Anda di halaman 1dari 23

MENGENAL KOTA MADINAH, MASJID NABAWI, MASJID

QUBA DAN JABAL UHUD

Disusun Oleh:
1. Eri Nur Azizah (1930504041)
2. Ayu Andira (1930504051)
3. Muhammad Joko Susilo (1930504032)

DOSEN PENGAMPU :

Pathur Rahman, M.Ag

PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAKWAH


FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI RADEN FATAH
PALEMBANG
TAHUN AJARAN 2022
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah yang senantiasa menganugerahkan


nikmat serta rahman dan rahim-Nya kepada kita, sehingga kita bisa melangsungkan
segala aktifitas hingga saat ini. Shalawat dan salam kita haturkan kepada Rosul kita
nabi besar Muhammad Shalallahu ‘Alaihi Wasallam, yang telah membawa kita dari
zaman jahiliyah menuju zaman yang terang benderang saat ini, sekaligus sebagai
uswatun hasanah bagi umatnya di seluruh alam.
Makalah ini membahas tentang “Kota Madinah, Masjid Nabawi, Masjid
Quba dan Jabal Uhud”. Beberapa hambatan dan kesulitan saya hadapi dalam proses
pembuatan makalah ini, namun saya sadari bahwa semua itu adalah rintangan yang
harus dihadapi demi hasil yang baik. Untuk itu saya berterima kasih kepada segenap
pihak yang telah membantu dalam proses penyelesaian makalah. Begitu pula
dengan dukungan dan motivasinya yang diberikan kepada saya. Saya berharap
makalah ini bermanfaat bagi para pembaca, dan bisa membantu saat dibutuhkan
sebagai pendukung mata kuliah Manasik Haji dan Umroh.

Palembang, 03 Juni 2022


penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................. ii

DAFTAR ISI ................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN

Latar Belakang ............................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN

A. Kota Madinah ......................................................................................... 2

B. Masjid Nabawi ..................................................................................... 10

C. Masjid Quba ......................................................................................... 13

D. Jabal Uhud ............................................................................................ 15

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan .......................................................................................... 19

B. Saran ..................................................................................................... 19

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 20

iii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Terbentuknya kota Madinah, akibat dari perkembangan penganut Islam
yang menjelma menjadi kelompok sosial dan memiliki kekuatan politik riil pada
pasca periode Mekkah dibawah pimpinan Nabi. Setelah di Madinah, posisi Nabi
dan umatnya mengalami perubahan besar. Di kota itu, mereka memiliki
kedudukan yang baik dan menjadi kuat sehingga bisa berdiri sendiri.

Kota Madinah merupakan kisah tentang keberhasilan nabi dalam


membangun tatanan sosial masyarakat yang adil, damai dan berkeadaban.
Keberhasilan tersebut merupakan kebaanggan dan sumber inspirasi bagi umat
Islam dari dulu hingga sekarang. Madinah merupakan simbol kemenangan yang
dapat membengkitkan gairah solidaritas dan kebanggaan di kalangan Muslim.

Madinah Almunawwaroh merupakan kota yang sangat bersejarah dalam


perkembangan agama Islam dan salah satu dari dua kota suci bagi umat Islam.
Madinah juga merupakan kota tempat Nabi Muhammad Saw memimpin dan
membentuk masyarakat Islam yang sesungguhnya, di kota Madinah banyak sekali
tempat-tempat bersejarah yang sering dikunjungi oleh kaum Muslimin dunia,
seperti Masjid Nabawai, Masjid Quba dan Jabal Uhud. berziarah ke tempat-
tempat tersebut bertujuan untuk menambah wawasan kaum muslimin tentang
perjuangan Rasulullah Saw dalam menyebarkan agama Islam di kota Madinah.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana profil dan sejarah kota Madinah?
2. Bagaimana profil Masjid Nabawi?
3. Bagaimana profil Masjid Quba dan Jabal Uhud?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui profil dan sejarah kota Madinah
2. Untuk mengetahui profil Masjid Nabawi
3. Untuk mengetahui profil Majid Quba dan Jabal Uhud

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kota Madinah
1. Profil Kota Madinah
Madinah atau Madinah Al-Munawwarah: ‫ مدينة لمناورة‬atau ‫المدينه‬, Kata Arab
al-Madīnah (‫ )المدينة‬secara umum berarti "kota". Sebelum kedatangan Islam, kota ini
dikenal dengan nama Yathrib. Dahulu kota ini bernama Yastrib karena sebelum
masa Islam masuk kota Yathrib diduduki oleh penduduk Yahudi, lalu ketika Nabi
Muhammad Saw datang dan menyebarkan agama Islam di kota ini, nama kota
Diubah menjadi Al-Madinah Al-Rasul Atau Madinah AL-Munawwarah yang
berarti kota yang bersinar atau kota yang bercahaya.1
Madinah merupakan kota paling suci yang ada di Arab Saudi setelah kota
Makkah. letak Kota Madinah ini berada di barat laut Semenanjung Arab atau
sebelah utara dari kota Makkah berjarak sekitar 453 km dari Mekkah dan sekitar
275 km dari garis pantai Laut Merah. Tempat ini menjadi tempat yang paling
strategis di wilayah Hejaz, luas wilayah Kota Madinah sendiri sekitar 587,9 Km2,
dengan batas utara adalah Jabal 'Ayr dan sebelah selatan adalah Jabal Tsur. Kota
Madinah terletak di antara dua dataran Harrah.
Harrah biasanya mengacu pada bebatuan hitam yang melapisi topografi
permukaan kasar yang berbukit dan bukan berbentuk pegunungan dimana di
sebelah Timur bernama "Harrah wa Aqim" dan di seblah Barat bernama "Harrah
wa Barrah". Permukaan kota Madinah rata dan dikelilingi bukit-bukit dengan tinggi
daratan sekitar 600 meter dari permukaan air laut.
2. Sejarah Kota Madinah
Pada masa sebelum Islam berkembang, Kota Madinah dulunya bernama
Yastrib yang berpenduduk dari dua etnis Arab yakni etnis Yahudi yang terdiri dari
Bani Qainuqa', Bani Nadhir dan Bani Quraizhah yang pernah tinggal di bagian
selatan dan tenggara. Etnis Arab terdiri dari dua suku, Khazraj dan Aus. Dahulu

1
Usman Nomay, “Kota Madinah Dan Risalah Kenabian Muhammad Saw”, Al-Tadabbur
: Jurnal Kajian Sosial, Peradaban dan Agama, Vol.2 No.1 (2016).

2
suku Khazraj tiga kali lebih banyak dari suku Aus dan hidup di wilayah pusat kota
Madinah. Kota Madinah bernama Yatsrib dikenal sebagai pusat perdagangan.
Dakwah Rasulullah Saw di Madinah berlangsung selama 10 tahun dari
tanggal 12 Rabiul Awal tahun pertama Hijrah sampai wafatnya Rasulullah Saw
yakni tanggal 13 Rabiul Awal ke 11 Hijrah. Berikut kisah singkat sejarah serta
perkembangan kota Madinah setelah kedatangan Nabi Muhammad Saw yang hijrah
dari kota Makkah.
Ketika Rasulullah Saw masuk kota Madinah, kaum Anshar mengelu-elukan
beliau serta menawarkan rumah untuk beliau beristirahat. Namun Rasulullah Saw
menjawab dengan bijaksana, yaitu untuk membiarkan unta miliknya berjalan,
karena beliau diperintahkan oleh Allah Swt. Rasulullah kemudian tinggal beberapa
bulan di rumah Abu Ayub Al Anshari. Beliau mendirikan masjid (Nabawi) di atas
sebidang tanah yang sebagian milik As’ad bin Zurrah, sebagian milik kedua anak
yatim (Sahal dan Suhai), dan sebagian lagi tanah kuburan Musyrikin yang telah
rusak. Tanah kepunyaan kedua anak yatim tadi dibeli dengan harga sepuluh dinar
yang dibayar oleh Abu Bakar Ra, sedangkan tanah kuburan dan milik As’ad bin
Zurrah diserahkan sebagai wakaf. Rasulullah Saw meletakan batu pertama
pendirian masjid, diikuti oleh sahabat-sahabat Nabi yaitu Abu Bakar, Umar,
Utsmand dan Ali. Kemudian pengerjaan masjid dilakukan bersama-sama sampai
selesai.
Saat selesai dibangun, kondisi masjid masih sangat sederhana tanpa hiasan,
tanpa tikar dan untuk penerangan di malam hari digunakan pelepah kurma kering
yang dibakar. Pagarnya dari batu tanah, tiang-tiangnya dari batang kurma dan
atapnya pelepah daun kurma. Waktu itu Baitul Maqdis di Yerussalem menjadi
kiblat karena perintah menghadap Ka’bah belum turun. Di sisi masjid dibangun
tempat kediaman Rasulullah Saw dan keluarganya yang kemudian menjadi tempat
pemakaman Rasulullah, keluarga dan para sahabat. Khusus untuk makam
Rasulullah Saw, Abu Bakar dan Umar Ibn Khotob Ra, berada di dalam area Mesjid
Nabawi dan yang lainnya terkonsentrasi di pemakaman Baqi’ Gharqod yang berada
di sebelah timur area Masjid Nabawi. Adapun para syuhada yang wafat pada perang

3
Uhud banyak dimakamkan di bawah Jabah Uhud, yang salah satu diantaranya
adalah Hamzah, paman Rasulullah Saw.2
Dalam perkembangannya, Masjid Nabawi yang apabila sholat sekali di
dalamnya maka nilainya seribu kali sholat, mengalami beberapa kali perombakan.
Perubahan pertama adalah membangun mihrab setelah memindahan arah kiblat dari
Baitul Maqdis ke Masjidil Haram di Makkah tahun 2 H setelah Rasulullah
menerima perintah memindahkan arah kiblat. Setelah itu, dilakukan beberapa kali
perluasan masjid untuk dapat menampung jamaah yang semakin bertambah besar.
Setelah kedatangan Rasulullah Saw, Madinah berkembang pesat, terutama di
bidang ekomoni dan sosial budaya. Untuk mejaga kerukunan warga dan untuk
mengakomodasi kepentingan masyarakat yang ada di Madinah termasuk kaum
Yahudi, dibuatlah Piagam Madinah yang mengatur hak dan kewajiban anggota
masyarakat. Rasulullah Saw menjadi pemimpin negara dan pemerintahhan dan
menyebarkan ajaran Islam ke suluruh penjuru jazirah Arab.
Setelah Rasullullah Saw wafat, Madinah tetap melanjutkan risalah
keimanan dan pengetahuannya. Kota ini menjadi pemerintah Khulafaa’ur Rasyidin,
dan ibukota negara Islam yang berkembang. Madinah tetap menjaga persatuannya
dengan memerangi orang-orang murtad, mengirimkan pendakwah dan pasukan
penakluk ke seluruh penjuru, tetap mengaplikasikan warisan Rasulullah Saw dalam
kehidupan masyarakat. Ketika kekhalifahan berpindah ke tangan Bani Umayyah di
Damaskus pada tahun 40 H, kota Madinah terbebas dari beban politik, para
penduduknya fokus pada rutinitas harian dan kajian-kajian keilmuan di Mesjid
Nabawi. Bangkit pula gerakan pengumpulan Hadits dan sejarah Islam dan muncul
para ahli fiqih yang kompeten. Kota Madinah menjadi luas, bangunan-bangunan
menyebar, rumah-rumah di sekitar lembah Aqiq bertambah ramai, bendungan-
bendungan dibangun diatas lembah, dibangun area pertanian yang luas, juga
bendungan air pertama yang mengatur sirkulasi air melalui saluran bawah tanah
dari sumur-sumur daerah Quba’ menuju Masjid Nabawi dan daerah sekitarnya,
yang mengairi kebun-kebun. Rakyat Madinah memberinya nama “mata air biru”.

2
Misrawi Zuhairi, “Madinah: kota suci, piagam Madinah, dan teladan Muhammad Saw”,
(Jakarta : Buku Kompas, 2009).

4
Masjid Nabawi direnovasi, dilakukan perluasan yang besar dengan teknologi
dekorasi yang tinggi.
Saat kekhalifahan berpindah ke tangan Abbasiyah pada tahun 132 H,
penduduk Madinah membai’at mereka, dan kehidupan pada masa itu berlangsung
aman dalam kurun waktu lama sampa akhir abad ke-2 Hijriah. Terkecuali ketika
terjadi dua peristiwa besar, yaitu pembunuhan beberapa orang dari bani Umayyah
oleh bani Abbasiyah. Peristiwa lainnya adalah pemberontakan Muhammaz An-
Nafsuz Zakiyyah terhadap khalifah Al-Manshur pada tahun 145 H. Beliau dikepung
dan dibunuh bersama beberapa pembelanya oleh pasukan Abbasiyah yang
menyerbu kota Madinah. Dan setelah itu, Madinah kembali pada jalurnya dalam
keilmuan dan ekonomi, dan kemudian muncullah Imam Malik yang kajiannya
dituju oleh para penuntut ilmu dari berbagai negara Islam.3
Pada dekade kedua abad ke-3 Hijriah, kota Madinah menjadi tujuan umat
muslim untuk berziarah ke Mesjid Nabawi dan bertemu dengan para ulama besar
dunia Islam. Mereka saling bertemu di mesjid ini dan bertukar bacaan qira’at dan
ijazah. Sebagian lagi berdiam untuk beberapa waktu untuk menyerap pelajaran-
pelajaran agama. Kota Madinah dikelilingi pagar yang dibangun pada tahun 263 H.
Pagar tersebut menjaga penduduknya lebih dari dua abad. Para pembesar
Abbasiyah dan Fathimiyyah berlomba-lomba untuk menarik hati penduduk
Madinah dan berceramah di hadapan mereka di atas mimbar Masjid Nabawi, juga
mengirimkan uang hadiah. Tak lama, bangunan-bangunan berdiri dan melewati
pagar dari dua sisi, selatan dan barat. Mereka lalu membuat pagar ketiga dan
meluaskan bangunan dengan sumbangan dana dari Sultan Nuruddin Zanki.
Pada zaman dinasiti Mamalik, gerakan keilmuan di kota Madinah semakin
berkembang. Para ulama, sastrawan, dan sejarawan memperkaya pustaka Arab
dengan karya-karya yang monumental, khususnya tentang sejarah kota Madinah
dan tempat-tempat bersejarah di dalamnya. Era itu merupakan era terkaya Madinah.
Sebelum runtuhnya dinasti Mamalik, pemerintak kota Madinah digabung ke dalam
pemerintahan Makkah, maka melemahlah kekuasaan Husainiyah, mereka dijadikan

3
Misrawi Zuhairi, “Madinah: kota suci, piagam Madinah, dan teladan Muhammad Saw”,
(Jakarta : Buku Kompas, 2009).

5
wakil dalam menjalankan pemeritahan mereka yang ikut kepada saudara sepupu
mereka yang memerintah kota Makkah.
Kota Madinah mengalami banyak sekali renovasi berkat adanya sumbangan
dana yang besar yang berasal dari Kekaisan Utsmaniyyah, dana tersebut mereka
gunakan untuk merenovasi pagarnya serta membangun benteng yang kokoh sebagai
pengaman militer. Mereka juga mengatur sistem pemerintahannya dan tetap
menjadikan pemerintaan kota Madinah bergabung dengan pemerintahan Makkah
seperti sebelumnya.
Kemudian secara bertahap kota Madinah diberi kebebasan. Pekerjaan
militer ditentukan langsung dari ibukota kekaisaran, dan Syekh Masjid Nabawi
menjadi sosok yang mempunyai kedudukan tertinggi secara administratif. Semakin
berkembangnya kota Madinah menyebabkan banyak orang-orang yang hijrah ke
kota ini. Mereka datang dari berbagai negara Islam, baik perorangan maupun
keluarga. Masyarakat Madinah menjadi masyarakat yang heterogen, perpaduan
antara masyarakat Islam Eropa, Asia dan Afrika, khususnya pada abad terakhir dari
dinasti Utsmaniyyah yang memerintah lebih dari 4 abad. 4 Kota Madinah mencetak
keseluruhan masyarakatnya dengan karakter agama dan kemasyarakatan, Ikatan
kekeluargaan meluas antar suku dan negara untuk menambah keakraban dan
keharmonisan antar masyarakat. Kota madinah mengalami perkembangan yang
sangat pesat, banyak sekolah dan perpustakaan dibangun di kota ini dari hasil wakaf
oleh para tokoh-tokoh terpandang dan para orang kaya di kota madinah ini.
Pada perempat awal abad ke-14 Hijriah, Masyarakat Madinah mengirim
surat kepada Raja Abdul Aziz yang saat itu berupaya mempersatukan negara. Raja
Abdul Aziz kemudian mengirimkan putranya yang bernama Muhammad, ia lalu
mewakili ayahnya dalam pengambilan bai’at (sumpah setia) dari penduduk
Madinah, sejak itulah kota Madinah masuk di dalam kawasan kerajaan Arab Saudi,
dan menjadi salah satu dari wilayah pemerintahan yang terpenting. Dan sejak itulah
era baru kehidupan kota Madinah yang suci dimulai, kota Madinah mengalami
pertumbuhan dan kemakmuran yang besar, kabel telegraf dan rel kereta api sudah

4
Misrawi Zuhairi, “Madinah: kota suci, piagam Madinah, dan teladan Muhammad
Saw”, (Jakarta : Buku Kompas, 2009).

6
memasuki kota Madinah, pemerintah berusaha keras untuk membangunnya demi
kemudahan kaum muslimin menjalankan kewajiban ibadah haji, sekaligus agar
menjadi jalur penghubung antar wilayah dalam negeri, jumlah penduduk Madinah
semakin bertambah banyak hingga lebih dari tiga kali lipat dan perdagangan pun
semakin berkembang.
3. Kondisi Umum Masyarakat Kota Madina
Kota Madinah sekarang ini berada di wilayah kekuasaan pemerintahan
Kerajaan Arab Saudi terletak sekitar 275 km dari Laut Merah dan pada jarak lebih
kurang 453 km sebelah utara dari kota Mekah. Kondisi tanah kota Madinah dikenal
subur. Di sana terdapat lahan tanah untuk pertanian, oleh karena itu penduduk kota
ini memiliki usaha pertanian selain berdagang dan bertenak. Tentunya kondisi
Madinah berbeda dengan kondisi Mekah yang tandus dan gersang.
Pada umumnya sikap masyarakat Madinah mudah menerima dakwah yang
disampaikan oleh Rasulullah Saw. Bahkan sebelum Rasulullah hijrah ke Madinah,
sebagian penduduk kota tersebut telah memeluk agama Islam. Selain itu mudahnya
masyarakat Madinah menerima Islam disebabkan keadaan masyarakat Madinah
yang banyak bersinggungan dengan kelompok agama lain seperti Yahudi yang
telah mengenal ajaran ketuhanan.
Masyarakat Madinah tidak lagi asing dengan ajaran agama tentang berbagai
hal seperti Allah Swt, hari akhir, surga ataupun neraka.5 Dengan demikian mereka
pun menjadi lebih mudah dalam menerima ajaran yang dibawa oleh Rasulullah Saw
yaitu Islam. Di Madinah perkembangan agama Islam cukup pesat dan penganutnya
semakin bertambah banyak. Oleh karena itu, sejak Rasulullah Saw menetap di
Madinah maka masyarakat Madinah menjadi empat golongan yaitu :

1) Kaum Muhajirin, terdiri atas orang-orang Mekkah yang ikut serta


melakukan hijrah
2) Kaum Anshar, terdiri atas orang-orang Madinah yang membantu Rasulullah

5
Ahmad Anas, Hendri Hermawan Adinugraha, “Dakwah Nabi Muhammad terhadap
Masyarakat Madinah Perspektif Komunikasi Antarbudaya”, Jurnal Ilmu Dakwah, Vol.15 No.1
(2021)

7
3) Kaum Munafiqun, terdiri atas mereka yang hanya ikut memeluk agama
Islam untuk mencari keuntungan lahiriah belaka
4) Kaum Yahudi, terdiri atas golongan pengikut Nabi Musa yang mengetahui
ajaran

4. Perkembangan Islam Di Kota Madinah


Madinah al-Munawarah dikenal sebagai kota Nabi Muhammad Saw.
Karena di kota inilah dimulainya sejarah perkembangan Islam, selepas hijrah
Rasulullah Saw dari Makkah ke Madinah. Dan kota ini banyak meninggalkan
lembaran sejarah yang sangat panjang. Perkembangan Islam di Madinah sangat
pesat sejak kedatangan Nabi Muhammad Saw. Pada tahun 30 H atau 651 M,
hanya berselang sekitar 20 tahun dari wafatnya Rasulullah banyak sekali
perkebangan islam di madinah, Mulai dari sistem pemerintahan Islam, politik,
ekonomi, peradilan, pembinaan akhlak, dan lain sebagainya.
Dalam rangka memperkokoh masyarakatnya, Nabi Muhammad Saw segera
meletakkan dasar-dasar kehidupan bermasyarakat. Adapun dasar-dasar tersebut
adalah:
1) Mendirikan Masjid
Setelah agama Islam datang Rasulullah Saw mempersatukan seluruh
suku-suku di Madinah dengan jalan mendirikan tempat peribadatan dan
pertemuan yang berupa masjid dan diberi nama masjid “Nabawi”, dengan
jalan mendirikan tempat peribadatan dan pertemuan yang berupa masjid dan
diberi nama masjid Selain untuk tempat salat, juga sebagi sarana penting
untuk mempersatukan kaum muslimin dan mempertalikan jiwa mereka, di
samping sebagai tempat bermusyawarah merundingkan masalah-masalah
yang dihadapi. Masjid pada masa Nabi bahkan juga berfungsi sebagai pusat
pemerintahan.
2) Mempersaudarakan antara kaum Anshor dan Muhajirin
Nabi mempersaudarakan antara orang-orang yang hijrah dari
Makkah ke Madinah (Muhajirin) dan penduduk Madinah yang sudah masuk
Islam dan ikut membantu kaum Muhajirin tersebut (Anshar). Dengan
demikian diharapkan, setiap Muslim merasa terikat dalam satu

8
persaudaraan dan kekeluargaan.Apa yang dilakukan Rasulullah ini berarti
menciptakan suatu bentuk persaudaraan yang baru, yaitu persaudaraan
berdasarkan agama, menggantikan persaudaraan berdasarkan darah.
3) Perjanjian bantu membantu antara sesama kaum Muslimin dan Non Muslim
Hubungan persahabatan dengan pihak-pihak lain yang tidak
memeluk agama Islam. Di Madinah, di samping orang-orang Arab Islam,
juga terdapat golongan masyarakat Yahudi dan orang-orang Arab yang
masih menganut agama nenek moyang mereka. Agar stabilitas masyarakat
dapat diwujudkan, Nabi Muhammad Saw mengadakan ikatan perjanjian
dengan mereka.Sebuah piagam yang menjamin kebebasan beragama orang-
orang Yahudi sebagai suatu komunitas dikeluarkan.Setiap golongan
masyarakat memiliki hak tertentu dalam bidang politik dan keagamaan.
Kemerdekaan beragama dijamin dan seluruh anggota masyarakat
berkewajiban mempertahankan keamanan negeri itu dari serangan
luar.Dalam perjanjian itu jelas disebutkan bahwa Rasulullah menjadi kepala
pemerintah karena sejauh menyangkut peraturan dan tata tertib umum,
otoritas mutlak diberikan kepada beliau. Dalam bidang sosial, dia juga
meletakkan dasar persamaan antara sesama manusia. Perjanjian ini dalam
pandangan ketatanegaraan sekarang sering disebut dengan Konstitusi
Madinah.
4) Melaksanakan dasar politik, ekonomi, dan sosial untuk masyarakat baru
Pada tahun 9 dan 10 Hijriah (630-632 Masehi) banyak suku dari
berbagai pelosok mengirim delegasi kepada Nabi bahwa mereka ingin
tunduk kepada Nabi, serta menganut agama Islam, maka terwujudlah
persatuan orang Arab pada saat itu. Dalam menunaikan haji yang terakhir
atau disebut dengan Haji Wada tahun 10 Hijriah (631 Masehi) Nabi
menyampaikan khotbahnya yang sangat bersejarah antara lain larangan
untuk riba, menganiaya, perintah untuk memperlakukan istri dengan baik,
persamaan dan persaudaraan antar manusia harus ditegakkan dan masih
banyak lagi yang lainnya. Setelah itu Nabi kembali ke Madinah, ia mengatur

9
organisasi masyarakat, petugas keamanan dan para da’i dikirim ke berbagai
daerah, mengatur keadilan, memungut zakat dan lain-lain.6
B. Masjid Nabawi
1. Sejarah Masjid Nabawi
Masjid Nabawi dibangun oleh Nabi saw pada bulan Rabi‟ul Awwal di
Madinah pada tahun 622 Masehi pada tahun pertama Hijriyah di masa-masa awal
menetapnya nabi Muhammad saw di kota itu. Masjid Nabawi juga disebut juga
sebagai masjid Madinah. Lokasi masjid ini semula dimiliki oleh dua orang anak
yatim. Nabi Muhammad saw membelinya setelah unta yang ia kendarai berhenti
di tempat tersebut.
Pada mulanya, tanah tempat pembangunan masjid Nabawi ini adalah
tempat penjemuran kurma. Nabi saw kemudian bertanya siapa pemilik tanah
tersebut, Muadz Ibn Arfa menjawab, “wahai Rasulullah, tanah ini milik Sahl Ibn
Amr dan Suhail Ibn Amr, mereka adalah dua anak yatim yang kuasuh. Aku akan
meminta mereka untuk menjadikannya sebagai masjid”. Setelah itu, Rasulullah
saw menyuruh Muadz untuk membangun masjid di tanah tersebut.
Rasulullah saw untuk sementara tinggal di rumah Abu Ayyub Al-Anshari
sampai pembangunan masjid beserta tempat tinggalnya selesai dibangun.
Rasulullah saw juga turut serta dalam membangun masjid tersebut. Setelah Nabi
saw wafat, masjid ini mengalami berbagai perbaikan dan perluasan. Sewaktu Umar
Ibn Khattab menjadi khalifah, ia memberikan perhatian khusus kepada masjid
Nabawi meskipun masih menggunakan bahan-bahan yang sederhana.
Pembangunan masjid Nabawi kembali dilanjutkan oleh Usman Ibn Affan.
Ia mengadakan perluasan dan merenovasinya dengan material yang mewah.
Tindakannya ini dianggap sebagai bid’ah karena dinilai menyalahi terhadap apa
yang dilakukan oleh Nabi saw. Namun, aksi protes yang dilakukan oleh kelompok
yang menolak renovasi masjid Nabawi tidak berhasil menghalangi proses renovasi
masjid ini. Bahkan, pada masa pemerintahan Bani Ummayyah, gubernur yang

6
M. Yakub, “Islam Dan Solidaritas Sosial:Perkembangan Masyarakat Islam Periode
Madinah”. Jurnal Pemberdayaan Masyarakat”, Vol.7 No.1 (2019).

10
bertugas di Madinah seperti Marwan Ibn Al-Hakam (w. 685/65 H) dan Umar Ibn
Abdul Aziz (w. 719/101 H) telah diberi wewenang untuk mengadakan renovasi
besar-besaran dan memperindah masjid Nabawi. Salah satunya, apa yang dilakukan
oleh Umar Ibn Abdul Aziz dengan mendatangkan materialdari Yunani dan Mesir,
seperti: marmar, emas. Pada masa inilah empat buah menara didirikan di pojok-
pojok bangunan masjid.
Pembangunan masjid Nabawi juga dilanjutkan pada masa Bani Abbasiyyah
berkuasa. Beberapa khalifah menaruh perhatian yang besar terhadap perbaikan dan
perluasan masjid Nabawi. Misalnya saja Al- Mahdi (779/162 H), sepulangnya dari
kunjungannya ke Madinah, ia memerintahkan untuk memperbaiki dan memperluas
bagian atas masjid Nabawi, sehingga luas bangunannya mencapai 60.000 meter
persegi. Para penguasa muslim terus memberikan perhatian yang serius terhadap
masjid Nabawi. Sewaktu mengalami berbagai kerusakan akibat angin ribut dan
kebakaran, sultan maupun penguasa berupaya memperbaikinya. Bentuk dan
struktur bangunan masjid Nabawi yang bisa kita saksikan saat ini adalah hasil dari
renovasi besar-besaran yang dilakukan oleh sultan Usmani, Abdul Majid pada
tahun 1854 (1270 H). Kemudian, sejak sepertiga terakhir abad 20 M, perluasan dan
perbaikan masjid Nabawi berada di bawah wewenang kerajaan Saudi
2. Keutamaan Masjid Nabawi
Masjid Nabawi, dari namanya saja sudah terasa bahwa masjid ini memiliki
keutamaan yang lebih dibandingkan masjid lainnya, masjid ini merupakan masjid
yang sangat bersejarah bagi umat Islam seluruhnya; dikarenakan darinyalah
terpancar cahaya Islam sampai ke penjuru dunia. Di sanalah Nabi shallallahu álaihi
wasallam mendidik para sahabat-sahabatnya sehingga menjadi insan yang diridhoi
Allah dan menjadi pejuang agama-Nya yaitu Islam, dan disana jugalah sering Nabi
shallallahu álaihi wasallam menerima wahyu yang Allah turunkan kepadanya.

11
Dan ada beberapa keutamaan khusus yang langsung Allah anugrahkan kepada
masjid yang mulia ini, yaitu:
a) Masjid yang dibangun atas dasar taqwa
Allah berfirman: “Janganlah engkau melaksanakan salat dalam masjid
(dhiror) itu selama-lamanya. Sungguh masjid yang didirikan atas dasar
takwa, sejak hari pertama adalah lebih pantas engkau melaksanakan salat di
dalamnya. Di dalamnya ada orang-orang yang ingin membersihkan diri.
Allah menyukai orang-orang yang bersih.” (Qs. At-Taubah:108)
b) Pahala sholat 1000 kali lipat
Sholat di Masjid Nabawi lebih baik dari 1000 sholat dimesjid lain, kecuali
Masjidil Haram.
“Dari Abu Hurairah radhiallahu ánhu bahwasanya Nabi shallallahu álaihi
wasallam bersabda: “Shalat di masjidku ini nilainya seribu kali lebih baik
dibandingkan pada masjid lain kecuali pada Al Masjidil Haram.”
Imam An-Nawawi menjelaskan bahwa keutamaan ini tidak hanya khusus
bagi siapa yang melakukan sholat fardu di Masjid Nabawi, akan tetapi
keutamaan ini mencangkup sholat fardu dan sholat sunnah berdasarkan
keumuman lafadz “sholat” pada hadits ini.
c) Masjid Nabawi merupakan salah satu dari 3 mesjid yang menjadi
tujuan safar dalam rangka ibadah
“Dari Abu Hurairah dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Tidaklah dilakukan perjalanan jauh (dalam rangka keberkahan) kecuali
untuk mengunjungi tiga masjid, Masjidil Haram, Masjid Rasul
shallallahu‘alaihi wasallam dan Masjidil Aqsha.”
Dalam riwayat lain Nabi n bersabda: “Tempat yang layak dijadikan tujuan
safar hanyalah tiga masjid. Yaitu; Masjid Ka’bah, Masjidku (masjid
Nabawi) dan Masjid Iliya (masjidil Aqsha).”
d) Terdapat sebagian taman surga padanya
Dari sahabat Abu Hurairah, bahwasanya Nabi bersabda “Tempat yang ada
diantara rumahku dan mimbarku adalah raudhah (taman) diantara taman-
taman surga.”

12
e) Belajar maupun mengajar didalamnya bagaikan jihad di jalan Allah
Dari sahabat Abu Hurairah bahwasanya Rasulullah bersabda:“Barangsiapa
masuk masjid kami ini untuk belajar kebaikan atau mengajarkannya, maka
ia seperti orang yang berperang di jalan Allah”.7
C. Masjid Quba

Masjid Quba ini adalah masjid pertama yang dibangun oleh Nabi SAW
setelah hijrah ke Madinah. Seluruh kegiatan umat difokuskan di masjid termasuk
pendidikan. Pada tanggal 12 Rabiul Awwal tahun pertama Hijriyah (28 Juli 622 M)
yang terletak di desa Quba sebelah barat laut Yatsrib, yang berganti nama menjadi
“Madinatur Rasul” “Kota Nabi” atau kota Madina.

Di desa itu Nabi beristirahat selama empat hari. Dalam tempo pendek itulah
Nabi membangun masjid, bersama para sahabat beliau dari Makkah yang sudah
menunggu di Sana. Ali bin Abi Thalib yang datang menyusul Nabi ikut serta
mengangkat dan meletakkan batu, sehingga tampak sekali keletihan pada wajah
beliau. Jerih payah Nabi dan para sahabat menghasilkan sebuah masjid yang sangat
sederhana yang disebut Masjid Quba.8

Bagunan Masjid Quba terdiri dari pelepah kurma, berbentuk persegi empat
dengan enam serambi yang bertiang. Masjid pertama dalam sosialisasi Islam itu
hanya sekedar tempat untuk bersujud, tempat shalat dan tempat berteduh dari panas
terik matahari di padang pasir yang tandus. Keberadaan masjid ini merupakan
tonggak kokoh syiar keislaman periode awal.

Disinilah Nabi bersama para sahabat melakukan shalat berjamaah. Di masjid


Quba ini pula Nabi menyelenggarakan shalat Jum’at yang pertama kali. Masjid
Quba ini awal pendiriannya ditujukan untuk melakukan pembinaan terhadap
jamaah Muttaqin (orang yang bertaqwa atau orang yang memelihara diri dengan
menjalankan semua perintah-perintah Allah dan menjauhi semua larangan-

7
http://bekalislam.firanda.com/3200-keutamaan-masjid nabawi.html diakses pada 03 Juni
2022 pukul 11:06
8
Moh. E. Ayub dkk, “Manajemen Masjid” Jakarta: Gema Insani Press. 1996. Hlm 3

13
laranganNya dan pekerjaannya dinamakan taqwa) dan mutathahirin (orang yang
mensucikan diri/orang yang berwudhu).9

Posisi Masjid Quba bertambah istimewa karena dia salah satu dari hanya tiga
masjid yang dicantumkan dalam Al-Qur’an. Dua yang lain adalah Masjidil Haram
di Makkah dan Masjidil Aqsha di Yerussalem. Dalam QS. At-Taubah: 108

Artinya:

“Janganlah kamu shalat dalam masjid itu selama-lamanya. Sesungguhnya


masjid yang didirikan atas dasar takwa (Masjid Quba), sejak hari pertama
adalah lebih patut kamu shalat di dalamnya. Didalamnya ada orang-orang
yang ingin membersihkan diri. Dan Allah menyukai orang-orang yang bersih.”

Dalam perjalanan waktu, Masjid Quba mengalami banyak perbaikan.


Negarawan Pertama yang mengupayakan pelestarian atas baitullah itu adalah
Khalifah Usman bin Affan. Renovasi terakhir terjadi pada masa pemerintahan Raja
Fahd bin Abdul Aziz. Sebagai mana kita saksikan dewasa ini, bangunan masjid itu
kini berdiri diatas tanah seluas 13.500 meter persegi, dengan rancangan arsitektur
modern. Terdapat 6 menara dan 56 kubah. Bagian utara masjid diperuntukan khusus
jamaah wanita.

Hampir pasti, setiap jemaah haji dari negara mana pun selalu
menyempatkan diri mengunjungi masjid ini dan shalat sunnah dua rakaat.
Mengunjungi sebuah monumen spiritual yang tidak bisu. Tak pula sepi dari
keutamaan nilai. Sebuah monumen yang oleh Nabi SAW diberi kehormatan: jika

9
Mardiah Abbas dkk, “Posyada pada Masjid Al-Mustafiq”. Jurnal Studi Sosial dan Agama
Vol. 1, No 1 2021 hlm 27

14
seorang muslim shalat dua rakaat di sana ia akan memperoleh nilai ibadah umrah.
Sebagaimana Hadits dari Usaid bin Zhuhair Al-Anshary, dari Nabi, Beliau
bersabda: “Shalat di Masjid Quba seperti umrah” (HR. At-Tirmidzi dan Ibnu
Majah).

Dari Sahl bin Hunaif, ia berkata: “Rasulullah bersabda: barang siapa


keluar sampai datang masjid ini (Masjid Qubah), kemudian shalat di dalamnya,
maka baginya semisal pahala umrah.” (HR. An-Nasa’i dan dan Ibnu Majah, Hadis
hasan).

Kedua hadis tersebut menunjukkan keutamaan shalat di Masjid Quba. Ibnu


Hajar berkat dalam Fathul Bari (3/69). Termasuk keutamaan Masjid Quba adalah
seperti dalam atsar yang diriwayatkan oleh Umar bin Sanah dalam Akhbarul
Madinah dengan sanad yang sahih dari sahabat Saad bin Abi Waqqash, dia berkata:
‘saya lebih suka shalat dua rakaat di Masjid Quba daripada datang ke
Baitulmukadas dua kali. Seandainya orang-orang tahu keutamaan Masjid Quba,
niscaya mereka akan mengarahkan ontanya (pergi) ke Masjid Quba.”

Dari Ibnu Umar, ia berkata: “Dahulu Rasulullah apabila datang di Masjid Quba-
berkendaraan ataupun berjalan selalu shalat dua rakaat di dalamnya.”
Dalam satu riwayat. “Aku melihat Nabi mendatangi Masjid tersebut setiap sabtu.”
(HR. Bukhari dan Muslim).10
D. Jabal Uhud
Jabal Uhud adalah nama gunung atau kawasan yang terletak sekitar 2,5
kilometer dari Masjid Nabawi ke arah utara. Daerah ini sangat terkenal setelah
terjadi peristiwa perang Uhud pada masa Rasulullah SAW. Peristiwa itu
diabadikan dalam Al-Quran surah Ali Imran ayat 153-154 dan berbagai hadits yang
memberikan gambaran tentang kedudukan Gunung (Jabal) Uhud itu, antara lain
sabda Rasulullah SAW.

10
Muslim Nasution “Topik Seputar Mekah-Madinah” Jakarta: Gema Insani. 1999. Hlm 111

15
Artinya: “Gunung Uhud adalah gubung yang mencintai kita dan kita pun
mencintainya.” (HR. Bukhari, Ahmad dan Thabrani)

Dalam hadits lain Rasulullah SAW. Bersabda,

Artinya: “Gunung Uhud adalah salah satu gunung surga.” (HR Baihaqi)

Menurut sebuah riwayat disebutkan bahwa gunugn tersebut disebut Uhud


yang berarti ‘satu’, karena gunugn ini menyatukan gunung-gunung kecil yang ada
di sekelilingnya, sehingga terlihat gunung itu merupakan kesatuan (uhud) dari
beberapa gunung. Gunung Uhud terlihat diliputi oleh warna kemerah-merahan,
berbeda dengan gunung-gunung lain yang ada di sekitar Madinah yang berwarna
kehitaman. Gunung ini kelihatan melintang panjang. Menurut informasi, Gunung
Uhud ini panjangnya lebih dari 6 kilometer yang berbentuk dalam beberapa puncak-
puncaknya.

Selain itu, Gunung Uhud mempunyai kedudukan tertentu dalam Islam.


Dikatakan bahwa disana ada kuburan Nabi Harun a.s., Yakni saudara Nabi Musa
a.s. Bagaimana kebenaran riwayat ini belum dapat dipastikan. Yang jelas, di
pelataran Jabal Uhud ini ditemukan perkuburan para syuhada Uhud, yakni para
sahabat Nabi yang gugur dalam pertempuran Uhud, antara lai paman Nabi
Muhammad yang bernama Hamzah dan Abdul Muththaib.

Di Uhud inilah Rasulullah SAW. Dan para sahabatnya menghadapi


serangan yang dilakukan oleh kafir Quraisy terhadap kota Madinah dan umat Islam.
Kekuatan militer yang disiapkan oleh kafir Quraisy adalah lebih dari 3.000 tentara
dengan peralatan dan perlengkapan yang cukup.

Nabi Muhammad dengan kekuatan sekitar 700 personil siap menghadapi


pertarungan dengan kaum kafir, sekalipun dengan perlengkapan yang sangat

16
sederhana. Dengan ketulusan dan ketakwaan serta pengaturan strategi perang
sedemikian rupa, kaum muslim berhasil memenangkan pertempuran yang waktu
itu terjadi pada hari Sabtu, 7 Syawal tahun ketiga Hijriyah.

Dalam pertempuran ini dikenal kasus pemanah, yakni sekelompok pemanah


yang ditunjuk Rasulullah. Merekan diamanati dan diperintahkan untuk tidak
meninggalkan bukit yang ditunjuk Rasulullah, walau bagaimanapun keadaannya.
Mereka berjumlah 50 orang di bawah komando Abdullah bi Jubair. Nabi
Muhammad berpesan:

Artinya: “Tetaplah kalian di barisan ini. Jagalah bagian belakang kami.


Seandainya kalian lihat kami menang, jangan kalian bergabung dengan kami
(yakni jangan meninggalkan bukit ini). Dan, jika kalian lihat kami kalah, janganlah
kalian turun menolong kami.” (HR. Bukhari)

Nabi selaku pimpinan perang memberikan perintah kepada pasukan


pemanah itu untuk tetap di tempat dan melakukan tugas bagaimanapun situasinya.
Tetapi entah mengapa, ketika kaum muslimin mulai menguasai jalnnya
pertemputan dan harta rampasan pun mulai berserakan, sebagian besar para
pemanah turun meninggalkan barisan pertahanan yang sangat strategis itu.
Tinggallah pemimpinnya, Abdullah bin Jubair dan mengumpulkan harta rampasan.

Melihat keadaan bukit penahan itu sepi dari pemanah, hanya tinggal
beberapa orang yang tidak tergoda untuk turun, maka naiklah barisan pemanah kafir
Quraisy di bawah pimpinan Khalid bin Walid, menggantikan posisi pemanah kaum
muslimin. Dengan berubahnya posisi itu maka berubah pulalah jalannya
pertempuran. Akibatnya berantakkanlah barisan umat Islam, termasuk Rasulullah
saw. Sendiri rerancam bahaya. Sampai-sampai muka beliau terluka dan giginya
rontok. Sekalipun pada akhirnya kaum muslimin menang, namun dari peristiwa ini

17
terlihat tindak ketidakdisiplinan. Ketidakdisiplinan ini mendatangkan pelajaran
yang sangat berarti bagi generasi muslimin selanjutnya. Bagaimana akibat kurang
disiplin, tergoda materi dunia dan sebagainya membuat barisan kaum muslimin
terpecah belah.

Tempat para pemanah yang diperintahkan Nabi untuk bertahan terkenal


dengan sebutan Jabal ar-Rumah ‘Gunung Pemanah’. Tempat itu merupakan
gunung kecil di kaki Gunung Uhud yang besar itu. Kini Gunung Pemanah (Jabal
ar-Rumah) itu masih tetap di pelihara pemerintah daerah Madinah, yang letaknya
tidak jauh dari pemakaman para syuhada Uhud. Pada musim haji, gunung kecil ini
didaki oleh banyak jamaah, baik dari Indonesia maupun lainnya.11

11
Muslim Nasution “Topik Seputar Mekah-Madinah” Jakarta: Gema Insani. 1999. Hlm 115

18
BAB III
PENUTUP
A. Keseimpulan
Dalam makalah ini penulis meyimpulkan hal-hal berikut:
1. Madinah merupakan kota paling suci yang ada di Arab Saudi setelah kota
Makkah. letak Kota Madinah ini berada di barat laut Semenanjung Arab
atau sebelah utara dari kota Makkah berjarak sekitar 453 km dari Mekkah
dan sekitar 275 km dari garis pantai Laut Merah. Tempat ini menjadi
tempat yang paling strategis di wilayah Hejaz, luas wilayah Kota Madinah
sendiri sekitar 587,9 Km2, dengan batas utara adalah Jabal 'Ayr dan sebelah
selatan adalah Jabal Tsur.
2. Masjid Nabawi merupakan masjid dibangun oleh Nabi saw pada bulan
Rabi‟ul Awwal di Madinah pada tahun 622 Masehi pada tahun pertama
Hijriyah di masa-masa awal menetapnya nabi Muhammad saw di kota itu.
Masjid Nabawi juga disebut juga sebagai masjid Madinah.
3. Masjid Quba adalah masjid pertama yang dibangun oleh Nabi SAW setelah
hijrah ke Madinah. Seluruh kegiatan umat difokuskan di masjid termasuk
pendidikan. Pada tanggal 12 Rabiul Awwal tahun pertama Hijriyah (28 Juli
622 M) yang terletak di desa Quba sebelah barat laut Yatsrib.
4. Jabal Uhud adalah nama gunung atau kawasan yang terletak sekitar 2,5
kilometer dari Masjid Nabawi ke arah utara. Daerah ini sangat terkenal
setelah terjadi peristiwa perang Uhud pada masa Rasulullah SAW.
B. Saran
Demikian yang dapat saya tulis dalam proses penyusunan makalah ini. Saya
berharap makalah ini dapat bermanfaat sebagai bahan referensi dan sebagai
wawasan kita untuk mengenal Kota Madinah, Masjid Nabawi, Masjid Quba dan
Jabal Uhud. Kritik dan saran yang membangun sangat kami perlukan untuk
proses penyempurnaan makalah ini, dan untuk tugas makalah berikutnya.
Utamanya kritik dan saran dari Dosen Pengampu mata kuliah dan dari teman-
teman mahasiswa yang membacanya. Apabila terdapat kesalahan dalam
penulisan saya mohon maaf.

19
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Anas, Hendri Hermawan Adinugraha, “Dakwah Nabi Muhammad


terhadap Masyarakat Madinah Perspektif Komunikasi Antarbudaya”,
Jurnal Ilmu Dakwah, Vol.15 No.1 (2021)

M. Yakub, “Islam Dan Solidaritas Sosial:Perkembangan Masyarakat Islam


Periode Madinah”. Jurnal Pemberdayaan Masyarakat”, Vol.7 No.1
(2019).

Mardiah Abbas dkk, “Posyada pada Masjid Al-Mustafiq”. Jurnal Studi Sosial dan
Agama Vol. 1, No 1 2021

Misrawi Zuhairi, 2009. “Madinah: kota suci, piagam Madinah, dan teladan
Muhammad Saw”. Jakarta : Buku Kompas.

Moh. E. Ayub dkk. 1996. “Manajemen Masjid” Jakarta: Gema Insani Press.

Muslim Nasution. 1999. “Topik Seputar Mekah-Madinah” Jakarta: Gema Insani.

Usman Nomay, “Kota Madinah Dan Risalah Kenabian Muhammad Saw”, Al-
Tadabbur : Jurnal Kajian Sosial, Peradaban dan Agama, Vol.2 No.1 (2016).

http://bekalislam.firanda.com/3200-keutamaan-masjid nabawi.html diakses pada


03 Juni 2022 pukul 11:06

20

Anda mungkin juga menyukai