Medium Kultur Jaringan
Medium Kultur Jaringan
Pendahuluan
Salah satu faktor penentu keberhasilan pelaksanaan kerja kultur jaringan
adalah pemberian nutrisi dalam jumlah dan perbandingan yang benar pada
medium kultur. Medium yang dipergunakan pada kultur in vitro tumbuhan ada
bermacam-macam. Pemilihan medium tergantung pada jenis tanaman yang
digunakan, selera, tujuan serta perhitungan masing-masing peneliti. Isi dan
komposisi dari medium kultur dirancang secara khusus untuk tujuan yang
berbeda. Medium MS, singkatan dari nama penemunya, Murashige dan Skoog
atau LS singkatan dari Linsmaier dan Skoog merupakan medium yang sangat
banyak digunakan untuk kultur kalus dan regenerasi berbagai tanaman, medium
ini mengandung garam-garam mineral dengan konsentrasi tinggi dan senyawa N
dalam bentuk ammonium dan nitrat ; medium B5 (Gamborg) banyak digunakan
untuk kultur suspensi sel tanaman leguminosae; Nitsch & Nitsch, N6 (Chu)
banyak digunakan untuk serealia dan tanaman lain; medium WPM (Lloyd dan
McCown) untuk kultur jaringan tanaman berkayu; Vacin dan Went (VW) dan
Knudson C banyak digunakan untuk anggrek; medium Kao dan Michayluk
digunakan untuk kultur protoplas Cruciferae, Gramineae dan Leguminosae. Pada
dasarnya tidak ada satu macam medium kultur yang dapat memberikan
pertumbuhan optimal untuk semua sel, penggantian medium atau salah satu
komponen
medium
seringkali
diperlukan
untuk
merespon
setiap
type
pertumbuhan dari satu macam eksplan. Studi literature sangat diperlukan untuk
mengembangkan atau memodifikasi medium kultur, modifikasi dari medium
kultur yang telah ada umumnya didasarkan pada trial and error.
Pendahuluan
Pada prinsipnya medium diberikan kepada sel-sel tanaman in vitro
dengan maksud memberikan nutrisi sesuai dengan kebutuhan sel-sel tanaman
tersebut secara alami sebagai tanaman utuh yang tumbuh dialam. Tumbuhan
dialam bebas bersifat autotrof, memerlukan nutrient sederhana yang terdapat
didalam tanah berupa garam-garam mineral dan air untuk meneruskan siklus
hidupnya. Hal ini dapat dipahami karena sebagian terbesar tubuh tumbuhan
tersusun atas unsur-unsur penyusun zat anorganik tersebut. Pada kultur in vitro
tumbuhan, untuk keperluan hidupnya, sel-sel pada eksplan juga memerlukan
nutrient yang komposisinya jauh lebih komplek karena eksplan sedikit banyak
telah kehilangan sifat autotrofnya.
4. Bahan pemadat
a. Agar-agar
b. Gelrite
c. Phytagel
d. Sea Plaque Agarose, dll.
5. pH
6. Bahan tambahan lain misalnya arang aktip.
klorofil, alkaloid, derivat purin dan pirimidin dan beberapa hormon endogen.
Sumber nitrogen pada medium kultur adalah ion ammonium (NH4)+ dan nitrat
(NO3)-. Jumlah ion ammonium yang digunakan berkisar antara 2-8 mM,
sedangkan nitrat berkisar antara 25-40 mM. Pengambilan unsur nitrat
memerlukan pH rendah, sebaliknya pengambilan ammonium menyebabkan
pembebasan H+ sehingga medium menjadi asam. Medium Murashige dan Skoog
(MS) menyediakan nitrogen dalam bentuk garam NH4NO3, ini merupakan strategi
yang baik dan mempunyai keuntungan ganda, karena selain sumber N nya
lengkap juga dalam bentuk garam effeknya terhadap penurunan pH medium
berkurang (George dan Sherrington, 1984).
Fosfor (P)
Fosfor
diberikan
pada
medium
kultur
jaringan
dalam
bentuk
persenyawaan KH2PO4 atau K2HPO4; NH4H2PO4; NaH2 PO4. Ion PO total yang
diberikan pada medium bervariasi antara 0,5 - 20 mM/1. Unsur P didalam sel
diubah menjadi persenyawaan RNA dan DNA, zat-zat yang sangat penting yang
bertanggung jawab atas sifat-sifat keturunan. Unsur P diperlukan sebagai
aktifator ensim untuk memacu pertumbuhan pada jaringan meristematik.
Kelebihan unsur P dapat menghambat pertumbuhan eksplan, karena akan terjadi
persaingan penyerapan dengan unsur lain seperti seng (Zn), besi (Fe) dan
tembaga (Cu).
Kalium (K)
Kalium diberikan pada medium dalam bentuk KNO3; KH2PO4 atau
K2HPO4, KCl; dan K2SO4. Ion K+ total yang diberikan pada medium bervariasi
antara 1,837-25.18 mM/1. Unsur K sangat diperlukan untuk memacu
pembelahan sel, sintesa karbohidrat dan protein, pembuatan klorofil serta untuk
mereduksi nitrat (Kyte, 1983). Kalium berpengaruh pada hidratasi, menambah
atau mengurangi hidratasi pada misel seiiingga mempengaruhi keluar masuknya
nutrien ke dalam sel.
Sulfur (S)
Sulfur atau belerang diberikan pada medium dalam bentuk MgSO4. 7H2O;
(NH4)2SO4; K2SO4; FeSO4.7H2O; MnSO4.4H2O; ZnSO4. 7H2O; CuSO4. 5H2O.
Pemberian belerang berkisar antara 0,75 - 3 mM/1. Sulfur ada didalam beberapa
molekul protein dan koenzym. Memacu perkembangan akar, juga berguna untuk
ketahanan atau proteksi tubuh tumbuhan. Belerang diserap dalam bentuk SO4=,
antara lain dijadikan aneurin, biotin, persenyawaan asam amino yang ada
belerangnya misalnya, cystein, methionin.
Calcium (Ca)
Calcium atau kapur diberikan pada medium dalam bentuk Ca(NO3).
4H2O; CaCl2.2H2O; Ca3 (PO4)2. Pemberian ion Ca berkisar antara 1-3 mM/l.
Pemakaian Ca-nitrat ada kelemahannya karena sangat higroskopis, sehingga
didalam wadahnya seringkali (dijumpai kristalnya berair. Sebaiknya Ca-nitrat
dibuat larutan stok dan disimpan didalam kulkas. Ca-fosfat juga ada
kelemahannya yaitu tidak mudah larut. Untuk melarutkannya, sejumlah tertentu
Ca-fosfat dimasukan kedalam Erlenmeyer 50 ml, kemudian diberi beberapa tetes
HCl 0,1 N campuran ini digojok sambil dipanasi sampai larut (tampak jemih).
Calcium diperlukan untuk pembentukan dinding primitive, sebagai Capectat yaitu bagian integral dari dinding sel, penting sebagai kation selular dan
kofaktor enzym. Calcium mempengaruhi hidratasi, permeabilitas dan penyerapan
nutrient. Calcium juga mempengaruhi tingginya pH, menetralisir racun, misalnya
pada asam oksalat. Asam oksalat dengan Ca akan menjadi Ca-oksalat
berbentuk kristal dan diisolasi atau dimumifikasikan ikklam sel tertentu menjadi
sel-sel kristal.
Magnesium (Mg)
Magnesium terutama diberikan pada medium dalam bentuk MgSO4.
7H2O. Magnesium diperlukan sebagai elemen utama dalam pembentukan
klorofil, berperan penting sebagai aktivator ensim terutama dalam proses
fosforilasi dan sintesis protein dengan cara membentuk komplek ensim-substrat.
Unsur mikro
Unsur hara mikro adalah unsur yang diperlukan dalam jumlah sedikit.
Fungsinya belum diketahui secara pasti, tetapi tidak adanya zat-zat ini dapat
menyebabkan kelainan pertumbuhan. Air dan bahan kimia yang tingkat
kemurniannya rendah seringkali terkontaminasi oleh unsur hara mikro. Bentuk
persenyawaan hara mikro yang umum digunakan pada beberapa medium kultur
menurut George dan Sherrington (1984) adalah: MnSO4.4H2O; ZnSO4. 7H2O;
H3BO3; KI; CuSO4. 5H2O; NaMoO4. 2H2O; CoCl2. 6H2O; FeCl3. 6H2O; Fe III
citrate; FeSO4.7H2O; NaFeEDTA; Na2EDTA. 2H2O; Fe(SO4)3; Fe III tartrate.
Besi (Fe)
Besi diperlukan dalam jumlah sedikit lebih banyak daripada unsur mikro
yang lain, diberikan dalam bentuk chelat. Pemberian Fe bersama-sama dengan
NaEDTA dimaksudkan agar besi tetap pada jangkauan pH yang luas dalam
jangka waktu yang lama sehingga dapat diserap oleh jaringan tanaman. Fe
berperan penting dalam sintesis klorofll, konfersi energi pada fotosintesis dan
respirasi dengan melakukan reduksi oksidasi, bagian dari sitokrom. Besi
diberikan pada medium kultur jaringan berupa FeCl3. 6H2O; Fe III citrate;
FeSO4.7H2O; NaFeEDTA 2H2O; Fe(SO4)3; Fe III tartrate.
Boron (B)
Boron diberikan pada medium kultur sebagai asam borak (boric acid,
H3BO3). Berperan dalam translokasi karbohidrat, juga terlibat dalam difsrensiasi
seluler dan perkembangan. Ikatan boron organis memungkinkan adanya
diferensiasi dan penyusunan
struktur
sel sehingga
Molybdenum (Mo)
Molybdenum
diberikan
pada
medium
sebagai
sodium
molybdat
Manganese (Mn)
Manganese merupakan elemen esensial yang terdapat pada membran
kloroplas, berperan sebagai aktifator ensim dengan bertindak sebagai perantara
pada proses fosforilasi atau sebagai gugus redok Mn++. Bahan pembentuk klorofil
dan aktip dalam fotosintesa, metabolisme protein dan pembentukan vitamin C.
Gula
Tumbuhan dialam bebas mencukupi kebutuhan gula dengan mengasimilasi CO2
Myo-Inositol
Myo-Inositol ditambahkan pada medium untuk membantu diferensiasi dan
pertumbuhan jaringan. Myo-Inositol ikut serta dalam beberapa reaksi metabolik
penting yang berhubungan dengan pembelahan sel. Myo-Inositol merupakan
perantara pada perubahan glukosa menjadi asam galakturonat juga sebagai
prazat untuk pektin dan penyusun dinding sel.
Vitamin
Vitamin ditambahkan pada medium untuk mempercepat pertumbuhan,
diferensiasi kalus. Vitamin berfungsi sebagai kofaktor atau bagian dari molekul
kofaktor dari reaksi-reaksi ensimatis penting, vitamin juga berfungsi protektif.
Seperti halnya zat pengatur tumbuh, vitamin juga mempengaruhi (menstimulasi)
inisiasi, pertumbuhan dan perkembangan akar. George dan Sherrington (1984)
memasukan beberapa macam vitamin yang umum digunakan pada berbagai
medium dasar, antara lain: Thiamin-HCl, Nicotinic acid, Pyridoxin-HCl, Ca Dpanthothenate, Folic acid, Choline chloride, Riboflavin, yang kesemuanya
merupakan anggota dari vitamin B kompleks. Ascorbic acid dan adenin juga
Asam-asam amino
Asam amino merupakan sumber N organik , penyusun protein dan asam
nukleat, lebih cepat diambil oleh sel dan jaringan tanaman dari pada N anorganik
didalam medium kultur jaringan. Adapun asam amino yang umum ditambahkan
pada medium adalah: Glutamine, Glycine, L-Cyteine, L-Arginine, L-Aspartic acid,
L-Methionine.
Auksin
Indole-3-acetic acid (IAA) merupakan auksin alamiah yang terdapat pada
sebagian besar tumbuhan. Disintesis dari tryptophane terutama di primordia
daun, daun muda dan pada kecambah. IAA ditransport dari sel ke sel dengan
arah basipetal (dari pucuk ke akar). IAA berperan dalam mempengaruhi
pemanjangan sel; pembelahan sel; diferensiasi jaringan faskuler; inisiasi
pembentukan akar; mempengaruhi dominasi apikal; zona absisi pada daun dan
buah; pembungaan; pemasakan buah, dll.
IAA mudah larut dalam alkohol. Penggunaan IAA pada medium kultur
kerap kali kurang menguntungkan karena mudah rusak oleh cahaya, oksidasi
ensimatik dan pemanasan pada saat proses sterilisasi dengan autoclave.
Penggunaan auksin sintetik lebih menguntungkan karena lebih stabil. Auksin
sintetik yang umum digunakan pada medium adalah: 2,4-dichlorophenoxyacetic
acid (2,4-D); 1-naphthaleneacetic acid (NAA) dan indole-3-butyric acid (IBA).
Beberapa persenyawaan seperti dicamba (3,6-dichloro-O-anisic acid) dan
picloram (4-amino-3,5,6-trichloro-2-pyridinecarboxilic acid) pada konsentrasi
tinggi merupakan herbisida, digunakan sebagai auksin substitusi.
Kultur in vitro tumbuhan yang pada mulanya memerlukan auksin eksogen
untuk pertumbuhannya, secara gradual atau bahkan secara tiba-tiba dapat hilang
dan tidak memerlukan auksin lagi, hal yang demikian disebut sebagai habituasi
terhadap auksin. Penggunaan auksin secara tunggal pada umumnya sudah
cukup mampu untuk menginduksi pembentukan dan pertumbuhan kalus, tetapi
untuk
beberapa
tanaman
yang
rekalsitran
akan
lebih
membantu
jika
menggunakan lebih dari satu jenis auksin secara simultan. Pada kultur jaringan
tanaman monokotil, terutama rumput-rumputan dan palem, juga pada kultur in
vitro umbi akar wortel, memerlukan auksin sintetik seperti 2,4-D dengan dosis
yang cukup tinggi. Penghilangan atau pengurangan kadar auksin pada sub kultur
berikutnya dapat memacu produksi embrio somatik atau organ adventiv.
Pertumbuhan kultur juga dapat dipacu dengan penambahan substansi yang
dapat mengatur tingkatan IAA endogen misalnya, dopamine dapat menghambat
aktifitas IAA oksidase sehingga tidak terjadi oksidasi terhadap IAA, akibatnya
pertumbuhan jaringan dan organ pada kultur in vitro menjadi lebih baik.
Penghambat sintesis auksin seperti 5-hydroxy-nitrobenzyl bromide (HNB) dan 7azaindole memacu embryogenesis somatik pada kultur kalus citrus yang telah
mengalami habituasi.
Sitokinin
Sitokinin adalah derivat dari adenin, kinetin (6-furfurylaminopurin) dan
zeatin adalah sitokinin alami yang umum digunakan secara meluas pada medium
kultur. Sitokinin disintesis melalui modifikasi biokimia dari adenin, terjadi pada
ujung akar dan biji yang tumbuh. Kebalikan dari auksin, sitokinin ditransport
melalui xylem dari akar ke pucuk. Sitokinin hanya aktip jika ada auksin,
pemberian sitokinin bersama auksin pada medium kultur dapat memacu
pembelahan sel dan morfogenesis. Sitokinin mempengaruhi transport auksin,
pertumbuhan kuncup lateral (mematahkan dominasi apikal), perkembangan
daun, menghambat proses penuaan daun dan mempengaruhi perkembangan
kloroplas. Sitokinin sintetik seperti N6-benzylaminopurine (BAP) lebih sering
digunakan pada medium kultur jaringan.
Phenylurea, substansi aktip yang terdapat pada air kelapa mempunyai
efek yang sama dengan zeatin, penggunaannya memerlukan konsentrasi yang
lebih
tinggi.
komersial
Thidiazuron
digunakan
(N-phenyl-N-l,2,3-thiazol-5-ylurea),
sebagai
defoliant,
karena
yang
kemampuannya
secara
untuk
perbandingan
auksin/sitokinin
tinggi
memacu
pembentukan
akar,
Gibberellin (GA)
Pada 1926 Kurasawa mendapatkan kecambah padi yang tumbuh
abnormal karena terinfeksi oleh sejenis jamur Gibberella fujikuroy. Substansi
yang menyebabkan pertumbuhan seddling padi menjadi sangat cepat (abnormal)
tadi diketahui sebagai gibberelic acid (GA3). Gibberellin merupakan zat pengatur
tumbuh yang dalam bentuk larutan pada temperatur tinggi mudah kehilangan
sifatnya sebagai zat pengatur tumbuh. Gibberellin merupakan keluarga
persenyawaan yang didasarkan pada struktur entgibberellane. Ada 34 gibberellin
Ethylene
Ethylene adalah zat pengatur tumbuh yang berbentuk gas, disintesis dari
methionine didalam berbagai jaringan tumbuhan sebagai respon terhadap stres.
Pada umumnya gas ethylene disintesis pada jaringan-jaringan yang mengalami
senescence atau yang mengalami penuaan. Ethylene bergerak secara berdifusi
dari tempat sintesisnya. Perananya adalah dalam membebaskan dormansi,
diferensiasi dan pertumbuhan tunas, pembentukan akar adventiv, pemasakan
buah, induksi pembungaan dll. Ethylene jarang dipergunakan pada kultur in vitro.
Penggunaan ethylen inhibitor seperti silver nitrate atau sulfat (ZnSO4), cobalt
atau nickel chloride (CoCl2) dan asam salisilat pada medium kultur dapat
Singkatan
Berat Molekul
Abscisic acid
ABA
264,3
Indole-3-acetic acid
IAA
175,2
Naphthaleneacetic acid
NAA
186,2
2,4-Dicholorophenoxyacetic
2,4-D
221,04
IBA
203,2
6-Furfurylaminopurine
Kinetin
215,2
6-Benzyl-aminopurine
BA
225,2
2Ip
203,3
Zeatin
219,2
GA3
346,4
Indole-3-butyric acid
N ( -isopentenyl)-adenine
Trans-6-(4-hydroxy-3-methylbut-2-enyl)
amino purine
Gibberelic acid
organik
komplek
biasanya
belum
dikenal
benar
isi
pH medium
pH merupakan simbol dari derajat keasaman atau kebasaan dari larutan
mikrospora.
Penggunaan
bahan
pemadat
ini
megandung
banyak
kelemahan:
1. Hanya sebagian eksplan yang kontak dengan medium
2. Terjadi gradient nutrisi yang tidak sama
3. Mobilitas hara menjadi kurang baik
4. Terjadi akumulasi zat-zat toksik yang dikeluarkan oleh eksplan.
1. Medium Murashige dan Skoog (MS) (1962), medium yang paling populer
digunakan untuk hampir semua macam tanaman, terutama tanaman
herbaceus. Medium ini paling banyak digunakan untuk kultur kalus dan
tunas, mempunyai konsentrasi garam-garam mineral yang tinggi, dan
senyawa N dalam bentuk ammonium dan nitrat.
2. Medium Gamborg (B5) (1968), digunakan untuk kultur suspensi sel
kedele, alfalfa dan legume lain.
3. Medium White (W63) (1963), merupakan medium dasar dengan
konsentrasi garam-garam mineral yang rendah, digunakan untuk kultur
akar.
4. Medium Vacint dan Went (VW) (1949), digunakan untuk kultur embryo
anggrek.
5. Medium Nitsch dan Nitsch, digunakan untuk kultur mikrospora dan kultur
sel pada tembakau
6. Medium N6, Chu (1978), digunakan untuk kultur jaringan serealia
terutama padi
7. Medium WPM (Lloyd dan McCown, 1980), untuk tanaman berkayu
8. Medium Kao dan Michayluk (1975) digunakan untuk kultur protoplas
Cruciferae, Grarmneae dan Leguminosae.
(George & Sherrington, 1984).
PEMBUATAN MEDIUM MURASHIGE & SKOOG
Untuk membuat medium kultur jaringan, kita harus menimbang setiap
komponen bahan kimia yang tertera pada resep. Langkah ini menjadi kurang
praktis, memakan banyak waktu dan mengurangi ketepatan. Selain itu timbangan
yang digunakan untuk menimbang sejumlah kecil bahan kimia kadang-kadang
tidak tersedia. Jalan keluar yang harus ditempuh adalah dengan membuat
larutan stok, setiap larutan stok dapat dipergunakan untuk 40, 50 dan bahkan
100 liter medium.
Larutan stok dibuat menjadi beberapa kelompok : stok besi (iron), stok
mikronutrien, stok vitamin dan stok hormon. Untuk makronutrien tidak dibuat
stok, jadi harus ditimbang satu persatu, tetapi jika diperlukan dapat dibuat larutan
stok secara tunggal, tidak dikelompokkan menjadi satu.
Yang
perlu
diperhatikan
dalam
pembuatan
larutan
stok
adalah
A.
B.
2.230 mg
ZnSO4.4 H2O
860 mg
H3BO3
620 mg
KI
83 mg
NaMoO4. 2H2O
25 mg
CuSO4. 5H2O
2,5 mg
CoCl2. 6H2O
2,5 mg
2. Masukan satu persatu dalam gelas piala 200 ml yang berisi akuades
kurang lebih 80 ml. Setiap kali memasukan bahan kimia harus segera
dilarutkan
(diaduk),
baru
kemudian
bahan
berikutnya.
Jangan
100 mg
25 mg
Pyridoxine-HCl
25 mg
Thiamine-HCl
5 mg
2. Larutkan satu persatu dalam gelas piala 600 ml yang berisi akuades
(steril) kira-kira sebanyak 150ml.
3. Tambahkan akuades steril sampai volume mencapai 200 ml
4. Masukan dalam botol khusus, tutup yang rapat, beri label:
VITAMIN MS. 5OX, 4 ml/I
5. Simpan dalam kulkas, untuk membuat 1 liter medium MS, diperlukan 4 ml
stok vitamin.
mempercepat
proses
pelarutannya
dapat
dibantu
dengan
pemanasan
3. Pindahkan dalam labu takar 100 ml, tambahkan akuades sampai volume
menjadi 100 ml.
4. Pindahkan dalam wadah stok, tutup yang rapat, beri label pada masingmasing wadah :
IAA 500 ppm
IBA500 ppm.
Latihan soal-soal
1. Sebutkan dan jelaskan dengan singkat 5 komponen dasar dari medium
kultur!
2. Apa keunggulan medium Murashige dan Skoog !
3. Jelaskan apa kelemahan digunakannya medium agar!
4. Jelaskan peranan auksin dan sitokinin pada proses diferensiasi in vitro!
5. Jelas mengapa micronutrient harus dibuat larutan stok!