OPTIMAPREP
BATCH I UKDI 2015
Dr. Widya, Dr. Cemara, Dr. Yolina, Dr. Retno, Dr. Hendra, Dr. Ayu
OFFICE ADDRESS:
Jl padang no 5, manggarai, setiabudi, jakarta selatan
(belakang pasaraya manggarai)
phone number : 021 8317064
pin BB 2A8E2925
WA 081380385694
Medan :
Jl. Setiabudi no. 65 G, medan P
Hone number : 061 8229229
Pin BB : 24BF7CD2
www.Optimaprep.Com
1. HIPOGLIKEMIA
Hipoglikemia adalah suatu kondisi di mana kadar
TATALAKSANA
Obat-obatan
insulin secretagouges seperti
klorpropramid, repaglinide, dan
nateglinide
Salisilat
sulfonamid
pentamidine
quinolone
alkohol
penyakit kritis (gangguan fungsi
2. AKALASIA
suatu kelainan saluran pencernaan
sulit menelan
Penyebab: idiopatik atau sekunder
Diagnosis:
X-ray didapatkan hilangnya
air bubble pada lambung,
foto barium didapatkan
dilatasi esofagus dengan
gambaran menyerupai paruh
burung dan air fluid level.
Pemeriksaan manometri
menunjukkan normal atau
tekanan yang meningkat
pada sfingter esofagus
bagian bawah
endoskopi.
Tatalaksana akalasia
Tatalaksana konservatif:
Nifedipine 10-20 mg sehari
ISDN 5-10 mg a.c
Injeksi botulinum toksin
Tatalaksana definitif:
Hellers Procedure
Pneumatic Balloon Dilatation
3. HEPATITIS A
Hepatitis A adalah penyakit infeksi
Gejala klinis:
seksual.
Pada umumnya menyerang anak-
(simptomatis)
3.
4.
Kaki Diabetik
The natural history of the diabetic foot can be divided into six stages
Stage 1 : Normal - Not at risk. The patient does not have the risk factors of
neuropathy, ischemia, deformity, callus and swelling rendering him/her
vulnerable to foot ulcers.
Stage 2 : High risk foot the patient has developed one or more of the risk
factors for ulceration of the foot.
Stage 3 : Ulcerated foot the foot has a skin breakdown. This is usually an ulcer,
but because some minor injuries such as blisters, splits or grazes have a
propensity to become ulcers, they are included in stage 3.
Stage 4 : Infected foot the ulcer has developed infection with the presence of
cellulitis.
Stage 5 : Necrotic foot necrosis has supervened.
Stage 6 : Unsalvageable The foot cannot be saved and will need a major
amputation.
neuropati perifer.
Rifampisin: Air seni berwarna kemerahan,
hepatotoksisitas
Etambutol: neuritis optika, skotoma sentral,
Substance
Glucose
Description
Proximal tubule
Loop of Henle
reabsorption (almost 100%)
If glucose is not reabsorbed by the
via sodium-glucose
kidney, it appears in the urine, in a
transport
Oligopeptides,
All are reabsorbed nearly
proteins, andamino
completely.[5]
acids
Regulation of osmolality. Varies
Urea
withADH[6][7]
Uses Na-H antiport, Na-glucose
Sodium
symport,sodium ion
channels (minor)[8]
Distal tubule
Collecting duct
reabsorption
reabsorption (50%)
via passive transport
secretion
reabsorption
(65%, isosmotic)
reabsorption in medullary
collecting ducts
reabsorption (5%, principal
cells), stimulated
by aldosterone via ENaC
Chloride
reabsorption
Water
Bicarbonate
reabsorption (thick
ascending) [11]
Protons
Potassium
reabsorption (65%)
Calcium
reabsorption (thick
ascending) viapassive
transport
reabsorption in response to
PTH and reabsorption
Magnesium
reabsorption (thick
ascending)
reabsorption
Phosphate
Carboxylate
reabsorption
reabsorption (85%)
viasodium/phosphate
cotransporter.[4] Inhibited
byparathyroid hormone.
reabsorption (100%[13])
viacarboxylate transporters.
reabsorption
reabsorption (regulated by
ADH, viaarginine
vasopressin receptor 2)
reabsorption (intercalated
cells, viaband
3 and pendrin)
secretion (intercalated
cells)
secretion (common,
via Na+/K+-ATPase,
increased by aldosterone),
or reabsorption
(rare, hydrogen potassium
ATPase)
resorbed in the proximal convoluted tubule and loop of Henle, but fine
adjustments are made in the distal tubule under the influence of
antidiuretic hormone (ADH).
For instance, water is lost by the body in hot weather in sweat. This triggers
the release of ADH into the blood which acts on the cells of the distal tubule
and collecting duct to increase water resorption thus reducing the amount
excreted. You might notice in hot weather, you only produce small volumes
of urine as the body is fighting to conserve water.
If water is in excess, ADH levels are reduced limiting the amount of water
resorbed back into the blood but increasing the volume eliminated in the
urine. If you drink a pint or so of fluid you will notice that within an hour
your urine volume will increase and the excess water will be eliminated.
Sumber: http://www.nottingham.ac.uk/nmp/sonet/rlos/bioproc/kidneyphysiology/8.html
Obat Lini
Pertama
Obat Alternatif
Azitromisin
Amoksisilin
Kloramfenikol
Dengan
Komplikasi
Aztreonam IV
Imipenem IV
Ceftriaxone IV
atau Cefotaxime
IV
12. Pneumonia
Merupakan suatu keradangan
Sumber: http://emedicine.medscape.com/article/234240-overview#a30
16. Miokarditis
Miokarditis adalah penyakit inflamasi miokard dengan variasi
Tatalaksana Miokarditis
Secara garis besar tatalaksana miokarditis bertujuan untuk
Sumber: http://emedicine.medscape.com/article/156330-treatment#a1156
penyakit
sindroma
glomeruler
pasca
infeksi
streptokokus
Terdiri dari gejala: Hematuria, Oliguria (hingga anuria), Hipertensi,
Proteinuria, dan edema (biasanya wajah)
Manifestasi klinis yang menonjol adalah lemah, malaise, nyeri
pinggang yang biasa disebabkan oleh karena pembengkakakn
kapsuler ginjal.
Komplikasi terjadi akibat dari hipertensi, gagal jantung kiri, gagal
ginjal akut, dan perubahan menjagi bentuk kronik.
Diagnosis: titer Antistreptolisin
Pengobatan: retensi cairan, obat antihipertensi, terapi gagal ginjal
dan terapi penyebab SNA
thoracosentensis.
Karakteristik Cairan Pleura normal:
Berwarna jernih
pH 7,60-7,64
Kadar Protein kurang dari 2% (1-2 g/dL)
Leukosit < 1000/mm3
Kadar glukosa sama dengan plasma
LDH < 50% plasma
Tidak terdapat bakteri
20. Bradikardia
Adalah irama sinus di mana frekuensi detak jantung 60 kali per
menit.
Pada pasien normal dapat didapatkan (terutama atlet atau pasien
dengan aktivitas fisik rutin) oleh karena jantung lebih efisien
memompa darah dan adanya hiperreaktivitas nervus X
Etiologi tersering adalah Sick Sinus Syndrome pada keadaan
patologis
Gejala klinis meliputi: sinkop, pusing, perasaan melayang, nyeri
dada, sesak, dispnoe on effort. Pemeriksaan fisis sering kali tidak
spesifik
Pada pasien dengan keluhan atropin intravena dapat diberikan (0,5
mg/dosis)
Sumber: http://emedicine.medscape.com/article/760220-treatment#a1126
Streptococcus.
Gejala klinis yang dapat terjadi adalah dispnea, kelelahan, orthopnea,
dan edema paru.
Pada kasus kronis dapat asimtomatik dan dapat didapatkan AF maupun
iskemia atau infark miokard terutama pada lead inferior dan posterior.
Pada pemeriksaan fisis didapatkan pengisian nadi yang meningkat, S1
menghilang, wide splitting S2, S3 terdengar oleh karena disfungsi
ventrikel kiri, P2 dapat terdengar dan murmur sistolik.
Murmur yang terjadi pada apex dan dapat menjalar hingga subscapular
dan axilla kiri.
Pada pemeriksaan radiologi thoraks dapat didapatkan LVH, LAH,
hingga edema paru
Sumber: http://emedicine.medscape.com/article/155618-overview
Jumlah nilai 5
adalah definitif
hipertrofi ventrikel
kiri
Jumlah nilai = 4
adalah
kemungkinan
hipertrofi ventrikel
kiri
Kriteria EKG
Nilai
Kriteria Voltase:
Terdapat berbagai macam kriteria, pilih salah satu:
R atau S di sandapan ekstremitas 20 mm
S di kompleks V1 atau V2 30 mm
R di V5 atau V6 30 mm
S di Vi ditambah R di V5 35 mm
1
3
radioaktif.
Tatalaksana konservatif meliputi:
25. Bronkiektasis
Bronkiektasis (BE)adalah penyakit saluran napas kronik
Gambaran Patologi
Lynne Reyd membagi BE menjadi 3 bentuk berdasarkan
Tatalaksana Bronkiektasis
Tatalaksana suportif meliputi: hindari merokok, nutrisi
26. Hiponatremia
Disebut hiponatremia bila kadar natrium dibawah 130 mEq/L
Dapat terjadi akibat kehilangan Natrium berlebihan atau
(140-Na Pasien)
Tatalaksana hiponatremia:
IV 0,9% NS atau RL
ILMU BEDAH
Onset
Feature
Breast cancer
30-menopause
Fibroadeno
ma mammae
< 30 years
Fibrocystic
mammae
20 to 40 years
Mastitis
18-50 years
Philloides
Tumors
30-55 years
Duct Papilloma
45-50 years
Mammography
Skrening wanita usia 50thn atau lebih yang asimptomatik
Skrening wanita usia 35 thn atau lebih yang asimtomatik
dan memiliki resiko tinggi terkena kanker payudara :
www.rad.washington.edu
Treatment FAM:
Watchfull waiting
Traditional open excisional biopsy
Biopsy
Pengambilan sampel sel atau jaringan untuk diperiksa
Untuk menentukan adanya suatu penyakit
Terjadi karena
penggunaan siku
yang berlebihan
forearm activity
holding a racquet
turning a wrench
shaking hands.
Responsif terhadap
terapi Hormonal
Better prognosis good
differentiation
BIOMARKERS
Status estrogen receptor (ER), progesterone receptor (PR) dan HER-2/neu status
harus ditentukan saat biopsi
Valuable
Managing metastatic disease
Select patients for adjuvant therapybefore initiating any adjuvant therapy
it may change after therapy
Receptor-positive
More favorable course
Up to 60% of patients with metastatic breast cancer will respond to hormonal manipulation
Less than 5% of patients with metastatic, ER-negative tumors can be treated successfully in this
fashion
Airway Management
Simple management
maneuvers
Suction
Chin lift
Jaw thrust
Definitive airway: Cuffed tube
in tracheaendotracheal tube
Sumbatan Jalan
Napas
Mengorok
Gurgling
due to obstruction of
upper airway by liquids
(blood, vomit)
Wheezing
Oropharyngeal Airway
Semicircular, disposable
and made of hard plastic.
Guedel and Berman are the
frequent types.
Guedel tubular dan
memiliki lubang ditengah.
Berman solid and has
channeled sides.
Menarik lidah menjauh dari
dinding faring posterior
Mencegah lidah untuk
jatuh ke hipofaring
33. X-ray
Clinical Presentation
Hirschpru
ng
Anal Atresia
Hypertrophi
c Pyloric
Stenosis
Disorder
Clinical Presentation
Oesophagus
Atresia
Intestine
Atresia
http://en.wikipedia.org/wiki/
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmedhealth
Atresia anii
Duodenal atresia
Intussusception
Hirschprung
http://emedicine.medscape.com/
Learningradiology.om
CLINICAL MANIFESTATIONS
The classic presentation of IHPS
vomiter")
"hungry
Palpable mass
Massa
Paling mudah teraba segera setelah muntah karena
sebelumnya tertutupi oleh antrum yang distensi atau otot
abdomen yang menegang
Gurgling
due to obstruction of
upper airway by liquids
(blood, vomit)
Wheezing
Oropharyngeal Airway
Semicircular, disposable
and made of hard plastic.
Guedel and Berman are the
frequent types.
Guedel tubular dan
memiliki lubang ditengah.
Berman solid and has
channeled sides.
Menarik lidah menjauh dari
dinding faring posterior
Mencegah lidah untuk
jatuh ke hipofaring
http://www.learningradiology.com
Lateral displacement
Galleazzi Fracture
Fraktur distal radius
Colles Fracture
Fraktur tersering pada tulang yang
mengalami osteoporosis
Extra-Articular : 1 inch of distal Radius
Mekanisme trauma: Jatuh pada pergelangan
tangan pada posisi dorsofleksi
Typical deformity : Dinner Fork
Deformity is : Impaction, dorsal displacement
and angulation, radial displacement and
angulation and avulsion of ulnar styloid process
http://www.learningradiology.com
Colles Fracture
optimized by optima
http://www.learningradiology.com
Smith Fracture
Hampir berlawanan dengan Colles fracture
Lebih jarang terjadi dibandingkan dengan colles
Mekanisme trauma: Jatuh pada pergelangan tangan
http://www.learningradiology.com
Smith Fracture
http://www.learningradiology.com
spinalis:
1. Tongue/jaw lift
2. Modified jaw thrust
Cardiogenic shock
Distributive shock
CARDIOGENIC
Myopathic
Pharmacologic : Calcium
(trauma)
Myocarditis
Cardiomyopathy
Post-ischemic myocardial
stunning
Septic myocardial
depression
channel blockers
Mechanical
Valvular failure (stenotic or
regurgitant)
Hypertropic
cardiomyopathy
Ventricular septal defect
Arrhythmic
Bradycardia
Tachycardia
EXTRACARDIAC OBSTRUCTIVE
Impaired diastolic filling
DISTRIBUTIVE
Septic (bacterial, fungal, viral, rickettsial)
Toxic shock syndrome
Anaphylactic, anaphylactoid
Neurogenic (spinal shock)
Endocrinologic
Adrenal crisis
Thyroid storm
Toxic (e.g., nitroprusside, bretylium)
optimized by optima
optimized by optima
Hypovolemic shock
Shock caused by
Results in decreased CO
SVR is typically increased
in an effort to compensate
Causes:
Hemorrhagic trauma, GI
bleed, hemorrhagic
pancreatitis, fractures
Fluid loss induced
Diarrhea, vomiting, burns
volume (Plasma)
- 7% IBW in adults
- 9% IBW in kids
Hypovolemic
Hemorrhagic
Trauma
Gastrointestinal
Retroperitoneal
Fluid depletion
(nonhemorrhagic)
External fluid loss
Dehydration
Vomiting
Diarrhea
Polyuria
optimized by optima
Interstitial fluid
redistribution
Thermal injury
Trauma
Anaphylaxis
Increased vascular
capacitance (venodilatation)
Sepsis
Anaphylaxis
Toxins/drugs
Hemorrhaegic Shock
40. Hernia
HERNIA HIATALHERNIA DIAFRAGMATIKA
/VENTRAL HERNIA
Tipe Hernia
Definisi
Reponible
Irreponible
Incarserated
Strangulated
http://www.urmc.rochester.edu/encyclopedia/content.aspx?ContentType
ID=134&ContentID=35
Inguinal hernia
Most common
Most difficult to understand
Congenital ~ indirect
Acquired ~ direct or indirect
Indirect Hernia
has peritoneal sac
lateral to epigastric
vessels
Direct Hernia
usually no peritoneal sac
through Hasselbach
triangle, medial to
epigastric vessels
Kolelitiasis
(US)pemeriksaan
penunjang pilihan
untuk mengidentifikasi
batu empedu
Abdomenbatu
empedu tampak sebagai
kalsifikasi pada
kuadran kanan atas
Hanya 50% dari batu
pigmen dan 20% dari
batu kolesterol yang
dapat terlihat pada
foto polos abdomen
on CT scan
Gallstones appear as
single or multiple
filling defects densely
calcified, rim calcified, or
laminated or have a
central nidus of
calcification
Kurang lebih 20% dari
batu empedu tidak
terlihat pada CT
http://emedicine.medscape.com/article/366246-overview#a20
Gallbladder Disorder
Term
Definition
Clinical symptoms
Cholecystitis
Inflammation of the
gallbladder
Cholecystolitiasis
the presence of
gallstones in the
gallbladder.
Cholelitihiasis
The presence or
formation of gallstones
in the gallbladder or
bile ducts
Choledocholithiasis
the presence of
gallstones in the
common bile duct
Appendicitis
Inflammation of the
vermiform appendix.
Kolesistitis dengan
kolelitiasis
Acoustic shadow
Dinding yang menebaldouble
rims
http://www.meddean.luc.edu/lumen/MedEd/Radio/curriculum/Surgery/cholecystitis_list2.htm
42. Hipospadia
Hypospadia
OUE berada pada
ventral penis
Three anatomical
characteristics
An ectopic urethral
meatus
An incomplete
prepuce
Chordee ventral
shortening and
curvature
http://emedicine.medscape.com/article/1015227
http://www.genitalsurgerybelgrade.com/urogenital_surger
y_detail.php?Epispadias-4
Phimosis
Phimosis
Prepusium tidak dapat
ditarik kearah proksimal
Fisiologis pada neonatus
Komplikasiinfeksi
Balanitis
Postitis
Balanopostitis
Treatment
Dexamethasone 0.1% (6
weeks) for spontaneous
retraction
Dorsum
incisionbila telah
ada komplikasi
Paraphimosis
Prepusium tidak dapat
ditarik kembali dan
terjepit di sulkus
koronarius
Gawat darurat bila
Obstruksi vena
superfisial edema
dan nyeri Nekrosis
glans penis
Treatment
Manual reposition
Dorsum incision
Hydrocele
http://en.wikipedia.org/wiki/
http://emedicine.medscape.com/article/
Etiology
Clinical
Testicular torsion
Intra/extra-vaginal
torsion
Hidrocele
Varicocoele
Vein insufficiency
Hernia skrotalis
persistent patency
of the processus
vaginalis
Ileus
Kelainan fungsional atau terjadinya paralisis dari gerakan
peristaltik usus
Mural
Extraluminal
Benda asing
Bezoars
Batu Empedu
Sisa-sisa
makanan
Neoplasims
lipoma
polyps
leiyomayoma
hematoma
lymphoma
carcimoid
carinoma
secondary Tumors
Crohns
TB
Stricture
Intussusception
Congenital
Postoperative
adhesions
A. Lumbricoides
Congenital
adhesions
Hernia
Volvulus
1. Anamnesis
The Universal Features
Nyeri kolik (Colicky abdominal pain), muntah, konstipasi (absolute),
distensi abdominal.
Anamnesis Lengkap
High
Pain is rapid
Vomiting copious
and contains bile
jejunal content
Abdominal distension is
limited or localized
Rapid dehydration
Colonic
Preexisting change in
bowel habit
Colicky in the lower
abdomin
Vomiting is late
Distension prominent
Cecum ? distended
2. Pemeriksaan Fisik
General
Vital signs:
P, BP, RR, T, Sat
dehydration
Anaemia, jaundice,
LN
Assessment of
vomitus if possible
Full lung and heart
examination
Abdominal
Abdominal distension and its
pattern
Hernial orifices
Visible peristalsis
Cecal distension
Tenderness, guarding and
rebound
Organomegaly
Bising Usus
Others
Systemic
examination
If deemed
necessary.
CNS
Vascular
Gynaecological
muscuoloskeltal
Rectal examination
Darm konturterlihatnya bentuk usus pada dinding abdomen
Darm Steifungterlihatnya gerakan peristaltik pada dinding abdomen
Pemeriksaan Radiologis
Posisi: Supine, tegak dan LLD
Pola udara dalam usus:
Gastric,
Colonic and 1-2 small bowel
Fluid Levels:
Gastric
1-2 small bowel
Caecal
Hepatobiliary
Udara bebas dibawah diaphragma
Rectum
Small Bowel
Central ( diameter 5 cm max)
Vulvulae coniventae
Ileum: may appear tubeless
A.
B.
1.
2.
3.
4.
Pemeriksaan laboratorium
Dekompresi dengan Naso-gastric tube
Pemasangan kateter urinmonitor output urin setiap jambalans cairan
ketat
Antibiotik IV (tidak ada bukti yang jelas)
Pemasangan CVPBila dikhawatirkan akan terjadi pemberian cairan yang
berlebih
Follow-up hasil lab dan Koreksi ketidakseimbangan elektrolit
Perawatan di intermediate care
Rectal tubes hanya dilakukan pada Sigmoid volvulus.
Chronic Limb
Ischemia
Buergers Disease
(Thrombangiitis Obliterans)
Secara khusus dihubungkan dengan merokok
Terjadi Oklusi pada arteri muskular, dengan predileksi pada
Gangrene
Ulceration
migrans)
Dewasa muda, perokok berat, tidak ada faktor risiko aterosklerosis
yang lain
Angiography - diffuse occlusion of distal extremity vessels
Progresivitas dari distal ke proximal
Remisi klinis dengan penghentian merokok
Arteritis Takayasu
Vaskulitis dari pembuluh darah besar, yang melibatkan
On examination
Bruit pada karotis, aorta abdominal atau a.subclavia
Perbedaan TD
Classification
Type I Hanya cabang dari arkus aorta
Type IIa Aorta asenden dan atau pada arkus aorta. Cabang
dari arkus aorta juga dapat terkena. Bagian aorta yang lain tidak
terkena.
Type IIb Aorta torakalis desenden dengan atau tanpa
keterlibatan aorta asenden, arkus aorta dan cabang-cabangnya.
Aorta abdominal tidak terkena.
Type III Aorta torakalis desenden, aorta abdominal dan atau
a.renalis. Aorta asenden dan arkus aorta tidak terkena.
Type IV hanya aorta abdominal dan a.renalis
Type V a generalized type, with combined features of the
other types.
II
B
II
A
Ascending aorta,
aortic arch, and its
branches
intechopen.com
Abdominal aorta,
renal arteries, or
both
Type IIa region
plus thoracic
descending
aorta
Thoracic
descending aorta,
abdominal aorta,
renal arteries, or a
combination
uvahealth.com
http://www.ispub.com/journal/the-internet-journal-of-cardiology/volume-7-number-2/
Sensasi seperti ditusuk jarum pada tempat gigitan, akan menyebar keseluruh tubuh dalam
2-5 menit setelah gigitan
Udem minimal disekitar tempat gigitantidak meluas
Gigitannya sendiri tidak nyeri
http://www.chm.bris.ac.uk/webprojects2003/stoneley/types.htm
Tremor otot(fasiciculation)
tubuhinkontinensia
Koma
Mati
http://www.snakes-uncovered.com/Neurotoxic_Venom.html
Hemotoksin
jenis racun yang menyerang sistem sirkulasi
Derajat 2
Sama dengan derajat 1
Ptechiae, echimosis
Nyeri hebat dalam 12
jam pertama
Derajat 1
Bekas gigitan 2 taring
Bengkak dengan diameter 15 cm
Tidak ada tanda-tanda
sistemik sampai 12 jam
Derajat 3
Sama dengan derajat 2
Syok dan distress
pernafasan/ptechiae,
echimosis seluruh tubuh
Derajat 4
Sangat cepat memburuk
tekanan langsung
Menekan langsung sumber perdarahan dengan
kassa steril
Pressure Bandages
Apply over wound on
extremity to maintain
direct pressure
Use roller bandage to
completely cover wound
and maintain pressure
Treatment
Survei primer (ABC)
selalu didahulukan
Setelah pasien stabil dan
diamankanperiksa
fraktur/dislokasi yang
dialami
Tatalaksana terpenting
untuk fraktur dan
dislokasiPembidaian,
terutama sebelum
transport
http://www.aaos.org/
47. Neurofibromas
Tumor ini terbentuk dari sel Schwann,
Patologi
Sel Asal
Khas
Schwannoma/n
eurofibroma
Sel schwann
neurofibromatosis
Sel Schwann
neuroblastoma
Neuroblast, sering
dari neural crest pada
kelenjar adrenal
meningioma
Meningen
neuroma
Serabut saraf
encapsulated
Findings
Early
None
None
Occult blood
in stool
Mid
Rectal
bleeding
Change in
bowel habits
Rectal mass
Blood in stool
Late
Fatigue
Anemia
Abdominal
pain
Weight loss
Abdominal
mass
Bowel
obstruction
Site Distribution
Staging
Faktor Risiko
Etiologi tumor colorectal belum diketahui secara pasti,
beberapa faktor yang diduga berperan adalah:
Faktor herediter
Usia
lebih sering terjadi pada populasi yang mengkonsumsi diet tinggi lemak
hewani dan rendah serat.
Pemeriksaan Penunjang
Fecal occult blood test (FOBT) : pemeriksaan
Rectosigmoidoskopi
Fleksibel sigmoidoskopi dan colonoskopi
Pemeriksaan Penunjang
Double contrast
http://en.wikipedia.org/wiki/Burn
Total Body
Surface Area
kerusakan jaringan
dibawah kulit
LB Kimia / Radiasi /
Inhalasi dengan penyulit.
LB dengan penyakit
Penyerta.
LB dengan Trauma
Inhalasi
http://emedicine.medscape.com/article/1277360-overview#showall
Association
52. Intussusception
Triad:
vomiting
abdominal pain
colicky, severe, and intermittent,drawing the legs up to the
abdomen,kicking the air, In between attacks, calm and
relieved
blood per rectum /currant jelly stool
http://bestpractice.bmj.com/best-practice/monograph/679/highlights/overview.html
Sumber: Riordan-Eva P, Whitcher JP. Vaughan and Asburys General Ophtalmology 17th ed. Philadephia: McGraw-Hill, 2007
Sumber: Riordan-Eva P, Whitcher JP. Vaughan and Asburys General Ophtalmology 17th ed. Philadephia: McGraw-Hill, 2007
Endotheliu
m
Anterior
chamber
Dendrite,
geographic
Necrotizing keratitis
Keratouveitis
Immune
reaction
"Meta-herpetic"
Epithelial defect
Tatalaksana:
Dokter umum: RUJUK SEGERA
Debridement
Antivirus topikal, kortikosteroid (pertimbangan khusus)
Bedah
Mengontrol reaktivasi HSV: hindari demam, pajanan sinar
matahari berlebihan, imunosupresi, dll
Keratitis varicella
Bentuk infeksi primer pada mata dari virus Varicella
Ciri khas: lesi pseudodendritik disertai lesi pada stroma
kornea dan uveitis
Keratitis marginal
Keratitis non infeksius, sekunder setelah konjungtivitis bakteri, terutama
Staphylococcus
Keratitis ini merupakan hasil dari sensitisasi tubuh terhadap produk bakteri. Antibodi
dari pembuluh darah di limbus bereaksi dgn antigen yang terdifusi ke dalam epitel
kornea
Keratitis bakteri
Biasanya unilateral, terjadi pd org dengan penyakit mata sebelumnya atau
mata org yang menggunakan kontak lens
Infiltrat stroma berwarna putih, edema stroma, pembentukan hipopion
MATA MERAH
VISUS TURUN
struktur yang
bervaskuler
sklera konjungtiva
tidak menghalangi
media refraksi
mengenai media
refraksi (kornea, uvea,
atau
seluruh mata)
Konjungtivitis
murni
Trakoma
mata kering,
xeroftalmia
Pterigium
Pinguekula
Episkleritis
skleritis
Keratitis
Keratokonjungtivitis
Ulkus Kornea
Uveitis
glaukoma akut
Endoftalmitis
panoftalmitis
MATA TENANG
VISUS TURUN
MENDADAK
MATA TENANG
VISUS TURUN
PERLAHAN
uveitis posterior
perdarahan vitreous
Ablasio retina
oklusi arteri atau
vena retinal
neuritis optik
neuropati optik akut
karena obat
(misalnya
etambutol), migrain,
tumor otak
Katarak
Glaukoma
retinopati
penyakit
sistemik
retinitis
pigmentosa
kelainan refraksi
Histopatologik:
Gejala Klinis
Subyektif :
buta senja (hemeralopia/nictalopia).
Lapang pandang perifer menurun secara progresif dan perlahan
tubular sign.
Adaptasi gelap yang memanjang
Obyektif :
Pembuluh darah ciut tampak seperti tali
Penimbunan pigmen berupa gambaran spikula tulang/Retinal Bone
specule like pigmentation mula-mula di daerah ekuator kemudian
menyebar ke perifer dan makula
Karena geseran pigmen, gambaran pembuluh darah koroin menjadi
lebih nyata
Waxy Disc Pallor (papil pucat dan berwarna kuning tembaga) pada
stadium lanjut
Makula tampak seperti moth eaten appearance
Pemeriksaan Penunjang
Tes lapang pandang (goldman perimetry, Humphrey
Analyzer)
Funduskopi
Electroretinography/ERG (Respon subnormal atau
negatif)
Dark Adaptometry (memanjang)
Electrooculography/EOG (peningkatan sinar yang
tidak lazim)
fundus Fluorescein angiography/ FFA
55. Konjungtivitis
Conjunctivitis is swelling (inflammation) or infection of the
membrane lining the eyelids (conjunctiva)
Pathology
Etiology
Feature
Treatment
Bacterial
staphylococci
streptococci,
gonocci
Corynebacter
ium strains
topical antibiotics
Artificial tears
Viral
Adenovirus
herpes
simplex
virus or
varicellazoster virus
http://www.cdc.gov/conjunctivitis/about/treatment.html
Pathology
Etiology
Feature
Treatment
Fungal
Candida spp.
can cause
conjunctivitis
Blastomyces
dermatitidis
Sporothrix
schenckii
Topical antifungal
Vernal
Allergy
Removal allergen
Topical antihistamine
Vasoconstrictors
Inclusion
Chlamydia
trachomatis
Doxycycline 100 mg
PO bid for 21 days
OR
Erythromycin 250
mg PO qid for 21 days
Topical antibiotics
Conjunctivitis
Follicles
Papillae
Redness
Chemosis
Purulent discharge
56. AMBLIOPIA
Ambliopia/ "lazy eye" hilangnya kemampuan salah satu mata
Tatalaksana:
Koreksi penyebab: kacamata, kontak lens
Menutup mata yang lebih baik (part-time or full-time) utk menstimulasi mata
yg ambliopia.
http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/001014.htm
http://www.aoa.org/patients-and-public/eye-and-vision-problems/glossary-of-eye-and-vision-conditions/amblyopia
57. Presbiopia
untuk menambah
kekuatan lensa yang
berkurang sesuai usia
biasa digunakan:
+ 1.0 D usia 40
tahun
+ 1.5 D usia 45 tahun
http://www.ivo.gr/files/items/1/145/51044.jpg
58-59. GLAUKOMA
ANAMNESIS
MATA MERAH
VISUS NORMAL
MATA MERAH
VISUS TURUN
struktur yang
bervaskuler
sklera konjungtiva
tidak menghalangi
media refraksi
mengenai media
refraksi (kornea, uvea,
atau
seluruh mata)
Konjungtivitis
murni
Trakoma
mata kering,
xeroftalmia
Pterigium
Pinguekula
Episkleritis
skleritis
Keratitis
Keratokonjungtivitis
Ulkus Kornea
Uveitis
glaukoma akut
Endoftalmitis
panoftalmitis
MATA TENANG
VISUS TURUN
MENDADAK
MATA TENANG
VISUS TURUN
PERLAHAN
uveitis posterior
perdarahan vitreous
Ablasio retina
oklusi arteri atau
vena retinal
neuritis optik
neuropati optik akut
karena obat
(misalnya
etambutol), migrain,
tumor otak
Katarak
Glaukoma
retinopati
penyakit
sistemik
retinitis
pigmentosa
kelainan refraksi
Glaukoma
Glaukoma adalah penyakit saraf mata yang
Jenis Glaukoma :
Primer yaitu timbul pada mata yang mempunyai bakat bawaan, biasanya
bilateral dan diturunkan.
Sekunder yang merupakan penyulit penyakit mata lainnya (ada penyebabnya)
biasanya Unilateral
Mekanisme : Gangguan aliran keluar humor akueus akibat kelainan
laser
Glaukoma
179
Jenis Glaukoma
Causes
Etiology
Clinical
Acute Glaucoma
Pupilllary block
Open-angle
(chronic)
glaucoma
Unknown
Congenital
glaucoma
abnormal eye
development,
congenital infection
Secondary
glaucoma
Drugs
(corticosteroids)
Eye diseases (uveitis,
cataract)
Systemic diseases
Trauma
Absolute glaucoma
Mekanisme Glaukoma
Glaukoma Akut
Tekanan intraokuler
Gonioskopi
Penilaian diskus optikus
Lapangan pandang
Sumber: Riordan-Eva P, Whitcher JP. Vaughan and Asburys General Ophtalmology 17th ed. Philadephia: McGrawHill, 2007.
Luksasi lensa anterior, dimana terjadi gangguan pengaliran cairan mata ke sudut bilik mata.
Katarak imatur, dimana akibat mencembungnya lensa akan menyebabkan penutupan sudut bilik mata
(glaukoma fakomorfik)
Katarak hipermatur, dimana bahan lensa keluar dari lensa sehingga menutupi jalan keluar cairan mata
(glaukoma fakolitik)
Glaukoma yang terjadi akibat penutupan sudut bilik mata oleh bagian lensa yang
lisis ini disebut glaukoma fakolitik, pasien dengan galukoma fakolitik akan
mengeluh sakit kepala berat, mata sakit, tajam pengelihatan hanya tinggal
proyeksi sinar.
Pada pemeriksaan objektif terlihat edema kornea dengan injeksi silier, fler berat
dengan tanda-tanda uveitis lainnya, bilik mata yang dalam disertai dengan katarak
hipermatur. Tekanan bola mata sangat tinggi
Ilyas, Sidarta., 2004. Ilmu Penyakit Mata, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.
61. HORDEOLUM
Peradangan supuratif kelenjar kelopak mata
Infeksi staphylococcus pada kelenjar sebasea
Gejala: kelopak bengkak dengan rasa sakit dan mengganjal, merah,
2 bentuk :
Hordeolum internum: infeksi kelenjar Meibom di dalam
tarsus. Tampak penonjolan ke daerah kulit kelopak, pus
dapat keluar dari pangkal rambut
Hordeolum eksternum: infeksi kelenjar Zeiss atau Moll.
Penonjolan terutama ke daerah konjungtiva tarsal
http://www.huidziekten.nl/zakboek/dermatosen/htxt/Hordeolum.htm
Hordeolum Eksterna
Hordeolum Interna
Ilmu Penyakit Mata, Sidharta Ilyas
Pengobatan
Diagnosis Banding
Kalazion
Inflamasi idiopatik, steril, dan kronik dari kelenjar Meibom
Ditandai oleh pembengkakan yang tidak nyeri, muncul berminggu-minggu.
Dibedakan dari hordeolum oleh ketiadaan tanda-tanda inflamasi akut
Jika sangat besar, kalazion dapat menekan bola mata, menyebabkan
astigmatisma
Blefaritis
Radang kronik pada kelopak mata, disebabkan peradangan kronik tepi
kelopak mata (blefaritis anterior) atau peradangan kronik kelenjar Meibom
(blefaritis posterior)
Gejala: kelopak mata merah, edema, nyeri, eksudat lengket, epiforia, dapat
disertai konjungtivitis dan keratitis
Selulitis palpebra
Infiltrat difus di subkutan dengan tanda-tanda radang akut, biasanya
disebabkan infeksi Streptococcus.
Sumber: Riordan-Eva P, Whitcher JP. Vaughan and Asburys General Ophtalmology 17th ed. Philadephia: McGraw-Hill, 2007.
Definisi
Gejala
Tatalaksana
Blefaritis
superfisial
Salep antibiotik
(sulfasetamid dan
sulfisoksazol),
pengeluaran pus
Hordeolum
Blefaritis
skuamosa
Membersihkan tepi
kelopak dengan sampo
bayi, salep mata, dan
topikal steroid
Meibomianitis
Kompres hangat,
penekanan dan
pengeluaran pus,
antibiotik topikal
Blefaritis Angularis
ANAMNESIS
MATA MERAH
VISUS TURUN
MATA MERAH
VISUS NORMAL
struktur yang
bervaskuler
sklera
konjungtiva
tidak
menghalangi
media refraksi
Konjungtivitis
murni
Trakoma
mata kering,
xeroftalmia
Pterigium
Pinguekula
Episkleritis
skleritis
mengenai media
refraksi (kornea,
uvea, atau
seluruh mata)
Keratitis
Keratokonjungtivitis
Ulkus Kornea
Uveitis
glaukoma akut
Endoftalmitis
panoftalmitis
MATA TENANG
VISUS TURUN
MENDADAK
uveitis posterior
perdarahan vitreous
Ablasio retina
oklusi arteri atau
vena retinal
neuritis optik
neuropati optik akut
karena obat
(misalnya
etambutol), migrain,
tumor otak
MATA TENANG
VISUS TURUN
PERLAHAN
Katarak
Glaukoma
retinopati
penyakit
sistemik
retinitis
pigmentosa
kelainan refraksi
HIPERMETROPIA
Gangguan kekuatan pembiasan mata dimana sinar
Ilmu Penyakit Mata, Sidharta Ilyas ; dasar teknik Pemeriksaan dalam Ilmu Penyakit Mata, sidarta Ilyas
HIPERMETROPIA
Pengobatan : Pemberian lensa sferis
positif akan meningkatkan kekuatan
refraksi mata sehingga bayangan akan
jatuh di retina
koreksi dimana tanpa siklopegia
didapatkan ukuran lensa positif
maksimal yang memberikan tajam
penglihatan normal (6/6), hal ini untuk
memberikan istirahat pada mata.
Jika diberikan dioptri yg lebih kecil,
berkas cahaya berkonvergen namun
tidak cukup kuat sehingga bayangan
msh jatuh dibelakang retina, akibatnya
lensa mata harus berakomodasi agar
bayangan jatuh tepat di retina.
Contoh bila pasien dengan +3.0 atau
dengan +3.25 memberikan tajam
penglihatan 6/6, maka diberikan
kacamata +3.25
BENTUK HIPERMETROPIA
Hipermetropia total = laten + manifest
Hipermetropia absolut :
BENTUK HIPERMETROPIA
Hipermetropia fakultatif :
Hipermetropia laten:
Ilmu Penyakit Mata, Sidharta Ilyas & Manual of ocular diagnosis and therapy
OD 6/20
Dikoreksi dengan sferis +2.00 tajam penglihatan OD 6/6
Dikoreksi dengan sferis +2.50 tajam penglihatan OD 6/6
Diberi siklopegik, dikoreksi dengan sferis +5.00 tajam
penglihatan OD 6/6
ARTINYA pasien memiliki:
Hipermetropia absolut sferis +2.00 (masih berakomodasi)
Hipermetropia manifes Sferis +2.500 (tidak berakomodasi)
Hipermetropia fakultatif sferis +2.500 (+2.00)= +0.50
Hipermetropia laten sferis +5.00 (+2.50) = +2.50
Xerophthalmia (Xo)
Stadium :
XN
X1A
X1B
X2
X3A
X3B
XS
XF
X2
Dryness of cornea
X3B
Ulkus kornea > 1/3
Keratomalacea
30
XS
Corneal scar
Bitots Spot
Xerophtalmia
Follicular hyperkeratosis
ciliary arteries.
Indicates inflammation of the cornea, iris or ciliary
body.
Conjunctival Injection
Conjunctival Injection: mainly affects the posterior
65. PTERIGIUM
Pterigium
Pertumbuhan fibrovaskuler
bersifat
degeneratif
dan invasif
konjungtiva,
bersifat
degeneratif
Terletak pada celah kelopak bagian nasal
dan invasif
ataupun
temporal konjungtiva yang meluas
ke daerah kornea
DERAJAT PTERIGIUM
Derajat 1: Jika pterigium hanya terbatas pada limbus kornea
Derajat 2: Jika pterigium sudah melewati limbus kornea tetapi
Pinguecula
Episkleritis
Pseudopterigium
Konjungtivitis
pengobatan.
Bersifat dose related
Dengan dosis 15 mg/kg atau kurang, gangguan visual sangat
jarang terjadi
In most cases of medication-related optic neuropathy, immediate
cessation of the offending agent is the only treatment option
Manifestasi Klinis
Onset biasanya terlambat dan mungkin terjadi
NEUROLOGI
syndrome.
Manifestasi klinis yang sering adalah didapatkan kelemahan otot
mata yang menyebabkan penglihatan ganda atau kabur dan dapat
menyebabkan ptosis, kelemahan otot yang sifatnya descending,
sehingga sering menyebabkan jatuh.
Pemeriksaan neurologis sering menyebabkan kelumpuhan LMN
Pada miller-fisher syndrome pada umumnya sering didahului oleh
infeksi saluran napas akut atau diare akut.
Pada pemeriksaan cairan spinal didapatkan peningkatan protein
Didapatkan anti-GD3 +
Tatalaksana: intravenous immunoglobulin
70. Pola
Pernapasan
Interpretasi:
metastasi jauh dari organ lain. Tumor yang sering didapatkan glioma, meningioma,
adenoma pituitari, dan neuroma akustikus.
Tumor otak biasanya memberikan gejala yang bersifat slowly progressive, tetapi
dapat disertai manifestasi akut apabila terjadi perdarahan atau obstruksi ventrikel
ke tiga oleh karena tumor.
Gejala non spesifik adalah: nyeri kepala, perubahan stats mental, ataksia, mual,
muntah, kelemahan, dan perubahan postur.
Selain gejala tersebut, tumor otak dapat menimbulkan kejang fokal, perubahan
lapangan pandang penglihatan, gangguan bicara, dan gangguan sensoris fokal.
Nyeri kepala yang disebabkan tumor pada umumnya gejala non spesifik dan
menyerupai tension-type headache, terdapat perubahan pola nyeri kepala, dan
adanya nyeri kepala baru pada pasien usia anak-anak, paruh baya atau madya harus
dicurigai adanya tumor, dan lokasi nyeri tidak selalu memberikan gambaran pasti
dari letak tumor.
Efek dari kumulatif dari invasi tumor, edema, dan hidrosefalus adalah
meningkatkanya tekanan intra kranial dan gangguan perfusi pada otak dan pada
akhirnya dapat menyebabkan herniasi otak.
73. Alur
Tatalaksana
Stroke
Tatalaksana Stroke
Stabilisasi jantung
dan pernafasan
Manajemen
cairan dan
elektrolit
Manajemen
tekanan darah
Pasang EKG
Advanced Neurology Life Support 2011 | Hacke, W. et al, Cerebrovasc Dis 2000;10(suppl 3):2233 | PERDOSSI, Guideline Stroke 2007.
Manajemen
peninggian TIK
Penanganan
kejang
Kontrol
hiperglikemia
akut
Pengaturan
suhu
74. Vertigo
Vertigo perifer: suatu vertigo yang disertai dengan mual, muntah,
Etiologi vertigo
Vestibulum
Eight nerve
Retikulum
batang otak
Tabes dorsalis
Imagination
Generalized
illness
Ophthalmic
disease
Tatalaksana Vertigo
Tujuan tatalaksana vertigo adalah mengurangi gejala
75. Migrain
Epilepsi parsial sederhana dengan gejala motorik memiliki fokus di girus presentralis lobus
frontalis. Kejang dimulai di daerah yang memiliki representasi luas. Manifestasi klinis
dimulai dari kejang pada ibu jari, meluas ke seluruh tangan, lengan, muka, dan tungkai.
Kadang dapat berhenti pada satu sisi dan dapat meluas hingga ke tungkai lain bahkan
menyebabkan kejang umum. Disebut pula sebagai jackson motoric epilepsy.
Epilepsi parsial sederhana dengan gejala sensorik memiliki fokus epileptik di girus
postsentralis lobus parietalis. Penderita merasa kesemutan di daerah ibu jari, lengan, muka,
dan tungkai, tanpa kejang motoris yang dapat meluas ke sisi lain. Disebut pula sebagai
jackson sensoric epilepsy.
79. Parkinson
Pemeriksaan CTS
ILMU PSIKIATRI
Diagnosis
Ciri
Paranoid
Skizoid
Dissosial
Histrionik
Anankastik
Cemas menghindar
Dependen
82. Psychotherapy-Counseling
Psychoterapy
Psychotherapy Indications
Sebagian besar diagnosis axis I dan II, baik sebagai
Contraindications:
Types of Psychotherapy
Psychodynamic
Cognitive Behavioural therapy
Supportive
Psychodynamic Psychotherapy
Balance between here and
3 areas addressed
behavioural activation
Gradually face feared situations systematic
desensitization
Build coping skills graded task assignments
Reduce painful emotions and physiological arousal
breathing and relaxation training
Indikasi: Fobia
Supportive Psychotherapy
Reduction in anxiety through empathy, concern and
understanding
Strengthen healthy or effective mechanisms of
coping
Helpful for most psychiatric disorders
Often used in conjunction with other treatments
Psikoanalisis
Cabang ilmu yang dikembangkan oleh Sigmund
83. Ansietas
Diagnosis
Characteristic
Gangguan panik
Gangguan fobik
Rasa takut yang kuat dan persisten terhadap suatu objek atau
situasi, antara lain: hewan, bencana, ketinggian, penyakit,
cedera, dan kematian.
Gangguan penyesuaian
Gangguan cemas
menyeluruh
Gangguan panik
Serangan ansietas yang intens & akut disertai
dengan perasaan akan datangnya kejadian
menakutkan.
Tanda utama: serangan panik yang tidak diduga tanpa
adanya provokasi dari stimulus apapun & ada keadaan
yang relatif bebas dari gejala di antara serangan panik
Tanda fisis:
Takikardia, palpitasi, dispnea, dan berkeringat.
Serangan umumnya berlangsung 20-30 menit, jarang melebihi
1 jam.
Penyalahgunaan zat
(1) penggunaan berulang yang
berakibat kesulitan
menyelesaikan tugas
pekerjaan, sekolah, atau di
rumah
(2) menggunakan zat pada
situasi berbahaya (berkendara
saat mabuk)
(3) menyebabkan masalah
hukum
(4) tetap menggunakan meski
menyebabkan masalah sosial
atau interpersonal
Ketergantungan psikis
Suatu keinginan untuk terus meminum suatu obat untuk
Ketergantungan fisik
Suatu kondisi dimana tubuh menyesuaikan diri terhadap
Adiksi/ketagihan
Withdrawal
Perbuatan kompulsif (yang
Syndrome/ Gejala
terpaksa dilakukan) dan
Putus Obat
keterlibatan yang berlebihan
terhadap suatu kegiatan
Kumpulan gejala yang
tertentu
muncul saat
Aspek psikososial yang
menghentikan atau
berhubungan dengan
menurunkan dosis obat
ketergantungan obat
karena kecanduan atau
ketergantungan terhadap Toleransi obat
sebuah kondisi yang ditandai
obat yang sudah lama
oleh penurunan efek obat
digunakan
pada pemberian berulang
Intoksikasi
Kondisi peralihan yang
Overdosis zat
timbul akibat penggunaan
Pemakaian zat yang
zat psikoaktif sehingga
melebihi dosis sehingga
terjadi gangguan kesadaran,
fungsi kognisi, persepsi, afek
menyebabkan efek toksik
atau perilaku dan fungsi
atau letal terhadap tubuh
psikososial
meriang
sakit kepala, demam, dan kadang diare/muntahmuntah
mata dan hidung terus berair
mudah kedinginan (menggigil) dan banyak
berkeringat dingin
depresi dan sangat mudah marah
insomnia
Zat
Intoksikasi
Withdrawal
Alkohol
Heroin
Miosis/midriasis, mengantuk/koma,
cadel, gangguan perhatian/memori
Kanabis/ganja
/marijuana
Kokain
Amfetamin
Benzodiazepin
Gejala Umum
Gejala Psikologis
Gejala Fisik
86. Skizofrenia
Kriteria umum diagnosis skizofrenia:
Harus ada minimal 1 gejala berikut:
Thought echoisi pikirannya berulang dikepalanya
Thought insertion or withdrawalisi pikiran yang asing dari luar masuk ke dalam pikirannya
Thought broadcastingisi pikirannya keluar sehingga orang lain/ umum mengetahuinya
Delusion of controlwaham tentang dirinya dikendalikan oleh kekuatan dari luar dirinya
Delusion of influencewaham tentang dirinya dipengaruhi oleh suatu kekuatan tertentu dari
luar
Delusion of passivitywaham tentang dirinya tak berdaya terhadap suatu kekuatan dari luar
Delusion of perceptionpengalaman inderawi yang tidak wajar
Halusinasi auditorik
Atau minimal 2 gejala berikut:
Halusinasi dari panca-indera apa saja
Arus pikiran yang terputus
Perilaku katatonik
Gejala negatif: apatis, bicara jarang, respons emosi menumpul
Gejala-gejala tersebut telah berlangsung minimal 1 bulan.
Maslim R. Buku saku diagnosis gangguan jiwa. Rujukan ringkas dari PPDGJ-III.
Skizofrenia
Paranoid
merasa terancam/dikendalikan
Hebefrenik
Katatonik
Skizotipal
Waham menetap
hanya waham
Psikotik akut
Skizoafektif
Residual
Simpleks
PPDGJ
Psikofarmaka
Antipsikotik:
1st gen: klorpromazin, haloperidol.
2nd gen: klozapin, risperidone, olanzapine
Depresi:
Selective serotonin reuptake inhibitor: Fluoxetine,
sertraline, paroxetine.
Tricyclic: amitriptiline, doxepine, imipramine
Psikofarmaka
Key points for using antipsychotic therapy:
1.
An oral atypical antipsychotic drug should be
considered as first-line treatment.
2.
Choice of medication should be made on the basis of
prior individual drug response, patient acceptance,
individual side-effect profile and cost-effectiveness, other
medications being prescribed and patient co-morbidities.
3.
The lowest-effective dose should always be
prescribed initially, with subsequent titration.
4.
The dosage of a typical or an atypical antipsychotic
medication should be within the manufacturers
recommended range.
Western Australian Psychotropic Drugs Committee. Antipsychotic Drug Guidelines Version 3 August 2006
Psikofarmaka
Key points for using antipsychotic therapy:
5.
6.
7.
8.
9.
Western Australian Psychotropic Drugs Committee. Antipsychotic Drug Guidelines Version 3 August 2006
Psikofarmaka
Efficacy
1. Positive Symptoms:
With the exception of clozapine, no differences have
been clearly shown in the efficacy of typical and
atypical agents in the treatment of positive symptoms
(eg, hallucinations, delusions, disorganization).
Clozapine is more effective than typical agents.
2. Negative Symptoms:
Atypical agents may be more effective in the treatment of
negative symptoms (eg, affective flattening, anhedonia,
avolition) associated with psychotic disorders.
Psikofarmaka
Rusdi Maslim:
CPZ & thioridazine yang sedatif kuat terutama digunakan untuk sindrom
psikosis dengan gejala dominan gaduh gelisah, hiperaktif, sulit tidur.
Trifluoperazine, flufenazin, & haloperidol yg sedatif lemah digunakan
untuk sindrom psikosis dengan gejala dominan apatis, menarik diri, afek
tumpul, hipoaktif, waham, halusinasi.
Cognitive Disorder
If MCI progresses, memory problems become more
noticeable. Family and friends may begin to notice
signs such as:
Psychiatric Examination
Mental Status Examination
The mental status
examination is the part of the
clinical assessment that
describes the sum total of the
examiner's observations and
impressions of the psychiatric
patient at the time of the
interview.
The patient's mental status
can change from day to day or
hour to hour.
1) peningkatan aktivitas,
2) banyak bicara,
3) flight of idea,
4) hilangnya inhibisi dari norma sosial,
5) berkurangnya kebutuhan tidur,
6) harga diri atau ide-ide kebesaran yang berlebihan,
7) distraktibillitas atau perubahan aktivitas atau rencana yang konstan,
8) perilaku berisiko atau ceroboh tanpa menyadari akibatnya,
9) peningkatan energi seksual.
Maslim R. Buku saku diagnosis gangguan jiwa. Rujukan ringkas dari PPDGJ-III.
Depresi
Gejala utama:
1. afek depresif,
2. hilang minat &
kegembiraan,
3. mudah lelah &
menurunnya
aktivitas.
Gejala lainnya:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
konsentrasi menurun,
harga diri & kepercayaan diri
berkurang,
rasa bersalah & tidak berguna
yang tidak beralasan,
merasa masa depan suram &
pesimistis,
gagasan atau perbuatan
membahayakan diri atau bunuh
diri,
tidur terganggu,
perubahan nafsu makan (naik
atau turun).
PPDGJ
Depresi
Episode depresif ringan: 2 gejala utama + 2 gejala
Gangguan Afektif
Gangguan Afektif Bipolar:
Maslim R. Buku saku diagnosis gangguan jiwa. Rujukan ringkas dari PPDGJ-III.
Gangguan Afektif
Pada gangguan afektif dengan ciri psikotik, waham bersifat
mood-congruent (konsisten dengan depresi/manik)
Depresi: waham tentang dosa, kemiskinan, malapetaka, &
pasien merasa bertanggung jawab.
Manik: waham tentang kekuasaan, uang, utusan Tuhan.
Diagnosis
Gejala Psikotik
Gangguan Afektif
Skizofrenia
Ada
Durasi singkat
Skizoafektif
efektif.
Antidepressan
A review of the use of antidepressants (Anderson, 01):
Antidepressan
Cardiac Toxicity:
1. Tricyclic antidepressants may slow cardiac
conduction, resulting in intraventricular conduction
delay, prolongation of the QT interval, and AV block.
Therefore, TCAs should not be used in patients with
conduction defects, arrhythmias, or a history of a
recent MI.
2. SSRIs, venlafaxine, bupropion, mirtazapine,
and nefazodone have no effects on cardiac
conduction.
Antidepresan
Dosis anjuran/hari
Amitriptiliin
Imipramin
Maprotilin
Sertralin
Fluoxetin
Citalopram
Venlafaxin
Moclobemid
75 150 mg
75 150 mg
75 150 mg
50 100 mg
20 40 mg
20 60 mg
75 150 mg
300 600 mg
Gangguan somatisasi
Gangguan konversi
Hipokondriasis
Gangguan dismorfik tubuh
Gangguan nyeri somatoform
Sadock BJ, Sadock VA. Somatoform disorders. Kaplan & Sadocks Synopsis of Psychiatry. 10th ed. Philadelphia: Lipincott William & Wilkins;
2007. p.634-51.
Gangguan Somatoform
Diagnosis
Karakteristik
Gangguan somatisasi
Hipokondriasis
Disfungsi otonomik
somatoform
Nyeri somatoform
Gangguan Dismorfik
Tubuh
A.
B.
P r e o ku p a s i te r h a d a p ke l a i n a n ya n g t i d a k nya t a
a t a u s e d i k i t d e f e k ya n g te r l i h a t . B i l a te r d a p a t
s e d i k i t a n o m a l i f i s i k ya n g te r l i h a t , m a k a p a s i e n
a k a n m e r a s a k h awa t i r a t a u m e m p e r h a t i k a n
secara berlebihan
P r e o ku p a s i m e nye b a b k a n d i s t r e s d a n d i s f u n g s i
d a l a m s o s i a l , p e ke r j a a n d a n b i d a n g l a i n nya .
Avoidance of social situations or anxiety in social situations,
depression, behaviors to modify appearance, etc.
Appearance Complaints in
Patients with BDD
Hair
Skin
Lips
Stomach
Nose
Eyes
Chin
Teeth
Head shape
Body build
Entire face
Breasts
BDD?
Further Evaluation and Treatment
Karakteristik
Stereotipy
Compulsion
Echopraxia
Hyperactivity
Psychomotor
agitation
95. Tinea
Penyakit
Tinea cruris
Candidiasis
intertriginosa
Tinea
Pemeriksaan Penunjang untuk Lesi Kulit
Pemeriksaa
n
Diagnosis
Biopsi Kulit
Kultur
kerokan
KOH
Giemsa
Lampu Wood
Gambaran Tinea
Ptiriasis versicolor
Lesi memiliki batas tegas, dapat
berupa hipo atau hiperpigmentasi
Batas tampak lebih aktif, tengah
menyembuh, dan tidak selalu
tampak eritema
Lesi yang berkonfluensi dapat
ditemukan
Biasanya asimptomatik, tapi dapat
terasa gatal (ringan)
Etiologi
Kuning Emas
Tinea versicolor M.
fufur
Hijau Pucat
Trichophyton schoenleini
Hijau Kekuningan
(terang)
Microsporum audouini or M.
Canis
Tosca - Biru
Pseudomonas aeruginosa
Pink Coral
Ash-Leaf-Shaped
Tuberous Sclerosis
Putih Pucat
Hypopigmentation
Coklat-Ungu
Hyperpigmentation
Putih terang,
Putih Kebiruan
Depigmentation, Vitiligo
Putih terang
Albinism
Bluewhite
Leprosy
Pitiriasis versikolor
Penyakit jamur superfisial yang kronik disebabkan
Malassezia furfur
Gejala:
Djuanda A. Ilmu penyakit kulit dan kelamin, 5th ed. Balai Penerbit FKUI; 2007.
Etiologi
Haemophilus ducreyi
Treponema pallidum
Nyeri
Nyeri
Tidak nyeri
Konsistensi
Lunak
Keras, indurasi
Dasar
Pus
Bersih
Tepi
Tidak teratur
Teratur
Pemeriksaan
Diagnostik Spesifik
Perwarnaan Gram
dan NacL
Bacterial infection
Ig M dan Ig G darn
HSV
Antibodi
monoklonal
ELISA
97. Sifilis
Etiologi: Treponema Pallidum, bakteri berbentuk spiral
Gejala Klinis
Stadium I: Ulkus durum
Stadium II: Lesi sekunder di kulit (roseola sifilitika, korona veneris,
kondiloma lata, lekoderma sifilitika
Stadium III: Gumma
Laboratorium
Mikroskop lapang pandang gelap, VDRL, TPHA
Terapi
Benzatin Penisilin 2,4 juta unit IM single dose
Doxicycline 2 x 100 mg/hr PO, 4 minggu
Eritromisin 4 x 500 mg/hari PO, 4 minggu
98. Pioderma
Vehikulum
Keterangan
Ektima
Impetigo
Krustosa
Folukilitis
Peradangan dari satu atau lebih folikel rambut. Kondisi ini dapat terjadi di
kulit mana pun. Tanpa gejala umum.
Gejala ruam (daerah kulit memerah), pustula yang terletak di sekitar folikel
rambut, dan gatal di kulit
Erysipelas
Eriterma
Multiforme
Erupsi mendadak dan rekuren pada kulit dan kadang mukosa, target lesi ,
etiologi alergi obat, virus, bakteri
Tipe Makula Eriterma (kulit) dan Vesikobulosa (mukosa)
Folikulitis
Ektima
Erisepelas
Impetigo Krustosa
Eriterma Multiforme
98. Erisipelas
Penyakit infeksi akut oleh
Streptococcus B hemolitycus
menyerang epidermis dan
dermis
Gejala : eritema berwarna
merah cerah, berbatas tegas
Gejala konstitusi : demam,
malese
Jika sering residif dapat
menjadi elefantiasis
Th/ elevasi tungkai, antibiotik
sistemik, diuretika jika edema
Penyakit
Gambaran Klinis
Dermatophagoide
s
Asma,
Dermatitis
Alergi
Reaksi alergi
Sarcoptes scabei
Scabies
Trichuris triciura
Trichuriasis
Ancylostoma
brazilience
Cutaneus
Larva
Migran
Ankilostomias
is
Trichinella
spiralis
trikiniasis
100. Pioderma
Antibiotik
Indikasi
Kontra indikasi
Sediaan
Ampisilin
Pioderma (DOC)
Hipersensitif
Oral, Injeksi
Gentamisin
Hipersensitif
Topikal dan
Injeksi
Ciprofloksasin
Hipersensitif, Hamil,
menyusui, anak < 12
tahun
Oral
Kloramfinekol
Oral, Topikal
Sulfamoksazol
oral
Treatment
Ascaris Lumbricoides
Trichuris Trichuria
Schistosoma sp
Prazikuental
Oxyuris Vermicularis
Anchilostoma D dan N.
Americanus
Strongyloides Stercoralis
102. Dermatitis
Disorder
Location
Lesion
Neurodermatitis
Dermatitis seboroik
Dermatitis kontak
alergi
Hipersensitivitas
Dermatitis atopik
Numularis
Unknown
Etiologi
Karakteristik
Gonorrhae
N. gonorrhae
Non-specific
Uretritis
C. trachomatis
Sifilis
Treponema
palidum
Herpes
Herpes Simpleks
Kondiloma
Akuminatum
HPV
Wart of genital
104. Parasitologi
Penyakit
Etiologi
Gejala klinis
Telur/ Kista
Amoebiasis
Entamoeba
histolytica
Psedoupodium
dengan sel darah
didalamnya
Tricuriasis
Tricuris
trichuria
Tempayan dengan
penonjolan pada
kedua kutubnya
Balantidiasis
Balantidium
coli
Sindroma disentri
Berdinding tebal,
bervakuola,
makronukleus
Taeniasis
T. Solium/ T.
Saginata
Telur dibungkus
embriofor yang
bergaris radial
Giardiasis
Giardia
intestinalis
Aktif: berflagel, In
aktif: oval, dinding
tipis dan kuat,
berinti 2-4
E. Histolytica
Taenia S.
Trichuris Trichuria
B. Coli
Giardia
Balantidasis
Morfologi
Bentuk: oval, ukuran panjang 50-80 dan lebar 40-60
Terdapat sistosom dan cytopyge posterior
Nukleus dobel (mikro dan makro nukleus)
Silia, vakuola, dan beberapa RBC
Kista: oval atau lingkaran
Balantidium coli
~70 x 45 m
(up to 200 m)
~55 m
Balantidiasis: Terapi
Pengobatan Kusta
Lokasi
Lesi
Furunkulosis
Dermatitis
seborrheic
Phitiriasis Alba
Pedinkulosis
Kapitis
Scalp, hair
Pedinkulosis
Korporis
106. Pedikulosis
Pediculus
3 macam infeksi pada manusia
Djuanda A. Ilmu penyakit kulit dan kelamin, 5th ed. Balai Penerbit FKUI; 2007.
Pedikulosis kapitis
Infeksi kulit dan rambut kepala
Banyak menyerang anak-anak dan higiene buruk
Gejala: mula-mula gatal di oksiput dan temporal,
Pedikulosis korporis
Biasanya menyerang orang dewasa dengan higiene
Pedikulosis pubis
Infeksi rambut di daerah pubis dan sekitarnya
Menyerang dewasa (tergolong PMS), dapat
menyerang jenggot/kumis
Dapat menyerang anak-anak, seperti di alis/bulu
mata dan pada tepi batas rambut kepala
Gejala: Gatal di daerah pubis dan sekitarnya, dapat
meluas ke abdomen/dada, makula serulae (sky blue
spot), black dot pada celana dalam
Pengobatan: gameksan 1%, benzil benzoat 25%
yang berkelompok di atas kulit yang sembab dan eritematosa di daerah dekat
mukokutan
Predileksi HSV tipe I di daerah pinggang ke atas, predileksi HSV tipe II di daerah
pinggang ke bawah terutama genital
Gejala klinis:
Infeksi primer: vesikel berkelompok di atas kulit yang sembab dan eritematosa,
berisi cairan jernih yang kemudian seropurulen, dapat menjadi krusta dan kadang
mengalami ulserasi dangkal, tidak terdapat indurasi, sering disertai gejala sistemik
Fase laten: tidak ditemukan gejala klinis, HSV dapat ditemukan dalam keadaan tidak aktif di
ganglion dorsalis
Infeksi rekuren: gejala lebih ringan dari infeksi primer, akibat HSV yang sebelumnya tidak aktif
mencpai kulit dan menimbulkan gejala klinis
Djuanda A. Ilmu penyakit kulit dan kelamin, 5th ed. Balai Penerbit FKUI; 2007.
Indication
Acyclovir
First episode
400 mg tid
OR 200 mg 5
times/d (for
7-10 d)
1000 mg bid
(for 7-10 d)
250 mg tid
(for 7-10 d)
Recurrent
400 mg tid
(for 3-5 d) OR
800 mg PO
tid (for 2 d)
500 mg bid
(for 3 d)
1000 mg bid
(for 1 d)
400 mg bid
500 mg qd
or
1000 mg qd
(if >9
recurrences/y
)
Daily
suppression
Valacyclovir Famciclovir
Tzank Smear
250 mg bid
http://emedicine.medscape.com/article/274874-overview#aw2aab6b7
Sumber: Stulberg DL,et al. Diagnosis and treatment of basal cell and squamous cell carcinoma. American Family Physician.
2004;70(8):1481-1488.
Djuanda A. Ilmu penyakit kulit dan kelamin, 5th ed. Balai Penerbit FKUI; 2007.
Melanoma maligna
Prognosis buruk
SCC
BCC
MM
109. ISK
3 bentuk gejala UTI:
Risk Factor
In girls, UTIs often occur at the onset of
toilet training. The child is trying to
retain urine to stay dry, yet the bladder
may have uninhibited contractions
forcing urine out. The result may be
high-pressure, turbulent urine flow or
incomplete bladder emptying, both of
which increase the likelihood of
bacteriuria.
Constipation can increase the risk of UTI
because it may cause voiding dysfunction
Babies who soil to diaper can also
sometimes get small particles of stool
into their urethra
Among infants wearing disposable
diapers, there is an increased risk of UTI
as the frequency of changing diapers
decreases.
T Sugimura, et al. Association between the frequency of disposable diaper changing and urinary tract infection in infants. Clin Pediatr (Phila). 2009
Jan;48(1):18-20.
Algoritme
Penanggulangan
dan Pencitraan
Anak dengan ISK
Tatalaksana UTI
Tujuan : Memberantas kuman penyebab, mencegah dan menangani komplikasi dini,
mencari kelainan yang mendasari
Umum (Suportif)
Masukan cairan yang cukup
Edukasi untuk tidak menahan berkemih
Menjaga kebersihan daerah perineum dan periurethra
Hindari konstipasi
Khusus
Sebelum ada hasil biakan urin dan uji kepekaan, antibiotik diberikan secara empirik
selama 7-10 hari
Obat rawat jalan : kotrimoksazol oral 24 mg/kgBB setiap 12 jam, alternatif ampisilin,
amoksisilin, kecuali jika :
Terdapat demam tinggi dan gangguan sistemik
Terdapat tanda pyelonefritis (nyeri pinggang/bengkak)
Pada bayi muda
Jika respon klinis kurang baik, atau kondisi anak memburuk berikan gentamisin (7.5
mg/kg IV sekali sehari) + ampisilin (50 mg/kg IV setiap 6 jam) atau sefalosporin gen-3
parenteral
Antibiotik profilaksis diberikan pada ISK simpleks berulang, pielonefritis akut, ISK pada
neonatus, atau ISK kompleks (disertai kelainan anatomis atau fungsional)
Pertimbangkan komplikasi pielonefritis atau sepsis
110.
Anemia
Parameter
Kadar normal
Satuan
Hb
g/dL
Ht
2 thn: 33-42
Leukosit
2 thn: 6000-17.500
/L
Trombosit
150.000-400.000
/L
MCV
2 thn: 70-86
fL
MCH
2 thn: 23-31
pg/sel
MCHC
2 thn: 30-36
%Hb/sel
THALASSEMIA
Penyakit genetik dgn supresi produksi hemoglobin karena
Thalassemia beta
Thalassemia alfa
PATHOPHYSIOLOGY OF THALASSEMIA
Pucat kronik
Hepatosplenomegali
Ikterik
Perubahan penulangan
Perubahan bentuk wajah
facies cooley
Hiperpigmentasi kulit
akibat penimbunan besi
Riwayat keluarga +
Riwayat transfusi
Ruang traube terisi
Osteoporosis
Hair on end pd foto
kepala
Diagnosis thalassemia
(contd)
Pemeriksaan darah
Analisis Hb
Hepatosplenomegali &
Ikterik
Pucat
Hair on
End
Hair on End & Facies
Skully
Hb 12 g/dl
Medikamentosa
Splenektomi kriteria:
Splenomegali masif
Kebutuhan transfusi PRC > 200220 ml/kg/tahun
usia: > thn
Be careful with trombocytosis
and infection
Immunizations are important
darah umbilikal)
Fetal hemoglobin inducer
(meningkatkan Hgb F yg
membawa O2 lebih baik dari
Hgb A2)
Terapi gen
KOMPLIKASI THALASSEMIA
Infection
chronic anemia iron overload deposisi iron pada miokardium
Stage
Iron Depletion
I
Iron
Deficiency
II
Iron Deficiency
Anemia
III
Serum Iron
Normal
Hb
Normal
Normal
MCV, MCH
MCHC
Iron Store
(Ferritin)
Anemia in Infant
Anemia (WHO):
A hemoglobin (Hb) concentration 2 SDs below the mean
Hb concentration for a normal population of the same
gender and age range
US National Health and Nutrition Examination
Robert D. Barker, Frank R. Greer, and The Committee of Nutrition. Diagnosis and Prevention of Iron Defiency and Iron Anemia in Infants and Young Children (0-3
years of Age. Pediatrics 2010; 126; 1040.
Diagnosis, Pengobatan dan Pencegahan Anemia Defisiensi Besi. Maria Abdulsalam, Albert Daniel. Sari Pediatri, Vol. 4, No. 2, September 2002
Tatalaksana IDA
Atasi penyakit yang mendasari
Nutrisi yang cukup
Besi elemental
3-6 mg/kg/hari dibagi 2 dosis, sebelum makan. Dilanjutkan hingga 2
bulan setelah anemia terkoreksi dan penyakit etiologi teratasi.
Transfusi PRC dibutuhkan bila Hb <6 g/dl; atau Hb 6 g/dl
Primer
Sekunder: skrining
Tatalaksana
Fe oral
Aman, murah, dan efektif
Enteric coated iron tablets tidak dianjurkan karena
penyerapan di duodenum dan jejunum
Beberapa makanan dan obat menghambat penyerapan
Jangan bersamaan dengan makanan, beberapa antibiotik, teh,
kopi, suplemen kalsium, susu. (besi diminum 1 jam sebelum atau
2 jam setelahnya)
Konsumsi suplemen besi 2 jam sebelum atau 4 jam setelah
antasida
Tablet besi paling baik diserap di kondisi asam konsumsi
bersama 250 mg tablet vit C atau jus jeruk meningkatkan
penyerapan
Tatalaksana
114. Dengue
Demam dengue
DBD
Nyeri kepala
Nyeri retroorbita
Myalgia/arthralgia
Ruam
Manifestasi perdarahan
Leukopenia
WHO. SEARO. Guidelines for treatment of dengue fever/dengue hemorrhagic fever in small hospitals. 1999.
Chikungunya
Chikungunya (Shawilli)
berdasarkan gejala pada
penderita: posisi tubuh meliuk
atau melengkung akibat nyeri
sendi hebat (arthralgia), terjadi
pada lutut pergelangan kaki
serta persendian tangan dan
kaki
PENYEBAB: virus
Chikungunya (CHIKV) +
nyamuk Aedes Aegypti
GEJALA
Demam diikuti dengan linu di
persendian (awam: demam/ flu
tulang) tanpa kelumpuhan
setelah lima hari: demam akan
berangsur-angsur reda, rasa ngilu
maupun nyeri pada persendian
dan otot berkurang sembuh
Penanganan
Rehidrasi: dapat diberikan oral/parenteral tergantung
status dehidrasinya
Pemberian Berikut
70 ml/kgbb selama :
1 jam
5 jam
30 menit
2.5 jam
Golongan Umur
Terapi medikamentosa
Antibiotik, bila terdapat indikasi (eg. kolera, shigellosis, amebiasis, giardiasis)
Probiotik
Zinc
Diberikan dalam dosis 20 mg untuk anak di atas 6 bulan, dan 10 mg untuk bayi
berusia kurang dari 6 bulan selama 10 hari
115.
Seorang bayi mengalami dehidrasi ringan sedang
116. Difteri
Penyebab : toksin Corynebacterium diphteriae
Organisme:
Gejala:
http://4.bp.blogspot.com/
Obat:
Antitoksin: 40.000 Unit ADS IM/IV, skin test
Anbiotik: Penisillin prokain 50.000 Unit/kgBB IM per
hari selama 7 hari atau eritromisin 25-50 kgBB dibagi 3
dosis selama 14 hari
Hindari oksigen kecuali jika terjadi obstruksi saluran
repirasi (Pemberian oksigen dengan nasal prongs dapat
memebuat anak tidak nyaman dan mencetuskan
obstruksi)
Indikasi trakeostomi/intubasi : Terdapat tanda tarikan
dinding dada bagian bawah ke dalam yang berat
Komplikasi : Miokarditis dan Paralisis otot 2-7
117. Tatalaksana
Dengue
Ikterus Neonatorum
Ikterus neonatorum: fisiologis vs non fisiologis.
Ikterus fisiologis:
Awitan terjadi setelah 24 jam
Memuncak dalam 3-5 hari, menurun dalam 7 hari (pada NCB)
Ikterus fisiologis berlebihan ketika bilirubin serum puncak adalah 7-15 mg/dl pada NCB
Ikterus non fisiologis:
Awitan terjadi sebelum usia 24 jam
Tingkat kenaikan > 0,5 mg/dl/jam
Tingkat cutoff > 15 mg/dl pada NCB
Ikterus bertahan > 8 hari pada NCB, > 14 hari pada NKB
Tanda penyakit lain
direk > 2 mg/dl jika bil tot <5 mg/dl atau bil direk >20% dr total bilirubin.
Penyebab: kolestasis, atresia bilier, kista duktus koledokus.
Kramers Rule
Daerah tubuh
Muka
4 -8
Dada/punggung
5 -12
8 -16
11-18
Telapak tangan/kaki
>15
20
18
16
14
12
10
8
6
4
2
0
fisiologis
non- fisiologis
hari
1
hari
2
hari
3
hari
4
hari
5
hari
6
hari
7
AAP, 2004
AAP, 2004
Presentation
Joint pain or swelling
Children typically have involvement of a single joint; lower
extremity joints, especially the knee and hip, account for most
cases.
Decreased or absent range of motion, joint tenderness,
swelling, warmth, and erythema are common physical signs
Diagnosis
Diagnosis of septic arthritis (SA) is established by a
Tatalaksana
Rawat inap
Intravenous antibiotic
days
early passive range of motion to stretch tendons and
prevent contractures.
Serial needle aspirations are performed.
Urgent arthrotomy and open drainage is usually
performed in septic arthritis of the hip or shoulder,
septic arthritis of other joints if no improvement occurs
within 3 days of starting antimicrobial therapy, or if a
large amount of pus is aspirated during diagnostic
arthrocentesis
http://emedicine.medscape.com/article/970365-treatment#showall
Anamnesis Hepatitis A :
Manifestasi hepatitis A: Anak dicurigai menderita hepatitis A jika ada
gejala sistemik yang berhubungan dengan saluran cerna (malaise,
nausea, emesis, anorexia, rasa tidak nyaman pada perut) dan ditemukan
faktor risiko misalnya pada keadaan adanya outbreak atau diketahui
sumber penularan.
Pedoman Pelayanan Medis IDAI
Hepatitis A
Virus RNA (Picornavirus)
ukuran 27 nm
Kebanyakan kasus pada
usia <5 tahun asimtomatik
atau gejala nonspesifik
Rute penyebaran: fekal
oral; transmisi dari orangorang dengan memakan
makanan atau
minumanterkontaminasi,
kontak langsung.
Inkubasi: 2-6 minggu
(rata-rata 28 hari)
Behrman RE. Nelsons textbook of pediatrics, 19th ed. McGraw-Hill; 2011.
Hepatitis A
Self limited disease dan tidak
Fatique
Demam
Mual
Nafsu makan hilang
Jaundice karena
hiperbilirubin
Bile keluar dari peredaran
darah dan dieksresikan ke urin
warna urin gelap
Feses warna dempul (claycoloured)
Diagnosis
Pencegahan:
Vaksinasi
Kebersihan yang baik
Sanitasi yang baik
Tatalaksana:
Simptomatik
Istirahat, hindari makanan
berlemak dan alkohol
Hidrasi yang baik
Diet
Penanda
Serologis
Hepatitis
Hepatitis
Hepatitis
Jenis virus
Antigen
Antibodi
Keterangan
HAV
RNA
HAV
Anti-HAV
Ditularkan
secara fekaloral
HBV
DNA
HBsAg
HBcAg
HBeAg
Anti-HBs
Anti-HBc
Anti-HBe
Ditularkan
lewat darah
Karier
HCV
RNA
HCV
C100-3
C33c
C22-3
NS5
Anti-HCV
Ditularkan
lewat darah
HDV
RNA
HBsAg
HDV antigen
Anti-HBs
Anti-HDV
Membutuhkan
perantara HBV
(hepadnavirus)
HEV
RNA
HEV antigen
Anti-HEV
Ditularkan
secara fekaloral
Lini kedua:
Kina + doksisiklin
Tetrasiklin + Primakuin
Lini kedua:
diuretik
Mekanisme GNAPS
Terperangkapnya kompleks antigen-antibodi dalam
Pemeriksaan Penunjang
Urinalisis
Penatalaksanaan
The major goal is to control edema and blood pressure
During the acute phase of the disease, restrict salt and water. If significant
Restricting physical activity is appropriate in the first few days of the illness but
Treat patients, family members, and any close personal contacts who are infected.
Throat cultures should be performed on all these individuals. Treat with oral penicillin G (250 mg
qid for 7-10 d) or with erythromycin (250 mg qid for 7-10 d) for patients allergic to penicillin
This helps prevent nephritis in carriers and helps prevent the spread of nephritogenic strains to
others
manifestations of uremia
Kattwinkel J, Perlman JM. Part 15: neonatal resuscitation: 2010 American Heart Association Guidelines for Cardiopulmonary
Resuscitation and Emergency Cardiovascular Care. Circulation. 2010;122(suppl 3):S909 S919
Food-borne botulism
GI tract symptoms usually occur first, beginning 18-36 hours after
Clinical Manifestation
Dysphagia - 96%
Nausea - 64%
Diplopia - 91%
Dyspnea - 60%
Dysarthria - 84%
Vomiting - 59%
Extremity weakness -
73%
Constipation - 73%
Diarrhea - 19%
Treatment
Supportive care, especially ventilatory support, is
essential.
Pemantauan Pertumbuhan
Interpretasi Pengukuran
TB/U
Interpretasi Pengukuran
BB/U
Z Score
>2 SD : Tergolong sangat tinggi.
Rujuk anak jika dicurigai adanya
gangguan endokrin (tinggi tidak
sesuai perkiraan tinggi kedua
orang tua, atau cenderung terus
meningkat)
2 sd (-2) SD : Normal
<-2 SD : Stunted
<-3 SD : Severly stunted
CDC-NCHS
90-110%
: Baik/normal
70-89%
: Tinggi kurang
<70%
: Tinggi sangat
kurang
Z Score
> 2 SD : Memiliki masalah
pertumbuhan, lebih baik dinilai
dari pengukuran berat terhadap
tinggi atau BMI/U
2 sd (-2) SD : Normal
<-2 SD : Underweight
<-3 SD : Severly underweight
CDC-NCHS
>120%
: Gizi lebih
80-120%
: Gizi baik
60-80%
: Gizi kurang, buruk
dengan edema
<60%
: Gizi
buruk
obesity
overweight
normal
mild malnutrition
moderate malnutrition
severe malnutrition.
127. Asma
Batuk dan atau mengi berulang dengan karakteristik
PATHOGENESIS
OF ASTHMA
Definition
o
Chronic
inflammatory
condition of the
airwayshyperreacti
vity
Episodic airflow
obstruction
Main processes
o
o
Inflammatory
reaction
Remodeling
http://www.clivir.com/pictures/asthma/asthma_symptom
s.jpg
T-helper lymphocytes
Mast cells
Eosinophils
Leads to
episodes of wheezing
Coughing
tightness in the chest
Breathlessness
shortage of breath specially at night and in the morning
Andrew H. Liu, Joseph D. Spahn, Donald Y. M. Leung.
Childhood Asthma. Nelson Textbook of Pediatrics
by:
Acute bronchoconstriction
Swelling of bronchial wall
Chronic production of mucous
Remodeling of airways walls
Remodelling Proscess
The inflammatory reaction goes on for a long period
Changes
Epithelial cells
damaged and the cilia are lostsusceptible for infection
goblet cells increasedincrease in the secretions
function of the muco-ciliary escalator lostsecretions accumulate in
the lungs
The neurons
The cardinal
features
airway hyperresponsiveness
excessive airway
mucus production
airway inflammation
elevated serum
immunoglobulin E
(IgE) levels
http://img.wikinut.com/img/r1xehlcoy_vpannf/jpeg/700x1000/Pathophysiology-of-Asthma.jpeg
NOCTURNAL ASTHMA
Associated with:
allergen exposure
Sleep
airway cooling
diminished clearance of mucous secretions
diurnal variations in hormone concentrations and in autonomic
nervous system control
Decreased epinephrine and increased vagal tone cause:
airway obstruction
enhance bronchial reactivity.
bronchial obstruction
Derajat
Serangan
Asma
Asma persisten
Frekuensi serangan
< 1x /bulan
> 1x /bulan
Sering
Lama serangan
< 1 minggu
1 minggu
Diantara serangan
Tanpa gejala
Normal
Obat pengendali
Tidak perlu
Perlu, steroid
Perlu, steroid
>15%
< 30%
< 50%
Alur
Penatalaksanaan
Serangan Asma
Keterangan di
soal
Nilai
Kontak TB
Demam > 2
minggu
1 bulan
Batuk > 3
minggu
1 bulan
Kelainan sendi
+ tulang
Foto rontgen
Pembesaran
KGB
Status gizi
Uji tuberkulin
JUMLAH
Time after
primary infection
2 3 months
Clinical Manifestation
Fever of Onset
6 24 months
Osteo-articular TB
> 5 years
Renal TB
Phlyctenular conjunctivitis
3 12 months
Primary pulmonary TB
TB Meningitis
Miliary TB
TB Pleural effusion
Erythema nodosum
Complications of focus
1. Effusion
2. Cavitation
3. Coin shadow
455
Complications of nodes
1. Extension to bronchus
2. Consolidation
3. Hyperinflation
MENINGITIS OR MILIARY
in 4% of children infected
under 5 years of age
LATE COMPLICATIONS
Renal & Skin
Most after 5 years
Most children
become tuberculin
sensitive
BRONCHIAL EROSION
3-9 months
A minority of children
experience :
1. Febrile illness
2. Erythema Nodosum
3. Phlyctenular Conjunctivitis
PRIMARY COMPLEX
Progressive Healing
Most cases
infection
4-8 weeks
Incidence decreases
As age increased
12 months
Development
Of Complex
GREATEST RISK OF LOCAL & DISEMINATED LESIONS
Resistance reduced :
1. Early infection
(esp. in first year)
2. Malnutrition
3. Repeated infections :
measles, whooping cough
streptococcal infections
4. Steroid therapy
BONE LESION
Most within
3 years
24 months
DIMINISHING RISK
But still possible
90% in first 2 years
Sistem Skoring
Diagnosis oleh dokter
Perhitungan BB saat
pemeriksaan
Demam dan batuk yang tidak
respons terhadap terapi baku
Cut-of f point: 6
Adanya skrofuloderma langsung
didiagnosis TB
Rontgen bukan alat diagnosis
utama
Reaksi cepat BCG harus dilakukan
skoring
Reaksi cepat BCG harus
dievaluasi dengan sistem
skoring
Total nilai 4 pada anak balita
atau dengan kecurigaan
besar dirujuk ke rumah sakit
Profilaksis INH diberikan pada
anak dengan kontak BTA (+)
dan total nilai <5
Terapi
Anak dengan TB paru atau limfadenitis TB dapat
Primary prophylaxis
460
negative
drug: INH 5 - 10 mg/kgBW/day
as long as contact take place, the source
should be treated
at least for 3 months
repeat TST:
negative: success, stop INH
positive: fail, become TB Class 2 continue as 2nd
proph
Secondary prophylaxis
461
month
Vaksin BCG
Vaksin BCG diberikan pada umur <3 bulan, sebaiknya pada anak
dari 3 bulan.
Pada bayi yang kontak erat dengan pasien TB dengan bakteri tahan
KIPI BCG
Penyuntikan BCG secara
Limfadenitis
Limfadenitis supuratif di aksila atau di
leher kadang-kadang dijumpai setelah
penyuntikan BCG.
Limfadenitis akan sembuh sendiri, jadi
tidak perlu diobati.
Apabila limfadenitis melekat pada kulit
atau timbul fistula maka lakukan
drainase dan diberikan OAT
BCG-itis diseminasi
Kontraindikasi BCG
Reaksi uji tuberkulin >5 mm,
Menderita infeksi HIV atau dengan risiko tinggi infeksi HIV,
130. Morbili/Rubeola/Campak
Pre-eruptive Stage
Demam
Catarrhal Symptoms coryza,
conjunctivitis
Respiratory Symptoms cough
Eruptive Stage/Stage of Skin Rashes
Exanthem sign
Maculopapular Rashes Muncul 2-7
hari setelah onset
Demam tinggi yang menetap
Anoreksia dan iritabilitas
Diare, pruritis, letargi dan
limfadenopati oksipital
Stage of Convalescence
Rash menghilang sama dengan urutan
munculnya (muka lalu ke tubuh bag
bawah) membekas kecoklatan
Demam akan perlahan menghilang saat
erupsi di tangan dan kaki memudar
Tindakan Pencegahan :
Imunisasi Campak pada usia 9 bulan
Mencegah terjadinya komplikasi berat
Morbili
Paramyxovirus
Kel yg rentan:
Prodromal
Enanthem ruam
kemerahan
Kopliks spots muncul 2
hari sebelum ruam dan
bertahan selama 2 hari.
Komplikasi
Otitis Media
Bronchopneumonia
Encephalitis
Pericarditis
Subacute sclerosing panencephalitis
late sequellae due to persistent
infection of the CNS
Rubella
Togavirus
Prodromal
Enanthem
Forschheimers spots
petekie pada hard palate
Rubella - komplikasi
Arthralgias/arthritis pada
org dewasa
Peripheral neuritis
encephalitis
thrombocytopenic purpura
(jarang)
Congenital rubella
syndrome
(and 7)
Yg rentan: 6-36 bulan
(puncak 6-7 bulan)
Musim: sporadik
Inkubasi: 9 hari
Masa infeksius: berada
dalam saliva secara
intermiten sepanjang
hidup; infeksi
asimtomatik persisten.
Scarlet Fever
Sindrom yang memiliki
karakteristik: faringitis
eksudatif, demam, dan rash.
Disebabkan oleh group Abetahemolyticstreptococci
(GABHS)
Masa inkubasi 1-4 hari.
Manifestasi pada kulit diawali
oleh infeksi streptokokus
(umumnya pada
tonsillopharynx) : nyeri
tenggorokan dan demam
tinggi, disertai nyeri kepala,
mual, muntah, nyeri perut,
myalgia, dan malaise.
133. Bronkiolitis
Infection (inflammation) at
bronchioli
Bisa disebabkan oleh beberapa
jenis virus, yang paling sering
adalah respiratory syncytial virus
(RSV)
Virus lainnya: influenza,
parainfluenza, dan adenoviruses
Predominantly < 2 years of age (2-
6 months)
Bronkhiolitis
Bronchiolitis
Bronchiolitis: Management
Mild disease
Symptomatic therapy
Moderate to Severe diseases
Life Support Treatment : O2, IVFD
Etiological Treatment
Anti viral therapy (rare)
Antibiotic (if etiology bacteria)
Symptomatic Therapy
Bronchodilator: controversial
Corticosteroid: controversial (not effective)
134. STRIDOR
Abnormal, high-pitched sound produced by turbulent
http://medschool.lsuhsc.edu
Causes
neonate
Laryngomalacia
Vocal cord dysfunction
Congenital tumours
Choanal atresia
Laryngeal webs
1st
2nd
Chronic
Chronic
Chronic
Chronic
Chronic
Chilld
acute
Acute
Acute
chronic
adult
Infection -epiglottitis -Laryngitis
Trauma acquired stenosis
CA Larynx or Trachea or main bronchus
http://medschool.lsuhsc.edu
Acute
Acute
chronic
http://dnbhelp.files.wordpress.com/2011/10/stridor.jpg?w=645
Laringomalasia
Laringomalasia adalah kelainan kongenital dimana
epiglotis lemah
Akibat epiglotis yang jatuh, akan menimbulkan
stridor kronik, yang diperparah dengan gravitasi
(berbaring).
Pada pemeriksaan dapat terlihat laring berbentuk
omega
Laringomalasia biasanya terjadi pada anak dibawah
2 tahun, dimulai dari usia 4-6 minggu, memuncak
pada usia 6 bulan dan menghilang di usia 2 tahun.
Sebagian besar kasus tidak memerlukan tatalaksana.
135. Ginekologi
Kista Bartholin
Polip Serviks
Karsinoma Serviks
Mioma Geburt
Kista Gartner
Suatu kista vagina yang disebabkan oleh sisa
KISTA BARTHOLIN
Kelenjar Bartholin:
Bulat, kelenjar seukuran
kacang terletak didalam
perineum pintu masuk
vagina arah jam 5 dan jam 7
Normal: tidak teraba
Duktus panjang 2 cm, dan
terbuka pada celah antara
selaput himen dan labia
minora di dinding lateral
posterior vagina
Kista Nabothi
Terjadi bila kelenjar
penghasil mukus di
permukaan serviks
tersumbat epitel
skuamosa
Benbentuk seperti beras
dengan permukaan licin
138. Endometriosis
Endometriosis sering ditemukan pada wanita
Gangguan Menstruasi
Coulter A, Bradlow J, Agass M, et al: Outcomes of referrals to gynaecology outpatient clinics for menstrual problems:
An audit of general practice records. Br J Obstet Gynaecol. 1991, 98: 789-796.
Kontak seksual
Riwayat penyakit menular seksual
Multiple sexual partners
IUD
PID:Current concepts of diagnosis and management,Curr Infect Dis Rep, 2012
Uterine tenderness, OR
Adnexal tenderness, OR
Cervical motion tenderness on pelvic exam?
YES
NO
YES
NO
NO
YES
http://depts.washington.edu/handbook/syndromesFemale/ch8_pid.html
http://www.cdc.gov/std/treatment/2010/pid
.htm
PID - Pengobatan
http://www.cdc.gov/std/treatment/2010/pid.htm
140. Kontrasepsi
Tingkat 2 :
apatis, nadi cepat dan kecil, lidah kering dan kotor, mata sedikit
ikterik, kadang suhu sedikit , oliguria, aseton tercium dalam hawa
pernafasan.
Tingkat 3 :
Tatalaksana Medikamentosa
142. Abortus
Definisi: Kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang
Faktor Predisposisi
DIAGNOSIS
PERDARAHAN
SERVIKS
Abortus
imminens
Sedikit-sedang
Tertutup lunak
Sesuai usia
kehamilan
Tes kehamilan +
Nyeri perut
Uterus lunak
Abortus insipiens
Sedang-banyak
Terbuka lunak
Abortus
inkomplit
Sedikit-banyak
Terbuka lunak
Abortus komplit
Sedikit-tidak ada
Tertutup atau
terbuka lunak
Abortus septik
Perdarahan
berbau
Lunak
Membesar, nyeri
tekan
Demam
leukositosis
Missed abortion
Tidak ada
Tertutup
Tidak terdapat
gejala nyeri perut
Tidak disertai
ekspulsi jaringan
konsepsi
Abortus
Imminens
Abortus Insipiens
Abortus Komplit
Abortus
Inkomplit
Missed Abortion
Sumber: Buku pelayanan kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan dasar dan Rujukan
Sumber: Buku pelayanan kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan dasar dan Rujukan
Tatalaksana Anemia
Tatalaksana umum anemia
Lakukan pemeriksaan apusan darah tepi untuk melihat morfologi sel
darah merah.
Bila fasilitas tidak tersedia berikan tablet 60 mg besi elemental dan
250 g asam folat, 3 kali sehari evaluasi 90 hari
Tatalaksana khusus anemia
Bila terdapat pemeriksaan apusan darah tepi, lakukan pengobatan
sesuai hasil apusan darah tepi.
Anemia defisiensi besi (hipokromik mikrositer): 180 mg besi
elemental per hari
Anemia defisiensi asam folat dan vitamin B12: asam folat 1 x 2 mg,
dan vitamin B12 1 x 250-1000g
Transfusi dilakukan bila Hb < 7 g/dL atau hematokrit < 20% atau Hb
> 7 g/dL dengan gejala klinis pusing, pandangan berkunang-kunang
atau takikardia
Sumber: Buku pelayanan kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan dasar dan Rujukan
Sumber: Buku pelayanan kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan dasar dan Rujukan
HELLP Syndrome
Eklampsia
Sumber: Buku pelayanan kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan dasar dan Rujukan
Hipertensi Kronik
Definisi
Hipertensi tanpa proteinuria yang timbul dari sebelum
kehamilan dan menetap setelah persalinan
Diagnosis
Tekanan darah 140/90 mmHg
Sudah ada riwayat hipertensi sebelum hamil, atau diketahui
adanya hipertensi pada usia kehamilan <20 minggu
Tidak ada proteinuria (diperiksa dengan tes celup urin)
Dapat disertai keterlibatan organ lain, seperti mata, jantung,
dan ginjal
Sumber: Buku pelayanan kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan dasar dan Rujukan
Hipertensi Kronik
Tatalaksana
Hipertensi Gestasional
Definisi
Hipertensi tanpa proteinuria yang timbul setelah kehamilan 20 minggu dan menghilang
setelah persalinan
Diagnosis
TD 140/90 mmHg
Tidak ada riwayat hipertensi sebelum hamil, tekanan darah normal di usia kehamilan <12
minggu
Tidak ada proteinuria (diperiksa dengan tes celup urin)
Dapat disertai tanda dan gejala preeklampsia, seperti nyeri ulu hati dan trombositopenia
Tatalaksana Umum
Pantau TD, urin (untuk proteinuria), dan kondisi janin setiap minggu.
Jika tekanan darah meningkat, tangani sebagai preeklampsia ringan.
Jika kondisi janin memburuk atau terjadi pertumbuhan janin terhambat, rawat untuk
penilaian kesehatan janin.
Beri tahu pasien dan keluarga tanda bahaya dan gejala preeklampsia dan eklampsia.
Jika tekanan darah stabil, janin dapat dilahirkan secara normal.
Sumber: Buku pelayanan kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan dasar dan Rujukan
Pre Eklampsia
Preeklampsia Ringan
Tekanan darah 140/90 mmHg pada usia kehamilan > 20 minggu
Tes celup urin menunjukkan proteinuria 1+ atau pemeriksaan protein
kuantitatif menunjukkan hasil >300 mg/24 jam
Preeklampsia Berat
Tekanan darah >160/110 mmHg pada usia kehamilan >20 minggu
Tes celup urin menunjukkan proteinuria 2+ atau pemeriksaan protein
kuantitatif menunjukkan hasil >5 g/24 jam; atau disertai keterlibatan organ
lain:
kronik
Eklampsia
Kejang umum dan/atau koma
Ada tanda dan gejala preeklampsia
Tidak ada kemungkinan penyebab lain (misalnya epilepsi,
perdarahan subarakhnoid, dan meningitis)
Sumber: Buku pelayanan kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan dasar dan Rujukan
Tatalaksana Preeklampsia-eklampsia
Tatalaksana umum
Semua ibu dengan preeklampsia maupun eklampsia harus dirawat masuk rumah
sakit
Pertimbangkan persalinan atau terminasi kehamilan
Induksi persalinan dianjurkan bagi ibu dengan preeklampsia berat dengan janin yang
belum viable atau tidak akan viable dalam 1-2 minggu.
Pada ibu dengan preeklampsia berat, di mana janin sudah viable namun usia
kehamilan belum mencapai 34 minggu, manajemen ekspektan dianjurkan, asalkan
tidak terdapat kontraindikasi
Pada ibu dengan preeklampsia berat, di mana usia kehamilan antara 34 dan 37
minggu, manajemen ekspektan boleh dianjurkan, asalkan tidak terdapat hipertensi
yang tidak terkontrol, disfungsi organ ibu, dan gawat janin. Lakukan pengawasan
ketat.
Pada ibu dengan preeklampsia berat yang kehamilannya sudah aterm, persalinan
dini dianjurkan.
Pada ibu dengan preeklampsia ringan atau hipertensi gestasional ringan yang sudah
aterm, induksi persalinan dianjurkan.
Sumber: Buku pelayanan kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan dasar dan Rujukan
Tatalaksana Preeklampsia-eklampsia
Antihipertensi
Sumber: Buku pelayanan kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan dasar dan Rujukan
Tatalaksana Khusus
Edema paru
Tatalaksana Eklampsia
Pencegahan dan Tatalaksana Kejang
Bila terjadi kejang perhatikan prinsip ABCD
Magnesium sulfat diberikan sebagai tatalaksana kejang pada
eklampsia dan pencegahan kejang pada preeklampsia berat.
Dosis pemberian magnesium sulfat intravena adalah 4 gram
selama 20 menit untuk dosis awal dilanjutkan 6 gram selama 6
jam untuk dosis rumatan. Magnesium sulfat dapat diberikan IM
dengan dosis 5 gram pada bokong kiri dan 5 gram pada bokong
kanan.
Syarat pemberian magnesium sulfat adalah terdapat refleks
patella, tersedia kalsium glukonas, dan jumlah urin minimal 0,5
ml/kgBB/jam
Sumber: Buku pelayanan kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan dasar dan Rujukan
Sumber:
http://www.gynob.c
om/fh.htm
Mola Hidatidosa
Gejala
Amenorrhea
Perdarahan (banyak/sedikit)
anemia
Rahim lebih besar dari usia
kehamilan
Kista teca lutein (10%)
Hyperemesis
Dapat disertai
preeklampsia/eklampsia;
hipertiroid
Tidak ada tanda janin :
ballotement (-), DJJ (-)
Diagnosis :
B-hCG tinggi dalam darah dan
urin
Percobaan sonde : masuk mudah
ke cavum uteri, tanpa tahanan
Diagnosis pasti: Lahirnya
gelembung-gelembung mola
pemeriksaan histopatologi :
edema dari stroma villi, avaskular
villi, kumpulan dari
syncytiotrophoblast/cytotrophobla
stic yang berproliferasi
USG : gambaran badai
salju/snowstorm pada mola
komplit; gambaran swiss cheese
pada mola partial
Mola Hidatidosa
Tatalaksana
Perhatikan keadaan umum ibu
Evakuasi jaringan : dengan vakum kuret, diberikan
oxytocin sebelumnya harus yakin bersih
Bila fungsi reproduksi cukup : dapat dianjurkan
histerektomi
Follow up rutin : untuk evaluasi kemungkinan
menjadi choriocarcinoma
Faktor Predisposisi
Penyulit Lainnya
Nullipara atau
multiparitas
Hipertensi
Versi luar
Trauma abdomen
Polihidramnion
Gemelli
Defisiensi nutritif
Pernah SC
Partus lama
CPD
Kelainan
letak/presentasi
Persalinan traumatik
Solusio plasenta
Janin mati dalam rahim
Eklampsia
Emboli air ketuban
Kehamilan multipara
Genetik
Diagnosis
Plasenta Previa
Solusio Plasenta
Syok/takikardia
Hilangnya gerak dan DJJ
Bentuk uterus
abnormal/kontur tidak jelas
Nyeri raba/tekan dinding
perut
Bagian anak mudah dipalpasi
Ruptura Uteri
Perdarahan gusi
Gambaran memar bawah kulit
Perdarahan dari tempat
suntikan/infus
Gangguan
pembekuan darah
Vasa Previa
D. Solusio Plasenta
Masam-macam:
- PP totalis
- PP lateralis
- PP marginal
- PP letak rendah
149.Tafsiran persalinan
Untuk menentukan usia kehamilan dapat
Tafsiran Persalinan
HPHT : 8 12 2010
Distosia Bahu
Faktor risiko distosia bahu adalah:
Antepartum: adanya riwayat distosia bahu, makrosomia,
diabetes mellitus atau intoleransi glukosa pada ibu,
kenaikan berat badan yang berlebih pada ibu saat
kehamilan, obesitas, dan kehamilan post-term
Intrapartum: Precipitous second stage, Operative vaginal
delivery (vakum, forceps, atau keduanya), prolonged second
stage, riwayat induksi atas indikasi makrosomia.
eksternal: Massanti
internal: Rubin (dengan episiotomi)
Rotation:
Bahu blkng: wood
wood corkscrew
Manual removal of posterior arm(scwartz)
dengan episiotomi
Roll over: ulangi
knee chest
Perdarahan
Fistula dapat terjadi tanpa diketahui penyebabnya karena perlukaan pada vagina menembus
kandung kencing atau rectum. Jika kandung kencing luka, maka air kencing akan segera
keluar melalui vagina (fistula vesikovagina). Jika rektum luka, maka kotoran dapat keluar ke
vagina (fistula rektovagina)
Hematoma
Infeksi
Obstetri Patologi
Kehamilan Ektopik
Diagnosis
Faktor Predisposisi
Kehamilan Ektopik
Tatalaksana Umum
Restorasi cairan tubuh dengan cairan kristaloid NaCl 0,9% atau Ringer
Laktat (500 mL dalam 15 menit pertama) atau 2 L dalam 2 jam pertama.
Segera rujuk ibu ke rumah sakit
Tatalaksana Khusus
Segera uji silang darah dan persiapan laparotomi (lihat lampiran A.20).
Saat laparotomi, lakukan eksplorasi kedua ovarium dan tuba fallopii:
Jika terjadi kerusakan berat pada tuba, lakukan salpingektomi (eksisi
bagian tuba yang mengandung hasil konsepsi)
Jika terjadi kerusakan ringan pada tuba, usahakan melakukan
salpingostomi untuk mempertahankan tuba (hasil konsepsi dikeluarkan, tuba
dipertahankan)
Jadwalkan kunjungan ulang setelah 4 minggu. Atasi anemia dengan
pemberian tablet besi sulfas ferosus 60 mg/hari selama 6 bulan.
Sumber: Buku pelayanan kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan dasar dan Rujukan
154. ANC
Kunjungan ANC adalah :
setiap bulan sampai umur kehamilan 28 minggu
setiap 2 minggu sampai umur kehamilan 32 minggu
setiap 1 minggu sejak kehamilan 32 minggu sampai
terjadi kelahiran.
Pemeriksaan khusus jika ada keluhan tertentu.
Pemeriksaan ANC
Standar Minimal 7T
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Gejala:
Agalaktorea
Amenorrhea atau oligomenorrhea setelah
persalinan atau kecelakaan
Pucat
Lemah
Menggigil
Presyok
Diagnosis
kemungkinan
Atonia uteri
Retensio plasenta
Sub-involusi uterus
Nyeri tekan perut bawah
Perdarahan post partum lanjut
Anemia
Demam (bila terinfeksi)
Neurogenik syok
Pucat dan limbung
Inversio Uteri
156. Atonia
Uteri
Atonia Uteri
Lakukan pemijatan uterus & pastikan plasenta lahir lengkap
Berikan 20-40 unitoksitosin dalam 1000 ml larutan NaCl 0,9%/Ringer Laktat
Definition
Primary Amenorrhea
Secondary
Amenorrhea
Oligomenorea
Menorrhagia
Metrorrhagia
Menometrorrhagia
Gangguan Menstruasi
PENYEBAB
Kelainan di otak, kelenjar hipofisa, kelenjar tiroid, kelenjar adrenal,
ovarium maupun sistem reproduksi lainnya.
Dalam keadaan normal, hipotalamus (bagian dari otak yang terletak
diatas kelenjar hipofisa kelenjar hipofisa untuk melepaskan hormonhormon yang merangsang dilepaskannya sel telur oleh ovarium.
Pada penyakit tertentu, pembentukan hormon hipofisa yang abnormal
Etiologi
Penyebab amenore primer:
1. Tertundanya menarke (menstruasi pertama)
2. Kelainan bawaan pada sistem kelamin (misalnya tidak
memiliki rahim atau vagina, adanya sekat pada vagina, serviks
yang sempit, lubang pada selaput yang menutupi vagina terlalu
sempit/himen imperforata)
3. Penurunan berat badan yang drastis (akibat kemiskinan, diet
berlebihan, anoreksia nervosa, bulimia, dan lain lain)
4. Kelainan bawaan pada sistem kelamin
5. Kelainan kromosom (misalnya sindroma Turner atau
sindroma Swyer) dimana sel hanya mengandung 1 kromosom
X)
6. Obesitas yang ekstrim
7. Hipoglikemia
Etiologi
Penyebab amenore sekunder:
1. Kehamilan
2. Kecemasan akan kehamilan
3. Penurunan berat badan yang drastis
4. Olah raga yang berlebihan
5. Lemak tubuh kurang dari 15-17%extreme
6. Mengkonsumsi hormon tambahan
7. Obesitas
8. Stres emosional
Patogenesis
Paparan Estrogen terus menerus memiliki efek
Menstimulasi the transcription of genes for cyclin D,
protooncogenes, growth factors, dan growth factor
receptors.
Klinis
Diagnosis hiperplasia endometrium dapat dicurigai pada:
1. Wanita pasca menoupose (50-60 thn) dengan perdarahan
uterus yang banyak, lama, dan sering (< 21 hari) atau
2. Perdarahan uterus yang tidak teratur pada wanita
menopouse, atau menjelang menepouse.
* Setelah disingkirkan adanya keganasan
159. Metritis
Metritis adalah infeksi uterus pasca persalinan.
plasenta)
Tatalaksana Metritis
Berikan antibiotika sampai 48 jam bebas demam dengan
1. Power
PERSALINAN
Kala 1
Pematangan dan pembukaan
serviks sampai lengkap (kala
pembukaan)
Kala 2
Pengeluaran bayi (kala
pengeluaran)
Kala 3
Pengeluaran plasenta (kala uri)
Kala 4
Masa 1 jam setelah partus,
terutama untuk observasi
Kala Persalinan
HIS
Gelombang kontraksi ritmis otot
Kala Persalinan
Sifat his pada berbagai fase persalinan
Kala 1 awal (fase laten)
Timbul tiap 10 menit dengan amplitudo 40 mmHg, lama 20-30 detik. Serviks terbuka sampai 3
cm. Frekuensi dan amplitudo terus meningkat.
Kala 1 lanjut (fase aktif) sampai kala 1 akhir
Terjadi peningkatan rasa nyeri, amplitudo makin kuat sampai 60 mmHg, frekuensi 2-4 kali / 10
menit, lama 60-90 detik. Serviks terbuka sampai lengkap (+10cm).
Kala 2
Amplitudo 60 mmHg, frekuensi 3-4 kali / 10 menit. Refleks mengejan terjadi
juga akibat stimulasi dari tekanan bagian terbawah janin (pada persalinan normal yaitu kepala)
yang menekan anus dan rektum. Tambahan tenaga meneran dari ibu, dengan kontraksi otototot dinding abdomen dan diafragma, berusaha untuk mengeluarkan bayi.
Kala 3
Amplitudo 60-80 mmHg, frekuensi kontraksi berkurang, aktifitas uterus menurun. Plasenta
dapat lepas spontan dari aktifitas uterus ini, namun dapat juga tetap menempel (retensio) dan
memerlukan tindakan aktif (manual aid).
Kala Persalinan
Kala I
Fase laten :
pembukaan sampai mencapai 3 cm (8 jam).
Fase aktif :
pembukaan dari 3 cm sampai lengkap (+ 10 cm),
berlangsung sekitar 6 jam. Fase aktif terbagi atas :
1. fase akselerasi (sekitar 2 jam), pembukaan 3 cm sampai
4 cm.
2. fase dilatasi maksimal (sekitar 2 jam), pembukaan 4 cm
sampai 9 cm.
3. fase deselerasi (sekitar 2 jam), pembukaan 9 cm sampai
lengkap (+ 10 cm).
Banyaknya kematian anak berusia 0-4 tahun selama satu tahun tertentu per 1000 anak umur
Angka Kematian yang sama pada pertengahan tahun itu (termasuk kematian bayi). Indikator ini terkait langsung
Balita (U5MR) 0dengan target kelangsungan hidup anak dan merefleksikan kondisi sosial, ekonomi dan
lingkungan anak-anak bertempat tinggal termasuk pemeliharaan kesehatannya. Akaba kerap
4 tahun
dipakai untuk mengidentifikasi kesulitan ekonomi penduduk.
Angka Kematian Ibu (AKI) adalah kematian perempuan ketika hamil atau dalam 42 hari setelah
terminasi kehamilan (melahirkan/keguguran/aborsi) yang disebabkan oleh hal-hal terkait
dengan kehamilan atau pemeliharaannya. Kegunaan: Indikator kematian ibu bermanfaat untuk
pengembangan program peningkatan kesehatan reproduksi, terutama pelayanan kehamilan dan
Angka Kematian
membuat kehamilan yang aman bebas risiko tinggi (making pregnancy safer), Program
Ibu
peningkatan jumlah kelahiran yang dibantu oleh tenaga kesehatan, Penyiapan sistim rujukan
dalam penanganan komplikasi kehamilan, Penyiapan keluarga dan suami siaga dalam
menyongsong kelahiran, yang semuanya bertujuan untuk mengurangi Angka Kematian Ibu dan
meningkatkan derajat kesehatan reproduksi
Collateral referral
Cross referral
Split referral
PEDOMAN UMUM PENGELOLAAN POSYANDU. Kementerian Kesehatan RI dan Kelompok Kerja Operasional (POKJANAL POSYANDU). 2011
164. Prevalensi
Sukardi. (2004). Metodologi Penelitian Pendidikan, Kompetensi dan Prakteknya. Jakarta : Bumi aksara.
Definisi
Promosi kesehatan
Proteksi spesifik
Early diagnosis
and promp
treatment
Limitasi Disabilitas
Rehabilitasi
Primer
Health
promotion
Specific
protection
Hidup sehat secara
umum
Pencegahan penyakit
tertentu
Sekunder
Early
diagnosis
Prompt
treatment
Tersier
Rehabilitation
Periode of Prepathogenesis
Periode of Pathogenesis
HEALTH PROMOTION
Health education in the
fundamental facts of family
health and diseases
SPESIFIC PROTECTION
Plans for routine specific
immunizations and use of most
effective periods
REHABILITATION
EARLY DIAGNOSIS AND
PROMPT TREATMENT
Case finding by periodical
examination and selective
examination
DISABILITY LIMITATION
Complete therapy
Use of home nursing services when
indicated
Consultation Referral
Examination of hereditary
risk
Minor surgery
Examination of contacts
Preparation for
surgery
Consultation
Major surgery
Hospitalization
when indicated
Referral
Specialist
treatment
Treatment
Primary Prevention
Secondary Prevention
Tertiary Prevention
General beneficence
Berbuat baik kepada siapa pun, termasuk yang tidak kita kenal
Pengorbanan diri demi melindungi dan menyelamatkan pasien
janji atau wajib menyejahterakan pasien dan membuat diri
terpecaya
Contoh tindakan
Kriteria
Beneficence
Kriteria
1. Mengutamakan altruism (menolong tanpa pamrih, rela berkorban untuk kepentingan
orang lain)
2. Menjamin nilai pokok harkat dan martabat manusia
3. Memandang pasien/keluarga sebagai sesuatu yang tak hanya menguntungkan dokter
4. Mengusahakan agar kebaikan lebih banyak dibandingkan keburukannya
5. Paternalisme bertanggungjawab/berkasih sayang
6. Menjamin kehidupan baik minimal manusia
kesejahteraan bersama
Utilitarian: memaksimalkan kemanfaatan publik dengan strategi
menekankan efisiensi sosial dan memaksimalkan nikmat/
keuntungan bagi pasien
Libertarian: menekankan hak kemerdekaan sosial-ekonomi
(mementingkan prosedur adil > hasil substansif atau materiil)
Komunitarian: mementingkan tradisi komunitas tertentu
Egalitarian: kesamaan akses terhadap nikmat dalam hidup yang
dianggap bernilai oleh setiap individu rasional (sering menerapkan
kriteria material kebutuhan bersama)
Hukum (umum)
Tukar-menukar: kebajikan memberkan atau mengembalikan hak-hak
kepada yang berhak
Pembagian sesuai denan hukum (pengaturan untuk kedamaian hidup
bersama) mencapai kesejahteraan umum
justice
Kriteria
1. Memberlakukan sesuatu secara universal
2. Mengambil porsi terakhir dari proses membagi yang telah ia lakukan
3. Memberi kesempatan yang sama terhadap pribadi dalam posisi yang sama
4. Menghargai hak sehat pasien
5. Menghargai hak hukum pasien
6. Menghargai hak orang lain
7. Menjaga kelompok yang rentan
8. Tidak melakukan penyalahgunaan
9. Bijak dalam makro alokasi
10. Memberikan kontribusi yang relative sama dengan kebutuhan pasien
11. Meminta partisipasi pasien sesuai kemampuannya
12. Kewajiban mendistribusikan keuntungan dan kerugian (biaya, beban, sanksi)
secara adil
13. Mengembalikan hak kepada pemiliknya pada saat yang tepat dan kompeten
14. Tidak member beban berat secara tidak merata tanpa alas an tepat/sah
15. Menghormati hak populasi yang sama-sama rentan penyakit/gangguan
kesehatan
16. Tidak membedakan pelayanan pasien atas dasar SARA, status social, dsb
173. Surveilans
Surveilans Epidemiologi Rutin Terpadu: penyelenggaraan Surveilans
Calgary Cambridge
dokter, doktek gigi, atau sarana pelayanan kesehatan, sedangkan isi rekam medis
milik pasien.
Dalam Pasal 48 UU Praktek Kedokteran.
Ayat (1) setiap dokter atau dokter gigi dalam melaksanakan praktek kedokteran wajib menyimpan
rahasia kedokteran;
Ayat (2) rahasia kedokteran dapat dibuka hanya untuk kepentingan kesehatan pasien, memenuhi
permintaan aparatur penegak hukum dalam rangka penegakan hukum, permintaan pasien
sendiri, atau berdasarkan ketentuan perundang undangan.
Permenkes Rekam Medis Pasal 11 ayat (2) yang menyatakan pimpinan sarana
pelayanan kesehatan dapat menjelaskan isi rekam medis secara tertulis atau
langsung kepada pemohon tanpa izin pasien berdasarkan peraturan perundangundangan
Penyidik dapat meminta kopi rekam medis pada sarana pelayanan kesehatan yang
menyimpannya, untuk melengkapi alat bukti yang diperlukan dalam perkara
hukum (pidana).
* : Uji Parametrik; Tanda panah ke bawah : Uji alternatif jika parametrik tidak terpenuhi
Skala Pengukuran
Komparatif : Dianggap skala kategorikal bila kedua variabel
kategorik. Skala numerik jika salah satu variabel
numerik
Korelatif : Dianggap skala kategorikal bila salah satu
variabel kategorik. Skala numerik jika kedua variabel
numerik
Berpasangan vs Tidak Berpasangan
Berpasangan : Dua atau lebih kelompok data berasal
dari subyek yang sama atau yang berbeda tapi telah
dilakukan matching
Tidak berpasangan : Data berasal dari kelompok subyek
yang berbeda, tanpa matching
Jika ditemukan memar yang nampak baru tanpa disertai perubahan warna,
diperkirakan terjadi 2 hari sebelum kematian
Jika memar terdapat perubahan warna kehijauan, diperkirakan terjadi
tidak lebih dari 18 jam sebelum kematian
Jika ada beberapa memar dengan beberapa warna yang berbeda, berarti
tidak terjadi pada saat yang sama. Penting pada kasus penyiksaan anak.
180. Tanatologi
Cadaveric spasm adalah bentuk kekakuan otot yang
Komponen luka :
Luka akibat terjangan anak peluru
Bukti partikel logam akibat geseran anak peluru dengan
laras
Butir mesiu
Panas akibat ledakan mesiu
Kerusakan jaringan akibat moncong laras yang menekan
sasaran
Komponen produk ikutan mana yang mencapai
luar ke dalam):
Kelim tatoo : Butir mesiu yang tidak habis terbakar dan
tertanam pada kulit
Kelim jelaga : Akibat jelaga yang keluar dari ujung laras
Kelim api : Hiperemi atau jaringan yang terbakar (jarak
sangat dekat
Kelim lecet : Bagian yang kehilangan kulit ari akibat
peluru yang menembus kulit
Kelim kesat : Zat pada anak peluru (minyak pelumas,
jelaga, mesiu) yang terusap pada tepi lubang
Keterangan
Livor mortis
Rigor mortis
terjadi bila cadangan glikogen dalam otot habis maka energi tidak
terbentuk dan aktin-miosin menggumpal sehingga otot menjadi kaku.
Mulai tampak 2 jam setelah mati klinis, arahnya sentripetal (dari luar ke
dalam), menjadi lengkap dalam 12 jam, dipertahankan selama 12 jam,
kemudian menghilang sesuai urutan terbentuknya.
Dekomposisi
proses degradasi jaringan akibat autolisis dan kerja bakteri. Tampak kirakira 24 jam pascamata berupa perubahan warna kehijauan pada perut
kanan bawah yang secara bertahan menyebar ke seluruh perut dan dada
menyertai terciumnya bau busuk.
36 48 jam pascamati akan dijumpai larva lalat (pengukuran panjang
larva dapat memperkirakan saat kematian).
Pada kasus belum ditemukan livor mortis menetap (<8 jam), tidak ada kaku yang
lengkap (<12 jam), dan tidak ada pembusukan (<24 jam)
Dapat disimpulkan waktu kematian antara 3-8 jam
184. Autopsi
Autopsi (juga dikenal pemeriksaan kematian atau
badan.
Tinggi badan diukur dari puncak kepala hingga tumit (crown-heel), dapat
digunakan untuk memperkirakan umur menurut Haase.
Cara lain yaitu dari puncak kepala hingga tulang ekor (crown-rup), digunakan oleh
Streeter.
Pusat penulangan yang paling bermakna dalam memperkirakan umur adalah
pusat penulangan pada bagian distal os femur. Pemeriksaan dengan sinar-X dapat
membantu untuk menilai timbulnya epifise dan fusinya dengan diafise
Abdul Munim Idries. Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi Pertama. Binarupa Aksara: 1997
: TKP
Phase II :Post Mortem
Phase III :Ante Mortem
Phase IV :Rekonsiliasi
Phase V :Debriefing
FA S E 1 - T K P
Fungsi
Menetapkan prosedur DVI
Mencari, menemukan, mencatat sisa tubuh dan
barang
Tempat insiden harus dianggap sebagai TKP
TKP harus diteliti dan membuat catatan sebelum
sisa tubuh dipindahkan
Kerjasama dengan pihak terkait di TKP
Form DVI warna pink
Fungsi
Melakukan pemeriksaan mayat, property dll
Mencatat hasil pemeriksaan, dokumentasi
Pengambilan sidik jari
Pengambilan sampel DNA
Mencatat hasil dalam form DVI warna pink
Fungsi
Membandingkan data AM dengan PM
Penetapan suatu identifikasi
Mengkorfimasi apakah hasil yang
dicapai sudah memuaskan semua
pihak (Tim)
FASE 5 DEBRIEFING
Kegunaan
1. Meninjau kembali pelaksanaan DVI
2. Mengenali dampak positive dan
negative operasi DVI
3. Menentukan keefektifan persiapan tim
DVI secara psikologi
4. Melaporkan temuan serta memberikan
masukan untuk meningkatkan operasi
berikutnya
Chronic tonsillitis
Tonsilitis Kronis
Deskripsi Tonsilitis Kronik
Batasan
Etiologi
Gejala
Terapi
Indikasi Tonsilektomi
Tonsilitis > 3 kali pertahun walau dengan terapi adekuat
Tonsil hipertrofi yang menimbulkan maloklusi gigi dan
Patofisiologi
Vertigo
Tinitus
tuli
sensorineural
terutama pada
nada rendah
Trias Meniere
Typical
Atypical
Diagnosis
ANAMNESIS
PEMERIKSAAN FISIK
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
audiometri
ENG
BERA
Electrocochleography
MRI kepala
tes gliserin
timpanometri
DIAGNOSIS BANDING
tumor N.VIII
sclerosis
multiple
neuritis
vestibuler
vertigo posisi
paroksisimal
jinak (VPPJ) /
BPPV
TATALAKSANA
Diet dan perubahan gaya hidup
diet rendah
garam
Pemakaian rokok
alkohol, coklat,
Kafein dan nikotin harus dihentikan.
Olahraga rutinOlahraga rutin
Farmakologi
Vasodilator perifer, anti histamin,
antikolinergik, steroid dan diuretik :
untuk mengurangi tekanan pada
endolimfe.
Obat antiiskemia dapat pula diberikan
sebagai obat alternatif dan neurotonik
untuk menguatkan sarafnya
Diazepam: pada kasus akut untuk
membantu mengontrol vertigo
Anti emetik seperti prometazin: untuk
mengurangi mual, muntah, dan
vertigonya
Diuretik seperti thiazide: menurunkan
tekanan dalam sistem endolimfe
TATALAKSANA
Latihan (rehabilitasi)
Canalit Reposition
Treatment (CRT)
Brand - Darroff
Penatalaksanaan bedah
Operasi yang
direkomendasikan bila
serangan vertigo tidak
terkontrol:
Dekompresi sakus
endolimfatikus
Labirinektomi
Neurektomi vestibuler
Labirinektomi dengan
zat kimia
Endolymphe shunt
Normal
Tuli
Kondukif
Tuli
Sensorineu
ral
Tes Rinne
Positif
Negatif
Positif
Tes Weber
Tidak ada
lateralisasi
Lateralisasi
ke telinga
sakit
Lateralisasi
ke telinga
sehat
Sama dengan
pemeriksa
Memanjang
Memendek
Tes Swabach
190. OM Serosa
Otitis media serosa ialah keradangan non bakterial
Timpanometri
Timpanometri dilakukan untuk mengetahui keadaan di
192. Rhinosinusitis
Diagnosis
Clinical Findings
Acute
Rhinosinusitis
Chronic sinusitis
Dentogen sinusitis
Rhinosinusitis
Pemeriksaan penunjang rhinosinusitis:
Foto polos: posisi waters, PA, lateral. Tapi hanya menilai
sinus-sinus besar (maksila & frontal). Kelainan yang tampak:
perselubungan, air fluid level, penebalan mukosa.
CT scan: mampu menilai anatomi hidung & sinus, adanya
penyakit dalam hidung & sinus, serta perluasannya gold
standard. Karena mahal, hanya dikerjakan utk penunjang
sinusitis kronik yang tidak membaik atau pra-operasi untuk
panduan operator.
Rhinosinusitis
Terapi rhinosinusitis
Tujuan:
Mempercepat penyembuhan
Mencegah komplikasi
Mencegah perubahan menjadi kronik
Prinsip:
Farmakologi:
AB amoksisilin 10-14 hari
Dekongestan
Lain-lain: analgetik, mukolitik, steroid oral/topikal, NaCl
Operasi
Perichondritis Aurikula
Keloid
Test
Intepretation
Romberg test
Hallpike test
CT scan 3D
196. Vertigo
Vertigo
Vertigo sentral
Sumber masalah berasal
dari kelainan pada sistem
saraf pusat
Vertigo perifer
Sumber masalah berasal
dari kelainan sistem
vestibuler perifer yg terdiri
dari sensor proprioseptif,
sensor taktil dan visual
Anamnesis
Onset vertigo
Tingkat keparahannya
Riwayat penyakit terdahulu
Riwayat penggunaan obat
Karakteristik
Perifer
Sentral
Intensitas
Kelelahan
Gejala yang berhubungan
Berat
Kelelahan, adaptasi
Mual, penurunan
pendengaran, berkeringat
Gejala akan memburuk
pada mata tertututp
Horizontal, unilateral,
berputar
Nistagmus dapat ditahan
oleh fiksasi bola mata
Ringan
Tidak ada kelelahan
kelemahan, mati rasa,
sering jatuh
Gejala membaik pada
mata tertutup
Vertikal, bilateral
Tidak ada efek atau
nistagmus menetap
Menutup mata
Nistagmus
Fiksasi bola mata
Penyakit
BPPV
Menieres
Disease
Vestibulopati
berulang
Vestibuler
Neuronitis
Labirinitis
Neuroma
akustik
Durasi
unilateral
Tidak
Tidak
Hari
unilateral
Bersiul
Tidak
Kronis
progresif
Tidak
Tidak
Gejala lain
Otitis media
akut
Kelemahan saraf
kranialis VII
Patogenesis
Diagnosis
Terapi
Malignant/bony type:
Cholesteatoma at attic
type perforation
Deskripsi OMSK
Batasan
Klasifikasi
Terapi
Mastioidectomy
Miringoplasty
200. Vertigo
TERIMA KASIH
SELAMAT BELAJAR