Anda di halaman 1dari 21

FISIOLOGIS TUMBUHAN

DISUSUN OLEH :

MORISON YOSEP MOA BOLONG

2018 28 01 69
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIFERSITAS FLORES

2019

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat-Nya sehingga penulis
dapat menyusun dan menyelesaikan makalah yang berjudul “Fisiologis Tumbuhan”.
makalah ini merupakan tugas wajib dalam mata kuliah Botani Tumbuhan Tinggi.
Penulis mengucapakan terimakasih kepada dosen pengampuh matakuliah Botani
Tumbuhan Tinggi, karena dengan tugas ini, penulis dapat mempelajari dan
mengetahui banyak hal tentang Botani Tumbuhan Tinggi.

Penulis menyadari bahwa makalah ini belum sempurna dan oleh karena itu maka
kritik dan saran, baik dari dosen pengampuh mata kuliah Botani Tumbuhan Tinggi
maupun teman-teman fakultas pendidikan biologi sangat dibutuhkan demi melengkapi
kekurangan makalah ini.

Ende, 13 November 2019

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ….………………………… i

KATA PENGANTAR ….………………………… ii

DAFTAR ISI ….………………………… iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ….………………………… 1

B. Rumusan Masalah ….………………………… 1

C. Tujuan Penulisan ….………………………… 1

BAB II PEMBAHASAN
1. Nutris ….………………………… 2

2. Respirasi Pada Tumbuhan ….………………………… 4

3. Fotosintesis ….………………………… 5

4. Hormon Pada Tumbuhan ….………………………… 7

5. Gerak Pada Tumbuhan ….………………………… 10

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ….………………………… 11

B. Saran ….………………………… 11

DAFTAR PUSTAKA ….………………………… 12

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Kata fisiologi berasal dari bahasa latin yaitu physis yang berarti alam (nature) dan
logos bearti ilmu. Fisiologi tumbuhan dapat diartikan sebagai ilmu tentang alam
tumbuhan. Fisiologi tumbuhan mencari keterangan-keterangan tentang kehidupan
tumbuhan. Mempelajari fisiologi tumbuhan akan menambah kekaguman kita akan
banyak hal dalam kehidupan tumbuhan.

Pada prinsipnya fisiologi tumbuhan merupakan studi tentang metabolisme,


hubungannya dengan air, nutrisi mineral, serta gerak. Fisiologi tumbuhan merupakan
ilmu yang mempelajari tentang metabolisme yang terjadi dalam tubuh tumbuhan yang
menyebabkan tumbuhan tersebut dapat hidup. Permasalahan tentang pertumbuhan
dan perkembangan tumbuhan dapat diatasi dengan mempelajari fisiologi tumbuhan.

B. Rumusan Masalah

1. Apa itu nutrisi?

2. Bagaimana sistem respirasi pada tumbuhan?

3. Bagaimana sistem fotosintesis?

4. Apa itu hormon tumbuhan?

5. Bagaiaman sistem gerak pada tumbuhan?

C. Tujuan

1. Menjelaskan tentang nutrisi

2. Menjelaskan tentang sistem respirasi pada tumbuhan.

3. Menjelaskan tentang sistem fotosintesis.

4. Menjelaskan tentang hormon tumbuhan.

5. Menjelaskan tentang sistem gerak pada tumbuhan.


BAB II

PEMBAHASAN

A. NUTRISI

Tumbuhan tingkat tinggi merupakan organisme yang unik karena dapat


mensintesis seluruh substansi yang dibutuhkannya. Tumbuhan autotrofik karena dapat
mensintesis semua penyusun pertumbuhan tubuh yang penting dari unsur-unsur dasar.
Tumbuhan hijau juga bersifat fotolitotrofik dimana komponen pertumbuhan yang
penting disintesis dengan adanya cahaya dan unsur-unsur anorganik atau unsur-unsur
tanah (Franklin, Pearce, Mitchell, 1991, hal. 129).

Semua unsur kimiawi dalam tumbuhan berasal dari tanah, air, dan atmosfer. Air
dan larutan tanah mengandung kation dan anion yang konsentrasinya khas untuk
tanah tertentu, tetapi biasanya dengan konsentrasi yang sangat kecil. Walaupun
demikian tanah bergaram mempunyai kandungan Na, Karbonat dan Cl yang tinggi
(Franklin, Pearce, Mitchell, 1991, hal. 132).

Makronutrine adalah elemen-elemen yang dibutuhkan oleh tumbuhan dalam


jumlah banyak misalnya nitrogen, kalsium, potasium, sulfur, maknesium, dan fosfor.

TABEL MAKRONUTRIEN
Unsur Bentuk yang tersedia Fungsi utama
bagi tumbuhan
Karbon (C) CO2 Komponen utama dari senyawa organik tumbuhan

Oksigen (O) CO2; H20 Komponen utama dari senyawa organik tumbuhan
Hidrogen (H) H2O Komponen utama dari senyawa organik tumbuhan
Nitrogen (N) NO3; NH4 Komponen dari asam nukleat, protein, hormon,
klorofil, dan koenzym
Sulfur (S) SO4 Komponen dari protein, koenzym
Fosfor (P) H2PO4; HPO4 Komponen dari asam nukleat, fosfolipid, ATP dan
beberapa koenzym
Kalium (K) K Kofaktor dalam sintesis protein, mengatur
keseimbangan air, membuka dan menutup stomata
Kalsium (Cl) Ca Pembentukan, pembuatan dan keestabilan dinding
sel, mengatur struktur dan permeabilitas membran,
aktivator beberapa enzim, regulator respon sel
terhadap stimulus.
Magnesium (Mg) Mg Komponen ddari klorofil, aktivator banyak enzim

Mikronutrien adalah elemen-elemen yang dibutuhkan tumbuhan dalam jumlah


sedikit, seperti besi, boron, mangan, seng, tembaga, klor, dan molybdenum.

TABEL MIKRONUTRIEN
Unsur Bentuk yang tersedia Fungsi utama
bagi tumbuhan
Klor (Cl) Cl Diperlukan pada tahap penguraian air dalam
fotosintesis, mengatur keseimbangan air
Besi (Fe) Fe; Fe Komponen dari sitokrom, aktivator beberapa enzim
Boron (B) H2BO3 Kofaktor dalam sintesis klorofil, terlibat dalam
transport karbohidrat dan sintesis asam nukleat
Mangan Mn aktiv dalam pembentukan asam amino, aktivator
(Mn) beberapa enzim, diperlukan dalam tahapan
penguraian air dalam fotosintesis
Seng (Zn) Zn Aktiv dalam pembentukan klorofil, aktivator
beberapa enzym
Kuprum Cu; Cu Komponen dari banyak enzym, reaksi redoks dan
(Cu) biosintesis lignin
Molibdunum MoO4 Essensial untuk fiksasi nitrogen, kofaktor dalam
(Mo) reduksi nitrat
Nikel (Ni) Ni Kofaktor enzym yang berfungsi dalam metabolisme
nitrogen

Baik makro dan mikronutrien diperoleh akar tumbuhan melalui tanah. Akar
tumbuhan memerlukan kondisi tertentu untuk dapat mengambil nutrisi-nutrisi tersebut
dari dalam tanah. Pertama, tanah harus lembap sehingga nutrien dapat diambil dan
ditransport oleh akar (Franklin, Pearce, Mitchell, 1991, hal. 139). Kedua, pH tanah
harus berada dalam rentang dimana nutrien dapat dilepaskan dari molekul tanah. Ketiga,
suhu tanah harus berada dalam rentang dimana pengambilan nutrien oleh akar dapat
terjadi. Suhu, pH, dan kelembapan optimum untuk tiap spesies tumbuhan berbeda. Hal
ini menyebabkan nutrien tidak dapat dipergunakan oleh tumbuhan meskipun nutrien
tersebut tersedia di dalam tanah (Franklin, Pearce, Mitchell, 1991, hal.
135). Pertumbuhan tanaman tidak hanya dikontrol oleh faktor dalam (internal), tetapi
juga ditentukan oleh faktor luar (eksternal). Salah satu faktor eksternal tersebut adalah
unsur hara esensial. Unsur hara esensial adalah unsur-unsur yang diperlukan bagi
pertumbuhan tanaman (Franklin, Pearce, Mitchell, 1991, hal. 137) Apabila unsur
tersebut tidak tersedia bagi tanaman, maka tanaman akan menunjukkan gejala
kekurangan unsur tersebut dan pertumbuhan tanaman akan terhambat. Berdasarkan
jumlah yang diperlukan kita mengenal adanya unsur hara makro dan unsur hara mikro.

B. RESPIRASI PADA TUMBUHAN

Respirasi merupakan proses reaksi katabolisme yang memecah molekul-molekul


gula menjadi molekul anorganik berupa CO2 dan H2O. Respirasi merupakan oksidasi
yang berlangsung di medium air dengan pH mendekati netral, pada suhu sedang, dan
tanpa asap. Pemecahan bertahap dan berjenjang molekul besar merupakan cara untuk
mengubah energi menjadi ATP. Selain itu kerangka karbon-antara disediakan untuk
menghasilkan berbagai produk penting meliputi asam amino untuk protein, nukleotida
untuk asam nukleat, dan prazat karbon untuk pigmen porfirin. Bila tumbuhan sedang
tumbuh, laju respirasi meningkat sebagai akibat dari permintaan pertumbuhan, namun
beberapa senyawa yang hilang dialihkan ke dalam reaksi sintesis dan tidak pernah
muncul sebagai CO2 (Salisbury & Cleon Ross, 1995,jilid 2 - hal 86).
Respirasi terdiri dari beberapa substrat atau senyawa organik yang dioksidasi
dalam prosesnya antara lain karbohidrat, macam gula (glukosa, fruktosa, dan sukrosa),
pati, lipid, asam organik dan juga protein (Salisbury & Cleon Ross, 1995,jilid 2 - hal
87). Bagian tumbuhan yang paling aktif melakukan respirasi adalah kuncup bunga,
tunas, biji yang telah muncul akar, ujung batang serta ujung akar.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya respirasi pada tumbuhan


yaitu:

a) Ketersediaan substrat

Respirasi bergantung pada tersedianya substrat, tumbuhan yang kelaparan yang


kandungan pati, fruktan atau gulanya rendah, melakukan respirasi pada laju yang
rendah. Jika kekurangan substrat, maka protein dapat direspirasikan. Protein akan
dihidrolisis menjadi subunit asam amino kemudian dirombak oleh glikolisis dan daur
krebs (Salisbury & Cleon Ross, 1995,jilid 2 - hal 107).

b) Ketersediaan oksigen

Pasokan O2 juga mempengaruhi respirasi namun bergantung pada jenis tumbuhan


dan bahkan bagian tumbuhan (Salisbury & Cleon Ross, 1995,jilid 2 - hal 110).

c) Suhu

Bagi sebagian besar tumbuhan respirasi biasanya 2,0 sampai 2,5 pada suhu antara
5 dan 250C. Bila suhu meningkat lebih jauh sampai 30 atau 350C, laju respirasi tetap
meningkat namun lebih lambat. Pada peningkatan suhu sampai 400C atau lebih, laju
respirasi malahan menurun. Enzim yang diperlukan mulai mengalami denaturasi
dengan cepat pada suhu yang tinggi untuk mencegah terjadinya peningkatan
metabolik (Salisbury & Cleon Ross, 1995,jilid 2 - hal 110).

d) Jenis dan umur tumbuhan

Pada umumnya bakteri, fungi dan ganggang berespirasi lebih cepat dibandingkan
dengan tumbuhan berbiji. Hal ini dikarenakan kandungan cadangan makanan yang
sedikit dan tidak mempunyai sel berkayunonmetabolik. Pada umumnya ada hubungan
antara laju tumbuhan beberapa jenis sel tertentu dengan laju respirasinya. (Salisbury
& Cleon Ross, 1995,jilid 2 - hal 110).

C. FOTOSINTESIS

Suatu sifat fisiologis yang dimiliki oleh tumbuhan ialah kemampuannya untuk
menggunakan zat karbon dari udara yang kemudian diubah menjadi bahan organik
serta diasimilasikan didalam tubuh tumbuhan. Hal ini dapat terjadi jika ada cukup
cahaya. Fotosintesis merupakan suatu proses dimana zat H2O dan CO2 oleh klorofil
diubah menjadi zat karbohidrat dengan bantuan cahaya matahari (Dwijoseputro, 1985,
hal 6). Proses fotosintesis terjadi di daun, oleh karena itu sel-sel daun memiliki
kelengkapan alat untuk menangkap energi matahari. Pada tumbuhan tertentu yang
tidak berdaun seperti pada tumbuhan kaktus, kelengkapan alat fotosintesisnya terdapat
pada sel-sel lapisan luar pada batangnya.

a) Kloroplas

Kloroplas berasal dari proplastida kecil. Pada umumnya proplastida berasal


dari sel telur yang tidak terbuahi. Proplastida membelah pada saat embrio
berkembang, dan berkembang menjadi koroplas ketika daun dan batang terbentuk.
Setiap kloroplas dikelilingi oleh sistem membran ganda yang mengatur lalulintas
molekul keluar masuk kloroplas (Salisbury & Cleon Ross, 1995,jilid 2 - hal 21).

Kloroplas tersusun dari stroma yang mengandung berbagai macam enzim


yang mengubah CO2 menjadi karbohidrat khususnya pati. Di dalam stroma
terdapat tilakoid yang mengandung pigmen (Salisbury & Cleon Ross, 1995,jilid 2
- hal 21). Pigmen adalah suatu zat yang berfungsi menangkap dan memantulkan
jenis sinar atau warna cahaya tertentu. Pigmen daun yang paling banyak adalah
klorofil. Di dalam tilakoid energi cahaya digunakan untuk mengoksidasi H2O dan
membentuk ATP dan NADPH yang kaya energi yang akan digunakan oleh
stroma untuk mengubah CO2 menjadi karbohidrat. Pada bagian lain dalam
kloroplas terdapat tumpukan tilakoid yang disebut grana. satu tumpukan grana
disebut granum (Salisbury & Cleon Ross, 1995,jilid 2 - hal 21).
Pigmen pada membran tilakoid terdiri dari dua jenis klorofil hijau yakni
klorofil a dan klorofil b. Namun terdapat juga pigmen kuning sampai jingga yang
digolongkan sebagai karotenoid. Di kloroplas juga dijumpai DNA, RNA, ribosom
dan berbagai macam enzim. Semua molekul ini terdapat di stroma.

b) Tahapan fotosintesis

Pada dasarnya fotosintesis terjadi dalam dua tahap dimana kedua tahap itu
berlangsung di dalam kloroplas namun pada bagian yang berbeda. Tahap I adalah
proses penangkapan energi cahaya yang terjadi pada grana kloroplas. Sebagian
energi matahari yang diserap akan diubah menjadi energi kimia. Zat itu akan
digunakan untuk proses penyususnan zat gula. Sebagian energi matahari juga
digunakan untuk fotolisis air sehingga dihasilkan ion hidrogen dan O 2. Ion
Hidrogen akan digabungkan dengan CO2 membentuk zat gula sedangkan O2
dikeluarkan.

Tahap II adalah reaksi gelap terjadi pada matrik stroma kloroplas. Dalam
reaksi ini membutuhkan zat berenergi tinggi yang dihasilkan dalam reaksi terang.
Hasil awal fotosintesis adalah berupa zat gula sederhana yang disebut glukosa
yang selanjutnya akan diubah menjadi amilum (pati) yang akan ditimbun di daun
atau organ-organ penimbun yang lain.

D. HORMON PADA TUMBUHAN

Hormon pada tanaman didefenisikan sebagai senyawa organik bukan nutrisi yang
aktif dalam jumlah yang kecil disintesiskan pada bagian tertentu dari tanaman dan
diangkut kebagian lain yang dapat menimbulkan tanggapan secara biokimia, fisiologis
dan morfologis. Hormon tanaman harus memenuhi beberapa syarat berikut yakni
senyawa organik yang dihasilakan oleh tanaman sendiri, harus dapat ditranslokasikan,
tempat sintesis dan kerja berbeda, aktif dalam konsentrasi rendah. Dengan
batasan-batasan tersebut vitamin dan gula tidak termasuk dalam hormon tanaman
(Harahap, 2012, hal 77).
Hormon dapat dikelompokan menjadi 5 golongan yaitu auksin, giberelin,
sitokinin, asam absisik dan etilen.

a) Auksin

Didefenisikan sebagai zat tumbuhan yang mendorong elongasi jaringan keleoptil.


Auksin dan sitokinin merupakan dua golongan zat pengatur tumbuhan yang sangat
penting. Golongan auksin yang lebih sering digunakan ialah 2,4-D, IAA, NAA, IBA.
IAA dan auksin berperan pada berbagai aspek pertumbuhan dan perkembangan
tanaman antara lain:

a. Pembesaran sel

Perpanjangan keleoptil atau batang merupakan hasil dari pembesaran sel.


Penyebaran yang tidak sama dari auksin menyebabkan pembesaran sel yang tidak
merata dan terjadi pembengkokan dari keleoptil atau organ tanaman (geotropisma
dan fototropisma).

b. Penghambatan mata tunas samping

Konsentrasi auksin yang tinggi menghambat pertumbuhan mata tunas. Jika


sumber auksin ini dihilangkan dengan cara memotong meristem apikal maka
tunas samping akan tumbuh menjadi tunas.

c. Absisi (pengguguran daun)

Pengguran daun terjadi sebagai akibat dari proses absisi yang terjadi di
daerah absisi. Daerah absisi adalah kumpulan sel yang terdapat pada pangkal
tangkai daun.

d. Aktivitas dari pada kambium

Pertumbuhan sekunder termasuk pembelahan sel-sel didaerah kambium dan


pembentukan jaringan xylem dan floem dipengaruhi oleh IAA.
e. Pertumbuhan akar

Konsentrasi auksin untuk pembesaran sel-sel pada batang menjadi


penghambat pada pembesaran sel-sel akar. Selang konsentrasi yang mendorong
pembesaran sel-sel pada akar adalah sangat rendah.

IAA berinteraksi dengan fitohormon yang lain seperti giberelin, sitokinin, etilen
dan ABA dalam mempengaruhi bernagai proses-proses fisologis (Harahap, 2012,
hal 79).

b) Giberelin

Giberelin (bahasa Inggris: gibberellin) atau asam giberelat (bahasa Inggris:


gibberellic acid, disingkat GA) adalah semua anggota kelompok hormon tumbuhan
yang memiliki fungsi yang serupa atau terkait dengan bioassay GA1. GA hadir pada
hampir sepanjang hidup tumbuhan dan diketahui mengatur perkecambahan,
pemanjangan batang, pemicuan pembungaan, perkembangan kepala sari (anther),
perkembangan biji dan pertumbuhan perikarp. Selain itu, fitohormon ini juga berperan
dalam tanggapan terhadap rangsang melalui regulasi fisiologis yang terkait dengan
mekanisme biosintesisnya.

Giberelin pada tumbuhan dapat ditemukan dalam dua fase utama yaitu giberelin
aktif (GA bioaktif) dan giberelin nonaktif. Giberelin yang aktif secara biologis (GA
bioaktif) mengontrol beragam aspek pertumbuhan dan perkembangan tanaman,
termasuk perkecambahan biji, batang perpanjangan, perluasan daun, dan bunga dan
pengembangan benih. Hingga tahun 2008 terdapat lebih daripada seratus GA telah
diidentifikasi dari tanaman dan hanya sejumlah kecil darinya, seperti GA1 dan GA4,
diperkirakan berfungsi sebagai hormon bioaktif.

Giberelin pertama kali dikenali pada tahun 1926 oleh seorang ilmuwan Jepang,
Eiichi Kurosawa, yang meneliti tentang penyakit padi yang disebut "bakanae".
Hormon ini pertama kali diisolasi pada tahun 1935 oleh Teijiro Yabuta, dari strain
cendawan Gibberella fujikuroi. Isolat ini lalu dinamai gibberellin. (Harahap, 2012,
hal 82-85).
c) Sitokinin

Sitokinin (bahasa Inggris: cytokinins, CK) adalah sekelompok hormon tumbuhan


dan zat pengatur tumbuh yang mendorong terjadinya pembelahan sel (sitokinesis) di
jaringan meristematik. Selain peran utamanya sebagai pengatur pertumbuhan dan
diferensiasi sel, sitokinin juga mempengaruhi dominansi pucuk, pertumbuhan kuncup
tepi, dan penuaan (senescense) daun. Peran sitokinin pertama kali ditemukan oleh
Folke Skoog dalam percobaannya yang memakai santan pada tahun 1940-an sewaktu
ia bekerja di Universitas Wisconsin, Madison.

Terdapat dua tipe sitokinin: tipe adenin dan tipe fenilurea. Tipe adenin diwakili
oleh kinetin, zeatin, dan BA. Tipe fenilurea, misalnya adalah difenilurea dan
tidiazuron (TDZ), tidak dibentuk oleh tumbuhan. Hampir semua sitokinin tipe adenin
dibentuk di bagian perakaran. Jaringan kambium dan bagian-bagian yang sel-selnya
masih aktif membelah juga membentuk sitokinin. Sitokinin dapat bekerja lokal
ataupun jarak jauh. Biasanya, sitokinin ditransportasi lewat pembuluh kayu. Dalam
menjalankan fungsi fisiologinya, sitokinin kerap kali bekerja bersama-sama dengan
auksin (Harahap, 2012, hal 86-89).

d) Asam absisit

Asam absisat adalah molekul seskuiterpenoid (memiliki 15 atom karbon) yang


merupakan salah satu hormon tumbuhan. Selain dihasilkan secara alami oleh oleh
tumbuhan, hormon ini juga dihasilkan oleh alga hijau dan cendawan. Hormon ini
ditemukan pada tahun 1963 oleh Frederick Addicott. Addicott berhasil mengisolasi
senyawa abscisin I dan II dari tumbuhan kapas. Senyawa abscisin II kelak disebut
dengan asam absisat, disingkat ABA. Pada saat yang bersamaan, dua kelompok
peneliti lain yang masing-masing dipimpin oleh Philip Wareing dan Van Steveninck
juga melakukan penelitian terhadap hormon tersebut.

Asam absisat berperan penting pemulaian (inisiasi) dormansi biji. Dalam keadaan
dorman atau "istirahat", tidak terjadi pertumbuhan dan aktivitas fisiologis berhenti
sementara. Proses dormansi biji ini penting untuk menjaga agar biji tidak
berkecambah sebelum waktu yang tidak dikehendaki. Hal ini terutama sangat
dibutuhkan pada tumbuhan tahunan dan tumbuhan dwimusim yang bijinya
memerlukan cadangan makanan di musim dingin ataupun musim panas panjang.
Tumbuhan menghasilkan ABA untuk maturasi biji dan menjaga biji agar
berkecambah di musim yang diinginkan.

ABA juga sangat penting untuk menghadapi kondisi cekaman lingkungan, seperti
kekeringan. Hormon ini merangsang penutupan stomata pada epidermis daun dengan
menurunkan tekanan osmotik dalam sel dan menyebabkan turgor sel. Akibatnya,
kehilangan cairan tanaman yang disebabkan oleh transpirasi melalui stomata dapat
dicegah. ABA juga mencegah kehilangan air dari tubuh tumbuhan dengan
membentuk lapisan epikutikula atau lapisan lilin. Selain itu, ABA juga dapat
menstimulasi pengambilan air melalui akar. Selain untuk menghadapi kekeringan,
ABA juga berfungsi dalam menghadapi lingkungan dengan suhu rendah dan kadar
garam atau salinitas yang tinggi. Peningkatan konsentrasi ABA pada daun dapat
diinduksi oleh konsentrasi garam yang tinggi pada akar. Dalam menghadapi musim
dingin, ABA akan menghentikan pertumbuhan primer dan sekunder Hormon yang
dihasilkan pada tunas terminal ini akan memperlambat pertumbuhan dan memicu
perkembangan primordia daun menjadi sisik yang berfungsi melindungi tunas dorman
selama musim dingin. ABA juga akan menghambat pembelahan sel kambium
pembuluh.

e) Etilen

Etilena merupakan hormon tumbuh yang diproduksi dari hasil metabolisme


normal dalam tanaman. Etilena berperan dalam pematangan buah dan kerontokan
daun. Etilena disebut juga ethene. Senyawa etilena pada tumbuhan ditemukan dalam
fase gas, sehingga disebut juga gas etilena. Gas etilena tidak berwarna dan mudah
menguap. Etilena memiliki struktur yang cukup sederhana dan diproduksi pada
tumbuhan tingkat tinggi. (Harahap, 2012, hal 89).

Etilena diproduksi oleh tumbuhan tingkat tinggi dari asam amino metionin yang
esensial pada seluruh jaringan tumbuhan. Produksi etilena bergantung pada tipe
jaringan, spesies tumbuhan, dan tingkatan perkembangan. Etilena dibentuk dari
metionin melalui 3 proses:
 ATP merupakan komponen penting dalam sintesis etilena. ATP dan air akan
membuat metionin kehilangan 3 gugus fosfat.

 Asam 1-aminosiklopropana-1-karboksilat sintase(ACC-sintase) kemudian


memfasilitasi produksi ACC dan SAM (S-adenosil metionin).

 Oksigen dibutuhkan untuk mengoksidasi ACC dan memproduksi etilena. Reaksi


ini dikatalisasi menggunakan enzim pembentuk etilena.

Apabila konsentrasi etilena sangat tinggi dibanding hormon auksin dan giberelin,
etilena dapat menghambat proses pembentukkan batang, akar, dan bunga. Namun
etilena juga dapat merangsang pembentukkan bunga bila bersama-sama dengan
hormon auksin (Harahap, 2012, hal 90).

E. GERAK PADA TUMBUHAN

1. Gerak Nastik

Daun atau anak daun pada daun majemuk sering menunjukan gerak nastik.
Pembengkokan organ keatas disebut hiponastik sedangkan pembengkokan
kebawah disebut epinasti. Umumnya gerak nastik bersifat terbalikan baik yang
dikendalikan oleh pulvinus maupun oleh perubahan relatif laju tumbuhan di
bagian atas dan bawah suatu organ. Epinasti terjadi bila sel dibagian atas tangkai
ataua helai daun khususnya diurat pokok tumbuh lebih cepat dibandingkan
dengan sel dibagian bawah. Demikian juga sebaliknya untuk gerakan hiponastik
(Salisbury & Cleon Ross, 1995, jilid 3 - hal. 97).

Gerak nasti tumbuhan dapat digolongkan menjadi:

a) Niktinasti

Merupakan proses berirama yang dikendalikan oleh interaksi antara


lingkungan dan waktu biologis. Gerak niktinasti terjadi pada malam hari. Disini
tekanan diarahkan lebih kepada respons. Contohnya adalah puti malu (Mimosa
pudica), pohon hujan (Samanea saman) (Salisbury & Cleon Ross, 1995, jilid 3 -
hal. 98).
b) Hidronasti

Merupakan gerak pelipatan atau penggulungan daun akibat responnya


terhadap keadaan rawan air. Hal ini dapat mengurangi terpaan udara kering pada
permukaan daun dan dengan penutupan stomata transpirasi berkurang maka
bahaya penghabatan oleh cahaya dapat diturunkan. Gerakan penggulungan daun
dan pelipatan terjadi akibat hilangnya turgor dalam sel membisul/buliform yang
berdinding tipis. Sel membisul memiliki sedikit kutikula sehingga cepat
mengalami kehilangan air lewat transpirasi. Ketika tekanan turgor menurun
turgiditas sel di sisi bawah daun mengakibatkan daun melipat. Hal ini demi
menjaga ketahanan hidup tumbuhan. Contohnya pada rumput birukentucky (Poa
pratentis) (Salisbury & Cleon Ross, 1995, jilid 3 - hal. 99).

c) Tigmonasti

Gerak nasti akibat sentuhan. Kegunaan respon ini belum dapat dipastikan
namun diduga hal ini dapat mengusir serangga sebelum memakan daun tumbuhan
tersebut. Pelipatan terjadi karena air diangkut keluar dari sel motor pulvinus
(Salisbury & Cleon Ross, 1995, jilid 3 - hal. 100).

2. Gerak Tropisme

Pergerakan dalam pertumbuhan sel (umumnya pada sel tumbuhan) yang


menyebabkan pergerakan organ tumbuhan utuh menuju atau menjauhi sumber
rangsangan (stimulus). Apabila pergerakan pertumbuhan menuju ke arah sumber
rangsangan maka disebut tropisme positif, sedangkan pergerakan pertumbuhan yang
menjauhi sumber rangsangan disebut tropisme negatif. tropisme dibedakan menjadi
dua jenis yaitu:

a) Fototropisme

Fototropisme adalah gerak sebagian tumbuhan yang arah geraknya


dipengaruhi oleh rangsang cahaya. Contoh dari fototropisme adalah pertumbuhan
koleoptil rumput menuju arah datangnya cahaya. Koleoptil merupakan daun
pertama yang tumbuh dari tanaman monokotil yang berfungsi sebagai pelindung
lembaga yang baru tumbuh. Beberapa hipotesis menyebutkan bahwa hal ini dapat
disebabkan oleh kecepatan pemanjangan sel-sel pada sisi batang yang lebih gelap
adalah lebih cepat dibandingkan dengan sel-sel pada sisi yang lebih terang karena
adanya penyebaran auksin yang tidak merata dari ujung tunas. Hipotesis lainnya
menyatakan bahwa ujung tunas merupakan fotoreseptor yang memicu respons
pertumbuhan. Fotoreseptor adalah molekul pigmen yang disebut kriptokrom dan
sangat sensitif terhadap cahaya biru.

Tigmotropisme adalah Kata ini berasal dari bahasa Yunani "thigma" yang
berarti "sentuhan". Contoh dari tigmotropisme adalah pertumbuhan tanaman sulur
seperti anggur dan tanaman yang pertumbuhannya merambat dan memiliki sulur
yang membelit bagian penopangnya. Sulur tanaman akan tumbuh lurus hingga
menyentuh sesuatu. Adanya kontak sulur tersebut merangsang sulur untuk
tumbuh melilit, karena terjadi perbedaan kecepatan pertumbuhan. Hal ini
dikarenakan sel-sel yang terkena sentuhan akan memproduksi auksin sehingga
pertumbuhannya menjadi lebih cepat hingga membengkok dan melilit sumber
sentuhan. Contoh lainnya adalah sentuhan angin kencang pada tebing bukit
membuat pohon-pohon yang tumbuh di sekitarnya memiliki batang yang lebih
pendek dan gemuk apabila dibandingakan dengan pohon yang sama pada daerah
yang terlindungi dari angin kencang. Respon perkembangan tumbuhan terhadap
gangguan mekanis ini biasa disebut tigmomorfogenesis dan umumnya disebabkan
peningkatan produksi etilen. Gas etilen ini merupakan hormon yang dibentuk
sebagai respon terhadap rangsangan sentuhan yang hebat.

b) Gravitropisme

adalah pertumbuhan sel-sel tanaman karena dipengaruhi oleh gravitasi. Bila


suatu benih diletakkan dalam keadaan sembarang, maka tunas akan tumbuh
membengkok ke atas dan akar akan tumbuh ke bawah. Pertumbuhan akar
merupakan gravitropisme positif, sedangkan pertumbuhan tunas adalah
gravitropisme negatif (Salisbury & Cleon Ross, 1995, jilid 3 - hal. 115).
Gravitropisme ini mulai terjadi setelah proses perkecambahan biji. Tumbuhan
dapat membedakan arah atas dan bawah dengan pengendapan statolit. Statolit
adalah plastida khusus yang mengandung butiran pati padat dan terletak pada
posisi rendah, misalnya pada bagian tudung akar. Adanya penumpukan statolit
pada akar dapat memicu distribusi kalsium dan auksin. Namun, tanaman yang
tidak memiliki statolit pun masih dapat mengalami gravitropisme yang
disebabkan kinerja sel akar yang dapat berfungsi sebagai indra dan menginduksi
perenggangan protein sel ke atas dan penekanan protein sel tanaman ke sisi
bawah akar.

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Kata fisiologi berasal dari bahasa latin yaitu physis yang berarti alam (nature) dan
logos bearti ilmu. Fisiologi tumbuhan dapat diartikan sebagai ilmu tentang alam
tumbuhan. Fisiologi tumbuhan mencari keterangan-keterangan tentang kehidupan
tumbuhan. Fisiologi tumbuhan adalah cabang botani yang mempelajari bekerjanya
sistem kehidupan di dalam tubuh tumbuhan dan tanggapan terhadap pengaruh
lingkungan sekitarnya sehingga tumbuhan tersebut dapat hidup. Organisme yang
menjadi kajian fisiologi tumbuhan adalah organisme dari kerajaan plantae, meliputi
semua jenis tumbuhan, dari tumbuhan tingkat rendah sampai tumbuhan tingkat tinggi.
Objek yang dipelajari dalam fisiologi tumbuihan adalah nutrisi, respirasi pada
tumbuhan, fotosintesis, hormon pada tumbuhan, serta gerak pada tumbuhan. Fisiologi
tumbuhan memiliki manfaat dalam bidang pertanian khususnya untuk meningkatkan
nilai produksi hasil tanaman.

B. SARAN
Semoga makalah ini dapat menjelaskan tentang fisiologi tumbuhan. Makalah ini
masih terdapat banyak kekurangan terutama dalam segi isi, oleh karena itu penulis
sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi melengkapi
kekurangan-kekurangan dalam makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA

Salisbury, F.B., dan Cleon W. Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid 1. Bandung:
penerbit ITB Bandung

Salisbury, F.B., dan Cleon W. Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid 2. Bandung:
penerbit ITB Bandung

Salisbury, F.B., dan Cleon W. Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid 3. Bandung:
penerbit ITB Bandung

https://id.wikipedia.org/wiki/Tropisme

Harahap, F. 2012. Fisiologi Tumbuhan Suatu Pengantar. Medan: Unimed

Anda mungkin juga menyukai