Disusun Oleh :
Fera Ayu Dianovita
NIP. 198906202015032001
DIREKTORAT JENDERAL
BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
2015
HALAMAN PENGESAHAN
KERTAS KERJA
ORIENTASI CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL (CPNS) TAHUN 2014
Disusun Oleh :
Fera Ayu Dianovita
NIP. 198906202015032001
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat ridho
dan rahmat-Nya maka penyusun dapat menyelesaikan Kertas Kerja Orientasi
Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) Tahun 2014. Kertas kerja ini diajukan untuk
bahan pertimbangan penempatan posisi kerja, di Direktorat Jenderal Bina
kefarmasian dan Alat Kesehatan.
Penyusun menyadari banyak pihak yang telah membantu baik secara
moril maupun materil dalam menyelesaikan kertas kerja ini. Oleh karena itu,
penyusun ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang
setinggi-tingginya kepada:
1. Dra. Maura Linda Sitanggang, Ph.D. selaku Direktur Jenderal Bina
Kefarmasian dan Alat Kesehatan.
2. Dra. Engko Sosialine, M., Apt selaku Plt. Sekretaris Direktorat Jenderal Bina
Kefarmasian dan Alat Kesehatan; Dra. Engko Sosialine, M., Apt. Apt Selaku
Direktur Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan; Drs. Bayu TM, M.
Pharm, M, Apt. Selaku Direktur Bina Pelayanan Kesehatan; drg. Arianti
Anaya, MKM selaku Direktur Bina Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan;
Dra. R. Dettie Yuliati, Apt., M.Si. selaku Direktur Bina Produksi dan Distribusi
Kefarmasian
3. Dra. Rida Wurjati, Apt., MKM. selaku Kepala Bagian Kepegawaian dan
Umum Sekretariat Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan
4. Seluruh Kepala Bagian Subdirektorat dan kepala seksi di Direktorat Bina
Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan RI.
5. Seluruh staf Direktorat Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementerian
Kesehatan RI.
Penyusun menyadari bahwa Kertas kerja ini masih jauh dari sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran membangun sangat penyusun harapkan untuk
perbaikan di masa mendatang. Semoga Kertas kerja ini dapat bermanfaat untuk
bahan pertimbangan dalam penempatan posisi kerja.
Jakarta, 4 Mei 2015
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PENGESAHAN...................................................................
KATA PENGANTAR..............................................................................
ii
DAFTAR ISI...........................................................................................
iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN.....................................................................
I.1.
I.2.
Tujuan............................................................................
I.3.
Manfaat..........................................................................
I.4.
Lingkup bahasan............................................................
17
24
24
24
25
26
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN
I
Halaman
DAN
ALAT
KESEHATAN
27
II
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia merupakan badan pelaksana
pemerintah di bidang kesehatan, dipimpin oleh Menteri Kesehatan yang bertanggung
jawab langsung kepada Presiden. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
berperan dalam upaya pembangunan kesehatan melalui perumusan, penetapan, dan
pelaksanaan kebijakan di bidang kesehatan, salah satunya dalam bidang pelayanan
kefarmasian. Salah satu Direktorat Jenderal di bawah Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia yang berperan dalam upaya peningkatan pelayanan kefarmasian
adalah Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan. Dalam menjalankan
perannya di bidang pembangunan kesehatan, Kementerian Kesehatan membutuhkan
aparatur kesehatan yang berkualitas dan mampu melaksanakan tugasnya dengan
baik. Hal ini disebabkan karena aparatur kesehatan mempunyai peran penting
sebagai perencana, penggerak, dan pelaksana dalam pembangunan kesehatan.
Sesuai Permenkes Nomor 12 tahun 2014, cara untuk mendapatkan aparatur yang
professional, jujur, bertanggung jawab, netral, dan memiliki kompetensi adalah dengan
melaksanakan sistem orientasi kepada Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) di
Kementerian Kesehatan dan melaksanakan tugas kertas kerja. Kertas kerja
membahas mengenai penilaian izin penyalur alat kesehatan.
Sesuai Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1191/Menkes/ Per/VIII/2010
tentang Penyaluran Alat Kesehatan, Penyaluran alat kesehatan hanya dapat
dilakukan oleh sarana yang telah memiliki izin penyakur alat kesehatan (IPAK) dan
harus dilakukan sesuai dengan ketentuan tentang Cara Distribusi Alat Kesehatan
yang Baik (CDAKB) yang mengacu kepada standar internasional yaitu Good
Distribution Practice (GDP).
I.2. Tujuan
Tujuan orientasi di CPNS di Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan
adalah :
1. Mampu menjelaskan tugas, fungsi, visi, misi dan kewenangan organisasi
kementerian kesehatan
2. Mampu menjelaskan kedudukan dan struktur organisasi kementerian kesehatan
3. Mampu menjelaskan kebijakan bidang tugas kementerian kesehatan
4. Mampu menjelaskan sarana dan prasarana serta manfaat dalam melaksanakan
tugas.
5. Mampu menjelaskan standard kerja / standard pelayanan umum.
6. Mampu menjelaskan SOP untuk melaksanakan tugas.
7. Mampu menjelaskan budaya kerja / nilai-nilai prinsip organisasi.
1
8. Mampu membuat kertas kerja tentang posisi unit kerja cpns dalam instansi
kementerian kesehatan.
I.3. Manfaat
Manfaat kegiatan orientasi CPNS di Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat
Kesehatan adalah :
1. Mengenal dan memahami Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
2. Mengenal dan memahami Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat
Kesehatan.
3. Menghasilkan CPNS yang siap dan produktif dalam melaksanakan tugas yang
akan diembannya
I.4. Lingkup bahasan
Lingkup bahasan kertas kerja adalah membahas permasalahan di direktorat bina
produksi dan distribusi alat kesehatan mengenai penilaian ijin penyalur alat
kesehatan.
BAB II
PROFIL DIREKTORAT JENDRAL
BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN
II.1. PROFIL DIREKTORAT JENDRAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN
Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan merupakan satuan
pelaksana kegiatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia yang terbentuk
berdasarkan
pada
Peraturan
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
No.
dari
produk
alat
kesehatan
yang
substandard
dan
Peraturan
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
No.
Keputusan
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
No.
Peraturan
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
Nomor
2.
3.
4.
5.
II.5
KEGIATAN
Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan memiliki 4 subdirektorat,
masing-masing subdirektorat terbagi lagi manjadi 2 seksi. Masing-masing seksi di
tiap subdirektorat memiliki kegiatan rutin. Kegiatan di Direktorat Bina Produksi dan
Distribusi Alat Kesehatan secara garis besar meliputi pre-market dan post-market.
Penjelasan kegiatan di Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan
sebagai berikut :
spesifikasi
yang
sesuai
dan
memenuhi
persyaratan
yang
ditentukan.
Berdasarkan risiko penggunaannya, produk alat kesehatan dibagi menjadi 4 kelas
yaitu kelas I, kelas IIa, kelas IIb dan kelas III.
Permohonan izin edar alat kesehatan dan/atau PKRT produksi dalam negeri
diajukan oleh (Menteri Kesehatan RI, 2010c):
1. Perusahaan yang memproduksi dan/atau melakukan perakitan dan/atau
rekondisi/remanufaktur
dan/atau
makloon
alat
kesehatan
yang
telah
: kelas
Digit 2,3
: kategori
Digit 4,5
: sub kategori
Digit 6,7
Digit 8 sampai 11
: AKD
: AKL
7
PKRT Impor
: PKL
: PKD
Digit 1 (Angka 2)
jangka waktu yang dihitung sejak permohonan izin edar dinyatakan lengkap, yaitu
30 hari kerja untuk Kelas I, 60 hari kerja untuk Kelas IIa dan kelas IIb, dan 90 hari
kerja untuk kelas III. Jika persyartan telah lengkap, maka nomor izin edar kan
dikeluarkan yang terdiri dari 11 digit, yaitu(Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, 2009):
Contoh nomor izin edar :
PKRT: PKL 20305800100
PKL
Digit 1 (Angka 2)
: Kategori 3 (pembersih)
Izin edar berlaku selama 5 (lima) tahun atau sesuai dengan masa penunjukan
keagenan masih berlaku dan dapat diperbaharui sepanjang memenuhi persyaratan.
Izin edar tidak berlaku apabila masa berlakunya habis, masa berlaku sertifikat
produksi habis, batas waktu keagena habis dan tidak diperpanjang, atau
persetujuan izin edar dicabut. Jika alat kesehatan yang telah memperoleh izin edar
terbukti tidak memenuhi persyaratan mutu, keamanan serta kemanfaatan,
pemerintah berwenang mencabut nomor pendaftaran/izin edar dan memerintahkan
penarikan alat kesehatan tersebut dari peredaran.
Izin edar dapat diperpanjang selambat-lambatnya 3 bulan sebelum masa
berlakunya habis. Jika dalam masa peredarannya terdapat perubahan seperti
ukuran, kemasan, penandaan, dan NPWP, maka perusahaan harus mengajukan
perubahan izin edar, tanpa perubahan pada nomor izin edar. Jika perubahan yang
ada selain pada 4 hal tersebut, maka harus memenuhi ketentuan tata cara
permohonan izin edar baru dengan perubahan nomor izin edar baru(Departemen
Kesehatan Republik Indonesia, 2009).
II.5.3 Subdirektorat Inspeksi Alat Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah
Tangga
Subdirektorat Inspeksi Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan dan Perbekalan
Kesehatan Rumah Tangga terdiri atas dua seksi yaitu Seksi Inspeksi Produk dan
Seksi Inspeksi Sarana Produksi dan Distribusi. Subdirektorat ini memiliki kegiatan
rutin post-market yaitu Pembinaan, Pengendalian
dan
Pengawasan
Alat
dalam
1190/MENKES/PER/VIII/2010
Permenkes
dan
1189/MENKES/PER/VIII/2010,
1191/MENKES/PER/VIII/2010
10
mengenai
produksi, izin edar, dan izin penyalur alat kesehatan dan PKRT. Pembinaan yang
dilakukan dalam rangka pengamanan alat kesehatan dan PKRT bertujuan untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat akan alat kesehatan dan PKRT yang memenuhi
persyaratan, melindungi masyarakat dari bahaya penggunaan alat kesehatan dan
PKRT yang tidak tepat atau tidak memenuhi persyaratan, dan menjamin
terpenuhinya atau terpeliharanya persyaratan mutu, keamanan dan kemanfaatan
alat kesehatan dan PKRT.
Pemerintah melakukan pengawasan dan evaluasi secara berkala minimal 1
tahun sekali untuk menjamin ketaatan terhadap
tanggung
jawab
yang
beredar
harus
memenuhi
bertanggung
Perusahaan
jawab terhadap
12
yang
mutu,
memproduksi
alat
keamanan, dan
Menteri
No.1189/MENKES/PER/VIII/2010
Kesehatan
Republik
mengklasifikasikan
sertifikat
Indonesia
produksi
alat
layak
memproduksi
PKRT
kelas
dan
kelas
II
sesuai
ketentuanCPPKRTB.
3. Sertifikat Produksi PKRT Kelas C, yaitu sertifikat yang diberikan kepada pabrik
yang telah layak memproduksi PKRT kelas I dan kelas II tertentu, sesuai
ketentuan CPPKRTB.
13
berdasarkan
hasil
certificate of free sale yaitu surat keterangan yang dikeluarkan oleh Menteri yang
menerangkan bahwa suatu produk alat kesehatan dan/atau PKRT sudah
mendapatkan izin edar atau telah bebas dijual di Indonesia (Menteri Kesehatan RI,
2010b).
Pelayanan Permohonan Izin Penyalur Alat Kesehatan (IPAK)
Penyaluran alat kesehatan hanya dapat dilakukan oleh Penyalur Alat
Kesehatan (PAK), Cabang PAK, dan toko alat kesehatan dengan adanya izin.
Pedagang Besar Farmasi yang juga menyalurkan alat kesehatan juga harus
memiliki IPAK. Izin PAK diberikan oleh Kementerian Kesehatan, izin cabang PAK
diberikan oleh Dias Kesehatan Propinsi, dan izin toko alat kesehatan diberikan oleh
dinas kesehatan kabupaten/kota (Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2010d).
Untuk dapat mengajukan permohonan izin PAK, pemohon harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut (Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2010d):
1.
berbentuk badan hukum yang telah memperoleh izin usaha sesuai dengan
15
BAB III
PEMBAHASAN
Sesuai Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1191/Menkes/ Per/VIII/2010 tentang
Penyaluran Alat Kesehatan, penyalur alat kesehatan (PAK) adalah perusahaan berbentuk
badan hukum yang memiliki izin untuk pengadaan, penyimpanan, penyaluran alat kesehatan
dalam jumlah besar sesuai ketentuan perundang-undangan. Izin penyalur alat kesehatan.
Penyaluran alat kesehatan hanya dapat dilakukan oleh sarana yang telah memiliki izin
penyakur alat kesehatan (IPAK) dan harus dilakukan sesuai dengan ketentuan tentang Cara
Distribusi Alat Kesehatan yang Baik (CDAKB) yang mengacu kepada standar internasional
yaitu Good Distribution Practice (GDP).
Berdasarkan kemampuan dari sarana distribusi alat kesehatan, maka Izin Penyalur
Alat Kesehatan dikelompokan menjadi 5 (lima) macam yaitu:
1. Alat Kesehatan Elektromedik Radiasi
2. Alat Kesehatan Elektromedik Non Radiasi
3. Alat Kesehatan Non Elektromedik Steril
4. Alat Kesehatan Non Elektromedik Non Steril
5. Produk Diagnostik Invitro
Jenis layanan distribusi alat kesehatan meliputi :
1. Izin Penyalur Alat Kesehatan
2. Perluasan/Perubahan Izin Penyalur Alat kesehatan
Dalam melaksanakan pelayanan publik yang transparan dan akuntabel maka pelayanan
pendaftaran Ijin Penyalur Alat Kesehatan dilakukan secara on line melalui website dengan
alamat http://www.regalkes.depkes.go.id dan proses selanjutnya dilakukan di Unit Layanan
Terpadu Kementerian Kesehatan RI.
Untuk memperloleh IPAK pendaftar harus melakukan pendaftaran terlebih dahulu. Tata
cara pendaftaran sebagai beriku :
A. UMUM
1. Pemohon harus mendaftarkan perusahaan untuk mendapatkan USER ID dan
PASSWORD melalui registrasi online pada alamat http://www.regalkes.depkes.go.id
2. Pemohon harus mengisi semua persyaratan secara lengkap melalui registrasi online
3. Pemohon yang melakukan proses perizinan di Unit Layanan Terpadu harus membawa
Kartu Pengenal (ID Card)dari perusahaan atau surat kuasa dari perusahaan
B. TAHAP PERIZINAN
Proses perizinan Penyalur Alat Kesehatan dibagi menjadi tiga tahap yaitu:
16
bersama,
jika
diperlukan,
dapat
melibatkan
tenaga
6. Pemohon yang sudah membayar PNBP berkasnya akan dievaluasi lebih lanjut.
F. TAHAP REGISTRASI
Setelah melakukan pembayaran PNBP,selanjutnya:
1. Setelah pemohon mengupload bukti bayar pada sistem online maka pemohon akan
mendapatkan tanda terima tetap.
2. Tanda terima tetap diberikan kepada pemohon melalui Unit Layanan terpadu setelah
menyerahkan semua dokumen persyaratan (hard copy), surat pernyataan kesesuaian
data (sesuai contoh terlampir) dan print outsurat perintah bayar serta bukti
pembayaran (SSBP) asli dan fotokopi rangkap 3 (tiga)dan dimasukan ke dalam map
warna biru muda, selanjutnya diserahkan kepada petugas loket.
3. Hasil evaluasi tahap registrasi akan dikirim secara online. Pemohon harus melakukan
pengecekan terhadap hasil evaluasi.
4. Berkas yang masih perlu data tambahan harus segara dilengkapi paling banyak 2
(dua) kali masing-masing dalam waktu maksimal 30 hari sejak setelah dikeluarkan
surat tambahan data dihitung mulai tanggal surat tambahan data diterima.
5. Apabila pemohon tidak dapat melengkapi data sesuai ketentuan diatas maka akan
dikeluarkan surat penolakan dan pemohon harus mengajukan permohonan baru.
6. Biaya PNBP tidak dapat dikembalikan untuk berkas yang ditolak
7. Permohonan yang telah memenuhi persyaratan pada tahap registrasi maka Direktur
Jenderal mengeluarkan IPAK dalam jangka waktu 45 hari.
Gambar 2. Alur Perizinan Penyalur Alat Kesehatan Secara Online
Pemberian izin penyalur alat kesehatan semakin meningkat setiap tahun, data perizinan
penyalur aat kesehatan dapat dilihat dari tabel berikut ini.
Tabel 1. Data Perizinan Alat Kesehatan dan PKRT tahun 2014
19
Grafik 3. Data Perizinan Alat Kesehatan dan PKRT tahun 2010 2014
Tabel 2. Perbandingan target, realisasi dan capaian kinerja indicator Persentase sarana
distribusi alat kesehatan yang memenuhi persyaratan distribusi tahun 2010 - 2014
20
Grafik 4. Sarana distribusi alat kesehatan yang memenuhi persyaratan distribusi Tahun
2010-2014
Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa setiap tahun semakin banyak penyalur alat
kesehatan yang memenuhi persyaratan distribusi. Namun pada kenyataannya masih banyak
ditemui kendala pada proses perizinan penyalur alat kesehatan. Diantaranya kendala pada
proses registrasi IPAK (Izin Penyalur Alat Kesehatan). Di era serba on-line, registrasi IPAK di
kementerian kesehatan juga dilakukan secara on-line. Semua data di kirim ke kementerian
kesehatan secara on-line, tidak ada tatap muka dengan evaluator secara langsung seperti
dulu. Di satu sisi sistem on-line ini masih menjadi kendala PAK (Penyalur Alat Kesehatan)
terutama yang berada di daerah yang kurang terbiasa dengan system on-line. Pendaftar
kesulitan melakukan cara registrasi IPAK secara on-line. Supaya kendala ini teratasi, perlu
dilakukan sosialisasi ke PAK terutama yg berada di daerah mengenai cara pendaftaran
perizinan PAK secara on-line.
Kendala lain adalah kurangnya pemenuhan persyaratan dan standar penyimpanan alat
kesehatan. Hal ini dikarenakan beberapa penanggung jawab teknis PAK adalah Sarjana
kimia, sarjana biologi, sarjana teknik mesin, sarjana teknik industri dimana kurang
memahami standard penyimpanan alat kesehatan dan dampaknya bagi kesehatan. Oleh
karena itu, perlu dilakukan peningkatan kompetensi melalui sosialisasi kepada penanggung
jawab teknik mengenai Cara Distribusi Alat Kesehatan yang Baik. Selain itu minimnya
standard penyimpanan kesehatan karena kurang patuhnya penanggung jawab teknik untuk
memenusi persyaratan sarana distribusi sesuai CDAKB sehingga perlu dilakukan advokasi
dengan memberikan peringatan atau mencabut sertifikat izin penyalur alat kesehatan.
21
Kendala selanjutnya adalah mekanisme pasca pemberian izin penyalur alat kesehatan
untuk memastikan sarana dan prasarana distribusi masih sesuai dengan standard pada saat
dilakukan pendaftaran awal. Beberapa PAK tidak lagi memenuhi CDAKB setelah diberi izin
oleh karena itu perlu dilakukan inspeksi secara berkala ke sarana & prasarana PAK
mengenai penerapan persyaratan distribusi pada penyalur alat kesehatan sesuai dengan
pedoman CDAKB oleh petugas pusat dan daerah.
22
BAB IV
PENUTUP
IV.1.
KESIMPULAN
1. Kegiatan orientasi Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) memberikan gambaran
mengenai tugas pokok dan fungsi masing-masing satuan kerja di lingkungan
Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementerian
Kesehatan.
2. Permasalahan yang dihadapi dalam izin penyalur alat kesehatan adalah
kurangnya sosialisasi ke pendaftar mengenai registrasi sistem online, minimnya
pemenuhan persyaratan dan standar penyimpanan alat kesehatan, serta banyak
sarana dan prasarana yang tidak sesuai CDAKB pasca pemberian izin PAK.
IV.2.
SARAN
1. Perlu
dilakukan
pengaturan
jadwal
pembekalan
materi
oleh
Kepala
23
DAFTAR PUSTAKA
Kementerian Kesehatan RI. 2009. Undang-Undang Kesehatan Republik Indonesia No. 36
tentang Kesehatan. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI
Kementerian
Kesehatan
RI.
1144/Menkes/Per/VIII/2010
2010.
Peraturan
Menteri
tentang
Organisasi
Dan
Kesehatan
Tata
Kerja
RI
No.
Kementerian
Kesehatan
RI.
(2010).
Peraturan
Menteri
Kesehatan
RI
No.
Kesehatan
RI.
2010.
Peraturan
Menteri
Kesehatan
RI
No.
24
LAMPIRAN
25
LAMPIRAN 1. STRUKTUR ORGANISASI DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN
26
LAMPIRAN 2. STRUKTUR ORGANISASI DIREKTORAT BINA PRODUKSI BINA PRODUKSI DAN DISTRIBUSI ALAT KESEHATAN
27