen yang kuat dan kepentingan yang sangat fokus pada
mayoritas pihak ini seringkali sulit untuk mengecualikan seseorang.
Menurut Luke, kepemimpinan publik yang efektif dalam dunia yang
saling berhubungan, apa yang dia sebut sebagai kepemimpinan katalitik
melibatkan empat tugas khusus berikut ini:
1.
publik
dan
agenda
kebijakan.
dan
kepentingan-kepentingan
untuk
mengarahkan
Mengikat
isu
orang-orang
yang
tersebut.
melibatkan
ini
memerlukan
pembangunan
dan
strategis
melibatkan
menata
institusionalisasi
yang
interkoneksi
sesuai
dan
melalui
pembagian
kelompok-kelompok
advokasi,
dan
resiko yang ada dapat diselidiki dalam pola waktu. Faktor penting untuk
dipertimbangkan adalah apakah manfaat dari pengambilan aksi yang tiba-tiba dan
beresiko dari administrator publik sebagai respons terhadap sebuah peluang lebih
besar dari harga kepercayaan, kerjasama, dan arti berbagi tanggung jawab.
Akhirnya, dalam Layanan Publik yang Baru, kepemimpinan yang
berbasis pembagian dan nilai terlihat sebagai sebuah fungsi dan tanggung jawab
semua tingkat dari organisasi tersebut, dari tingkat eksekutif hingga tingkat
jalanan. Vinzant dan Crohers (1998) misalnya, menjelaskan bagaimana pelayanpelayan publik pada lini depan diminta untuk menggunakan kebijaksanaan,
melibatkan orang lain, dan membuat keputusan-keputusan yang menghormati dan
mencerminkan ragam faktor dan nilai. Mereka harus responsif terhadap aturanaturan agen, komunitas yang mereka layani, dan para mitra kerja mereka seperti
terhadap variabel-variabel situasi dan etika. Vinzant dan Crothers berpendapat
bahwa dalam banyak kasus, para pelayan publik lini depan diminta untuk bereaksi
sebagai para pemimpin yang berbasis nilai: Mereka membuat pilihan-pilihan dan
mengambil aksi untuk mengangkat sasaran-sasaran, kecenderungan, nilai-nilai
partisipan dalam situasi tertentu dalam cara-cara yang dapat direspon terhadap
keinginan dan kepentingan mereka, namun hal itu dapat dilegitimasi dengan
mengacu pada idea dan nilai-nilai yang lebih kompleks, yang terlibat dalam kasus
tersebut (1998, 112).
Kesimpulan
Dalam Layanan Publik yang Baru, kepemimpinan didasarkan pada nilai-nilai dan
pembagian dengan organisasi dan dengan komunitas. Perubahan konseptualisasi
peranan administrator publik ini telah mencerminkan implikasi-implikasi bagi
jenis tantangan dan tanggung jawab yang dihadapi oleh para pelayan publik.
Pertama, administrator publik harus mengetahui dan mengontrol lebih dari
persyaratan-persyaratan dan sumber daya-sumber daya program mereka.
Pandangan yang sempit tidaklah membantu warga Negara yang dunianya tidak
cocok dibagi dengan program-program departemen dan kantor. Masalah yang
dihadapi warga seringkali kompleks, berubah-ubah dan dinamis dan mereka
tidak mudah jatuh dalam kurungan kantor tertentu atau deskripsi kerja/ tugas yang
sempit dari seseorang. Untuk melayani warga, para administrator publik harus
tidak hanya mengetahui dan mengatur sumber daya-sumber daya mereka sendiri,
mereka juga harus menyadari terhadap dan terhubung dengan sumber-sumber
dukungan dan bantuan lainnya, melibatkan warga dan komunitas dalam proses
tersebut. Mereka tidak mencari untuk mengendalikan dan mereka tidak pula
mengasumsikan bahwa pilihan yang menarik dirinya berlaku sebagai penggantian
dialog dan nilai-nilai umum. Singkatnya, mereka harus berbagi kekuasaan dan
memimpin dengan keinginan, komitmen dan integritas dalam sebuah cara yang
menghormati dan memberdayakan kewarganegaraan.
Materi dalam bagian ini berjudul The Old Public Administration and Executive
Management dan pembahasan dari James Burns Leadership (1978) disadur dari
buku Robert B. Denhardt, Janet V. Denhardt, dan Maria R. Arisgueta, Managing
Human Behaviour in Public and Nonprofit Organization (Thousand Oaks, CA:
Sage, 2002)