Anda di halaman 1dari 22

Dr. Khairul Rahman, S.Sos., M.

Si
Dosen Pascasarjana Universitas Islam Riau
khairul.ip@soc.uir.ac.id
Kebutuhan akan pemerintahan telah bayak
disampakan oleh para ahli, salah satu yang
menarik apa yang disampaikan Labolo dalam
bukunya Memahami Ilmu Pemerintahan (2010:VII-
VIII) “Pemerintahan merupakan
kebutuhan yang diadakan untuk
kemudian dihindari pada titik
tertentu”

WHY?
Kesan terhadap peemerintahan yang
hadir atas dasar kebutuhan dan lahir
bersamaan dengan keinginan masyarakat
pada akhirnya akan sangat tergantung
pada perilaku pemimpin dan
masyarakat yang akan membentuk
sebuah pilihan.

Dalam hal ini kita memberikan judul


“Kepemimpinan Yang Melayani” yang
merupakan semangat dari New Publik Service.
▪ Pengertian pemimpin yang paling baru sebagai
post modern dari Lantu (2007) menyatakan
bahwa pemimpin adalan pelayan (dalam
Pasolong, 2010:3)
▪ Pemimpin dan Kepemimpinan merupakan mata
rantai yang tidak terpisahkan. Pemimpin terkait
dengan orangnya sedangkan kepemimpinan
yaitu sifat-sifat yang muncul dari tindakan dari
perbuatan pemimpin.
▪ Kartasasmita (1996) menyatakan bahwa kepemimpinan sangat
penting dan amat menentukan dalam kehidupan setiap
bangsa, karna maju mundurnya masyarakat, jatuh bangunnya
bangsa, di tentukan oleh pemimpinnya. (dalam Pasolong,
2010:18)
▪ Ada bebrapa kepemimpinan yang perlu untuk kita pahami dan
pelajari diantaranya
a. kepemimpinan transaksional dan transformasional
b. kepemimpian demokrasi, dan
c. kepempinan pancasila,
Burm (dalam Denhardt :146-147) berargumen ada dua
kepemimpinan.
▪ Pertama kepemimpinan "transaksional“ kepemimpinan, yang
melibatkan pertukaran hal dihargai (baik ekonomi, politik, atau
psikologis) antara inisiator dan responden.
▪ Kedua, Kepemimpinan "Transformational" di sisi lain, terjadi
bila para pemimpin dan pengikut terlibat satu sama lain
dengan suatu cara yang begitu rupa sehingga mereka saling
mengangkat ke level moralitas dan motivasi yang lebih tinggi.
Dalam beberapa kasus, kepemimpinan tranformasional bahkan
berkembang menjadi kepemimpinan moral.
kepemimpinan yang berkualitas demokratis, seyogianya
ditujukan pada peningkatan empat kepasitas berikut ini :
1. Kepekaan terhadap situasi lingkungan
2. Penjagaan atas moral masyarakat
3. Keterbukaan pikiran
4. Mendengar, mempelajari, dan menterjemahkan suara
orang banyak/masyarakat. (Rasyid 1996:73-77)
Bentuk kepemimpinan yang selalu mendasarkan diri
pada nilai-nilai luhur dari norma-norma pancasila.
Semangat kepemimpinan pancasila itu dapat
terwujudkan, apabila nilai-nilai luhur yang diwariskan
nenek moyang dapat dipadukan dengan nilai—nilai
modernisasi yang positif, antara lain dengan ciri-ciri
musyawarah, rasional, kritis, pekerja keras, pantang
menyerah, efisien-efektif dan berdisiplin tinggi.
KEPEMIMPINAN PADA TIGA
PERSPEKTIF PRAKTIS

1 1 Old Public Administration (OPA)

2 2 New Public Management (NPM)

3 3 New Public Service (NPS)


1. Kepemimpinana eksekutif pemerintahan yang
otoritatif, hierarkis dan top down, kesatuan komando,
dan pembagian kerja
2. Pelaksanaan kepemimpinan berjalan sangat rumit
3. Administrator pemerintahan memainkan peranan
kepemimpinan yang lebih besar terutama dalam
pengambilan kebijakan yang berakibat pada
terbatasnya hak-hak warga Negara yang hanya
sebagai peran memilih pejabat secara periodic
4. Kepemimpian yang mengendalikan secara esensial
perilaku bawahan di dalam organisasi
1. Kepemimpinan mengedenpankan insentif pasar sebagai
pengganti kepemimpinan publik
2. Kepemimpinan yang bergerak lebih kepada
pengembangan kebijakan dan bergerak menjauhi peran
pemberi layanan.
3. Kepemimpinan yang lebih mengarahkan dan
mengendalikan.
4. Kepemimpinan yang memisahkan fungsi pengarahan dan
pelaksanaan
5. Kepemimpinan banyak terikat dengan ketentuan-ketentuan
dan hanya berorintasi ke pasar yang terbatas pada
individu-individu atau kelompok-kelompok tidak
masyarakat dalam arti keseluruhan.
1. Kepemimpinan yang mendengarkan dan melayani
2. Kepemimpinan yang memperhatikan partisipasi masyarakat,
dan kepemimpinan bersama
3. Kepemimpinan yang selalu berusahan mengembangkan diri
dalam rangka membantu masyarakat, mengintegrasikan dan
mengartikulaikan dan sebagai tauladan bagi masyarakat
4. Kepemimpinan bersama dan mampu membaca situasi
5. Kepemimpinan yang meluas ke seluruh kelompok, organisasi,
dan masyarakat tidak hanya dikator-kantor pemerintah
6. Kepemimpinan yang menenakankan pada edukasi
7. Kepemimpinanan yang bertanggungjawab terhadap pelayan
sumber daya publik.
8. Kepemimpinan yang didasarkan kepada nila-nilai
New Public Service
(NPS).
Kepemimpin Yang Melayani
✓ Kepemimpinan yang lebih banyak
mendengarkan dan melayani
Prinsip New Public Service ✓ Kepemimpinan yang memperhatikan
• Melayani warga bukan melayani partisipasi masyarakat, kepemimpinan
pelanggan (serve citizen not costumers); bersama, dan kepemimpinan yang
memperhatikan nilai-nilai.
• Mencari kepentingan publik (seek the
✓ Kepemimpinan yang selalu berusahan
public interest);
mengembangkan diri dalam rangka
• Nilai kewargaan melampaui membantu masyarakat, mengintegrasikan
kewirausahaan (value citizenship over dan mengartikulaikan dan sebagai tauladan
entrepreneurship); bagi masyarakat
• Berfikir srategis dan bertindak ✓ Kepemimpinan bersama dan mampu
demokratis (think strategically, act membaca situasi
democratically); ✓ Kepemimpinan yang meluas ke seluruh
• Mengakui akuntabilitas bukan perkara kelompok, organisasi, dan masyarakat
mudah (recognize that accountability tidak hanya dikator-kantor pemerintah
isn’t simple); ✓ Kepemimpinan yang menenakankan pada
• Melayani ketimbang memandu (serve edukasi
rather than steer); ✓ Kepemimpinanan yang bertanggungjawab
• Penghargaan pada orang, bukan sekedar terhadap pelayan sumber daya publik.
produktifitas (value people, not just ✓ Kepemimpinan yang didasarkan kepada
nila-nilai
productivity).
▪ As Suwaidan dan Basyarahil (2009:232)
kepemimpinan yang bertipe suka
melayani pada prinsipnya kurang
memberikan perhatian terhadap
pengendalian dan lebih banyak
berkosentrasi pada pengembangan
inisiatif masyarakat dan motivasi
terhadap ide-ide..
“Akulah pemimpin terburuk
Rasulullah Salallahualaihiwasalam jika sampai makan bagian
bersabda:”Pemimpin kaum adalah daging yang paling enak,
pelayanan mereka (As Suwaidan dan sementara aku membiarkan
Basyarahil, 2009:232) orang-orang makan bagian
yang tidak enak”. (Umar bin
al-Khaththab )
Pentingnya penekanan ide2 pokok dalam kepemimpinan yang
melayani tersebut benar-benar dapat dihayati dan
diimplementasikan terutama oleh aparatur pelayanan publik
dikarenakakan:
1. Perkembangan Bentuk Negara
2. Paradigma Pemerintahan

“maka kedua hal tersebut perlu disikapi


dengan kemampuan aparatur pemerintahan
terutama pemimpin pemerintahan”
▪ Kepemimpinana yang melayani tidak dibenarkan lagi
melakukan pendekatan dengan pola-pola kekuasaan namun
harus memperhatikan aspek kemanusiaan atau segi
pemberdayaan masyarakat, seperti yang pahami oleh Ndraha
(2005:7-8): “Ilmu Pemeirntahan dengan
paradigma baru (Kybernologi) menjadikan
manusia (hak dan kebutuhannya) sebagai
pendekatana pemerintahan yang baru.
Perilaku pemerintahan yang terbentuk
dibawah Ilmu Pemerintahan berpendekatan
kekuasaan terlihat semakin koruptif.
PERTANYAAN: Apakah Praktek kepemerintahan di Indonesia
pada kenyataanya sudah ada mengarah kepada “kepemimpinan
yang melayani (NPS) ????”
Pasal 34
1) Fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh negara,
2) Negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh
rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak
mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan
3) Negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan
kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak
4) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan pasal ini diatur
dalam undang-undang
▪ Namun pada tataran pelaksanaan masih jauh dalam
perakteknya. Sebut saja seperti:

“MUSRENBANG” = “OMONG
KOSONG/BOHONG”

“UKURAN STANDAR DALAM PELAYANAN


PUBLIK” – INDeKs KEPUSAN MASYARAKTA” =
“ANGIN LALU”
▪ Meninkatnya keluhan masyarakat atas pelayanan yang miskin
dan mengecewakan dari lembaga-lembaga pemerintah pada
berbagai tingkatan dan sektor masih terus mengalirnya
berbagai berita tentang Penyalah gunaan kekuasaan (power
abuse). salah satu sebab, kalau bukan sebab utama, dari semua
itu adalah terbatasnya kehadiran pemimpin-pemimpin yang
memiliki komitmen sebagai pelayan (servant leaders).
▪ Azas pertanggungjawaban kepada masyarakat (public
accountability) sebagai sesuatu yang secara hakiki seyogianya
melekat pada eksistensi kepemimpinan belum dihayati. Apa
yang secara umum kita saksikan adalah kehadiran pemimpin-
pemimpin yang lebih suka dilayanai dan partisipasi
masyarakat yang lebih banyak bermakna pengorbanan, bukan
aktivitas yang bersifat mandiri untuk mencapai tujuan yang
telah disepakati bersama (Rasyid, 1996:101-102).
The New Publik Service Pelaksana pelayanan
public/administrator pelayanan public harus mengembangkan
cukup pemahaman kepemimpinan baru.
1. Untuk membantu masyarakat dan warganya untuk
memahami kebutuhan mereka dan potensi mereka,
2. Untuk mengintegrasikan dan mengartikulasikan visi
masyarakat dan dari berbagai organisasi yang aktif di
wilayah tertentu
3. untuk bertindak sebagai pemicu atau stimulus untuk
tindakan. konseptualisasi kepemimpinan publik adalah
digambarkan sebagai kepemimpinan bersama,
kepemimpinan berbasis nilai, dan kepemimpinan tingkat
jalanan. (Denhardt 2007:140-141)
▪ Denhardt and Robert B. Denhardt. 2007. The New Public Service.
Armonk, New York.
▪ As-suwaidan, Thriq Muhammad dan Faisal Umar Basyarahil. 2009.
Memperoduksi Pemimpin Hebat. Pustaka Yasir, Surabaya.
▪ Kaloh, J. 2010. Kepemimpinan Kepala Daerah. Sinar Grafika, Jakarta

▪ Nabolo, Muhadam. 2006. Memahami Ilmu Pemerintahan. Raja Grafindo


Persada, Jakarta.
▪ Kartono, Kartini. 1983. Pemimpin dan Kepemimpinan. Raja Grafindo
Persada, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai