DISUSUN OLEH :
2018 28 01 69
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
UNIFERSITAS FLORES
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat-Nya sehingga penulis
dapat menyusun dan menyelesaikan makalah yang berjudul “Fisiologis Tumbuhan”.
makalah ini merupakan tugas wajib dalam mata kuliah Botani Tumbuhan Tinggi.
Penulis mengucapakan terimakasih kepada dosen pengampuh matakuliah Botani
Tumbuhan Tinggi, karena dengan tugas ini, penulis dapat mempelajari dan
mengetahui banyak hal tentang Botani Tumbuhan Tinggi.
Penulis menyadari bahwa makalah ini belum sempurna dan oleh karena itu maka
kritik dan saran, baik dari dosen pengampuh mata kuliah Botani Tumbuhan Tinggi
maupun teman-teman fakultas pendidikan biologi sangat dibutuhkan demi melengkapi
kekurangan makalah ini.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
1. Nutris ….………………………… 2
3. Fotosintesis ….………………………… 5
A. Kesimpulan ….………………………… 11
B. Saran ….………………………… 11
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kata fisiologi berasal dari bahasa latin yaitu physis yang berarti alam (nature) dan
logos bearti ilmu. Fisiologi tumbuhan dapat diartikan sebagai ilmu tentang alam
tumbuhan. Fisiologi tumbuhan mencari keterangan-keterangan tentang kehidupan
tumbuhan. Mempelajari fisiologi tumbuhan akan menambah kekaguman kita akan
banyak hal dalam kehidupan tumbuhan.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
PEMBAHASAN
A. NUTRISI
Semua unsur kimiawi dalam tumbuhan berasal dari tanah, air, dan atmosfer. Air
dan larutan tanah mengandung kation dan anion yang konsentrasinya khas untuk
tanah tertentu, tetapi biasanya dengan konsentrasi yang sangat kecil. Walaupun
demikian tanah bergaram mempunyai kandungan Na, Karbonat dan Cl yang tinggi
(Franklin, Pearce, Mitchell, 1991, hal. 132).
TABEL MAKRONUTRIEN
Unsur Bentuk yang tersedia Fungsi utama
bagi tumbuhan
Karbon (C) CO2 Komponen utama dari senyawa organik tumbuhan
Oksigen (O) CO2; H20 Komponen utama dari senyawa organik tumbuhan
Hidrogen (H) H2O Komponen utama dari senyawa organik tumbuhan
Nitrogen (N) NO3; NH4 Komponen dari asam nukleat, protein, hormon,
klorofil, dan koenzym
Sulfur (S) SO4 Komponen dari protein, koenzym
Fosfor (P) H2PO4; HPO4 Komponen dari asam nukleat, fosfolipid, ATP dan
beberapa koenzym
Kalium (K) K Kofaktor dalam sintesis protein, mengatur
keseimbangan air, membuka dan menutup stomata
Kalsium (Cl) Ca Pembentukan, pembuatan dan keestabilan dinding
sel, mengatur struktur dan permeabilitas membran,
aktivator beberapa enzim, regulator respon sel
terhadap stimulus.
Magnesium (Mg) Mg Komponen ddari klorofil, aktivator banyak enzim
TABEL MIKRONUTRIEN
Unsur Bentuk yang tersedia Fungsi utama
bagi tumbuhan
Klor (Cl) Cl Diperlukan pada tahap penguraian air dalam
fotosintesis, mengatur keseimbangan air
Besi (Fe) Fe; Fe Komponen dari sitokrom, aktivator beberapa enzim
Boron (B) H2BO3 Kofaktor dalam sintesis klorofil, terlibat dalam
transport karbohidrat dan sintesis asam nukleat
Mangan Mn aktiv dalam pembentukan asam amino, aktivator
(Mn) beberapa enzim, diperlukan dalam tahapan
penguraian air dalam fotosintesis
Seng (Zn) Zn Aktiv dalam pembentukan klorofil, aktivator
beberapa enzym
Kuprum Cu; Cu Komponen dari banyak enzym, reaksi redoks dan
(Cu) biosintesis lignin
Molibdunum MoO4 Essensial untuk fiksasi nitrogen, kofaktor dalam
(Mo) reduksi nitrat
Nikel (Ni) Ni Kofaktor enzym yang berfungsi dalam metabolisme
nitrogen
Baik makro dan mikronutrien diperoleh akar tumbuhan melalui tanah. Akar
tumbuhan memerlukan kondisi tertentu untuk dapat mengambil nutrisi-nutrisi tersebut
dari dalam tanah. Pertama, tanah harus lembap sehingga nutrien dapat diambil dan
ditransport oleh akar (Franklin, Pearce, Mitchell, 1991, hal. 139). Kedua, pH tanah
harus berada dalam rentang dimana nutrien dapat dilepaskan dari molekul tanah. Ketiga,
suhu tanah harus berada dalam rentang dimana pengambilan nutrien oleh akar dapat
terjadi. Suhu, pH, dan kelembapan optimum untuk tiap spesies tumbuhan berbeda. Hal
ini menyebabkan nutrien tidak dapat dipergunakan oleh tumbuhan meskipun nutrien
tersebut tersedia di dalam tanah (Franklin, Pearce, Mitchell, 1991, hal.
135). Pertumbuhan tanaman tidak hanya dikontrol oleh faktor dalam (internal), tetapi
juga ditentukan oleh faktor luar (eksternal). Salah satu faktor eksternal tersebut adalah
unsur hara esensial. Unsur hara esensial adalah unsur-unsur yang diperlukan bagi
pertumbuhan tanaman (Franklin, Pearce, Mitchell, 1991, hal. 137) Apabila unsur
tersebut tidak tersedia bagi tanaman, maka tanaman akan menunjukkan gejala
kekurangan unsur tersebut dan pertumbuhan tanaman akan terhambat. Berdasarkan
jumlah yang diperlukan kita mengenal adanya unsur hara makro dan unsur hara mikro.
a) Ketersediaan substrat
b) Ketersediaan oksigen
c) Suhu
Bagi sebagian besar tumbuhan respirasi biasanya 2,0 sampai 2,5 pada suhu antara
5 dan 250C. Bila suhu meningkat lebih jauh sampai 30 atau 350C, laju respirasi tetap
meningkat namun lebih lambat. Pada peningkatan suhu sampai 400C atau lebih, laju
respirasi malahan menurun. Enzim yang diperlukan mulai mengalami denaturasi
dengan cepat pada suhu yang tinggi untuk mencegah terjadinya peningkatan
metabolik (Salisbury & Cleon Ross, 1995,jilid 2 - hal 110).
Pada umumnya bakteri, fungi dan ganggang berespirasi lebih cepat dibandingkan
dengan tumbuhan berbiji. Hal ini dikarenakan kandungan cadangan makanan yang
sedikit dan tidak mempunyai sel berkayunonmetabolik. Pada umumnya ada hubungan
antara laju tumbuhan beberapa jenis sel tertentu dengan laju respirasinya. (Salisbury
& Cleon Ross, 1995,jilid 2 - hal 110).
C. FOTOSINTESIS
Suatu sifat fisiologis yang dimiliki oleh tumbuhan ialah kemampuannya untuk
menggunakan zat karbon dari udara yang kemudian diubah menjadi bahan organik
serta diasimilasikan didalam tubuh tumbuhan. Hal ini dapat terjadi jika ada cukup
cahaya. Fotosintesis merupakan suatu proses dimana zat H2O dan CO2 oleh klorofil
diubah menjadi zat karbohidrat dengan bantuan cahaya matahari (Dwijoseputro, 1985,
hal 6). Proses fotosintesis terjadi di daun, oleh karena itu sel-sel daun memiliki
kelengkapan alat untuk menangkap energi matahari. Pada tumbuhan tertentu yang
tidak berdaun seperti pada tumbuhan kaktus, kelengkapan alat fotosintesisnya terdapat
pada sel-sel lapisan luar pada batangnya.
a) Kloroplas
b) Tahapan fotosintesis
Pada dasarnya fotosintesis terjadi dalam dua tahap dimana kedua tahap itu
berlangsung di dalam kloroplas namun pada bagian yang berbeda. Tahap I adalah
proses penangkapan energi cahaya yang terjadi pada grana kloroplas. Sebagian
energi matahari yang diserap akan diubah menjadi energi kimia. Zat itu akan
digunakan untuk proses penyususnan zat gula. Sebagian energi matahari juga
digunakan untuk fotolisis air sehingga dihasilkan ion hidrogen dan O 2. Ion
Hidrogen akan digabungkan dengan CO2 membentuk zat gula sedangkan O2
dikeluarkan.
Tahap II adalah reaksi gelap terjadi pada matrik stroma kloroplas. Dalam
reaksi ini membutuhkan zat berenergi tinggi yang dihasilkan dalam reaksi terang.
Hasil awal fotosintesis adalah berupa zat gula sederhana yang disebut glukosa
yang selanjutnya akan diubah menjadi amilum (pati) yang akan ditimbun di daun
atau organ-organ penimbun yang lain.
Hormon pada tanaman didefenisikan sebagai senyawa organik bukan nutrisi yang
aktif dalam jumlah yang kecil disintesiskan pada bagian tertentu dari tanaman dan
diangkut kebagian lain yang dapat menimbulkan tanggapan secara biokimia, fisiologis
dan morfologis. Hormon tanaman harus memenuhi beberapa syarat berikut yakni
senyawa organik yang dihasilakan oleh tanaman sendiri, harus dapat ditranslokasikan,
tempat sintesis dan kerja berbeda, aktif dalam konsentrasi rendah. Dengan
batasan-batasan tersebut vitamin dan gula tidak termasuk dalam hormon tanaman
(Harahap, 2012, hal 77).
Hormon dapat dikelompokan menjadi 5 golongan yaitu auksin, giberelin,
sitokinin, asam absisik dan etilen.
a) Auksin
a. Pembesaran sel
Pengguran daun terjadi sebagai akibat dari proses absisi yang terjadi di
daerah absisi. Daerah absisi adalah kumpulan sel yang terdapat pada pangkal
tangkai daun.
IAA berinteraksi dengan fitohormon yang lain seperti giberelin, sitokinin, etilen
dan ABA dalam mempengaruhi bernagai proses-proses fisologis (Harahap, 2012,
hal 79).
b) Giberelin
Giberelin pada tumbuhan dapat ditemukan dalam dua fase utama yaitu giberelin
aktif (GA bioaktif) dan giberelin nonaktif. Giberelin yang aktif secara biologis (GA
bioaktif) mengontrol beragam aspek pertumbuhan dan perkembangan tanaman,
termasuk perkecambahan biji, batang perpanjangan, perluasan daun, dan bunga dan
pengembangan benih. Hingga tahun 2008 terdapat lebih daripada seratus GA telah
diidentifikasi dari tanaman dan hanya sejumlah kecil darinya, seperti GA1 dan GA4,
diperkirakan berfungsi sebagai hormon bioaktif.
Giberelin pertama kali dikenali pada tahun 1926 oleh seorang ilmuwan Jepang,
Eiichi Kurosawa, yang meneliti tentang penyakit padi yang disebut "bakanae".
Hormon ini pertama kali diisolasi pada tahun 1935 oleh Teijiro Yabuta, dari strain
cendawan Gibberella fujikuroi. Isolat ini lalu dinamai gibberellin. (Harahap, 2012,
hal 82-85).
c) Sitokinin
Terdapat dua tipe sitokinin: tipe adenin dan tipe fenilurea. Tipe adenin diwakili
oleh kinetin, zeatin, dan BA. Tipe fenilurea, misalnya adalah difenilurea dan
tidiazuron (TDZ), tidak dibentuk oleh tumbuhan. Hampir semua sitokinin tipe adenin
dibentuk di bagian perakaran. Jaringan kambium dan bagian-bagian yang sel-selnya
masih aktif membelah juga membentuk sitokinin. Sitokinin dapat bekerja lokal
ataupun jarak jauh. Biasanya, sitokinin ditransportasi lewat pembuluh kayu. Dalam
menjalankan fungsi fisiologinya, sitokinin kerap kali bekerja bersama-sama dengan
auksin (Harahap, 2012, hal 86-89).
d) Asam absisit
Asam absisat berperan penting pemulaian (inisiasi) dormansi biji. Dalam keadaan
dorman atau "istirahat", tidak terjadi pertumbuhan dan aktivitas fisiologis berhenti
sementara. Proses dormansi biji ini penting untuk menjaga agar biji tidak
berkecambah sebelum waktu yang tidak dikehendaki. Hal ini terutama sangat
dibutuhkan pada tumbuhan tahunan dan tumbuhan dwimusim yang bijinya
memerlukan cadangan makanan di musim dingin ataupun musim panas panjang.
Tumbuhan menghasilkan ABA untuk maturasi biji dan menjaga biji agar
berkecambah di musim yang diinginkan.
ABA juga sangat penting untuk menghadapi kondisi cekaman lingkungan, seperti
kekeringan. Hormon ini merangsang penutupan stomata pada epidermis daun dengan
menurunkan tekanan osmotik dalam sel dan menyebabkan turgor sel. Akibatnya,
kehilangan cairan tanaman yang disebabkan oleh transpirasi melalui stomata dapat
dicegah. ABA juga mencegah kehilangan air dari tubuh tumbuhan dengan
membentuk lapisan epikutikula atau lapisan lilin. Selain itu, ABA juga dapat
menstimulasi pengambilan air melalui akar. Selain untuk menghadapi kekeringan,
ABA juga berfungsi dalam menghadapi lingkungan dengan suhu rendah dan kadar
garam atau salinitas yang tinggi. Peningkatan konsentrasi ABA pada daun dapat
diinduksi oleh konsentrasi garam yang tinggi pada akar. Dalam menghadapi musim
dingin, ABA akan menghentikan pertumbuhan primer dan sekunder Hormon yang
dihasilkan pada tunas terminal ini akan memperlambat pertumbuhan dan memicu
perkembangan primordia daun menjadi sisik yang berfungsi melindungi tunas dorman
selama musim dingin. ABA juga akan menghambat pembelahan sel kambium
pembuluh.
e) Etilen
Etilena diproduksi oleh tumbuhan tingkat tinggi dari asam amino metionin yang
esensial pada seluruh jaringan tumbuhan. Produksi etilena bergantung pada tipe
jaringan, spesies tumbuhan, dan tingkatan perkembangan. Etilena dibentuk dari
metionin melalui 3 proses:
ATP merupakan komponen penting dalam sintesis etilena. ATP dan air akan
membuat metionin kehilangan 3 gugus fosfat.
Apabila konsentrasi etilena sangat tinggi dibanding hormon auksin dan giberelin,
etilena dapat menghambat proses pembentukkan batang, akar, dan bunga. Namun
etilena juga dapat merangsang pembentukkan bunga bila bersama-sama dengan
hormon auksin (Harahap, 2012, hal 90).
1. Gerak Nastik
Daun atau anak daun pada daun majemuk sering menunjukan gerak nastik.
Pembengkokan organ keatas disebut hiponastik sedangkan pembengkokan
kebawah disebut epinasti. Umumnya gerak nastik bersifat terbalikan baik yang
dikendalikan oleh pulvinus maupun oleh perubahan relatif laju tumbuhan di
bagian atas dan bawah suatu organ. Epinasti terjadi bila sel dibagian atas tangkai
ataua helai daun khususnya diurat pokok tumbuh lebih cepat dibandingkan
dengan sel dibagian bawah. Demikian juga sebaliknya untuk gerakan hiponastik
(Salisbury & Cleon Ross, 1995, jilid 3 - hal. 97).
a) Niktinasti
c) Tigmonasti
Gerak nasti akibat sentuhan. Kegunaan respon ini belum dapat dipastikan
namun diduga hal ini dapat mengusir serangga sebelum memakan daun tumbuhan
tersebut. Pelipatan terjadi karena air diangkut keluar dari sel motor pulvinus
(Salisbury & Cleon Ross, 1995, jilid 3 - hal. 100).
2. Gerak Tropisme
a) Fototropisme
Tigmotropisme adalah Kata ini berasal dari bahasa Yunani "thigma" yang
berarti "sentuhan". Contoh dari tigmotropisme adalah pertumbuhan tanaman sulur
seperti anggur dan tanaman yang pertumbuhannya merambat dan memiliki sulur
yang membelit bagian penopangnya. Sulur tanaman akan tumbuh lurus hingga
menyentuh sesuatu. Adanya kontak sulur tersebut merangsang sulur untuk
tumbuh melilit, karena terjadi perbedaan kecepatan pertumbuhan. Hal ini
dikarenakan sel-sel yang terkena sentuhan akan memproduksi auksin sehingga
pertumbuhannya menjadi lebih cepat hingga membengkok dan melilit sumber
sentuhan. Contoh lainnya adalah sentuhan angin kencang pada tebing bukit
membuat pohon-pohon yang tumbuh di sekitarnya memiliki batang yang lebih
pendek dan gemuk apabila dibandingakan dengan pohon yang sama pada daerah
yang terlindungi dari angin kencang. Respon perkembangan tumbuhan terhadap
gangguan mekanis ini biasa disebut tigmomorfogenesis dan umumnya disebabkan
peningkatan produksi etilen. Gas etilen ini merupakan hormon yang dibentuk
sebagai respon terhadap rangsangan sentuhan yang hebat.
b) Gravitropisme
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Kata fisiologi berasal dari bahasa latin yaitu physis yang berarti alam (nature) dan
logos bearti ilmu. Fisiologi tumbuhan dapat diartikan sebagai ilmu tentang alam
tumbuhan. Fisiologi tumbuhan mencari keterangan-keterangan tentang kehidupan
tumbuhan. Fisiologi tumbuhan adalah cabang botani yang mempelajari bekerjanya
sistem kehidupan di dalam tubuh tumbuhan dan tanggapan terhadap pengaruh
lingkungan sekitarnya sehingga tumbuhan tersebut dapat hidup. Organisme yang
menjadi kajian fisiologi tumbuhan adalah organisme dari kerajaan plantae, meliputi
semua jenis tumbuhan, dari tumbuhan tingkat rendah sampai tumbuhan tingkat tinggi.
Objek yang dipelajari dalam fisiologi tumbuihan adalah nutrisi, respirasi pada
tumbuhan, fotosintesis, hormon pada tumbuhan, serta gerak pada tumbuhan. Fisiologi
tumbuhan memiliki manfaat dalam bidang pertanian khususnya untuk meningkatkan
nilai produksi hasil tanaman.
B. SARAN
Semoga makalah ini dapat menjelaskan tentang fisiologi tumbuhan. Makalah ini
masih terdapat banyak kekurangan terutama dalam segi isi, oleh karena itu penulis
sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi melengkapi
kekurangan-kekurangan dalam makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Salisbury, F.B., dan Cleon W. Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid 1. Bandung:
penerbit ITB Bandung
Salisbury, F.B., dan Cleon W. Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid 2. Bandung:
penerbit ITB Bandung
Salisbury, F.B., dan Cleon W. Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid 3. Bandung:
penerbit ITB Bandung
https://id.wikipedia.org/wiki/Tropisme