Bila bayi tidak dapat minum, dapat dipasang akses melalui vena perifer atau dalam keadaan darurat
dapat menggunakan tali pusat.
5.
Identifikasi bayi yang potensial mengalami hipoglikemia, sepertibayi kurang bulan (usia gestasi <37
minggu), kecil masa kehamilan (KMK), besar masa kehamilan (BMK), bayi dari ibu penderita diabetes
melitus, bayi sakit, dan bayi dari ibu yang mengonsumsi obat-obatan tertentu (beta-simpatomimetik,
penghambat beta, klorpropamid, benzotiazid, dan anti-depresan trisiklik) selama kehamilan. Apabila pada
pemeriksaan ditemukan kadar gula darah < 47 mg/dL dapat diberikan bolus dextrosa 10% 2 mL/kgbb atau
segera diberi minum jika tidak ada kontraindikasi pemberian minum.
6.
Bayi harus dirujuk dalam keadaan stabil dan kondisi tersebut dapat dicapai dengan menerapkan
program STABLE. Program STABLE adalah panduan yang dibuat untuk tata laksana bayi baru lahir yang
sakit, mulai dari pasca-resusitasi/pra-transportasi. Program ini berisi standar tahapan stabilisasi pascaresusitasi untuk memerbaiki kestabilan, keamanan, dan luaran bayi. STABLE tersebut merupakan
singkatan dari S: Sugar and safe care (kadar gula darah dan keselamatan bayi), T: Temperature (suhu),
A: Airway (jalan napas), B: Blood pressure (tekanan darah), L: Lab work (pemeriksaan laboratorium),
E: Emotional support (dukungan emosional). Program STABLE mengupayakan kondisi bayi menjadi warm,
pink, and sweet secepatnya dalam kurun waktu 1 jam.
7.
Padakondisi lingkungan (cuaca dingin, angin kencang, dataran tinggi, jarak jauh) dan fasilitas kurang
memadai, upaya mengendalikan suhu neonatus selama proses transportasidapat dilakukan dengan
perawatan metode kanguru.
1.
Kecepatan dalam memberikan penanganan syok sangat penting, makin lama dimulainya tindakan
resusitasi makin memperburuk prognosis.
2.
Prioritas utama yang harus segera dilakukan adalah pemberian oksigen aliran tinggi, stabilisasi jalan
nafas, dan pemasangan jalur intravena, diikuti segera dengan resusitasi cairan. Apabila jalur intravena
perifer sukar didapat, jalur intraoseus (IO) segera dimulai.
3.
Setelah jalur vaskular didapat, segera lakukan resusitasi cairan dengan bolus kristaloid isotonik
(Ringer lactate, normal saline) sebanyak 20 mL/kg dalam waktu 5-20 menit.
4.
Pemberian cairan dapat diulang untuk memperbaiki tekanan darah dan perfusi jaringan. Pada syok
septik mungkin diperlukan cairan 60 mL/kg dalam 30-60 menit pertama.
5.
Pemberian cairan hanya dibatasi bila diduga penyebab syok adalah disfungsi jantung primer.
6.
Apabila setelah pemberian 20-60 mL/kg kristaloid isotonik masih diperlukan cairan, pertimbangkan
pemberian koloid. Darah hanya direkomendasikan sebagai pengganti volume yang hilang pada kasus
perdarahan akut atau anemia dengan perfusi yang tidak adekuat meskipun telah mendapat 2-3 x 20 mL/kg
bolus kristaloid.
7.
Pada syok septik, bila refrakter dengan pemberian cairan, pertimbangkan pemberian inotropik.
8.
Dopamin merupakan inotropik pilihah utama pada anak, dengan dosis 5-10 gr/kg/menit. Apabila
syok resisten dengan pemberian dopamin, tambahkan epinefrin (dosis 0,05-0,3 gr/kg/menit) untuk cold
shock atau norepinefrin (dosis 0,05-1 gr/kg/menit) untuk warm shock.
Syok resisten katekolamin, dapat diberikan kortikosteroid dosis stres (hidrokortison 50 mg/m2/24jam).
9.
10.
Dobutamin dipergunakan apabila setelah resusitasi cairan didapatkan curah jantung yang rendah
dengan resistensi vaskular sistemik yang meningkat, ditandai dengan ekstremitas dingin, waktu pengisian
kapiler memanjang, dan produksi urin berkurang tetapi tekanan darah normal.
11.
Pada syok septik, antibiotik harus diberikan dalam waktu 1 jam setelah diagnosis ditegakkan, setelah
sebelumnya diambil darah untuk pemeriksaan kultur dan tes resistensi.
12.
Sebagai terapi awal dapat digunakan antibiotik berspektrum luas sampai didapatkan hasil kultur dan
antibiotik yang sesuai dengan kuman penyebab.
13.
Target akhir resusitasi yang ingin dicapai merupakan petanda perfusi jaringan dan homeostasis
seluler yang adekuat, terdiri dari: frekuensi denyut jantung normal, tidak ada perbedaan antara nadi sentral
dan perifer, waktu pengisian kapiler < 2 detik, ekstremitas hangat, status mental normal, tekanan darah
normal, produksi urin >1 mL/kg/jam, penurunan laktat serum.
14.
Tekanan darah sebenarnya bukan merupakan target akhir resusitasi, tetapi perbaikan rasio antara
frekuensi denyut jantung dan tekanan darah yang disebut sebagai syok indeks, dapat dipakai sebagai
indikator adanya perbaikan perfusi.