Anda di halaman 1dari 7

Sejarah Kota Suci Madinah

Sejarah Kota Suci Madinah Al Munawarah – Merupakan kota suci kedua bagi umat
Islam. Disanalah terletak Masjid Nabawi yang didirikan pada tahun 622 atau tahun pertama
hijriah, setelah Nabi Muhammad SAW hijrah dari Makkah ke Madinah. Dulu kota ini
bernama Yatsrib. Setelah Nabi Muhammad SAW hijrah ke kota ini, Yatsrib dikenal dengan
nama “Madinatur Rasul”. Kemudian, orang menyebut kota ini dengan sebutan “Al-
Madinah”. Sejarah Kota Suci Madinah

Sejarah Kota Suci Madinah

Ketika Nabi Muhammad SAW masuk ke kota suci Madinah, kaum Anshar mengelu-elukan
beliau serta menawarkan rumah untuk beliau beristirahat. Namun Nabi Muhammad SAW
menjawab dengan sangat bijaksana, yaitu untuk membiarkan unta miliknya berjalan, karena
beliau di perintahkan oleh Allah SWT.

Sebagaimana Nabi Muhammad Saw Bersabda :

َ‫ت ال َْم ِدينَة‬


ُ ‫يم َح َّر َم َم َّكةَ َوإِنِّي َح َّر ْم‬ ِ ِ ِ
َ ‫إ َّن إ ْب َراه‬

“Sesungguhnya Nabi Ibrâhîm menjadikan kota Mekah sebagai kota haram, dan
sesungguhnya aku menjadikan Madinah sebagai kota yang haram juga”. [HR. Muslim]

Diantara Keutamaan lainnya adalah Nabi Muhammad Saw menjelaskan betapa agung nya
kota suci Madinah dan betapa bahayanya jika membuat kebid’ahan di kota suci Madinah.
Menyebutkan hal ini ketika menjelaskan keharaman kota Madinah, Beliau Nabi Muhammad
Saw bersabda:

‫ َف َعلَْي ِه لَ ْعنَةُ اللَّ ِه‬،‫آوى ُم ْح ِدثًا‬ ِ َ ‫ فَمن أَح َد‬،‫الْم ِدينَةُ حرم ما بين َعي ٍر إِلَى َثو ٍر‬
َ ‫ أ َْو‬،‫ث ف َيها َح َدثًا‬ ْ َْ ْ ْ َ َْ َ ٌ َ َ َ
ِ ِ ِ ِ ‫َّاس أ‬ ِ
َ ‫ اَل َي ْقبَ ُل اللَّهُ م ْنهُ َي ْو َم الْقيَ َامة‬،‫ين‬
‫ص ْرفًا َوال َع ْدال‬ ْ ِ ‫َوال َْمالئِ َكة َوالن‬
َ ‫َج َمع‬
(Wilayah) haram kota Madinah yaitu wilayah yang terletak antara wilayah ‘Airin dan Tsaur.
Barang siapa yang membuat perkara baru (kebid’ahan) atau melindungi pelaku kebi’ahan
maka dia akan mendapat kan laknat dari Allâh SWT, Malaikat dan seluruh manusia. Allâh
Azza wa Jalla tidak akan menerima darinya ash-sharf dan ‘adl [HR. Al- Bukhâri dan
Muslim]

Nabi Muhammad Saw kemudian tinggal beberapa bulan di rumah Abu Ayub Al Anshari.
Beliau mendirikan masjid (Nabawi) di atas sebidang tanah yang sebagian milik As’ad bin
Zurrah, sebagian milik kedua anak yatim (Sahal dan Suhai), dan sebagian lagi tanah kuburan
Musyrikin yang telah rusak. Tanah kepunyaan kedua anak yatim tadi di beli dengan harga 10
dinar yang di bayar oleh Abu Bakar RA, sedangkan tanah kuburan dan milik As’ad bin
Zurrah di serahkan sebagai wakaf. Nabi Muhammad SAW meletakan batu pertama pendirian
masjid, dan di ikuti oleh sahabat-sahabat Nabi yaitu Abu Bakar, Umar, Utsmand dan Ali.
Kemudian pengerjaan masjid di lakukan bersama-sama sampai selesai.

Saat selesai dibangun, kondisi masjid masih sangat sederhana tanpa hiasan, tanpa tikar dan
untuk penerangan di malam hari di gunakan pelepah kurma kering yang di bakar. Pagar nya
dari batu tanah, tiang-tiang nya dari batang kurma dan atap nya pelepah daun kurma. Waktu
itu Baitul Maqdis di Yerussalem menjadi kiblat karena perintah menghadap Ka’bah belum
turun. Di sisi masjid di bangun tempat kediaman Nabi Muhammad SAW dan keluarga nya
yang kemudian menjadi tempat pemakaman Rasulullah Saw, keluarga dan para sahabat nya.

Khusus untuk makam Nabi Muhammad SAW, Abu Bakar dan Umar Ibn Khotob RA berada
di dalam area Mesjid Nabawi dan yang lain nya terkonsentrasi di pemakaman Baqi’ Gharqod
yang berada di sebelah timur area Masjid Nabawi. Adapun para syuhada yang wafat pada
perang Uhud banyak di makam kan di bawah Jabah Uhud, yang salah satu di antara nya
adalah Hamzah, paman Nabi Muhammad SAW.

Dalam perkembangannya, Masjid Nabawi yang apabila sholat sekali di dalamnya maka
nilainya seribu kali sholat. Masjid Nabawi ini juga mengalami beberapa kali perombakan.
Perubahan pertama adalah membangun mihrab setelah memindahan arah kiblat dari Baitul
Maqdis ke Masjidil Haram di Makkah tahun 2 H setelah Nabi Muhammad Saw menerima
perintah memindahkan arah kiblat. Setelah itu, dilakukan beberapa kali perluasan masjid
untuk dapat menampung jamaah yang semakin bertambah besar.
Sebelum ketadangan Nabi Muhammad SAW beserta sahabatnya, masyarakat Madinah terdiri
dari beberapa suku besar yaitu Bani Aus dan Khazraj serta tiga suku Yahudi, yaitu Bani
Qoinuqo’, Bani Quraidhah dan Bani Nadhir. Wilayah Madinah yang dikelilingi oleh
gunung dan beriklim gurun tapi kaya dengan air, karena banyak lembah tempat
berkumpulnya air dari dataran yang lebih tinggi.

\Sejarah Kota Suci Madinah

Setelah kedatangan Nabi Muhammad SAW, kota suci Madinah berkembang pesat, terutama
di bidang ekomoni dan sosial budaya. Untuk mejaga kerukunan warga dan untuk
mengakomodasi kepentingan masyarakat yang ada di Madinah termasuk kaum Yahudi, di
buatlah Piagam Madinah yang mengatur hak dan kewajiban anggota masyarakat. Rasulullah
SAW menjadi pemimpin negara dan pemerintahkan dan menyebarkan ajaran Islam ke
suluruh penjuru jazirah Arab.

Setelah Nabi Muhammad SAW wafat, Madinah tetap melanjutkan risalah keimanan dan
pengetahuannya. Kota ini menjadi pemerintah Khulafaa’ur Rasyidin, dan ibukota negara
Islam yang berkembang. Madinah tetap menjaga persatuannya dengan memerangi orang-
orang murtad, mengirimkan pendakwah dan pasukan penakluk ke seluruh penjuru, tetap
mengapplikasikan warisan Rasulullah dalam kehidupan masyarakat.

Ketika kekhalifahan berpindah ke tangan Bani Umayyah di Damaskus pada tahun 40 H, kota
Madinah terbebas dari beban politik, para penduduknya focus pada rutinitas harian dan
kajian-kajian keilmuan di Mesjid Nabawi. Bangkit pula gerakan pengumpulan Hadits dan
sejarah Islam dan muncul para ahli fiqih yang kompeten. Kota Madinah menjadi luas,
bangunan-bangunan menyebar, rumah-rumah di sekitar lembah Aqiq bertambah ramai,
bendungan-bendungan dibangun di atas lembah, di bangun area pertanian yang luas, juga
bendungan air pertama yang mengatur sirkulasi air melalui saluran bawah tanah dari sumur-
sumur daerah Quba’ menuju Masjid Nabawi dan daerah sekitar nya, yang mengairi kebun-
kebun. Rakyat Madinah memberinya nama “mata air biru”. Masjid Nabawi direnovasi,
dilakukan perluasan yang besar dengan teknologi dekorasi yang tinggi.

Saat kekhalifahan berpindah ke tangan Abbasiyah pada tahun 132 H, penduduk Madinah
membai’at mereka, dan kehidupan pada masa itu berlangsung aman dalam kurun waktu lama
sampa akhir abad ke-2 Hijriah. Terkecuali ketika terjadi dua peristiwa besar, yaitu
pembunuhan beberapa orang dari bani Umayyah oleh bani Abbasiyah. Peristiwa lainnya
adalah pemberontakan Muhammaz An-Nafsuz Zakiyyah terhadap khalifah Al-Manshur pada
tahun 145 H. Beliau di kepung dan di bunuh bersama beberapa pembela nya oleh pasukan
Abbasiyah yang menyerbu kota Madinah. Dan setelah itu, Madinah kembali pada jalur nya
dalam keilmuan dan ekonomi, dan kemudian muncullah Imam Malik yang kajian nya di tuju
oleh para penuntut ilmu dari berbagai negara Islam.

Pada dekade kedua abad ke-3 Hijriah, kota Madinah menjadi tujuan umat muslim untuk
berziarah ke Mesjid Nabawi dan bertemu dengan para ulama besar dunia Islam. Mereka
saling bertemu di mesjid ini dan bertukar bacaan qira’at dan ijazah. Sebagian lagi berdiam
untuk beberapa waktu untuk menyerap pelajaran-pelajaran agama.

Baca juga artikel lainnya:

 Menjelajahi Dunia Bersama Rabbanitour – Sejarah Kota Mesir Kuno


 Kisah Gunung Yang di Cintai Rasulullah (Jabal Uhud)

Kota suci Madinah di kelilingi pagar yang dibangun pada tahun 263 H. Pagar tersebut
menjaga penduduk nya lebih dari dua abad. Para pembesar Abbasiyah dan Fathimiyyah
berlomba-lomba untuk menarik hati penduduk Madinah dan berceramah di hadapan mereka
di atas mimbar Masjid Nabawi, juga mengirimkan uang hadiah. Tak lama, bangunan-
bangunan berdiri dan melewati pagar dari dua sisi, selatan dan barat. Mereka lalu membuat
pagar ketiga dan meluaskan bangunan dengan sumbangan dana dari Sultan Nuruddin Zanki.
Setelah itu, Shalahuddin Al-Ayyubi beserta anak-anak nya menjaga loyalitas penduduk
Madinah terhadap pemerintahan Abbasiyah. Lalu keluarga Husainiyyah dari keluarga Al-
Muhanna memerintah dan berpindahlah loyalitas mereka kepada pemerintah Mamalik di
Mesir setelah tumbang nya pemerintahan Abbasiyah. Saat itu kota Madinnah menikmati
otonomi daerah nya.

Pada zaman dinasiti Mamalik, gerakan keilmuan di kota Madinah semaki berkembang. Para
ulama, sastrawan, dan sejarawan memperkaya pustaka Arab dengan karya-karya yang
monumental, khusus nya tentang sejarah kota Madinah dan tempat-tempat bersejarah di
dalamnya. Era itu merupakan era terkaya Madinah. Sebelum runtuh nya dinasti Mamalik,
pemerintak kota Madinah di gabung ke dalam peperintahan Makkah, maka melemah lah
kekuasaan Husainiyah, mereka di jadikan wakil dalam menjalankan pemeritahan mereka
yang ikut kepada saudara sepupu mereka yang memerintah kota Makkah.

Saat kaisar Utsmaniyyah yang pertama bernama Salim berkuasa di Mesir, pemerintah kota
Maakah mengirimkan kepadanya seorang utusan yang membawa kunci dua tanah suci,
sebagai tanda tunduknya mereka pada kekuasaaan Utsmaniyyah. Itulah awal mula kota Hijjaz
dengan dua kota sucinya masuk di dalam kekuasaan Utsmaniyyah.

Kekaisan Utsmaniyyah sangat memperhatikan kota Madinah dan mengirimkan dana yang
besar. Mereka merenovasi pagarnya serta membangun benteng yang kokoh sebagai
pengaman militer. Mereka juga mengatur sistem pemerintahannya dan tetap menjadikan
pemerintaan kota Madinah bergabung dengan pemerintahan Makkah seperti sebelumnya.
Kemudian secara bertahap kota Madinah diberi kebebasan. Pekerjaan militer ditentukan
langsung dari ibukota kekaisaran, dan Syekh Masjid Nabawi menjadi sosok yang mempunyai
kedudukan tertinggi secara administratif.

Sejarah Kota
Suci Madinah

Orang-orang yang hijrah ke kota Madinah semakin banyak. Mereka datang dari berbagai
negara Islam, baik perorangan maupun keluarga. Masyarakat Madinah menjadi masyarakat
yang heterogen, perpaduan antara masyarakat Islam Eropa, Asia dan Afrika, khususnya pada
abad terakhir dari dinasti Utsmaniyyah yang memerintah lebih dari 4 abad. Kota Madinah
mencetak keseluruhan masyarakatnya dengan karakter agama dan kemasyarakatan. Ikatan
kekeluagaan meluas antar suku dan negara untuk menambah keakraban dan keharmonisan
antar masyarakat. Beberapa sekolah dan perpustakaan dibangun dan diwakafkan pleh para
tokoh-tokoh terpandang dan para orang kaya.

Pada perempat awal abad ke-14 H, kota Madinah mengalami pertumbuhan dan kemakmuran
yang besar. Kabel telegraf dan rel kereta api sudah memasuki Madinah atas prakarsa Sultan
Abdul Hamid ke-2 yang berusaha keras untuk membangunnya demi kemudahan kaum
muslimin menjalankan kewajiban ibadah haji, sekaligus agar menjadi jalur penghubung antar
wilayah dalam negeri. Jumlah penduduk Madinah bertambah banyak hingga lebih dari tiga
kali lipat, dan perdagangan pun semakin berkembang.

Saat terjadi Perang Dunia I, posisi sulit Dinasti Utsmaniah yang saat itu dikuasai oleh
“Kelompok Persatun dan Kemajuan” mengakibatkan kota Madinah menderita kerugian yang
besar. Pemimpin kota Makkah saat itu, Syarif Husain dan anak-anaknya memimpin revolusi
besar melawan kekaisaran Utsmaniyyah dan berusaha menjatuhkan kekhalifahan. Dunia
Islam terpecah belah diantara mereka, dan pemimpin Utsmaniyyah yang bernama Fakhri
Pasha mengorbankan jiwa  raganya dalam membela kota Madinah yang kala itu dikepung
oleh tentara Syarif Hussain. Beliau menganjurkan penduduk Madinah untuk hijrah keluar
kota teresebut untuk menyudahi pertempuran yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Kemudian Fakhri Pasha menyuruh mereka yang belum keluar dari kota Madinah
meningggalkan kota tersebut, hingga hanya sedikit yang tersisa dari penduduk Madinah,
yaitu beberapa kekuarga saja. Pada awalnya, penduduk Madinah rela menghadapi kondisi
seperti ini. Tapi ketika beban peperangan semakin berat, orang-orang yang berhijrah dari
Madinah megalami hal-hal yang pahit; sebagian lain mengeluhkan kenaikan harga, kelaparan,
dan pengepungan. Perlawanan Fakhri Pasha berlanjut sampai setelah jatuhnya ibukota
kekhalifahan di tangan para sekutu, dan datangnya perintah dari mereka untuk menyerah.
Sebagian pengikur berbalik melawannya dan menyerahkan kota Madinah kepada
kekhalifahan Hasyimiyyah  pada tahun 1337 H.

Masyarakat Madinah mengirim surat kepada Raja Abdil Aziz yang saat itu berupaya
mempersatu kan negara. Raja Abdul Aziz kemudian mengirim kan putra nya yang bernama
Muhammad. Ia mengambil alih pemerintahan kota Madinah pada tahun 1344 H, lalu
mewakili ayah nya dalam pengambilan bai’at (sumpah setia) dari penduduk Madinah. Sejak
itulah era baru kehidupan kota Madinah yang suci dimulai. Kota tersebut masuk di dalam
kawasan kerajaan Arab Saudi, dan menjadi salah satu dari wilayah pemerintahan yang
terpenting.

Begitulah sejarah Kota Suci Madinah yang bisa bisa dijelaskan secara singkat. Sejarah
Kota Suci Madinah akan lebih terasa lagi jika anda langsung menjelajahinya. Menjelajahi
bersama Rabbanitour di Paket Umroh Reguler maupun Paket Umroh Plus

Anda mungkin juga menyukai