Anda di halaman 1dari 34

Resusitasi Bayi Baru

Lahir
Di susun oleh :
Audy Alfathan Nisa 71220891070
Sutriani 71220891045

Pembimbing:
dr. Rita Anggraini, Sp. A
01
Pendahuluan
TINJAUAN
PUSTAKA
Latar belakang

Resusitasi neonatus adalah usaha untuk mengakhiri asfiksia dengan


memberikan oksigenasi yang adekuat.
Bayi yang membutuhkan resusitasi saat lahir memiliki risiko untuk
mengalami perburukan kembali walaupun telah tercapai tanda vital yang
normal. Ketika ventilasi dan sirkulasi yang adekuat telah tercapai, bayi harus
dipantau atau ditransfer ke tempat yang dapat dilakukan monitoring penuh
dan dapat dilakukan tindakan antisipasi, untuk mendapatkan pencegahan
hipotermia, monitoring yang ketat dan pemeliharaan fungsi sistemik dan
serebral. Selama transportasi, neonatus yang sakit kritis tersebut sangat
rentan terkena rangsang yang berbahaya, seperti suara, goncangan, dan
ketidakstabilan temperatur, dimana semua hal tersebut dapat menambah
ketidakstabilan neonatus yang sedang berusaha mempertahankan
homeostasis tubuhnya.
Definisi
Resusitasi adalah suatu tindakan darurat sebagai
suatu usaha untuk mengembalikan keadaan henti
nafas atau henti jantung ke fungsi optimal guna
mencegah kematian biologis.
Resusitasi adalah segala usaha untuk mengembalikan
fungsi sistem pernafasan, peredaran darah dan otak
yang terhenti atau terganggu sedemikian rupa agar
kembali normal seperti semula .
Tanda-Tanda yang Memerlukan Kondisi Resusitasi

Pernafasan Oksigenasi jaringan


01 Apnue atau bernafas spontan
disertai tanda gawat nafas atau
04 Pemantauan ini diperlukan agar
oksigen yang diberikan tidak
mengalami sianosis persisten berlebihan dan membahayakan bayi.

Tonus dan respon terhadap stimulus Nilai apgar


02 Bayi asfiksia memiliki tonus otot
yang lemah dan gerakan otot
05 Nilai Apgar, merupakan penilaian
obyektif kondisi bayi baru lahir,
terbatas namun tidak digunakan untuk
menentukan kebutuhan, langkah,
dan waktu resusitasi pada bayi baru
Laju jangtung lahir
03 Laju jantung (LJ) berkisar antara
100-160 kali per menit
Persiapan Resusitasi
Mengenali Faktor Risiko
Informasi yang perlu diketahui oleh tim
resusitasi sebagai berikut :
Informasi mengenai ibu: Informasi mengenai janin:

a. Riwayat kehamilan a. Usia gestasi


(kondisi kesehatan maupun b. Perkiraan jumlah janin
pemakaian (tunggal, kembar)
obat-obatan) c. Janin risiko tinggi dan
b. Riwayat kesehatan dan kemungkinan memerlukan
medikasi ibu resusitasi
c. Hasil pemeriksaan d. Mekoneum pada cairan
ultrasonografi antenatal ketuban
d. Riwayat pemeriksaan e.Variasi denyut jantung
kesehatan janin dalam janin
kandungan f. Kelainan kongenital
e. Risiko infeksi ibu (misal: janin
Streptococcus grup B)
Persiapan Resusitasi
Pembentukan Tim Resusitasi

pelatihan resusitasi neonatus dasar dengan anggota


tim idealnya minimal 3 orang.
Penolong pertama = kapten/pemimpin jalannya
resusitasi.
• Posisi: di atas kepala bayi
• Memiliki pengetahuan dan kompetensi resusitasi
yang paling tinggi dan lengkap serta dapat
menginstruksikan tugas kepada anggota tim
lainnya.
• Tanggung jawab utama: ventilasi (airway dan
breathing).
Persiapan Resusitasi
Pembentukan Tim Resusitasi

Penolong kedua = asisten sirkulasi


• Posisi: sisi kiri bayi (posisi ini tidak terlalu mengikat, Penolong ketiga = asisten peralatan dan obat
dibolehkan bertukar posisi antara penolong kedua Posisi: sisi kanan bayi (posisi ini tidak terlalu
dan ketiga, dengan catatan fungsi tidak tumpang mengikat, dibolehkan bertukar posisi antara
tindih). penolong kedua dan ketiga, dengan catatan
• Tanggung jawab: sirkulasi bayi fungsi tidak tumpang tindih)
• Meliputi: mendengarkan laju denyut jantung bayi, Tanggung jawab: menyalakan tombol
mengatur kebutuhan tekanan inspirasi positif pencatat waktu, memasang monitor saturasi,
(positive inspiratory pressure/PIP) dan fraksi monitor suhu, menyiapkan peralatan suction,
oksigen (FiO2 ), memberikan kompresi jantung, persiapan obat-obatan dan alat-alat lainnya.
memasang kateter umbilikal untuk resusitasi cairan
Persiapan Resusitasi
Perlengkapan resusitasi
C. Ventilasi
• Balon mengembang sendiri/Self-inflating bag (contoh: balon
A. Penghangat/ Warmer
• Kain pengering dan topi
volume 250 ml) dan sungkup wajah berbagai ukuran dilengkapi
• Handuk hangat/ pembungkus dengan katup tekanan positif akhir ekspirasi/positive end-
• Kantung plastik untuk neonatus < 1500 gram expiratory pressure (PEEP) .
• Penghangat kepala (overhead heater) atau • T-piece resuscitator adalah alat yang dapat memberikan
infant warmer tekanan inspirasi positif / Positive Inspiratory Pressure (PIP)
B. Pengisap / Suction dan PEEP terukur secara konstan sehingga bayi dapat
• Suction dengan tekanan negatif (tidak boleh
melebihi 100
meningkatkan volume paru dan mencapai kapasitas residu
• mmHg) fungsional
• Kateter suction • Continuous Positive Airway Pressure (CPAP) dini.
• Aspirator mekoneum • Peralatan intubasi (laringoskop, pipa endotrakeal, stilet)
• • Sungkup laring / Laryngeal Mask Airway (LMA)
• Sungkup wajah
Langkah Resusitasi
Stabilisasi dan
Transportasi Pasca
Resusitasi

Di susun oleh:
Ledi Purnama Sari Lubis 71220891012
Eka Dina Marissha 71220891023

Pembimbing:
dr. Rita Anggraini, Sp. A
STABILISASI NEONATUS

Adalah Upaya untuk memertahankan kondisi stabil pada bayi


pasca resusitasi berpegang pada prinsip STABLE.
• Sugar and Safe Care (kadar gula darah dan perawatan yang
aman)
• Temperature (suhu tubuh)
• Airway (jalan napas)
• Blood Pressure (tekanan darah)
• Lab Work (pemeriksaan laboratorium)
• Emotional Support (dukungan emosi)
Sugar and Safe Care (Kadar Gula Darah dan Perawatan
yang Aman)
Bayi pasca resusitasi rentan mengalami hipoglikemia. terutama
pada bayi dengan asfiksia, serta bayi prematur. Risiko hipoglikemia juga dialami
oleh bayi kecil masa kehamilan, bayi besar masa kehamilan, bayi dengan
hipotermia, bayi dari ibu diabetic. hipoglikemia dapat disebabkan oleh cadangan
glukosa yang rendah, hiperinsulinemia, atau peningkatan penggunaan glukosa.
Kadar gula darah pada bayi baru lahir harus senantiasa
diupayakan dalam rentang normal (50-110 mg/dL).
Tanda-tanda hipoglikemia antara lain iritabilitas, hipotonia, letargi,
menangis lemah atau melengking, hipotermia, refleks hisap buruk, takipnea,
sianosis, apnea, atau kejang.
Pemeriksaan kadar gula darah pada bayi sakit atau bayi dengan
risiko hipoglikemia harus segera dilakukan dalam 30-60 menit
setelah lahir. Pemeriksaan dapat diulang dalam 1-3 jam sesuai hasil pemeriksaan
kadar gula darah dan kondisi bayi.
 Periksa kembali kadar gula darah 15-30 menit
setelah pemberian bolus glukosa.
• Dokumentasi respon terapi.
 Apabila bayi sakit yang dipuasakan • Apabila kadar gula darah tetap < 50 mg/dL,
memiliki kadar gula darah <50 mg/dL ulangi bolus D10 2 mL/kg.
maka bayi harus diterapi dengan cairan • Apabila kadar gula darah tetap < 50 mg/dL
glukosa Intravena, setelah 2 kali bolus D10, ulangi bolus dan
1. Berikan bolus D10 sebanyak 2 mL/kg tingkatkan jumlah glukosa intravena hingga 100-
dengan kecepatan 1 Ml per menit. 120 mL/kg/hari.
2. Untuk maintenance berikan infus D10 • Evaluasi kadar gula darah setiap 30-60 menit
hingga kadar gula darah mencapai > 50 mg/dL.
sebanyak 60-80 mL/kg/hari (GIR 4.2-5.5
• Apabila kadar gula darah > 150 mg/dL pada 2
mg/kg/menit). pemeriksaan berurutan. pikirkan kemungkinan
stres atau prematuritas sebagai penyebab.
• Cairan dekstrosa >12,5% harus diberikan
melalui akses vena sentral yaitu akses umbilikal.
Temperature (Suhu Tubuh)

Setiap bayi berisiko mengalami


hipotermia namun bayi kurang bulan,
berat bayi lahir rendah (terutama <
 Suhu aksila normal pada bayi baru
1500 gram) dan kecil masa kehamilan
lahir berkisar antara 36,5-37,5oC.
memiliki risiko yang lebih besar.
 Pemantauan suhu perlu dilakukan
Hal ini disebabkan karena :
setiap 15-30 menit hingga suhu
 jumlah lemak yang lebih sedikit
berada pada rentang normal.
 kulit tipis
 kemampuan fleksi rendah, serta
simpanan lemak coklat sedikit.
Secara umum hipotermia
diklasifikasikan menjadi
hipotermia :
• ringan (36-36,4oC),
• sedang (32-35,9oC), dan
• berat (< 32oC).
Dan Kehilangan panas tubuh
dapat terjadi melalui 4
mekanisme yaitu
• konduksi,
• konveksi,
• evaporasi, dan
• radiasi
Berbagai upaya pencegahan hipotermia selama stabilisasi dapat
dilakukan dengan berikut :

• Menaikkan suhu ruangan menjadi 25-28oC dan tidak meletakkan bayi di bawah pendingin ruangan.
• Meletakkan bayi di bawah infant warmer saat dilakukan resusitasi atau tindakan pada bayi.
• Menghangatkan benda yang akan bersentuhan dengan bayi misal tempat tidur, stetoskop, selimut,
dan tangan.
• Mengenakan topi pada kepala bayi.
• Membungkus bayi berat lahir < 1500 gram dengan plastic bening dari kaki hingga setinggi leher
bayi (jangan sampai menutup wajah atau menghambat jalan napas).
• Memberikan oksigen yang telah dihangatkan dan dilembabkan.
• Menghangatkan inkubator terlebih dahulu sebelum meletakkan bayi di dalamnya.
• Menggunakan inkubator transpor yang telah dihangatkan atau kontak kulit dengan kulit (jika tidak
tersedia incubator transpor) saat memindahkan bayi dari kamar bersalin ke ruang perawatan.
Airway (Jalan Napas)
Evaluasi distres napas harus senantiasa
dilakukan selama periode stabilisasi. Komponen
yang dievaluasi Meliputi : • Kebutuhan oksigen
Kebutuhan oksigen disesuaikan dengan kondisi
• Laju napas klinis bayi dan saturasi oksigen. Titrasi oksigen
Laju napas normal pada bayi berkisar antara 40- untuk memertahankan target saturasi oksigen.
60 kali per menit. Laju napas kurang dari 30 kali
per menit disertai penggunaan otot napas • Saturasi oksigen
tambahan menandakan bayi mengalami Saturasi oksigen dipertahankan antara 88-92%.
kelelahan bernapas. Napas megap-megap dapat
menjadi tanda ancaman henti napas. • Gas darah
Pemeriksaan ini terutama dilakukan jika bayi
• Usaha napas membutuhkan oksigen atau kemungkinan
Meliputi penilaian air entry, retraksi, merintih, mengalami syok.
napas cuping hidung, dan apnea.
Blood pressure (Tekanan Darah)

Bayi dapat mengalami gangguan b. Syok kardiogenik


sirkulasi berupa syok selama Merupakan disfungsi sirkulasi
masa stabilisasi. Secara umum yang disebabkan oleh fungsi
syok dibedakan menjadi 3 bentuk otot-otot jantung yang lemah
yaitu: (gagal jantung).
a. Syok hipovolemik
Penyebab syok hipovolemik c. Syok septik
dapat berupa perdarahan maupun Merupakan disfungsi sirkulasi
non perdarahan (misal kebocoran yang disebabkan oleh reaksi
kapiler, dehidrasi, hipotensi sistemik kompleks sebagai
fungsional) respons terhadap infeksi berat.
Tatalaksana syok

Tatalaksana pada syok hipovolemik

meliputi pemberian cairan kristaloid


 Apabila tidak terdapat kehilangan darah akut, cairan kristaloid tersebut diberikan 10
mL/kg/kali secara intravena, intraoseus, atau melalui kateter vena umbilikal dalam
waktu 15-30 Menit.
 Pada kehilangan darah akut, cairan kristaloid dapat diberikan sambil menunggu
transfusi produk darah. Cairan diberikan sebanyak 10 mL/kg/kali secara intravena,
intraoseus, atau melalui kateter vena umbilikal selama 30 menit-2 jam.
Tatalaksana syok kardiogenik dan syok septik

Pada syok kardiogenik maupun syok septik dapat diberikan terapi:


• Natrium bikarbonat 4,2% (0,5 mEq/mL), dengan dosis 2-4 mL/
kg/kali selama 30-60 menit intravena.
• Dopamin hidroklorida, dengan dosis 5-20 mcg/kg/menit secara
kontinyu melalui pompa intravena
Lab Work (Pemeriksaan Laboratorium)

Pemeriksaan laboratorium yang


dianjurkan untuk diperiksa sebelum bayi ditranspor disingkat
dengan 4B yang meliputi:
• Blood count
Darah lengkap termasuk hitung jenis leukosit.
• Blood culture
Darah diambil dengan teknik steril, dalam jumlah cukup, dan
sebelum pemberian antibiotik.
• Blood glucose
Kadar gula darah diperiksa dini dan pantau dengan ketat sesuai
indikasi.
• Blood gas
Pemeriksaan dilakukan pada bayi dengan distres napas atau
dengan riwayat syok.
Emotional Support (Dukungan Emosional)

Dukungan bagi orangtua/ keluarga sebaiknya diberikan sejak


awal hingga bayi menjalani perawatan dalam bentuk:
1. Mengijinkan ibu untuk melihat bayi.
2. Mengucapkan selamat atas kelahiran bayi dan memanggil bayi
dengan nama yang sudah dipersiapkan oleh keluarga.
3. Mengambil foto dan jejak kaki bayi.
4. Menawarkan dukungan dari pihak lain seperti kerabat atau
pemuka agama.
5. Memberikan penjelasan secara sederhana namun akurat kepada
orangtua mengenai keadaan bayi dan rencana tatalaksana.
6. Memberikan kesempatan kepada orangtua untuk bertanya
mengenai keadaan bayi.
7. Melibatkan orangtua dalam perawatan bayi serta dalam
pengambilan keputusan terkait tatalaksana.
TRANSPORTASI
 Penting untuk dipahami bahwa
Setiap bayi harus dalam kondisi
stabil sebelum dipindahkan ke
ruang rawat atau dirujuk ke fasilitas
kesehatan lain.
 Transportasi bayi baru lahir
sebaiknya dilakukan dengan
menggunakan inkubator transport
namun transportasi di fasilitas
terbatas juga dapat dilakukan
dengan metode kontak kulit dengan
kulit (metode kanguru).
Komponen penting dalam sistem transportasi bayi
baru lahir meliputi sumber daya manusia, kendaraan
dan peralatan, komunikasi dan dukungan keluarga,
dokumentasi dan informed consent, serta umpan balik
dari unit rujukan.
03
Kesimpulan
kesimpulan
Resusitasi adalah suatu tindakan darurat Penanganan pasca resusitasi lahir yang adekuat
sebagai suatu usaha untuk mengembalikan sangat penting untuk dilakukan karena deteksi
keadaan henti nafas atau henti jantung ke fungsi dan intervensi dini terhadap gangguan fungsi
optimal guna mencegah kematian biologis. organ yang diakibatkan oleh proses asfiksia akan
Kondisi yang perlu diperhatikan sebelum sangat mempengaruhi keluaran dan harus
dilakukan resusitasi yaitu pernafasan, tonus, laju dilakukan di ruang perawatan intensif agar dapat
jantung, oksigen jaringan dan nilai apgar. dilakukan monitoring yang ketat dan evaluasi
Langkah resusitasi yaitu langkah awal, ventilasi diagnostik lebih lanjut.
tekanan positif dan resusitasi jantung paru.
Akronim STABLE (sugar and safe care, Prinsip umum dari penanganan pasca resusitasi
temperature, airway, blood pressure, neonatus diantaranya adalah pemantauan gula
laboratorium working, dan emotional support) darah (sugar), suhu (temperature), jalan nafas
dapat digunakan sebagai panduan selama (airway), tekanan darah (blood pressure),
perawatan pascaresusitasi. pemeriksaan laboratorium (laboratories) dan
dukungan emosional kepada keluarga (emotional
support).
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai