Anda di halaman 1dari 15

BAB I

LAPORAN KASUS
I.

Identitas
Nama

: Tn. AO

Jenis Kelamin

: Laki-laki

Umur

: 48 tahun

Pekerjaan

: PNS

Tempat tinggal

: Langgur Tual

Agama

: Kristen Katolik

Ruangan

: Poliklinik THT RSUD Dr. M. Haulussy Ambon

Tanggal Pemeriksaan : 24 Juni 2014


II. Anamnesis
Keluhan Utama

: Hidung tersumbat

Anamnesis terpimpin
Keluhan ini dialami sejak 18 tahun lalu dan keluhan terus berlanjut sampai
sekarang. Keluhan disertai dengan keluar cairan warna kuning dari kedua hidung

yang kadang terjatuh ke tenggorokan, bau (-). Pasien juga sering bersin yang berat
dan berulang-ulang disertai gatal pada hidung saat terpapar debu. Nyeri kepala (+)
di bagian dahi. Keluhan memberat karena ada benjolan pada kedua hidung. Bicara
sengau (+). Batuk (-), flu (+), pasien sering bernapas melalui mulut dan mengaku
penciumannya berkurang.

RPD

: Alergi debu dan dingin sejak kecil bersin > 5 kali


dan gatal pada hidung
Riwayat operasi polip tahun 1999

III.

Riwayat keluarga

: Atopi (-)

Riwayat kebiasaan

: Merokok (-), Miras (-)

Riwayat pengobatan

: Viks inhaler untuk mengurangi sumbatan hidung,

Pemeriksaan fisik
A. Pemeriksaan telinga
1. Otoskopi
Dekstra
Sinistra
Daun telinga
: Nyeri tekan tragus(-)
Nyeri tekan tragus(-)
Nyeri tarik aurikula (-)
Nyeri tarik aurikula (-)
Liang telinga
: lapang,
lapang,
serumen (+) sedikit
serumen (+) sedikit
Membran timpani : hiperemis (+),
hiperemis (+)
retraksi (+)
retraksi (+)
2. Pemeriksaan pendengaran
Rinne
:
+
+
Webber
:
tidak ada lateralisasi
Swabach
:
sesuai pemeriksa
sesuai pemeriksa
B. Pemeriksaan hidung
1. Inspeksi hidung : udem (+), deformitas (-)
Rinoskopi anterior
Dekstra

Sinistra

Cavum :

Sempit, massa (+), sekret (-)

Sempit, massa (+), sekret (+)

Conca :

Hiperemis (+), udem (+)

Hiperemis (+), udem (+)

Septum:

Deviasi (-), crista

Deviasi (-)

2. Rhinoskopi posterior: Tidak dilakukan


C. Pemeriksaan Tenggorokan
1. Inspeksi
Mulut
: Trismus (-)
Tonsil
: T1/T1
Dinding Faring
: Hiperemis (-), granuler (-), post nasal drip (-)
Uvula
: Deviasi (-) ke kanan
2. Laringoskopi indirek : tidak dilakukan
D. Pemeriksaan Leher :
Kelenjar Limfe: tidak terdapat pembesaran
Tyroid
: tidak terdapat pembesaran
Nodul
: tidak terdapat pembesaran
IV. RESUME
Pasien datang dengan keluhan hidung kiri tersumbat sejak 18 tahun lalu,
keluhan ini terus berlanjut sampai sekarang. Keluhan disertai dengan keluar
cairan warna kuning dari kedua hidung, post nasal drips (+). Pasien juga sering
bersin yang berat dan berulang-ulang disertai gatal pada hidung saat terpapar
debu. Nyeri kepala (+) di bagian dahi. Keluhan memberat karena ada benjolan
di hidung, bicara sengau (+). Flu (+) kadang, pasien sering bernapas melalui
mulut, penciuman berkurang (+). Pada pemeriksaan fisik hidung tampak udem,
pada pemeriksaan rhinoskopi anterior ditemukan massa hiperemis (+) pada

kedua cavum nasi, sekret pada kedua cavum nasi, concha kiri dan kanan udem
dan hiperemis serta deviasi septum nasi ke kanan, crista.

V. Anjuran Pemeriksaan

: Foto Sinus Paranasal posisi waters

VI.
VII.

: Polip nasi duplex ec. Rhinitis alergi kronis


: Hipertrofi konka
Rhinitis vasomotor

Diagnosis
Diagnosis banding

VIII. Terapi :
- Loratadin 2 x 500 mg
- Metilprednisolon 3 x 4 mg
- Clindamysin 2 x 300 mg
IX.

Anjuran :
- Meninggikan posisi kepala pada saat tidur
- Hindari debu dan bau-bauan yang menyengat

BAB II
TEORI DAN PEMBAHASAN

A. Definisi
Polip hidung adalah massa lunak yang mengandung banyak cairan didalam
rongga hidung, berwarna putih keabu-abuan, yang terjadi akibat inflamasi mukosa.
Polip dapat timbul pada penderita laki-laki maupun perempuan, dari usia anak-anak
sampai usia lanjut. Dulu diduga predisposisi timbulnya polip nasi adalah adanya
rhinitis alergi atau penyakit atopi, tetapi makin banyak penelitian yang
mengemukakan berbagai teori dan para ahli sampai saat ini menyatakan bahwa
etiologi polip nasi masih belum diketahui dengan pasti.1

B. Epidemiologi
Insidensi polip nasi sulit diperkirakan. Pada populasi umum, prevalensi polip
hidung diperkirakan sekitar 4%. Di Amerika Serikat diperkirakan 0,3% penduduk
dewasanya menderita kelainan ini, sedangkan di Inggris lebih tinggi lagi, yaitu sekitar
0,2-3%.1, 2 Kejadian polip nasi lebih banyak dialami pria dibandingkan wanita dengan
perbandingan 2-4:1 pada orang dewasa, sedangkan rasio pada anak-anak belum
dilaporkan. Sebuah tinjauan artikel melaporkan anak-anak dengan polip hidung yang
menjalani operasi menunjukkan prevalensi yang sama pada anak laki-laki dan
perempuan, meskipun data tidak dapat disimpulkan. Polip hidung multipel biasanya

bermanifestasi pada pasien yang berusia di atas 20 tahun dan lebih sering terjadi pada
pasien yang berusia lebih dari 40 tahun. Polip hidung jarang terjadi pada anak-anak di
bawah 10 tahun.3
Pasien berusia 28 tahun dan berjenis kelamin laki-laki sehingga dapat
disimpulkan sesuai dengan epidemiologi berdasarkan berbagai penelitian yang telah
dilaporkan tersebut baik berdasarkan usia maupun jenis kelamin.

C. Patogenesa
Patogenesis dari polip hidung tidak diketahui.3 Pembentukan polip sering
diasosiasikan dengan inflamasi kronik, disfungsi saraf otonom serta predisposisi
genetik. Menurut teori Barnstein, terjadi perubahan mukosa hidung akibat peradangan
atau aliran udara yang berturbulensi, terutama didaerah sempit di kompleks
ostiomeatal. Terjadi prolaps submukosa yang diikuti oleh reepitealisasi dan
pembentukan kelenjar baru. Juga terjadi peningkatan penyerapan natrium oleh
permukaan sel epitel yang berakibat retensi air sehingga terbentuk polip. Teori lain
mengatakan karena ketidakseimbangan saraf vasomotor terjadi peningkatan
permeabilitas kapiler dan gangguan regulasi vascular yang mengakibatkan
dilepaskannya sitokin-sitokin dari sel mast, yang akan menyebabkan adanya edema
dan lama-kelamaan menjadi polip. Bila proses terus berlanjut, mukosa yang sembab
makin membesar menjadi polip dan kemudian akan turun ke rongga hidung dengan
membentuk tangkai.1, 3

Meskipun beberapa orang dapat mengalami polip tanpa masalah hidung


sebelumnya, seringkali ada pemicu untuk terjadinya polip. Pemicu ini meliputi:4

infeksi sinus kronis


asma
rhinitis alergi (hay fever)
cystic fibrosis
Sindrom Churg-Strauss
Sensitivitas NSAID (respon alergi seperti aspirin, ibuprofen, naproxen,
dll)

Berdasarkan hasil anamnesis, pasien mengeluh sering bersin (>5 kali) dan
terasa gatal pada hidung khususnya saat terpapar debu dan juga pasien memiliki
riwayat atopi dimana kakak kandung dari pasien memiliki riwayat alergi makanan
sehingga dapat disimpulkan bahwa pasien mengalami rhinitis alergi yang diduga
merupakan pemicu terjadinya polip hidung pada kasus ini.

D. Makroskopi
Secara makroskopi polip merupakan massa bertangkai dengan permukaan
licin, berbentuk bulat atau lonjong, berwarna putih keabu-abuan, agak bening,
lobular, dapat tunggal atau multiple dan tidak sensitive (bila ditekan atau ditusuk
tidak terasa sakit). Warna polip yang pucat tersebut disebabkan karena mengandung
banyak cairan dan sedikitnya aliran darah ke polip. Bila terjadi iritasi kronis atau
proses peradangan warna polip dapat berubah menjadi kemerah-merahan dan polip
yang sudah menahun warnanya dapat menjadi kekuning-kuningan karena banyak
mengandung jaringan ikat. Tempat asal tumbuhnya polip terutama dari kompleks

osteomeatal di meatus medius dan sinus etmoid. Bila ada fasilitas pemeriksaan
dengan endoskop, mungkin tempat asal tangkai polip dapat dilihat. Ada polip yang
tumbuh kearah belakang dan membesar di nasofaring, disebut polip koana. Polip
koana kebanyakan berasal dari dalam sinus maksila dan disebut juga polip
antrokoana. Ada juga sebagian kecil polip koana yang berasal dari sinus etmoid.1
Gam

bar 1. a) Polip pada hidung kiri pasien,

b) Polip pada hidung kanan pasien

Pada pemeriksaan rhinoskopi anterior yang dilakukan terhadap pasien, terlihat


massa bertangkai pada cavum nasi kanan dan kiri, berbentuk bulat, berwarna putih
keabu-abuan namun agak hiperemis yang menandakan sedang terjadi proses
inflamasi pada polip tersebut khususnya polip pada cavum nasi sinistra.

E. Mikroskopis
Secara mikroskopi tampak epitel pada polip serupa dengan mukosa hidung
normal yaitu epitel bertingkat semu bersilia dengan submukosa yang sembab. Sel-

selnya terdiri dari limfosit, sel plasma, eosinofil, neutrofil dan makrofag. Mukosa
mengandung sel-sel goblet, pembuluh darah, saraf dan kelenjar sangat sedikit. Polip
yang sudah lama dapat mengalami metaplasia epitel karena sering terkena aliran
udara, menjadi epitel transisional, kubik atau gepeng berlapis tanpa keratinisasi.
Berdasarkan jenis sel peradangannya, polip dikelompokkan menjadi 2, yaitu polip
tipe eosinofilik dan tipe neutrofilik. Polip Eosinofilik mempunyai latar belakang
alergi dan Polip Neutrofilik biasanya disebabkan infeksi atau gabungan keduanya.1

F. Diagnosis
1. Anamnesis
Keluhan utama penderita polip nasi adalah hidung rasa tersumbat dari yang
ringan sampai yang berat, rinore dari yang jernih sampai purulen, hipoosmia atau
anosmia. Mungkin disertai bersin-bersin, rasa nyeri dihidung disertai sakit kepala
didaerah frontal. Bila disertai infeksi sekunder mungkin didapati post nasal drip dan
rinore purulen. Gejala sekunder yang dapat timbul adalah bernafas melalui mulut,
suara sengau, halitosis, gangguan tidur dan penurunan kualitas hidup. Polip yang
besar kadang-kadang mengganggu pernapasan di malam hari dan menyebabkan
obstructive sleep apnoea. Selain itu harus ditanyakan riwayat rhinitis alergi, asma,
intoleransi terhadap aspirin dan alergi obat lainya serta alergi makanan. 1,

Polip

hidung hampir selalu bilateral dan jika unilateral perlu dilakukan pemeriksaan
histologis untuk menyingkirkan keganasan atau patologi lain seperti inverted
papilloma. Polip hidung tidak sensitif terhadap palpasi dan jarang berdarah.2
9

Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisis, ditemukan keluhan hidung


tersumbat yang dialami oleh pasien. Hidung tersumbat tergolong berat karena pasien
mengaku sering bernapas melalui mulut bahkan kadang pasien terbangun dari tidur
akibat tidak dapat bernapas yang diduga terjadi obstructive sleep apnoea. Selain itu,
pasien juga mengeluh nyeri kepala di bagian frontal, lendir hidung berwarna kuning,
post nasal drips dan berkurangnya penciuman. Hal ini dapat terjadi akibat gejala dari
polip itu sendiri atau dapat juga diduga akibat telah terjadi komplikasi yakni sinusitis.
Suara pasien juga menjadi sengau akibat tersumbatnya hidung.

2. Pemeriksaan fisik
Polip nasi yang massif dapat menyebabkan deformitas hidung luar sehingga
hidung tampak mekar karena pelebaran batang hidung. Pada pemeriksaan rinoskopi
anterior terlihat sebagai massa yang berwarna pucat yang berasal dari meatus medius
dan mudah digerakkan.1
Pembagian stadium polip menurut Mackay dan Lund (1997) 1, 7, 8
a. Stadium 1

: polip masih terbatas dimeatus medius

b. Stadium 2

: polip sudah keluar dari meatus medius, tampak dirongga hidung


tapi belum memenuhi rongga hidung

c. Stadium 3

: polip yang massif

Berdasarkan pemeriksaan inspeksi hidung, hidung pasien tampak sedikit


udem namun belum terjadi deformitas dan berdasarkan pembagian stadium tersebut
maka sesuai dengan hasil pemeriksaan rhinoskopi anterior, tampak massa agak
10

hiperemis dan mobile sehingga dicurigai massa tersebut adalah suatu polip inflamasi
dan dapat disimpulkan stadium polip nasi pasien adalah stadium 2 untuk kedua
hidung
3. Naso-endoskopi
Adanya fasilitas endoskop akan sangat membantu diagnosis kasus polip yang baru.
Polip stadium 1 dan 2 kadang-kadang tidak terlihat pada pemeriksaan rinoskopi
anterior tetapi tampak dengan pemeriksaan nasoendoskopi. Pada kasus polip koanal
juga sering dapat dilihat tangkai polip yang berasal dari ostium asesorius sinus
maksila.1, 7
4. Pemeriksaan radiologi
Foto polos sinus paranasal (posisi waters, AP, caldwell dan lateral) dapat
memperlihatkan penebalan mukosa dan adanya batas udara cairan didalam sinus,
tetapi kurang bermanfaat pada kasus polip. Pemeriksaan tomografi computer sangat
bermanfaat untuk melihat dengan jelas keadaan di hidung dan sinus paranasal apakah
ada proses radang, kelainan anatomi, polip atau sumbatan pada kompleks
osteomeatal. CT terutama diindikasikan pada kasus polip yang gagal diterapi dengan
medikamentosa, jika ada komplikasi dari sinusitis dan pada perencanaan tindakan
bedah terutama bedah endoskopi.1, 9

G. Penatalaksanaan
Tujuan utama pengobatan pada kasus polip nasi ialah menghilangkan keluhan,
mencegah komplikasi dan mencegah rekurensi polip. Pemberian kortikosteroid untuk
11

menghilangkan polip nasi disebut juga polipektomi medikamentosa. Dapat diberikan


topikal atau sistemik. Polip tipe eosinofilik memberikan respon yang lebih baik
terhadap pengobatan kortikosteroid intranasal dibanding polip tipe neutrofilik. Kasus
polip yang tidak membaik dengan terapi medikamentosa atau polip yang sangat
massif dipertimbangkan untuk terapi bedah.1,

Dapat dilakukan ekstraksi polip

(polipektomi) menggunakan senar polip atau cunam dengan analgesi local,


etmoidektomi intra nasal atau etmoidektomi ekstranasal untuk polip etmoid, operasi
Caldwell_Luc untuk sinus maksila.1, 10
Pada pasien diberikan terapi anthistamin karena pasien memiliki riwayat
alergi, antibiotik karena pasien mengeluh cairan dari hidung berwarna kuning
sehingga diduga telah terjadi infeksi bakteri dan kortikosteroid sebagai terapi
polipektomi medikamentosa, dan direncanakan untuk dilakukan pembedahan. Oleh
karena itu pasien dikonsulkan ke dokter spesialis penyakit dalam dan menjalani
pemeriksaan lengkap seperti foto thoraks, pemeriksaan darah rutin, kimia darah, dan
EKG untuk persiapan bedah.

BAB III
PENUTUP

12

Kesimpulan
Polip hidung merupakan salah satu jenis penyakit telinga, hidung dan
tenggorok (THT) yang sudah umum didengar di masyarakat. Pasien pada kasus ini
berjenis kelamin laki-laki dan berusia 48 tahun. Hal ini sesuai dengan teori yang
menyebutkan bahwa kejadian polip nasi lebih banyak dialami pria dibandingkan
wanita dengan perbandingan 2-4:1. Faktor pemicu terjadinya polip hidung pada
pasien ini adalah rhinitis alergi, hal ini sesuai dengan teori yang menyebutkan bahwa
salah satu faktor pemicu polip hidung adalah rhinitis alergi. Selain itu ada juga faktorfaktor pemicu lain seperti infeksi sinus kronis, asma, cystic fibrosis, dll. Keluhan
utama pasien adalah hidung tersumbat, hal ini sesuai dengan teori. Gejala lain yang
muncul yaitu rinore, suara sengau, obstructive sleep apnoea,

Selain itu rinore

purulen, nyeri kepala bagian frontal, dan post nasal drips juga muncul sehingga
diduga telah terjadi infeksi sinus (sinusitis). Pada pasien ini diberikan pengobatan
dengan kortikosteroid, antibiotik dan antihistamin serta direncanakan untuk dilakukan
polipektomi.

DAFTAR PUSTAKA

13

1. Soepardi EA, Nurbaiti Iskandar, dkk. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung
Tenggorok Kepala & Leher, Edisi 6. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2007: hlm
123-5
2. Newton Jonathan R, Kim Wong Ah-Se. A Review of nasal polyposis. Department
of Otolaryngology Head and Neck Surgery, UK [online] 2008 [cited on: 30 Juni
2015]; Available from: URL:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2504067/pdf/tcrm-0402-507.pdf
3. McClay JE. Nasal polyps [online] 1 Mei 2014 [cited on: 30 Juni 2015]; Available
from: URL: http://emedicine.medscape.com/article/994274-overview#a0199
4. Christine Case-Lo. Nasal polyps [online] 7 Agustus 2012 [cited on: 30 Juni
2015]; Available from: URL:
http://www.healthline.com/health/nasal-polyps#Overview1
5. Color Atlas : Bull Tony R, Color Atlas of ENT Diagnosis, Edisi 6. New York:
Georg Thieme Verlag; 2003: pg 144-7
6. Kenny Tim, Laurence Knott. Nasal polyps [online] 21 Maret 2014 [cited on: 30
Juni 2015]; Available from: URL: http://www.patient.co.uk/health/nasal-polypsleaflet
7. Dewi Fathma. Profil polip nasi di RSUP H. Adam malik medan tahun 2010
[online]

2011

[cited

on:

30

Juni

2015];

Available

from:

URL:

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31926/7/Cover.pdf
8. BMODT Center. Polip hidung [online] 2013 [cited on: 30 Juni 2015]; Available
from: URL: http://www.bmodtcenter.com/files/POLIP%20HIDUNG.pdf
9. Kacker Ashutosh. Nasal polyps [online] 8 Desember 2013 [cited on: 30 Juni
2015]; Available from: URL:
http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/001641.htm
10. NHS choices. Nasal polyps [online] 13 Maret 2013 [cited on: 30 Juni 2015];
Available from: URL:
http://www.nhs.uk/conditions/Polyps-nose/Pages/Introduction.aspx

14

15

Anda mungkin juga menyukai