Anda di halaman 1dari 16

1

STATUS PASIEN
1. IDENTITAS PASIEN
Nama

: Ny. J

Umur

: 48 Tahun

Jenis Kelamin

: Perempuan

Alamat

: Cilengkrang

Pekerjaan

: Buruh

Agama

: Islam

Poli

: Mata

2. ANAMNESIS
Keluhan utama:
Penglihatan tampak kabur
Riwayat penyakit sekarang
Pasien datang dengan keluhan penglihatan tampak kabur, pada saat melihat pasien
merasa ada kabut, penghlihatan menurun dirasa sejak 6 bulan yang lalu. Mata kanan
yang pertama kali dirasa menurun. Mata kiri dirasakan buram sejak 1 bulan yang lalu.
Pasien tidak merasakan gatal pada matanya, pasien tidak merasakan nyeri pada matanya,
berair (-), mata merah (-). Sebelumnya pasien belum pernah berobat. Pasien mempunyai
riwayat terbiasa menggunakan obat dexametason selama + 2 tahun, karena mengeluhkan
nyeri pada kakinya. Menurut keterangan pasien di keluarga tidak ada yang mempunyai
penyakit yang sama.
Riwayat Penyakit Dahulu
- Keluhan yang sama (-)
- Hipertensi (-)
- DM (-)
- Trauma pada daerah mata (-)
- Riwayat katarak sebelumnya (-)
Riwayat Penyakit Keluarga
- Keluhan yang sama (-)
- DM (-)
- Hipertensi (-)
3. STATUS GENERALIS
A. Keadaan Umum
: Baik
B. Kesadaran
: Komposmentis
C. Tanda-Tanda Vital
Tekanan Darah : 120/80 mmhg
Nadi
: 88x/menit

RR
Suhu

::-

4. STATUS OPHTHALMOLOGI
Oculi Dextra
1/300

Visus

Oculi Sinistra
1/60

Ortoforia

Kedudukan Bola

Ortoforia

Duksi : Baik

Mata
Pergerakan Bola

Duksi : Baik

Versi : Baik
Hordeolum (-)

Mata

Versi : Baik
Hordeolum (-)

Kalazion (-)

Kalazion (-)

Entropion (-)

Entropion (-)

Ektropion (-)

Palpebra Superior

Ektropion (-)

Ptosis (-)

Ptosis (-)

Xanthelasma (-)

Xanthelasma (-)

Trauma (-)
Hordeolum (-)

Trauma (-)
Hordeolum (-)

Kalazion (-)

Kalazion (-)

Entropion (-)

Palpebra Inferior

Entropion (-)

Ektropion (-)

Ektropion (-)

Ptosis (-)

Ptosis (-)

Xanthelasma (-)

Xanthelasma (-)

Trauma (-)
Hiperemis (-)

Konjongtiva

Trauma (-)
Hiperemis (-)

Anemis (-)
Injeksi (-)

Palpebra

Anemis (-)
Injeksi (-)

Pinguekula (-)

Konjungtiva Bulbi

Pinguekula (-)

Pterygium (-)
Sekret (-)
Hiperemis (-)
Ikterik (-)
Ulkus (-)
Sikatriks (-)

Pterygium (-)
Konjungtiva
Forniks
Sklera
Kornea

Sekret (-)
Hiperemis (-)
Ikterik (-)
Ulkus (-)
Sikatriks (-)

3
Edema (-)

Edema (-)

Panus (-)
Jernih

Panus (-)
Jernih

Dangkal (-)

COA

Dangkal (-)

Hifema (-)

Hifema (-)

Hipopion (-)
Kripte Melebar (-)

Hipopion (-)
Kripte Melebar (-)

Sinekia (-)

Iris

Rubeosis Iridis (-)


Diameter 2,5 mm
Bentuk Reguler

Rubeosis Iridis (-)


Diameter 2,5 mm
Pupil

Reflek cahaya langsung (+)


Reflek cahaya tak langsung (+)
Sebagian Lensa Keruh
5,9 (DBN)

Sinekia (-)

Bentuk Reguler
Reflek cahaya langsung (+)

Lensa
TIO

Reflek cahaya tak langsung (+)


Sebagian Lensa Keruh
6,5 (DBN)

5. DIAGNOSIS BANDING
Katarak Komplikata
Katarak Senilis Imatur
6. DIAGNOSIS KERJA
OD

: Katarak komplikata et causa kortikosteroid

OS

: Katarak komplikata et causa kortikosteroid

7. TERAPI
Operasi Katarak : Intra Capsular Cataract Extraction/Ekstraksi katarak Intra Kapsular (ICCE)
atau Extra Capsular Cataract Extraction/Ekstraksi katarak Ekstra Kapsular (ECCE).
8. PROGNOSIS
Ad visam

: Dubia at bonam

Ad sanam

: Dubia at bonam

Ad vitam

: Dubia at bonam

9. EDUKASI

Menjelaskan pada pasien mengenai penyakit katarak, akibat katarak dan komplikasi

dan prognosis katarak


Menjelaskan bahwa penyakitnya tersebut tidak dapat sembuh hanya dengan obat,

harus dilakukan tindakan operasi.


Menjelaskan pada pasien resiko tindakan operasi katarak.

PEMBAHASAN
Katarak adalah kekeruhan pada lensa.1,2 yang dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan
cairan) lensa, denaturasi protein lensa, atau akibat kedua-duanya. 3 Biasanya kekeruhan
mengenai kedua mata dan berjalan progresif ataupun dapat tidak mengalami perubahan dalam
waktu yang lama. Kekeruhan pada lensa ini mengakibatkan lensa tidak transparan, sehingga
pupil akan berwarna putih atau abu-abu.
Pada anamnesis pasien ini didapatkan Pasien datang dengan keluhan penglihatan tampak
kabur, pada saat melihat pasien merasa ada kabut, penghlihatan menurun dirasa sejak 6 bulan
yang lalu. Mata kanan dirasa yang pertama kali dirasa menurun. Mata kiri dirasakan buram
sejak 1 bulan yang lalu. Pasien tidak merasakan gatal pada matanya, pasien tidak merasakan
nyeri pada matanya, berair (-), mata merah (-). Sebelumnya pasien belum pernah berobat.
Pasien mempunyai riwayat terbiasa menggunakan obat dexametason selama + 2 tahun, karena
mengeluhkan nyeri pada kakinya. Menurut keterangan pasien di keluarga tidak ada yang
mempunyai penyakit yang sama. Keluhan pandangan kabur pada pasien disebabkan karena
kekeruhan lensa yang menyebabkan penurunan penglihatan yang progresif dan tidak disertai
rasa nyeri. Kekeruhan lensa mengakibatkan lensa tidak transparan sehingga pupil berwarna
putih dan abu-abu.
Pada pemeriksaan fisik, katarak sering kali berkaitan dengan terjadinya penurunan
ketajaman penglihatan, baik untuk melihat jauh maupun dekat. Ketajaman penglihatan dekat
lebih sering menurun jika dibandingkan dengan ketajaman pengihatan jauh. Pada pemeriksaan
fisik didapatkan, tajam penglihatan pasien pada kedua mata pasien OD 1/300 dan OS 1/60 yang

5
artinya pasien hanya dapat melihat bayangan dari jarak dekat, dan mata sebelah kiri dapat
melihat dengan jarak 1 meter dimana mata normal dapat melihat sejauh 60 meter. Penglihatan
menurun tergantung pada derajat katarak. Katarak imatur dari sekitar 6/9-1/60; pada katarak
matur hanya 1/300-1/~.
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik pasien didiagnosis menderita penyakit
katarak. Katarak pada pasien ini merupakan katarak komplikata yang kemungkinan disebabkan
oleh penggunaan kortikosteroid jangka panjang yang menurut pengakuan pasien sudah
menggunakan dexametason per oral selama + 2 tahun. Pada pasien tidak bias dikatakan
menderita katarak senilis dikarenakan katarak senilis adalah kekeruhan lensa yang terdapat pada
usia lanjut, yaitu usia di atas 50 tahun.
Penggunaan jangka panjang kortikosteroid dapat menyebabkan katarak subkapsular
posterior. Insidensinya berhubungan dengan dosis dan durasi pengobatan. Katarak subkapsular,
katarak ini berkembang hanya pada pasien yang menggunakan dosis steroid tinggi dengan
jangka waktu yang panjang lebih dari 1 tahun.
Penatalaksanaan utama katarak adalah dengan ekstraksi lensa melalui tindakan bedah.
Dua tipe utama teknik bedah adalah Intra Capsular Cataract Extraction/Ekstraksi katarak Intra
Kapsular (ICCE) dan Extra Capsular Cataract Extraction/Ekstraksi katarak Ekstra Kapsular
(ECCE). Indikasi dilakukannya oprasi katarak pada pasien ini adalah indikasi optic yang
merupakan indikasi terbanyak dari pembedahan katarak. Jika penurunan tajam penglihatan
pasien telah menurun hingga mengganggu kegiatan sehari-hari, maka operasi katarak bisa
dilakukan.
Komplikasi katarak yang tersering adalah glaukoma yang dapat terjadi karena proses
fakolitik, fakotopik, fakotoksik. Pada operasi katarak dapat terjadi komplikasi selama operasi
maupun setelah operasi. komplikasi yang bisa mempengaruhi visus pasca operasi diantaranya
adalah: selama operasi yaitu prolaps korpus viterum, iridodialisis, hifema dan perdarahan
ekspulsif, sedangkan komplikasi setelah operasi yaiut edema kornea, descemet fold, kekeruhan
kapsul posterior, residual lens material, prolaps iris, dekompensasi kornea, hifema, glaukoma
sekunder, iridosklitis, endoftalmitis, ephitelial ingrowth, ablasi retina, edema makular kistoid.
Komplikasi setelah operasi yang terjadi pada kornea dimana bisa mempengaruhi stabilitas visus
adalah edema korna, descemet fold dan dekompensaso kornea.

6
Prognosis pada pasien ini jika dilakukan operasi dan perawatan sesuai yang dianjurkan
adalah bonam, tajam penglihatan mungkin tidak ada sempurna seperti sedia kala, namun
setidaknya akan mengalami peningkatan, dan dapat dikoreksi menggunakan kacamata.

7
TINJAUAN PUSTAKA
1

Anatomi dan Fisiologi Lensa


A. Anatomi Lensa
Lensa adalah suatu struktur bikonveks, avaskular tak berwarna dan transparan.
Jaringan ini berasal dari ectoderm permukaan pada lensplate.1 Tebal sekitar 4 mm dan
diameternya 9 mm. Dibelakang iris lensa digantung oleh zonula (zonula Zinnii) yang
menghubungkan dengan korpus siliare. Disebelah anterior lensa terdapat humour aquos
dan disebelah posterior terdapat vitreus.

Kapsul lensa adalah suatu membran

semipermeabel yang dapat dilewati air dan elektrolit. Disebelah depan terdapat selapis
epitel subkapsular. Nukleus lensa lebih keras daripada korteksnya. Sesuai dengan
bertambahnya usia, serat-serat lamelar subepitel terus diproduksi, sehingga lensa lamakelamaan menjadi kurang elastik.2
Lensa terdiri dari enam puluh lima persen air, 35% protein, dan sedikit sekali mineral
yang biasa ada di jaringan tubuh lainnya. Kandungan kalium lebih tinggi di lensa
daripada di kebanyakan jaringan lain. Asam askorbat dan glutation terdapat dalam bentuk
teroksidasi maupun tereduksi. Tidak ada serat nyeri, pembuluh darah atau pun saraf di
lensa.2
B. Fisiologi Lensa
Fungsi utama lensa adalah memfokuskan berkas cahaya ke retina. Untuk
memfokuskan cahaya yang datang dari jauh, otot-otot siliaris relaksasi, menegangkan
serat zonula dan memperkecil diameter anteroposterior lensa sampai ukurannya yang
terkecil, daya refraksi lensa diperkecil sehingga berkas cahaya paralel atau terfokus ke
retina. Untuk memfokuskan cahaya dari benda dekat, otot siliaris berkontraksi sehingga
tegangan zonula berkurang. Kapsul lensa yang elastik kemudian mempengaruhi lensa
menjadi lebih sferis diiringi oleh peningkatan daya biasnya. Kerjasama fisiologik tersebut
antara korpus siliaris, zonula, dan lensa untuk memfokuskan benda dekat ke retina
dikenal sebagai akomodasi. Seiring dengan pertambahan usia, kemampuan refraksi lensa
perlahan-lahan berkurang. Selain itu juga terdapat fungsi refraksi, yang mana sebagai
bagian optik bola mata untuk memfokuskan sinar ke bintik kuning, lensa menyumbang
+18.0- Dioptri.2
C. Metabolisme Lensa Normal

8
Transparansi lensa dipertahankan oleh keseimbangan air dan kation (sodium dan
kalium). Kedua kation berasal dari humour aqueous dan vitreous. Kadar kalium di bagian
anterior lensa lebih tinggi di bandingkan posterior. Dan kadar natrium di bagian posterior
lebih besar. Ion K bergerak ke bagian posterior dan keluar ke aqueous humour, dari luar
Ion Na masuk secara difusi dan bergerak ke bagian anterior untuk menggantikan ion K
dan keluar melalui pompa aktif Na-K ATPase, sedangkan kadar kalsium tetap
dipertahankan di dalam oleh Ca-ATPase. Metabolisme lensa melalui glikolsis anaerob
(95%) dan HMP-shunt (5%). Jalur HMP shunt menghasilkan NADPH untuk biosintesis
asam lemak dan ribose, juga untuk aktivitas glutation reduktase dan aldose reduktase.
Aldose reduktse adalah enzim yang merubah glukosa menjadi sorbitol, dan sorbitol
dirubah menjadi fructose oleh enzim sorbitol dehidrogen
2

Katarak
A. Katarak Senilis
Katarak Senilis adalah semua kekeruhan lensa yang terdapat pada usia lanjut, yaitu
usia di atas 50 tahun2. Pada katarak senilis terjadi penurunan penglihatan secara bertahap
dan lensa mengalami penebalan secara progresif. Katarak senilis menjadi salah satu
penybeab kebutaan di dunia saat ini..16
B. Katarak komplikata
Katarak komplikata merupakan katarak akibat penyakit mata lain seperti radang, dan
proses degenerasi seperti ablasi retina, retinitis pigmentosa, glaukoma, tumor intra ocular,
iskemia ocular, nekrosis anterior segmen, buftalmos, akibat suatu trauma dan pasca bedah
mata. 1
Katarak komplikata dapat juga disebabkan oleh penyakit sistemik endokrin (diabetes
mellitus, hipoparatiroid, galaktosemia, dan miotonia distrofi) dan keracunan obat (tiotepa
intravena, steroid lokal lama, steroid sistemik, oral kontra septic dan miotika
antikolinesterase). Katarak komplikata memberikan tanda khusus dimana mulai katarak
selamanya di daerah bawah kapsul atau pada lapis korteks, kekeruhan dapat difus,
pungtata ataupun linear. 1

9
3

Etiologi
Katarak dapat disebabkan bahan toksik khusus (kimia dan fisik). Keracunan beberapa
jenis obat dapat menimbulkan katarak seperti eserin (0,25-0,5%), kortikosteroid, ergot,
antikolinesterase topikal.
Kelainan sistemik atau metabolik yang dapat menimbulkan katarak adalah diabetes
melitus, galaktosemi dan distrofi miotonik. Katarak dapat ditemukan dalam keadaan tanpa
adanya kelainan mata atau sistemik (katarak senil, juvenil, herediter) atau kelainan
kongenital mata. Penyebab sebenarnya dari katarak senilis belum diketahui dan pada kasuskasus yang ditemukan biasanya bersifat familial, jadi sangat penting untuk mengetahui
riwayat keluarga pasien secara detil.pocket atlas

Epidemiolgi
Katarak merupakan penyebab utama kebutaan (WHO). Sebanyak tujuh belas juta
populasi dunia mengidap kebutaan yang disebabkan oleh katarak dan dijangka menjelang
tahun 2020, angka ini akan meningkat menjadi empat puluh juta.
Katarak senilis merupakan bentuk katarak yang paling sering ditemukan. 90% dari
seluruh kasus katarak adalah katarak senilis. Sekitar 5 % dari golongan usia 70 tahun dan
10% dari golongan usia 80 tahun harus menjalani operasi katarak.
Pada suatu penelitian pasien-pasien diterapi dengan prednisone oral dan diobservasi
selama 1-4 tahun, 11% yang diterapi dengan prednisone 10 mg/hari mengalami katarak, 30%
yang menerima 10-15 mg/hari dan

80% yang menerima lebih dari 15 mg/hari. Pada

penelitian lain, setengah dari pasien-pasien yang mendapatkan kortikosteroid topical setelah
keratoplasti mengalami katarak setelah menggunakan 765 tetes dexamethason 0,1% selama
periode 10,5 bulan.

Patofisiologi
Patofisiologi katarak senilis sangat kompleks dan belum sepenuhnya diketahui.
Diduga adanya interaksi antara berbagai proses fisiologis berperan dalam terjadinya katarak
senilis dan belum sepenuhnya diketahui.

10
Komponen terbanyak dalam lensa adalah air dan protein. Dengan menjadi tuanya
seseorang maka lensa mata akan kekurangan air dan menjadi lebih padat. Lensa akan
menjadi padat di bagian tengahnya, sehingga kemampuan fokus untuk melihat benda dekat
berkurang. Pada usia tua akan terjadi pembentukan lapisan kortikal yang baru pada lensa
yang mengakibatkan nukleus lensa terdesak dan mengeras (sklerosis nuklear). Pada saat ini
terjadi perubahan protein lensa yaitu terbentukanya protein dengan berat molekul yang tinggi
dan mengakibatkan perubahan indeks refraksi lensa sehingga memantulkan sinar masuk dan
mengurangi transparansi lensa. Perubahan kimia ini juga diikut dengan pembentukan pigmen
pada nuklear lensa.
Kekeruhan lensa mengakibatkan lensa tidak transparan sehingga pupil berwarna putih
dan abu-abu. Kekeruhan ini juga dapat ditemukan pada berbagai lokalisasi di lensa seperti
korteks dan nukleus. Fundus okuli menjadi semakin sulit dilihat seiring dengan semakin
padatnya kekeruhan lensa bahkan reaksi fundus bisa hilang sama sekali. 17
Efek samping pada pemakaian jangka panjang dari steroid bersifat luas, dimana
insiden tertinggi adalah terjadinya katarak subkapsular posterior. Salah satu mekanisme dari
terbentuknya katarak subkapsular posterior adalah karena dihambatnya Na_K_-adenosine
triphosphatase (ATPase) oleh kortikosteroid sehingga menghasilkan konsentrasi natrium
yang tinggi dibagian intraseluler dan menurunnya kadar potasium, sehingga terjadi
akumulasi air pada bagian serat lensa. Cadherin merupakan merupakan protein yang
berfungsi sebagai adhesi molekul antar sel, dan bersifat mengatur adesi dari sel yang
bergantung pada kalsium. Cadherin berfungsi sebagai jembatan antar sel. Ketika adesi dari
sel tidak terjadi dapat membuat terjadinya katarak, karena adesi dari sel-sel ini berperan
penting terhadap sifat lensa yang transparan.
6

Klasifikasi katarak senilis


Berdasarkan morfologinya katarak senilis dapat diklasifikasikan menjadi:
A. Katarak Nuklear
B. Katarak Kortikal
C. Katarak Subkapsular Posterior

Stadium katarak senilis

11
Katarak senilis secara klinik dikenal dalam 4 stadium yaitu insipien, imatur, matur,
dan hipermatur.
Perbedaan stadium katarak senile. 2,3
Kekeruhan
Cairan Lensa

Imatur
Matur
Sebagian
Seluruh
Bertambah (air Normal

Hipermatur
Masif
Berkurang (air+masa

Normal
Normal

lensa keluar)
Tremulans
Dalam

Iris
Bilik

Normal
Mata Normal

masuk)
Terdorong
Dangkal

Depan
Sudut

Bilik Normal

Sempit

Normal

Terbuka

Positif
Glaukoma

Negatif
-

Pseudopos
Uveitis+glaukoma

Mata
Shadow Test
Penyulit
8

Insipien
Ringan
Normal

Negatif
-

Tanda dan gejala


Katarak didiagnosa melalui anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
penunjang yang lengkap.
Keluhan yang membawa pasien datang antara lain:
A. Pandangan kabur
Kekeruhan lensa mengakibatkan penurunan pengelihatan yang progresif atau
berangsur-angsur dan tanpa nyeri, serta tidak mengalami kemajuan dengan pin-hole.
B. Penglihatan silau
Penderita katarak sering kali mengeluhkan penglihatan yang silau, dimana tigkat
kesilauannya berbeda-beda mulai dari sensitifitas kontras yang menurun dengan latar
belakang yang terang hingga merasa silau di siang hari atau merasa silau terhadap
lampu mobil yang berlawanan arah atau sumber cahaya lain yang mirip pada malam
hari. Keluhan ini sering kali muncul pada penderita katarak kortikal.
C. Sensitifitas terhadap kontras
Sensitifitas terhadap kontras menentukan kemampuan pasien dalam mengetahui
perbedaan-perbedaan tipis dari gambar-gambar yang berbeda warna, penerangan dan
tempat. Cara ini akan lebih menjelaskan fungsi mata sebagai optik dan uji ini
diketahui lebih bagus daripada menggunakan bagan Snellen untuk mengetahui

12
kepastuian fungsi penglihatan; namun uji ini bukanlah indikator spesifik hilangnya
penglihatan yang disebabkan oleh adanya katarak.
D. Miopisasi
Perkembangan katarak pada awalnya dapat meningkatkan kekuatan dioptri lensa,
biasanya menyebabkan derajat miopia yang ringan hingga sedang. Ketergantungan
pasien presbiopia pada kacamata bacanya akan berkurang karena pasien ini
mengalami penglihatan kedua. Namun setelah sekian waktu bersamaan dengan
memburuknya kualitas lensa,rasa nyaman ini berangsur menghilang dan diikuti
dengan terjadinya katarak sklerotik nuklear. Perkembangan miopisasi yang asimetris
pada kedua mata bisa menyebabkan anisometropia yang tidak dapat dikoreksi lagi,
dan cenderung untuk diatasi dengan ekstraksi katarak.
E. Variasi Diurnal Penglihatan
Pada katarak sentral, kadang-kadang penderita mengeluhkan penglihatan menurun
pada siang hari atau keadaan terang dan membaik pada senja hari, sebaliknya
paenderita katarak kortikal perifer kadang-kadang mengeluhkan pengelihatan lebih
baik pada sinar terang dibanding pada sinar redup.
F. Distorsi
Katarak dapat menimbulkan keluhan benda bersudut tajam menjadi tampak tumpul
atau bergelombang.
G. Halo
Penderita dapat mengeluh adanya lingkaran berwarna pelangi yang terlihat
disekeliling sumber cahaya terang, yang harus dibedakan dengan halo pada penderita
glaucoma.
H. Diplopia monokuler
Gambaran ganda dapat terbentuk pada retina akibat refraksi ireguler dari lensa yang
keruh, menimbulkan diplopia monocular, yang dibedakan dengan diplopia binocular
dengan cover test dan pin hole.
I. Perubahan persepsi warna

13
Perubahan warna inti nucleus menjadi kekuningan menyebabkan perubahan persepsi
warna, yang akan digambarkan menjadi lebih kekuningan atau kecoklatan dibanding
warna sebenarnya.
J. Bintik hitam
Penderita dapat mengeluhkan timbulnya bintik hitam yang tidak bergerak-gerak pada
lapang pandangnya. Dibedakan dengan keluhan pada retina atau badan vitreous yang
sering bergerak-gerak.3,16,17,18
9

Pemeriksaan Fisik
Karakteristik katarak yang disebabkan oleh steroid bersifat bilateral, terjadi pada
bagian posterior polus atau korteks, tepat didalam kapsul posterior, terkadang dapat meluas
hingga kebagian anterior korteks dengan bentuk yang iregular.Bagian tepi biasanya sedikit
tajam, tetapi biasanya dikelilingi dengan sedikit keabu-abuan. Kekeruhan berwarna putih
kekuningan pada lensa dengan disertai adanya vakuol kecil.

Penurunan ketajaman penglihatan


Katarak sering kali berkaitan dengan terjadinya penurunan ketajaman penglihatan, baik
untuk melihat jauh maupun dekat. Ketajaman penglihatan dekat lebih sering menurun
jika dibandingkan dengan ketajaman pengihatan jauh, hal ini mungkin disebabkan adanya
daya konstriksi pupil yang kuat. 16,17,18
Penglihatan menurun tergantung pada derajat katarak. Katarak imatur dari sekitar 6/91/60; pada katarak matur hanya 1/300-1/~.3

Miopisasi
Perkembangan katarak pada awalnya dapat meningkatkan kekuatan dioptri lensa,
biasanya menyebabkan derajat miopia yang ringan hingga sedang. Ketergantungan pasien
presbiopia pada kacamata bacanya akan berkurang karena pasien ini mengalami
penglihatan kedua. Namun setelah sekian waktu bersamaan dengan memburuknya
kualitas lensa,rasa nyaman ini berangsur menghilang dan diikuti dengan terjadinya
katarak sklerotik nuklear. Perkembangan miopisasi yang asimetris pada kedua mata bisa
menyebabkan anisometropia yang tidak dapat dikoreksi lagi, dan cenderung untuk diatasi
dengan ekstraksi katarak.

14
2

Manajemen Katarak
Indikasi operasi katarak dibagi dalam 3 kelompok:
1. Indikasi Optik
Merupakan indikasi terbanyak dari pembedahan katarak. Jika penurunan tajam
penglihatan pasien telah menurun hingga mengganggu kegiatan sehari-hari, maka operasi
katarak bisa dilakukan.
2. Indikasi Medis
Pada beberapa keadaan di bawah ini, katarak perlu dioperasi segera, bahkan jika
prognosis kembalinya penglihatan kurang baik:
- Katarak hipermatur
- Glaukoma sekunder
- Uveitis sekunder
- Dislokasi/Subluksasio lensa
- Benda asing intra-lentikuler
- Retinopati diabetika
- Ablasio retina
3. Indikasi Kosmetik
Jika penglihatan hilang sama sekali akibat kelainan retina atau nervus optikus,
namun kekeruhan katarak secara kosmetik tidak dapat diterima, misalnya pada pasien
muda, maka operasi katarak dapat dilakukan hanya untuk membuat pupil tampak hitam
meskipun pengelihatan tidak akan kembali.3,22
Teknik-teknik pembedahan katarak
Penatalaksanaan utama katarak adalah dengan ekstraksi lensa melalui tindakan
bedah. Dua tipe utama teknik bedah adalah Intra Capsular Cataract Extraction/Ekstraksi
katarak Intra Kapsular (ICCE) dan Extra Capsular Cataract Extraction/Ekstraksi katarak
Ekstra Kapsular (ECCE). 16

Komplikasi Katarak
Komplikasi katarak yang tersering adalah glaukoma yang dapat terjadi karena proses
fakolitik, fakotopik, fakotoksik. 9,16

15

Fakolitik
-

Pada lensa yang keruh terdapat lerusakan maka substansi lensa akan keluar yang
akan menumpuk di sudut kamera okuli anterior terutama bagian kapsul lensa.

Dengan keluarnya substansi lensa maka pada kamera okuli anterior akan
bertumpuk pula serbukan fagosit atau makrofag yang berfungsi merabsorbsi
substansi lensa tersebut.

Tumpukan akan menutup sudut kamera okuli anterior sehingga timbul glaukoma.

Fakotopik
-

Berdasarkan posisi lensa

Oleh karena proses intumesensi, iris, terdorong ke depan sudut kamera okuli
anterior menjadi sempit sehingga aliran humor aqueaous tidak lancar sedangkan
produksi berjalan terus, akibatnya tekanan intraokuler akan meningkat dan timbul
glaukoma

Fakotoksik
-

Substansi lensa di kamera okuli anterior merupakan zat toksik bagi mata sendiri
(auto toksik)

Terjadi reaksi antigen-antibodi sehingga timbul uveitis, yang kemudian akan


menjadi glaukoma.

DAFTAR PUSTAKA
1. Setiohadji, B., Community Opthalmology., Cicendo Eye Hospital/Dept of
Ophthalmology Medical Faculty of,Padjadjaran University. 2006.
2. Ilyas, Prof. Sidarta, dr., Sp.M. 2005. Ilmu Penyakit Mata.Jakarta: FKUI
3. Dhawan,
Shanjay.
Lens
and
Cataract.
Diakses
dari
internet
http://sdhawan.com/ophthalmology/lens.html tanggal 21 September 2012.

16
4. insight.med.utah.edu. diakses 19 September 2012
5. Bashour, M et al. Cataract, Congenital. Diakses dari internet http://www.emedicine.com.
21 September 2012
6. Wijana, Nana, dr., Ilmu Penyakit Mata. Bandung.
7. Victor V. Cataract Senile (Diambil tanggal 19 September 2012). Tersedia di :
http://www.emedicine.com
8. Vaughan DG, Asbury T, riordan-Eva P. Oftalmology Umum Edisi 14. Penerbit Widya
medika. Jakarta: 2000.
9. Bradford C. Basic Ophtalmology. 8th Edition. San Fransisco-American Academy of
opthalmology. 2004.
10. Cataract Surgery (Diambil tanggal 19 September 2012). Tersedia di
http://en.wikipedia.org/wiki/cataractsurgery
11. Ratnaningsih. N., Penetlaksanaan Katarak Komplikata. Bagian Ilmu Penyakit Mata
FKUP/RS Mata Cicendo.2005

Anda mungkin juga menyukai