00:12
09 FEB 2014
Kita akan mengupas beberapa topik tentang kota yang indah ini, di antaranya:
1. Cuplikan sejarah dan geografi Cordoba.
2. Beberapa fenomena peradaban di Cordoba.
3. Dordoba kota metropolitan.
4. Cordoba dalam pandangan ulama dan sastrawan.
1. Cuplikan Sejarah dan Geografi Cordoba
Kota Cordoba terletak di sungai al-Wadi al-Kabir di bagian Selatan Spanyol. Kota
ini didirikan oleh bangsa Cordoba yang tunduk kepada pemerintahan Romawi
dan Visigoth (Bangsa Goth) (Mausah al-Maurid al-Hadits). Kota ini ditaklukkan
oleh panglima Islam yang terkenal, Thariq bin Ziyad, pada tahun 93 H / 711 M.
Sejak saat itu kota Cordoba memulai tatanan hidup baru dan mengukir sejarah
yang sangat penting dalam sejarah peradaban umat manusia. Kecemerlangan
Cordoba sebagai kota peradaban mencapai puncaknya pada tahun 138 H / 759
M, ketika Abdurrahman ad-Dakhil mendirikan daulah Umayyah II di Andalusia
setelah sebelumnya runtuh di Damaskus oleh orang-orang Abbasiyah.
Jembatan Cordoba
Ibnu al-Wardi dan al-Idrisi meberikan kesaksian bahwa jembatan tersebut
melebihi jembatan-jembatan yang lain dari segi kemegahan bangunan dan
kecanggihannya (Kharidah al-Ajaib wa Faridah al-Ghara-ib, Hal. 12).
Jembatan yang menakjubkan tersebut dibangun pada permulaan abad kedua
Hijriyah tahun 101 H, atau sejak 14 abad yang lalu. Jembatan ini dibangun oleh
Gubernur Andalusia, as-Samh bin Malik al-Khaulani di masa kekhalifahan Umar
bin Abdul Aziz. Artinya, jembatan ini dibangun pada saat manusia belum
mengenal sarana transportasi kecuali binatang: keledai, onta, bighal, dan kuda.
Dan ketika itu, sarana-sarana pembangunan belum secanggih saat ini. Hal inilah
yang menjadikan jembatan tersebut salah satu kebanggaan peradaban Islam.
Masjid Cordoba
Salah satu masjid yang paling terkenal dalam sejarah Islam adalah Masjid
Cordoba di Spanyol. Masjid ini dibangun oleh Khalifah Bani Umayyah yang
bernama Abdurrahman III. Masjid ini memiliki seni arsitektur yang tinggi dan
indah. Tinggi menaranya 40 hasta di atas batang-batang kayu berukir dan
ditopang oleh 1293 tiang yang terbuat dari berbagai macam marmer bermotif
papan catur. Di sisi selatan tampak 19 pintu berlapiskan perunggu dengan kreasi
yang sangat menakjubkan. Sementara pintu tengahnya berlapiskan lempenglempeng emas. Panjang Masjid Cordoba dari utara ke selatan mencapai 175 meter
dan lebarnya dari timur ke barat 134 meter. Sedangkan tingginya mencapai 20
meter.
Setiap gerbang di masjid itu terdapat batu-bata merah dan batu putih. Gabungan
unsur batu-batu tersebut mampu mewujudkan konsep jaluran yang
menakjubkan. Konsep jaluran merah-putih itu banyak mempengaruhi seni
arsitektur bangunan di Spanyol. Hiasan dindingnya disemarakkan unsur flora
dan inskripsi dari al-Quran dalam bentuk ukiran kapur, kaca, marmar dan
mozaik emas.
Bangunan masjid ini sangat kokoh dan tahan gempa, bahkan pada gempa keras
yang pernah terjadi tahun 1793 (gempa bumi Lisabon) tidak ada sedikitpun
keretakan yang terjadi. Sedangkan bangunan Kathedral dalam bagian masjid ini
didirikan pada awal abad ke-13 masehi telah mengalami keretakan yang saat ini
masih dapat terlihat.
Selain itu, kemegahan dekorasi pada ruang shalat juga sangat menonjolkan
ruang mihrab. Lubang-lubang hiasan diletakkan pada ruangan kecil berbentuk
segi delapan. Konfigurasi yang menakjubkan pada mihrab tersebut menjadi pusat
perhatian. Kemegahan Masjid Cordoba yang bertahan hingga sekarang menjadi
saksi masa keemasan Islam di benua Eropa..
Keagungan masjid ini mencerminkan kemakmuran dan kesejahteraan Negara
tersebut. Cordoba pada saat itu menjadi pusat perdagangan, ilmu pengetahuan,
dan ibu kota kekhalifahan Bani Umayyah. Saat itu, terdapat 170 wanita yang
berprofesi sebagai penulis kitab suci al-Quran dengan huruf Kufi yang indah.
Anak-anak fakir miskin pun bisa belajar secara gratis di sekolah yang disediakan
Khalifah. Aktivitas di masjid begitu semarak. Tak heran, jika pada malam hari,
masjid itu diterangi 4.700 buah lampu yang menghabiskan 11 ton minyak
pertahun
Setiap tahun perpustakaan Masjid Cordoba dikunjungi oleh lebih dari 400.000
orang. Jumlah ini sangat jauh berbeda dengan kunjungan orang-orang di
perpustakaan-perpustakaan Eropa yang hanya mencapai 1000 orang
pertahunnya. Perpustakaan Masjid Cordoba tidak hanya dikunjungi oleh muslim,
tetapi juga non-muslim. Salah satu alumninya adalah pemimpin tertinggi agama
Katolik, Paus Sylvester II. Selepas belajar matematika di Spanyol, dia kemudian
mendirikan sekolah katedral dan mengajarkan aritmatika dan geometri kepada
para muridnya. Masjid Cordoba telah menghasilkan ulama dan ilmuwan-ilmuwan
besar yang dikenang sepanjang masa. Beberapa di antaranya:
Ibnu Rusyd: ahli fikih penulis kitab Bidayatul Mujtahid dan juga filosof dan
dokter ternama.
Ibnu Hazm: ahli fikih penulis kitab al-Muhalla, sastrawan, dan juga pakar
studi perbandingan agama.
Al-Qurthubi: ahli tafsir penulis kitab Tafsir al-Qurthubi.
Ibnu Bajjah: ahli matematika ternama.
Al-Ghafiqi: ahli botani ternama.
Ibnu Thufayl: ahli kedokteran dan filosof ternama.
Al-Idrisi: seorang kartografer dan geographer ternama.
Ibnu Farnas: peletak dasar penciptaan pesawat terbang.
Al-Zahrawi: ahli bedah yang telah menciptakan alat-alat bedah.
Ibnu Zuhr: dokter ahli jantung ternama.
Namun sayang, sejak ditaklukkan oleh Raja Leon Alfonso VII yang Kristen, masjid
ini dirubah fungsinya menjadi sebuah gereja. Pada awal abad ke-13, kekhalifahan
Bani Umayyah tidak dapat mengatasi serbuan bangsa Eropa yang datang dari
Utara maka Cordoba ditaklukkan, termasuk masjid ini ikut diduduki. Kemudian
beberapa tiang dihancurkan dan di dalam bangunan masjid didirikan kathedral
yang diberi nama Cathedral Mezquita (Katedral Masjid). Pada beberapa dinding
masjid saat ini terlihat lambang-lambang non muslim. Sampai saat ini masih
berdentang lonceng gereja tiap beberapa menit sekali.
Mengabaikan janji mereka untuk toleran terhadap keyakinan kaum Muslim,
bangsa Spanyol yang Kristen ikut serta dalam gelombang pemaksaan, pengusiran
dan pembunuhan. Masjid-masjid dihancurkan, sebaliknya gereja-gereja
dibangun.
Kenangan pada masa berdarah dan perang yang selama ratusan tahun melanda
seluruh Spanyol masih hidup dalam ingatan kebanyakan orang-orang Kristen.
Bahkan hari ini di bukit-bukit sekitar Granada, mereka masih menggunakan doa
pembaptisan lama, Inilah anakmu: kau berikan seorang Moor (muslim) padaku,
Aku kembalikan dia menjadi seorang Kristen.
Keruntuhan Cordoba itu tidak saja diratapi oleh Umat Islam, tetapi juga seorang
penulis Kristen Stanley Lane Poole dalam bukunya The Mohammadan Dynasties
mengaku betapa mundurnya peradaban Spanyol setelah runtuhnya kerajaan
Islam Cordoba.
(Abu Farras Mujahid, Bandung. Madza Qaddamal Muslimuna lil Alam Ishamatu
al-Muslimin fi al-Hadharah al-Insaniyah oleh Raghib as-Sirjani,
kisahmuslimcom.berbagai sumber)
Ibnu al-Wardi mengatakan, Keistimewaan kota ini lebih hebat dari kalimatkalimat orang yang menjelaskannya. (Kharidah al-Ajaib wa Faridhah alGhara-ib, Hal. 12).
Seorang saudagar dari Mosul, Irak, datang ke Cordoba tahun 350 H / 961 M, ia
menggambarkan kota ini dengan perkataannya, Kota di Andalusia yang paling
besar adalah Cordoba. Di kawasan Barat tidak ada kota yang serupa dengannya
dilihat dari sisi banyaknya penduduk dan luas daerahnya. Dikatakan bahwa
Cordoba mirip dengan salah satu sisi Kota Baghdad atau bahkan mirip dengan
Baghdad secara keseluruhan (Baghdad kota yang maju kala itu dan merupakan
ibu kota Abbasiyah pen.). Kota Cordoba dibentengi dengan pagar tembok, dan
terdapat dua pintu yang mengarah ke al-Wadi di ar-Rashafah yaitu tempat tinggal
penduduk di dataran tinggi yang bersambung ke tempat tumbuh-tumbuhan lebat
di dataran rendah.
Bangunan-bangunan yang padat mengelilinginya, sedangkan kota ini sendiri
mengarah ke lembahnya. Di bagian atas lembah terdapat tempat yang sangat
ramai dengan pasar dan aktivitas ekonomi lainnya. Adapun tempat tinggal
masyarakat umum berada di daerah yang ditanami banyak pepohonan. Secara
umum penduduk kota ini adalah orang-orang kaya dari kalangan pengusaha
(Mujam al-Buldan, 4:324).
Penduduk Cordoba terkenal sebagai orang-orang mulia, para ulama, dan orangorang yang memiliki jabatan tinggi. Al-Idrisi mengatakan, Cordoba tidak sepi dari
tokoh-tokoh ulama, para pemimpin, dan pedagang-pedagang yang kaya raya.
Mereka memiliki banyak harta, kendaraan-kendaraan yang bagus, dan cita-cita
yang tinggi. (Nuzhah al-Musytaq fi ikhtiraq al-Afaq, 2:752).
Al-Himyari mengatakan, Cordoba merupakan pusatnya Andalusia, ibu kota, dan
tempat istana kekhalifahan Bani Umayyah II. Jejak-jejak mereka di sana tampak
jelas, keutamaan-keutamaan Cordoba dan khalifahnya lebih banyak disebut
(karena sedikit cacatnya pen.). Mereka adalah tokoh-tokoh dunia dan orang-orang
terpandang. Mereka terkenal dengan madzhab yang benar, tingkah laku yang
baik, identitas yang bagus, cita-cita yang tinggi, dan akhlak yang terpuji. Di sana
terdapat ulama-ulama yang ternama dan para pemimpin yang mulia (ar-Raudh alMithar fi Khabar al-Aqthar, Hal. 456).
Yaqut mengatakan, Cordoba adalah kota besar di Andalusia yang letaknya ada di
tengah-tengah. Ia seperti ranjang bagi Andalusia. Di sanalah tempat raja-raja
Bani Umayyah tinggal, tempat bermukimnya orang-orang mulia, dan juga
melahirkan orang-orang terpandang Andalusia (Mujam al-Buldan, 4:324).
Abu al-Hasan al-Bassam bercerita tentang Kota Cordoba. Ia mengatakan,
Cordoba merupakan akhir dari segala tujuan, markas
Alcazar
negara, ibu kota, tempat orang-orang penting dan bertakwa, negeri orang-orang
berilmu lagi pandai, jantung kawasan Andalusia, sumber yang memancarkan
ilmu-ilmu, kubah Islam, tempat para imam, negeri yang dituju oleh orang-orang
pintar dan para pelajar, dan lautan mutiara sumber inspirasi. Dari ufuknya
muncul bintang-bintang dunia, tokoh-tokoh zaman, dan para sastrawan. Alasan
mereka diutamakan daripada selainnya baik dulu maupun sekarang adalah
karena Kota Cordoba merupakan tempat para peneliti dan ilmuwan segala bidang
dan para sastrawan.
Secara umum, kebanyakan penduduk negeri ini, adalah orang-orang Arab
terhormat dari kawasan Timur yang menaklukkannya. Keturunan mereka
menetap di sana dan mewarisi tardisi-tardisi pendahulu mereka. Sehingga tidak
ada satu daerah pun di kota ini sepi dari penulis yang mahir dan penyair ulung
(adz-Dzakirah fi Mahasin Ahl al-Jazirah, 1:33).
Ibnu al-Wardi menerangkan tentang Kota Cordoba dan penduduknya dalam kitab
Kharidah al-Ajaib. ia mengatakan, Penduduknya merupakan tokoh-tokoh
terpandang di dunia dan orang-orang yang terdepan dalam hal baiknya makanan,
pakaian, kendaraan (makmur pen.), dan cita-cita yang tinggi. Di sana terdapat
figur-figur ulama, para pemimpin yang hebat, pasukan yang kuat, dan ahli
strategi perang. Kemudian setelah menjelaskan masjid dan jembatannya, ia
mengatakan, Keistimewaan kota ini lebih hebat dari kalimat-kalimat orang yang
menjelaskannya. (Kharidah al-Ajaib wa Faridhah al-Ghara-ib, Hal. 12).
Itulah salah satu kota peradaban Islam yang telah berperan besar dalam
memajukan perjalanan manusia dan memutar rodanya untuk terus melaju ke
depan. Sebenarnya Kota Cordoba bukanlah satu-satunya yang berperan seperti
itu. Jika kita berbicara tentang Baghdad, Damaskus, Kairo, Bashrah, dan kotakota Islam lainnya, maka kita akan menemukan hal yang sama menakjubkannya
atau mungkin lebih menakjubkan lagi.
Dari penjelasan tentang Kota Cordoba, mulai dari bangunan hingga tatanan
masyarakatnya ini, mudah-mudahan tergambar bagi para pembaca bagaimana
besarnya peradaban Islam, pembangunan fisik yang megah, kehidupan yang
modern, namun tetap dibingkai dalam akhlak-akhlak terpuji dan nilai-nilai
agama yang luhur. Inilah kemodernan yang terjadi pada umat Islam, kemodernan
yang diimbangi dengan tingginya moral dan matangnya spiritual.
Sumber: Madza Qaddamal Muslimuna lil Alam Ishamatu al-Muslimin fi al-Hadharah al-Insaniyah oleh
Raghib as-Sirjani