Anda di halaman 1dari 15

PROSES DEINKING KERTAS SALUT BEKAS SECARA ENZIMATIS

MENGGUNAKAN -AMILASE, SELULASE DAN LIPASE


SALUT DEINKING PAPER PROCESS USED TO USE ENZYMATIC -AMYLASE,
CELLULASE AND LIPASE

Lilis Siti Aisyah(1), Jenni Rismijana (2), Sony Kurnia Wirawan (2)
(1)
Jurusan Kimia FMIPA UNJANI
Jln. Ters. Jend. Soedirman PO BOX 148 - Cimahi
e-mail : lies.syarifudin@gmail.com
(2)
Balai Besar Pulp dan Kertas Bandung
e-mail Jenni R :jennirismijana @bdg.centrin.net.id
e-mail Sonny : sonny_bbpk@yahoo.com

ABSTRAK

Salah satu kesulitan dalam pengolahan kertas bekas sebagai sumber serat sekunder adalah proses
penghilangan kontaminan tinta. Keterbatasan sumber bahan baku serat primer pada industri pulp
dan kertas, serta upaya penghematan bahan kimia yang lebih ramah lingkungan, menjadikan
proses biodeinking menjadi salah satu pilihan alternatif dalam hal penghilangan kontaminan
tinta. Potensi kertas salut bekas di Indonesia yang cukup melimpah menjadikannya sebagai
sumber bahan baku serat sekunder yang diminati karena mengandung pulp kimia putih dan serat
panjang yang akan meningkatkan sifat optik dan fisik lembaran. Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk mengetahui efektifitas dari aplikasi -amilase, lipase dan selulase pada proses deinking
kertas salut bekas, serta dosis pemakaian yang optimum dari pemakaian ketiga jenis enzim
tersebut dengan menggunakan metode deinking konvensional pada kertas salut bekas dan
biodeinking menggunakan enzim -amilase lipase dan lipase selulase pada berbagai
konsentrasi enzim. Dari hasil penelitian menunjukan bahwa penggunaan enzim -amilase-lipase
akan menaikan nilai derajat putih, dan sifat fisik lembaran serta menurunkan nilai opasitas dan
ERIC dibandingkan dengan metode deinking konvensional. Pemakaian enzim lipase-selulase
mengakibatkan penurunan sifat optis, sifat fisik dan meningkatkan porositas dan kekasaran
lembaran, jika dibandingkan dengan metode deinking konvensional, dan secara keseluruhan
proses biodeinking dengan penggunaan -amilase 0,5% - Lipase 0,25% memberikan hasil
terbaik untuk proses biodeinking kertas salut bekas.
Kata kunci : Biodeinking, Deinking Konvensional, enzim, kontaminan
.

ABSTRACT
Of the difficulties in the processing of waste paper as a source of secondary fiber is a
contaminant removal process ink. Limitations of primary source materials of fiber in the pulp
and paper industry, as well as saving efforts chemicals more environmentally friendly, making
the process biodeinking become one of alternative options in terms of contaminant removal of
ink. Potential ex-coated paper which is relatively abundant in Indonesia make it as a source of
secondary fiber raw material of interest because it contains white chemical pulp and long fiber
that will improve the optical and physical properties sheet. The purpose of this study was to
determine the effectiveness of the application -amylase, lipase and cellulase on coated paper
deinking process used, and the optimum dose usage of the three types of usage of this enzyme
using conventional deinking methods on coated paper used and biodeinking using enzyme amylase - lipase and lipase - cellulase enzymes at various concentrations. From the results
showed that the use of the enzyme -amylase-lipase will raise the value of whiteness, and
physical properties of the sheet and the lower value of opacity and ERIC compared with
conventional deinking methods. The use of lipase-cellulase resulted in a decrease of optical
properties, physical properties and increase the porosity and roughness of the sheet, when
compared with conventional deinking methods, and overall biodeinking process with the use of
-amylase 0.5% - 0.25% Lipase give the best results for biodeinking process ex-coated paper.
Keywords: Biodeinking, Conventional deinking, enzymes, contaminants
PENDAHULUAN
Salah satu kesulitan dalam pengolahan kertas bekas sebagai sumber serat sekunder,
adalah proses penghilangan kontaminan, terutama tinta. Tingkat kesulitan penghilangan tinta
atau deinking ini tergantung pada jenis tinta, proses cetak dan jenis serat yang digunakan.
Beberapa jenis kertas seperti kertas koran yang menggunakan tinta berbahan dasar minyak dapat
di deinking dengan relatif mudah oleh proses deinking konvensional . Sedangkan kertas yang
dicetak dengan teknik non-impact dan kertas yang dicetak warna akan lebih sulit untuk di
deinking dengan proses konvensional (Prasad, 1993).
Biodeinking sebagai salah satu alternatif dalam proses penghilangan tinta, mempunyai
berbagai kelebihan dibandingkan dengan proses deinking dengan menggunakan bahan kimia
konvensional, seperti peningkatan kekuatan deinked pulp yang dihasilkan, penghematan bahan
kimia, serta lebih ramah lingkungan. Penggunaan enzim dalam proses deinking (biodeinking)
dapat mengurangi pemakaian natrium hidroksida sebanyak 8,56 kg/ton pulp, natrium hidrogen
sulfat 2,6 kg/ton pulp, hidrogen peroksida 3,7 kg/ton pulp, urea 0,54 kg/ton pulp, talk 5,8 kg/ton
pulp serta bahan peretensi 1,1 kg/ton pulp. Selain itu penggunaan enzim pada biodeinking juga
menghemat pemakaian energi fosil sekitar 320 MegaJoule/ton pulp dan mengurangi emisi gas
CO2 sebanyak 6,4 kg CO2 / ton pulp(Prasad, 1993).
Kertas bekas yang umum digunakan untuk membuat kertas daur ulang berkualitas baik
saat ini berasal dari majalah bekas atau old magazine paper (OMP), kertas bekas campuran atau
mixed office waste (MOW) dan kertas koran bekas atau old newspaper (ONP) . Penggunaan
OMG dan MOW sangat cocok untuk produksi kertas koran dan kertas berkualitas baik, karena
memiliki serat lebih panjang dan warna yang lebih putih dibandingkan dengan ONP. Akan tetapi
dengan adanya bahan-bahan salut dan lem perekat dalam OMP, serta tinta termoplastik
kopolimer dalam MOW membuat proses deinking kimia secara konvensional menjadi lebih

mahal dan berpotensi besar merusak lingkungan(Pathak, 2010), karena itu proses deinking dengan
enzim (bio-deinking) menjadi alternatif pilihan untuk menggantikan proses deinking
konvensional. Biodeinking menghasilkan efluen dengan kandungan COD yang lebih rendah 2030% dibandingkan dengan deinking konvensional (Altieri, 1969)
Penggunaan enzim pada proses deinking telah diteliti sebelumnya, namun dengan jenis
kertas bekas serta komposisi enzim yang berbeda. Penggunaan xylanase pada proses deinking
MOW dilaporkan telah meningkatkan derajat putih 1 hingga 3 poin, dan menurunkan jumlah
noda sebanyak 65-81% serta meningkatkan sifat fisik lembaran (Bierman, 1996) . Hal yang serupa juga
dijumpai pada penggunaan -amilase dan selulase untuk proses deinking MOW dan sort white
ledger (SWL) , yang menghasilkan peningkatan derajat putih, penurunan jumlah noda dan
peningkatan kekuatan lembaran yang dihasilkan (pratima, 1998)
Pada penelitian ini digunakan kertas bekas salut yang dapat berasal dari OMP, dan kertas
salut lainnya seperti kalender bekas, art board, dll. Enzim - amilase yang digunakan diharapkan
bertindak sebagai pendegradasi lapisan pati yang banyak terdapat pada kertas-kertas yang
mengalami proses surface sizing. Sedangkan lipase diharapkan bertindak untuk mendegradasi
lem binder yang terdapat pada kertas salut dan selulase diharapkan mempermudah proses
pelepasan partikel tinta dari permukaan serat. Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat lebih
meningkatkan efektifitas deinking yang pada akhirnya akan berdampak positif terhadap
lingkungan dan sumber daya energi
.
I.

TINJAUAN PUSTAKA

Kertas menurut ISO 4046 didefinisikan sebagai suatu lembaran yang terbuat dari bahan
utama serat yang berasal dari tanaman serta bahan pengisi lainnya dengan berbagai komposisi.
(Robert, 1996)

Komponen utama kertas adalah serat selulosa, yang merupakan komponen utama dari dinding
sel tumbuhan yang telah mengalami proses penghilangan lignin dan ekstraktif lainnya melalui
proses pemasakan.
Selulosa merupakan polisakarida linear dari ikatan -1,4 d-glukopiranosa. berbentuk
mikrofibril kristalin. Derajat polimerisasi glukosa berkisar antar 10.000 15.000 residu glukosa,
tergantung pada sumbernya.

Gambar 2.1 Struktur molekul selulosa.


Sumber J.C Roberts (1996)
Jenis Kertas (Holik, 2006)
Dewasa ini terdapat sekitar 3000 jenis produk kertas dan karton, dimana produk dengan
gramatur di bawah 225 g/m2 dikategorikan sebagai kertas, dan produk dengan gramatur di atas

225 g/m2 dimasukan dalam kategori karton. Adapun menurut kegunaanya kertas dan karton
dibagi menjadi menjadi empat kelompok utama, yaitu:
1. Kertas grafis, yaitu kertas yang cocok untuk proses cetak dan tulis, dapat terbuat dari serat
primer atau serat daur ulang maupun gabungan keduanya. Kertas cetak dibagi menjadi
empat sub kelompok, yaitu : kertas koran, kertas cetak yang mengandung pulp mekanis,
kertas cetak tanpa pulp mekanis (wood free), kertas cetak salut ,
2. Kertas kemas, yaitu kertas pembungkus yang terbuat dari campuran kertas daur ulang,
hingga kertas kraft yang terbuat dari campuran pulp virgin dan pulp daur ulang. Kertas kemas
dibagi menjadi beberapa sub-kelompok, yaitu: Kertas kraft, kertas bungkus sulfit, Kertas
bergelombang,
3. Kertas Hiegenis, yaitu kertas yang mempunyai sifat daya serap tinggi, kelembutan yang
baik serta tidak mudah putus.
4. Kertas khusus, yaitu kertas tersebut harus memenuhi persyaratan sesuai dengan kegunaan
kertas tersebut.
Kertas salut (Holik,2006)
Kertas yang mengandung suatu cairan suspensi yang dinamakan coating colour
diaplikasikan pada satu atau kedua sisi kertas, dimana Coating colour terdiri dari beberapa
komponen, seperti: Pigmen putih, Binder, Dispersan, Thickener, dan Lubrican
Proses Daur Ulang Kertas Bekas (Robert, 1996)
Kertas bekas sebagai sumber serat sekunder menjadi alternatif pilihan bagi industri pulp
dan kertas guna memenuhi kebutuhan mereka akan serat. Proses daur ulang kertas menjadi
bagian penting dari industri kertas karena meningkatnya kepedulian akan lingkungan hidup dan
alasan ekonomi. Hal ini dikarenakan selain karena kertas bekas merupakan sumber serat
berbiaya rendah, juga berdampak positif pada proses konservasi hutan, mengurangi polusi
lingkungan serta menghemat penggunaan air dan energi.
Penggunaan kertas bekas dari tahun ke tahun terus meningkat, pada tahun 2002 konsumsi
total dunia akan kertas daur ulang sebagai sumber serat mencapai 158 juta ton, hal ini melebihi
total penggunaan pulp kimia (117 juta ton) dan pulp mekanis (36 juta ton). Indonesia sebagai
salah satu negara produsen kertas dunia berada pada urutan 8 dalam hal penggunaan kertas
bekas sebagai sumber bahan baku kertas, yaitu sebanyak 4,7 juta ton .
Akan tetapi terdapat hambatan dalam proses daur ulang kertas bekas ini, yaitu
penghilangan kontaminan dalam kertas bekas tersebut yang berasal dari berbagai sumber.
Kontaminan yang terdapat dalam kertas bekas ini dapat diklasifikasikan berdasarkan sumbersumbernya menjadi:
a. Sticky, merupakan senyawa yang bersifat lengket berasal dari lelehan bahan adesif (karet
alam maupun styrene butadiene rubber), wax, dll.Sticky juga dapat timbul di mesin kertas
dari ekstraktif yang ada dalam kayu yang berpolimerisasi selama proses pemasakan pulp
terutama dengan bahan bleaching, asam lemak, defoamer, rosin dan zat pendarih sintetis.
Sticky cenderung bersifat larut dalam pelarut non-polar seperti dietil eter, toluene, atau
metilen klorida.

b. Filler, merupakan bahan pengisi kertas termasuk kalsium karbonat yang akan bereaksi
dengan rosin atau alum sehingga dapat menimbulkan permasalahan busa.
c. Tinta, mengandung pigmen seperti karbon hitam atau TiO2 untuk memberikan warna dan
opasitas pada kertas. Tinta dengan bahan dasar minyak nabati cenderung lebih mudah
dihilangkan karena minyak nabati ini dengan mudah mengalami reaksi saponifikasi dengan
alkali.Sedangkan tinta yang berbahan dasar resin dan dicetak dengan proses non-impact
lebih sulit dihilangkan dari serat.

Proses Deinking Kertas (Altieri, 1969)


Deinking berarti proses penghilangan tinta dan objek non-serat lainnya dari buburan
kertas bekas. Proses deinking pertama kali dipatenkan pada tahun 1800 oleh Mathias Koops,
karena sifat suatu pulp yang satu berbeda dengan pulp lainnya sesuai dengan sumber pulp
tersebut, maka proses deinking akan berbeda pula tergantung jenis sumber serat sekunder
asalnya. Secara teori jika kertas daur ulang mengandung 2-5% tinta maka rendemen daur ulang
yang dihasilkan seharusnya mengandung 95-98 % serat. Pada kenyataannya hasil dari proses
deinking ini berkisar antara 60-90% serat. Hal ini dikarenakan tingginya tingkat kesulitan proses
penghilangan tinta dari permukaan serat tersebut. Keuntungan dari kertas yang diperoleh melalui
proses deinking adalah mengurangi ketergantungan akan serat primer yang berasal dari kayu,
sehingga berdampak positif pada konservasi hutan, merupakan sumber serat yang baik untuk
mensubtitusi serat primer, harga yang lebih ekonomis dibandingkan dengan pulp yang berasal
dari serat primer, jenis dari pulp hasil deinking cocok digunakan untuk kertas cetak karena terjadi
peningkatan opasitas, kecenderungan terjadinya curling lebih kecil, formasi yang lebih baik dan
bersifat lebih lembut.
Selain memberikan keuntungan juga mempunyai dampak negatif terhadap serat yang dihasilkan,
yaitu: menurunkan kekuatan, stok akan menjadi lambat, munculnya permasalahan noda pada
kertas, yang diakibatkan oleh tinta atau konstituen non serat lainnya pada saat pemasakan,
unculnya permasalahan sticki, timbulnya variasi warna , derajat putih, dan kekuatan dari deinked
pulp yang dihasilkan sesuai dengan bahan baku yang tersedia dan timbulnya variasi dalam
komposisi serat.

Deinking Konvensional
Proses deinking konvensional, bahan kimia deinking ditambahkan langsung pada saat
proses penguraian serat. Bahan kimia yang digunakan pada proses deinking di pulper pada
umumnya adalah natrium hidroksida, hidrogen peroksida, chelating agents, natrium silikat, dan
surfaktan. Jumlah atau dosis dari tiap bahan kimia berbeda-beda tergantung pada bahan baku
yang digunakan. (Auhorn, 2006) Berdasarkan kombinasi kertas daur ulang yang digunakan dan jenis
pulp hasil deinking yang diinginkan proses deinking dibagi menjadi dua kelompok, yaitu
deinking dengan metoda flotasi dan metoda pencucian, dimana proses penghilangan tinta

umumnya didasarkan atas ukuran partikel yang akan dihilangkan, berdasarkan mekanisme ini
efektifitas metoda pencucian dapat ditingkatkan dengan penggunaan surfaktan yang akan
mengefektifkan proses pelepasan partikel tinta dari permukaan serat. Itulah sebabnya surfaktan
jenis hidrofil ( nilai HLB tinggi) biasanya digunakan pada proses ini. (Robert,1996) Proses deinking
menggunakan metode flotasi, tinta yang telah terlepas dari permukaan serat harus terdispersi
untuk menghindari redeposisi, sehingga yang berpengaruh dalam metode ini adalah kombinasi
dari ukuran partikel dan energi permukaan. Ukuran partikel yang optimum berkisar antara 50150 mikrometer, sehingga seringkali pada proses ini ditambahkan zat aglomerasi. Selain ukuran
partikel yang optimum sifat dari aglomerat juga sangat menentukan, dimana diharapkan pada
metode ini aglomerat yang terbentuk harus lebih bersifat hidrofob dibandingkan dengan metode
pencucian, agar aglomerat tersebut dapat stabil dan terbawa oleh gelembung udara.(Rismijana, 2002)
Pulping

Tanki
penyim
apanan

Pembersihan dan
penyaringan

Pembersihan dan
penyaringan

Dispersi
dan
pemutihan

Flotasi
pertama

Thickening

Thickening

Dispersi
dan
pemutihan

Flotasi kedua

Gambar 2.2 Skema proses deinking


sumber:Hannuksela, T.
Bio-deinking
Bio-deinking merupakan suatu proses deinking kertas bekas menggunakan enzim untuk
menggantikan bahan kimia pada proses deinking konvensional. Enzim-enzim yang berguna
dalam proses deinking adalah lipase, esterase, pektinase, hemiselulase, selulase dan enzim
ligninolitik. Proses deinking melibatkan proses pelepasan partikel tinta dari permukaan serat
yang kemudian memisahkan tinta yang sudah terdispersi dengan suspensi serat dengan cara
pencucian atau pun proses flotasi. Proses deinking yang melibatkan enzim diperoleh dengan cara
menyerang partikel tinta dan permukaan serat. Lipase dan esterase dapat mendegradasi tinta-tinta
yang berbahan dasar minyak , sedangkan pektinase, selulase dan hemiselulase dapat menyerang
permukaan serat sehingga memudahkan pelepasan tinta dari permukaan serat.(Lassus, 2000)
Mekanisme dari kerja enzim dalam proses deinking, adalah:
a. Enzim menghidrolisis dan mendepolimerisasi selulosa antar serat, sehingga dapat
memisahkan antar serat yang satu dengan yang lain.
b. Enzim memperlemah ikatan antar serat dengan cara meningkatkan fibrilasi atau
menghilangkan lapisan permukaan dari serat individu.
c. Enzim menimbulkan efek pengelupasan pada permukaan serat sehingga memudahkan
proses pemisahan partikel tinta dari serat.
d. Enzim mengakibatkan penghilangan mikrofibril dan fines, sehingga meningkatkan freeness
yang berdampak positif pada proses pencucian atau flotasi.(Wirawan, 2008)

Enzim(Pathak, 2010)
Enzim merupakan suatu protein yang dihasilkan dari organisme hidup dan berfungsi
sebagai katalis untuk mempercepat suatu reaksi. Enzim yang sering digunakan di industri pulp
dan kertas adalah amilase, lipase, esterase, pektinase, hemiselulase, selulase dan enzim-enzim
ligninolitik.Aplikasi enzimatik dalam industri pulp dan kertas telah berkembang sejak awal 1980,
dengan diperkenalkannya penggunaan xilanase pada proses pemutihan pulp.
Pada proses deinking penggunaan enzim pada prinsipnya terdiri dari dua metode, yaitu
hidrolisa dari zat pembawa tinta dengan menggunakan enzim lipase, kemudian yang kedua
adalah hidrolisa karbohidrat (serat) sehingga partikel tinta mudah terlepas dari permukaan serat,
menggunakan enzim amylase, selulase, xilanase, maupun pektinase.

Partikel tinta dalam serat


selulosa

Enzim
memutuskan
ikatan

Partikel tinta
terlepas dengan
serat pendek

Serat hasil
deinking

Gambar 2.4 Diagram skematik proses deinking dengan enzim,


Sumber Pathak Puneet, et all.; 2010
Enzim -amilase bekerja dengan cara mengkatalis hidrolisis ikatan 1,4 -D-glikosidik
dalam suatu polisakarida menghasilkan gula dengan rantai lebih pendek dan larut dalam air.
Enzim -amilase dapat diperoleh dari sejenis tumbuh-tumbuhan dan biji-bijian untuk membuat
bir, dari jamur, dari pankreas binatang dan dari bakteri Bacilus subtilis dengan substrat
Thermonospora yang diambil dari kompos.
Enzim selulase bekerja dengan cara memecah ikatan 1,4-glikosidik pada selulosa.Enzim
ini dihasilkan dari fermentasi jamur Tricoderma reesei, mekanisme kerja enzim selulase pada
proses deinking diperkirakan sebagai berikut: Memutuskan ikatan serat dan mendegradasi serat,
Memflokulasikan dan menghidrolisa serat halus (fines),

II.

DATA DAN METODE


a. Diagram Alir Penelitian
Kertas dan karton

Disobek-sobek
Rendam dalam air 10 menit

Bubur Kertas

Konsistensi 6%
Repulping 15 menit

Bubur
Kertas

Pulp

Reaksi enzimatis T
50C, pH 7, 30 menit
Pengenceran C 0,8%, T
95C, Serfax 0,6%,
EDTA 0,2%
Flotasi 20 menit
pencucian

NaOH 1%, Na2SiO3


2,5%, H2O2 1%
Pengenceran C 0,8%, T
95C, Serfax 0,6%,
EDTA 0,2%
Flotasi 20 menit
pencucian

Pulp deinked konvensional

Buat lembaran 70 gsm


Pengujian sifat fisik,optis, dan cetak lembaran

D ATA
Cara kerja
Proses biodeinking
Kertas bekas campuran direndam selama 10 menit. Kemudian direpulping dalam
hidrapulper pada konsistensi 6% hingga mencapai derajat kebebasan 300 + 20 csf. Selanjutnya
stok dipanaskan sampai temperatur 50 0C dan diatur pH 7, kemudian ditambahkan enzim
dengan variasi komposisi : -amilase 0,5%, Lipase 0,25%, -amilase 0,5%, Lipase 0,5%, Lipase
0,25%, selulase 1,0%, Lipase 0,5%, selulase 1,0%. Kemudian dibiarkan bereaksi selama 30
menit untuk memberi kesempatan enzim mendegradasi permukaan serat. Selanjutnya
diinaktifasi pada temperatur 95 0C selama 10 menit untuk menghentikan aktifitas enzim. Stok
diencerkan sampai konsistensi 0,8 %. Kemudian ditambahkan kolektor 0,6 % dan DTPA 0,2 %
terhadap berat kering serat, dilanjutkan dengan proses flotasi menggunakan alat flotasi cell

selama 20 menit untuk memisahkan partikel tinta dari serat. Setelah proses flotasi selesai, stok
dicuci sampai pH netral.
Proses deinking konvensional
Bahan baku kertas bekas salut bekas direndam selama 10 menit, kemudian ditambahkan
NaOH 1 %, Na2SiO3 2,5 % dan H2O2 1 % (persen terhadap berat kering serat) , direpulping
dalam hidrapulper pada konsistensi 6% hingga mencapai derajat kebebasan 300 + 20 csf. Stok
diencerkan sampai konsistensi 0,8% kemudian ditambahkan kolektor sebanyak 0,25% dan DTPA
0,2% terhadap berat kering serat, dilanjutkan dengan proses flotasi menggunakan alat flotasi cell
selama 20 menit untuk memisahkan partikel tinta dari serat. Setelah proses flotasi selesai stok
dicuci sampai pH netral.
Pembuatan Lembaran dan Pengujian Sifat Lembaran
Stok hasil flotasi atau deinked pulp dari proses biodeinking dan konvensional masingmasing dibuat lembaran tangan dengan gramatur 70 g/m menurut SNI 14-0489-1989.
3.3.4

Pengujian sifat fisik lembaran


Terhadap lembaran yang dihasilkan dilakukan pengujian sebagai berikut: Derajat putih ,
dilakukan sesuai dengan SNI 14-4733-1998, Opasitas , dilakukan sesuai dengan SNI 14-47381998, ERIC (effective residual ink concentration), dilakukan sesuai dengan TAPPI T567 om-04,
Ketahanan tarik, dilakukan sesuai dengan SNI 14-4737-1998, Ketahanan retak, dilakukan sesuai
dengan SNI 14-1442-1998, Ketahanan sobek, dilakukan sesuai dengan SNI 14-0436-1989,
Porositas dan kelicinan, dilakukan sesuai dengan SNI 14-0932-1998
III.
HASIL DAN ANALISIS
Hasil Penelitian
Hasil pengujian lembaran kertas dari hasil proses biodeinking dengan enzim -amilase,
lipase dan selulase serta hasil dari proses deinking konvensional adalah sebagai berikut :
Tabel 4.1 Hasil Uji Lembaran Kertas Hasil Deinking
N

Parameter

Satuan

Hasil Uji

Metode

o
1

1
2
3

Derajat putih
Opasitas
Noda (ERIC)

%
%
ppm

58.41
99.15
458.10

62.80
98.35
212.37

62.70
97.14
210.12

51.73
96.81
332.04

54.17
96.96
267.0

SNI 14-4733-1998
SNI 14-4738-1998
TAPPI T 567 om-04

4
5
6
7
8

Indeks tarik
Indeks retak
Indeks sobek
Kekasaran
Porositas

Nm/g
kN/g
mN.m/g
mL/menit
mL/menit

33.22
1.53
8.55
1064
855

35.84
1.60
8.26
910
725

35.60
1.76
8.85
765
1035

29.87
1.47
6.33
1117
1823

7
30.52
1.50
5.95
1213
2028

SNI 14-4737-1998
SNI 14-1442-1998
SNI 14-4737-1998
SNI 14-0932-1998
SNI 14-0932-1998

Keterangan
Proses deinking konvensional
Proses biodeinking -amilase 0,5% - Lipase 0,25%
Proses biodeinking -amilase 0,5% - Lipase 0,5%

Proses biodeinking Lipase 0,25% - Selulase 1,0%


Proses biodeinking Lipase 0,5% - Selulase 1,0%
Analisis
Sifat optik lembaran kertas
Derajat putih
Tabel 4.1 dibuat grafik hubungan antara proses deinking dengan nilai derajat putih, yang
tertera pada gambar 4.1 berikut:
62.8062.70
65.00
58.41
60.00
54.17
55.00
51.73
Derajat putih (%) 50.00
45.00
40.00
1
2
3
4
5
Proses deinking

Grafik 4.1 Hubungan proses deinking dengan nilai derajat putih


Grafik 4.1, memperlihatkan penggunaan enzim -amilase dan lipase dapat meningkatkan derajat
putih dibandingkan dengan proses deinking konvensional. Hal ini diakibatkan meningkatnya
efektifitas pelepasan tinta karena sifat -amilase yang mendegradasi lapisan pati yang terdapat
pada sizing dan salut kertas, sebagai tempat menempelnya partikel tinta. Sedangkan pada
penggunaan enzim lipase dan selulase nilai derajat putih mengalami sedikit penurunan,
dibandingkan dengan proses deinking metode konvensional, karena belum terdegradasinya
lapisan sizing dan salut pada kertas, sehingga partikel tinta tidak dapat secara sempurna terlepas
dari permukaan serat.
Opasitas
Dari tabel 4.1 dapat dibuat suatu grafik hubungan antara opasitas dengan proses deinking.

100.00

99.15

99.00

98.35

98.00
Opaitas (%)

97.14

97.00

96.81

96.96

96.00
95.00

Proses deinking

Grafik 4.2 Hubungan antara opasitas dengan proses deinking


Grafik 4.2 bahwa penambahan enzim pada proses deinking mengakibatkan penurunan
nilai opasitas lembaran dibandingkan dengan proses deinking konvensional. Hal ini diakibatkan
karena serat-serat halus pada larutan stok terdegradasi oleh enzim menjadi monosakarida yang
larut dalam air, sehingga mengurangi partikel partikel serat yang dapat memantulkan cahaya,
hal ini mengakibatkan nilai opasitas lembaran menurun.
Noda (ERIC)
Menurut TAPPI T 67 om-04 ERIC atau effective residual ink concentration adalah rasio
koefisien absorbs pulp atau kertas yang mengandung tinta terhadap koefisien absorbsi tinta itu
sendiri, ditentukan pada panjang gelombang 950 nm, dan hasilnya dinyatakan dalam ppm atau
part per million, dari tabel 4.1 dibuat grafik hubungan nilai ERIC dengan proses deinking yang
dilakukan.
458.10
332.04
267.07
212.37210.12

ERIC (ppm)
1

Proses deinking

Grafik 4.3 Hubungan antara ERIC dengan proses deinking


Grafik 4.3 memperlihatkan bahwa jumlah tinta yang tersisa dalam lembaran (noda)
setelah proses deinking mengalami penurunan yang signifikan, menunjukan bahwa enzim
berdampak positif terhadap kinerja deinking. Penurunan ERIC tertinggi dicapai pada
penggunaan enzim -amilase dan lipase, hal ini diakibatkan oleh terdegradasinya lapisan pati
pada sizing oleh enzim -amilase dan bahan salut pada kertas oleh lipase, sehingga
memudahkan proses pelepasan partikel tinta pada saat flotasi. Sedangkan pada penggunaan

enzim selulase dan lipase nilai ERIC nya lebih tinggi dibandingkan dengan enzim -amilase dan
lipase, karena tidak adanya enzim yang mendegradasi lapisan pati pada bahan sizing kertas.
Sifat fisik lembaran kertas
Ketahanan tarik
Dari data diperoleh hubungan antara ketahanan tarik pada berbagai kondisi deinking
37

35.84 35.6

35
33.22
Indeks

tarik (Nm/g) 33
30.52
29.87

31
29

Proses deinking

Grafik 4.4 Hubungan indeks tarik dengan proses deinking


Gambar 4.4 memperlihatkan penggunaan enzim -amilase - lipase dapat meningkatkan
kekuatan tarik jika dibandingkan dengan proses deinking konvensional dan enzim selulase
lipase. Hal ini disebabkan karena -amilase lipase yang hanya memberikan efek pengelupasan
pada permukaan serat tanpa mendegradasi serat-serat panjang, sehingga kekuatan tetap terjaga.
Sedangkan pada penggunaan deinking konvensional penggunaan NaOH mengakibatkan
terdegradasinya serat-serat panjang sehingga menurunkan kekuatan kertas, hal yang sama juga
terjadi pada proses deinking menggunakan lipase-selulase, dimana enzim selulase akan
mendegradasi serat selulosa menjadi unit-unit yang lebih pendek.
Ketahanan retak
1.76

1.8
1.7
Indeks retak ( kN/g) 1.6 1.53

1.6
1.47

1.5
1.4

1.5

Proses deinking

Grafik 4.5 Hubungan indeks retak dengan proses deinking


Grafik 4.5 memperlihatkan proses deinking menggunakan enzim -amilase-lipase
menghasilkan lembaran dengan nilai ketahanan retak yang lebih tinggi dibandingkan dengan

proses deinking menggunakan metode konvensional maupun enzim lipase-selulase, ini


disebabkan oleh faktor yang sama yang terjadi pada ketahanan tarik.
Ketahanan sobek
Tabel 4.1 grafik hubungan antara indeks sobek dari lembaran yang dihasilkan dengan
proses deinking.
10 8.55
8.85
8.26
8
6
Indek sobek (mNm/g)

6.33 5.95

4
2
0

Proses deinking

Grafik 4.6 Hubungan antar indeks sobek dengan proses deinking


Grafik 4.6 memperlihatkan penggunaan enzim lipase-selulase terjadi penurunan nilai
indeks sobek dibandingkan dengan metode konvensional dan deinking dengan penggunaan amilase - lipase. Hal ini diduga terurainya serat selulosa oleh selulase sehingga menurunkan
kekuatan serat tersebut.
Sifat cetak lembaran kertas ( kekasaran dan porositas )
Sifat kekasaran dan porositas sangat penting untuk proses cetak, dimana kertas untuk
keperluan cetak printing memerlukan nilai kekasaran yang rendah, sedangkan kertas yang akan
dicetak oleh metode non-impact memerlukan nilai kekasaran yang lebih tinggi.
2000

1823

1500
1064

mL/ menit

1000
kekasaran
500

855

910

1035

1117

2028

1213

porositas
725 765
2

Proses deinking

Grafik 4.7 Hubungan antara kekasaran-porositas dengan proses deinking


Grafik 4.7 memperlihatkan penggunaan enzim -amilase lipase akan menurunkan nilai
kekasaran, sedangkan biodeinking dengan enzim lipase selulase akan menaikan nilai
kekasaran, ini menunjukan pada proses konvensional dan biodeinking dengan lipase selulase

akan mendegradasi serat-serat halus, sehingga akan terjadi ruang kosong antar struktur jaringan
serat sehingga meningkatkan nilai kekasaran. Sedangkan pada nilai porositas lembaran,
peningkatan konsentrasi enzim dapat meningkatkan porositas lembaran, karena terdegradasinya
serat-serat halus. Hal ini mengakibatkan struktur jaringan serat pada lembaran menjadi lebih
terbuka.
KESIMPULAN
Berdasarkan data hasil penelitian dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut: Penggunaan
enzim -amilase-lipase akan menaikan nilai derajat putih, dan sifat fisik lembaran serta
menurunkan nilai opasitas dan ERIC dibandingkan dengan metode deinking konvensional.
Pemakaian enzim lipase-selulase mengakibatkan penurunan sifat optis, sifat fisik dan
meningkatkan porositas dan kekasaran lembaran, jika dibandingkan dengan metode deinking
konvensional, dan secara keseluruhan proses biodeinking dengan penggunaan -amilase 0,5% Lipase 0,25% memberikan hasil terbaik untuk proses biodeinking kertas salut bekas
DAFTAR PUSTAKA
Prasad, D.Y., Heitmann, J.A., dan Joyce, T.W.; 1993; Progr.Paper Recycling I (3);21
Pathak Puneet, et all.; 2010; Enzymatic deinking of office waste paper an overview; IPPTA Journal
Vol.22; No.2 April-June
Altieri, A.M., dan Wendell Jr.J.W.; 1969; Deinking: Control secondary fiber structural board coating, 2nd
ed. Vol.II; USA; McGraw- Hill Book Co.
Bierman J.C.; 1996; Handbook of pulping and paper making, 2nd ed; Academic press London
Pratima Bajpai and Pramod K.B.; 1998; Deinking with Enzyme: A Review, TAPPI Journal, 81:12,111,
J.C. Roberts; 1996; Chemistry of Paper; The Royal Society of Chemistry, Thomas Graham House;
Cambridge, UK
Holik H.,; 2006; Handbook of Paper and Board; Germany;Wiley-Vch
Casey, James P;1981; Pulp and paper Chemistry and chemical technology; 3rd ed.;John Wiley & Sons;
Newyork
Auhorn, W.J.; 2006; Chemical additives; Handbook of paper and board ;H. Holik (Ed.); Wiley Vch
Verlag GmbH & Co.KGaA; Weinheim
Lund, F.H., 2001. Recycling handbook.2nd ed. P.11.1
Hannuksela, T., dkk.; Deinking Chemistry; diunduh dari http://www.cost-e46.eu.org/files/Deinking
%20primer/Deinking%20Chemistry- ISO 4046
Rismijana J., Iin Naomi I., and Tutus P; 2002; Penggunaan selulase-hemiselulase pada proses deinking
kertas koran bekas; Berita Selulosa, Vol 38 , No.3-4; 44-50
Rismijana J., Nina E., dan Cucu ; 2006; Efektifitas biodeinking pada pengolahan kertas bekas campuran;
Berita Selulosa Vol.41 No.1; hal 14-20.
Wirawan Sonny K., Rismijana J., dan Hidayat T. ; 2008; Aplikasi enzim -amilase dan selulase pada
proses deinking kertas bekas campuran; Berita selulosa ; Vol 43, No.1; hal.11-18.
Lassus, A.; 2000; Deinking chemistry; Papermaking Science and Technology; Book 7; Recycled Fiber
and Deinking; Gttsching, L. and Pakarinen, H. (Eds.); Jyvskyl, Finland, Fapet Oy

AplikasiKertasNcr:
-ContinuousForm
-TelexPaper
Dimana selain form diatas NCR banyak digunakan di perbankan, kantor pemerintahan,
pabrik, ticket, surat dan aplikasi-aplikasi yang memerlukan copy.

NCR atau Non Carbon Required Paper adalah kertas tembus warna tanpa karbon. Paper ini
mempunyai 2 macam lapisan yang terdiri dari lapisan Color Transfer dan lapisan Color Receiver.
Lapisan pemberi warna ini mengandung microcapsule. Apabila kertas dengan lapisan Color
Transfer disusun diatas kertas lapisan Color Receiver, dimana ke dua lapisan tersebut saling
bersentuhan, kemudian kita melakukan tekanan di atasnya, maka akan pecahlah microcapsulemicrocapsule tersebut, sehingga color transfer bereaksi dengan color receiver sehingga akan
terbentuk warna yang kontras pada sisi lembaran Color Receiver.

Anda mungkin juga menyukai