Anda di halaman 1dari 30

Ruptur urethra, vesica

urinaria, Ginjal
Oleh :
Rasnayani T

Pendahuluan
Ruptur Urethra
Dari semua cedera yang terdapat dalam
unit gawat darurat, 10 % diantaranya
merupakan cedera sistem urogenitalia
Uretra merupakan tabung yang
menyalurkan urin keluar dari buli-buli
melalui proses miksi. Secara anatomis
uretra dibagi menjadi 2 bagian yaitu
uretra posterior dan uretra anterior.

Uretra dapat dibedakan ke dalam 5


segmen yaitu:
Uretra posterior
Uretra pars prostatika
Uretra pars membranasea

Uretra anterior
Uretra pars bulbosa
Uretra pars pendulosa
Fossa naviculare

RUPTUR URETRA POSTERIOR

ETIOLOGI
Trauma tumpul merupakan penyebab
dari sebagian besar cedera pada uretra
pars posterior.

Epidemiologi
Fraktur pelvis merupakan penyebab utama
terjadinya ruptur uretra posterior dengan
angka kejadian 20 per 100.000 populasi
dan penyebab utama terjadinya fraktur
pelvis adalah kecelakaan bermotor (15,5%),
diikuti oleh cedera pejalan kaki (13,8%),
jatuh dari ketinggian lebih dari 15 kaki
(13%), kecelakaan pada penumpang mobil
(10,2%) dan kecelakaan kerja (6%).

KLASIFIKASI
Melalui gambaran uretrogram, Colapinto dan
McCollum (1976) membagi derajat cedera
uretra dalam 3 jenis :
1. Uretra posterior masih utuh dan hanya
mengalami stretching (perengangan).
2. Uretra posterior terputus pada perbatasan
prostate-membranasea, sedangkan diafragma
urogenitalia masih utuh.
3. Uretra posterior, diafragma urogenitalis, dan
uretra pars bulbosa sebelah proksimal ikut rusak.

Gejala klinis
Pada ruptur uretra posterior terdapat
tanda patah tulang pelvis. Pada
daerah suprapubik dan abdomen
bagian bawah, dijumpai jejas
hematom, dan nyeri tekan.

Penatalaksanaan
Emergency
Syok dan pendarahan harus diatasi, serta pemberian
antibiotik dan obat-obat analgesik
Bila ruptur uretra posterior tidak disertai cedera
intraabdomen dan organ lain, cukup dilakukan sistotomi .

Pembedahan
Ekstravasasi pada uretrosistogram mengindikasikan
pembedahan. Kateter uretra harus dihindari.
1. Immediate management
2. Delayed urethral reconstruction
3. Immediate urethral realignment

Ruptur uretra anterior


Cedera uretra anterior secara khas
disebabkan oleh cedera langsung
pada pelvis dan uretra. Secara klasik,
cedera uretra anterior disebabkan
oleh straddle injury
Penyebab lain trauma penis yang
berat, trauma iatrogenic dari
kateterisasi, atau masuk benda
asing.

Klasifikasi rupture uretra anterior


dideskripsikan oleh McAninch dan
Armenakas berdasarkan atas
gambaran radiologi :
Kontusio
Incomplete disruption
Complete disruption

Gejala klinis
terdapat memar atau hematom pada penis
dan skrotum.
Beberapa tetes darah segar di meatus
uretra tanda klasik cedera uretra.
Bila terjadi rupture uretra total, penderita
mengeluh tidak bisa buang air kecil sejak
terjadi trauma dan nyeri perut bagian
bawah dan daerah suprapubik. Pada
perabaan mungkin ditemukan kandung
kemih yang penuh.

Penatalaksanaan
Penanganan Awal
Jika terdapat pendarahan yang berat
dilakukan bebat tekan dan resusitasi
Tindakan awal sistotomi suprapubik

Penanganan Spesifik
Kontusio Uretra Setelah uretrografi, pasien
dibolehkan untuk BAK, Jika pendarahan menetap,
drainase uretra dapat dilakukan.
Laserasi Uretra
Laserasi Uretra dengan Ekstravasasi Urin yang Luas

Komplikasi
Komplikasi dini setelah rekontruksi
uretra adalah infeksi, hematoma,
abses periuretral, fistel uretrokutan,
dan epididimitis.
Komplikasi lanjut yang paling sering
terjadi adalah striktur uretra.

Pendahuluan
Ruptur Ginjal
Sebagian besar cedera organ
genitourinaria bukan cedera yang
mengancam jiwa kecuali cedera berat pada
ginjal yang menyebabkan kerusakan
parenkim ginjal yang cukup luas dan
kerusakan pembuluh darah ginjal.
Ruptur ginjal dapat terjadi pada ginjal yang
normal maupun pada ginjal yang telah
mengalami proses patologis sebelumnya.

Insiden
trauma ginjal biasanya 3% dari jumlah
semua trauma
sebanyak 10% dari total pasien yang
mengalami trauma abdomen.
Pada anak-anak, umumnya lebih
mudah terjadi rupture ginjal, terkait
dengan ukuran ginjal anak yang relatif
besar, lebih bersifat mobile
danperirenal fatyang minim.

Etiologi
Cedera ginjal dapat terjadi secara:
(1) langsung akibat benturan yang
mengenaidaerah pinggang atau
(2) tidak langsung yaitu merupakan
cedera deselerasi akibat pergerakan
ginjal secara tiba-tiba di dalam rongga
retroperitoneum.
Jenis cedera yang mengenai ginjal dapat
merupakan cedera tumpul, lukatusuk,
ataupun luka tembak.

Patogenesis
Goncangan ginjal di dalam rongga
retroperitoneum menyebabkan
regangan pedikel ginjal sehingga
menimbulkan robekan tunika intima
arteri renalis. Robekan ini akan
memicu terbentuknya bekuanbekuan darah yang selanjutnya
dapat menimbulkan trombosis arteri
renalis beserta cabang-cabangnya

Menurut derajat berat ringannya


kerusakan pada ginjal, trauma ginjal
dibedakan menjadi:
(1) cedera minor,
(2) cedera major,
(3) cedera pedikelatau pembuluh darah
ginjal

Diagnosis
VI.1. GAMBARAN KLINIS
Pada trauma derajat ringan nyeri di
daerah pinggang, terlihat jejasberupa
ekimosis, dan terdapat hematuria
makroskopik ataupun mikroskopik.
Pada trauma mayor atau rupture pedikel
sering kali pasien datang dalam keadaan
syok berat dan terdapat hematoma di
daerah pinggang yang makin lama makin
membesar.

VI.2. GAMBARAN RADIOLOGI


A. Foto Konvensional
B. Ultrasonografi (USG)
C. Ct Scan
D. MRI
VI.3. LABORATORIUM

Penatalaksanaan
VII.1.Non-Operatif dan Konservatif
trauma minor
VII.2. Operatif Penanganan operatif
trauma mayor

Defenisi
Ruptur Vesica urinaria
Trauma buli-bulu atau trauma vesika
urinaria merupakan keadaan darurat
bedah yang memerlukan
penatalaksanaan segera, bila tidak
ditanggulangi dengan segera dapat
menimbulkan komplikasi seperti
perdarahan hebat, peritonitis dan
sepsis.

Etiologi
Ruptur kandung kemih terutama
terjadi sehingga akibat trauma
tumpul pada panggul, tetapi bisa
juga karena trauma tembus seperti
luka tembak dan luka tusuk oleh
senjata tajam, dan cedera dari luar,
cedera iatrogenik dan patah tulang
panggul

Patofisiologi
Trauma vesika urinaria terbanyak
karena kecelakaan lalu
lintas/kecelakaan kerja yang
menyebabkan fragmen patah tulang
pelvis mencederai buli-buli.

Klasifikasi
a.Rupture ekstaperitoneal kandung
kemih.
b Rupture kandung kemih
intraperitoneal.
c. Kombinasi rupture intraperitoneal
dan ekstraperitoneal.

Tanda dan gejala


a.Fraktur tulang pelvis disertai
perdarahan hebat
b.Abdomen bagian tempat jejas/hemato
c.Tidak bisa buang air kecil kadang
keluar darah dari uretra.
d.Nyeri suprapubik
e.Ketegangan otot dinding perut bawah
f. Trauma tulang panggul

Komplikasi
a.Urosepsis.
Keracunan septic dari penahanan
dan absorbs substansi urin.
b.Klien lemah akibat anemia.

PEMERIKSAAN LABORATORIUM / DIAGNOSTIK

Hematokrit menurun.
Cystografi : menunjukkan
ekstravasase urine, vesika urinaria
dapat pindah atau tertekan.

Penatalaksanaan
1.Atasi syok dan perdarahan.
2.Istirahat baring sampai hematuri
hilang.
3. Bila ditemukan fraktur tulang
punggung disertai ruftur vesica
urinaria intra peritoneal dilakukan
operasi sectio alta yang dilanjutkan
dengan laparatomi.

Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai