Oleh :
Bisri Agus Setiawan
01.210.6108
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2014
Pembimbing I
Pembimbing II
ii
iii
PRAKATA
2.
Dr. dr. Imam Djamaludin Mashoedi, M.Kes.Epid dan dr. Ophi Indria Desanti,
MPH selaku dosen pembimbing yang dengan penuh perhatian dan kesabaran
membimbing, mengarahkan dan meluangkan waktu hingga terselesaikannya
Karya Tulis Ilmiah ini.
3.
dr. Menik Sahariyani, M.Sc, dan dr. Hj. Danis Pertiwi, M.Si, Med, Sp.PK
selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan dan saran untuk
perbaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
4.
iv
5.
Bapak dan Mama (Rohadi & Umaya Nasiroh) serta Kakak (Isna Mai Saroh)
dan Adik-adikku (Agus Fatkhurrohman & Abdul Latif Agus Nasruallah)
tercinta yang menjadi motivasi penulis dalam menyelesaikan pendidikan serta
senantiasa memberikan doa, semangat, dan dukungan.
6.
7.
Semua pihak yang mendukung penelitian ini yang tidak dapat disebutkan satu
per satu.
Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih banyak kekurangan,
oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan
untuk kesempurnaan Karya Tulis ini.
Wassalumu alaikum wr. wb
DAFTAR ISI
ii
iii
PRAKATA ......................................................................................................
iv
vi
xi
INTISARI........................................................................................................
xii
BAB
I PENDAHULUAN .........................................................................
11
12
vi
13
13
13
14
16
16
16
18
20
21
21
21
21
24
24
24
24
25
25
2.3. Hubungan
Kebersihan
Individu
dengan
Kejadian
Kecacingan ............................................................................
vii
26
27
27
2.4.1.1.
Kepemilikan Jamban.................................
28
2.4.1.2.
Lantai Rumah............................................
28
2.4.1.3.
28
29
29
31
32
32
33
33
33
33
33
33
33
35
35
35
36
36
viii
37
37
37
37
39
39
3.6.1.
39
3.6.2.
41
3.6.3.
43
44
44
44
46
46
53
56
56
56
57
LAMPIRAN ....................................................................................................
60
BAB V
ix
DAFTAR TABEL
46
47
47
47
48
Tabel 4.4. Persentase kebiasaan tidak mencuci tangan setelah BAB dengan
sabun..............................................................................................
Tabel 4.5. Hubungan
kebiasaan
memotong
kuku
dengan
48
kejadian
48
49
49
Tabel 4.8. Hubungan tidak mencuci tangan setelah BAB dengan sabun
dengan
kejadian
kecacingan
golongan
Soil
Transmitted
Helminths ......................................................................................
49
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1.
60
Lampiran 2.
66
Lampiran 3.
74
Lampiran 4.
77
Lampiran 5.
Lampiran 6.
78
xi
79
INTISARI
xii
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kecacingan
Cacing merupakan salah satu mikroorganisme parasit penyebab
penyakit kecacingan dari kelompok helminths (cacing) yang hidup dan besar
didalam tubuh manusia. Karena manusia merupakan hospes definitif dari
beberapa nematoda usus yang ditularkan melalui tanah seperti Ascaris
lumbricoides
(cacing
gelang),
Trichuris
trichiura
(cacing cambuk),
: Animalia
Filum
: Nemathelminthes
Kelas
: Nematoda
Subkelas
: Secernentea
Famili
: Ascaridida
Superfamili : Ascaridoidea
Marga
: Ascaris
Spesies
lumbricoides
merupakan
nematoda
usus
10
dengan
adanya
cairan
didalam
lambung
akan
11
12
perharinya
bisa
merampas
kebutuhan
sehingga
pada
anak-anak
sering
kali
dapat
13
manusia
merupakan
hospes
definitif
bagi
siklus
: Nemathelminthes
Class
: Nematoda
Ordo
: Enoplida
Famili
: Trichuridea
Genus
: Trichuris
Spesies
14
15
16
menegakkan
diagnosis
adalah
dengan
Tambang
(Ancylostoma
duodenale
dan
Necator
americanus)
2.1.4.1. Taksonomi
Ancylostoma duodenale merupakan salah satu cacing
usus yang masuk kedalam kelompok cacing yang siklus
hidupnya ditanah (Soil Transmitted Helminths) hidup
bersama Ascaris lumbricoides dan Trichuris trichiura.
Cacing ini termasuk ke dalam kelas nematoda yang terdiri
dari dua genus yaitu Ancylostoma dan Necator. Dari genus
Ancylostoma ditemukan Ancylostoma duodenale sedangkan
pada genus Necator di temukan Necator americanus.
Taksonomi cacing jenis ini diuraikan sebagai berikut: (H.K
Lewis & Co. Ltd, 1977).
17
: Nemathelminthes
Kelas
: Nematoda
Sub Kelas
: Phasmidia
Ordo
: Rhabtidia
: Strongiloidea
Genus
: Ancylostoma, Necator
Spesies
: -
Ancylostoma Duodenale
Ancylostoma Craninum
Ancylostoma Brazilliensis
Ancylosrtoma Ceylanicum
Necator americanus
: Nemathelminthes
Kelas
: Nematoda
Sub ordo
: Phasmidia
Ordo
: Rhabtidia
Super Family
: Ancylostomatidae
Family
: Ancylostomatidae
Genus
: Ancylostoma
Spesies
: Ancylostoma duodenale
18
: Nemathelminthes
Kelas
: Nematoda
Sub ordo
: Phasmidia
Ordo
: Strongyuda
Super Family
: Ancylostomatidae
Family
: Ancylostomatidae
Genus
: Necator
Spesies
: Necator americanus
(Natadisastra, 2002).
2.1.4.2. Morfologi dan Daur hidup
Ancylostomiasis dan necatoriasis adalah penyakit yang
disebabkan oleh cacing golongan Ancylostoma duodenale
yang berhospes definitif pada manusia, cacing ini memiliki
panjang badannya berkisar antara 1 cm, menyerupai heruf C
dan pada bagian mulutnya terdapat dua pasang gigi.
Perbedaan antara cacing jantan dengan cacing betina adalah
pada ekornya, cacing jantan memiliki bursa kopulatriks pada
bagian ekornya sedangkan pada cacing betina ekornya
runcing. Pada cacing Necator americanus panjang badannya
juga berkisar antara 1 cm, menyerupai huruf S dan terdapat
benda kitin pada bagian mulutnya. Cacing jantan mempunyai
bursa kopulatriks pada bagian ekornya sedangkan cacing
betina ekornya runcing. Telur cacing ini berukuran antara 70
x 45 mikron, bulat lonjong, berdinding tipis, kedua kutupnya
mendatar dan terdapat beberapa sel didalamnya.
19
20
kulit
dalam
jumlah
banyak,
dan
akan
dewasa
mulai
menghisap
darah
sehingga
21
membedakan
A.duodenale
dapat
spesies
dilakukan
N.americanus
dengan
motode
dengan
biakan
(Gandahusada, 1998).
2.1.5. Strongiloides stercoralis
2.1.5.1. Taksonomi
Kingdom : Animalia
Filum
: Nematoda
Kelas
: Secementea
Ordo
: Rhabditidia
Famili
: Strongyloididae
Genus
: Strongyloides
Spesies
: S. stercoralis
22
Siklus langsung
Sesudah 2 sampai 3 hari ditanah, larva rabditiform
yang berukuran kira-kira 225 x 16 mikron berubah
menjadi langsing dan merupakan bentuk infektif. Bila
larva filariform ini menembus kulit kemudian akan
masuk kedalam peredaran darah vena kemudian melalui
jantung menuju
paru-paru.
Setelah dewasa
akan
pembuahan
telur
akan
berubah
menjadi
23
3.
Autoinfeksi
Infeksi dari strongyloides adalah melalui kontak
kulit dengan tanah yang sudah terinfeksi oleh larva
rabditiform cacing stongyloides, dimana larva ini masuk
melalui kulit atau masuk kedalam organ-organ tubuh
melalui pembuluh darah atau limfogen.
24
khusus
duodenum
dianjurkan
yaitu
dengan
untuk
kapsul
pemeriksaan
Entero
test,
bahan
teknik
25
26
27
kuku, selalu memakai alas kaki dan kebersihan genitalia agar terhindar dari
penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme seperti parasit (cacing)
bakteri dan virus (Sudomo, 2008).
28
29
bagi
masyarakat,
namun
sebagian
besar
30
sebesar
tersebut
dapat
meningkatkan
kesejahteraan
hidup
31
Kebersihan Individu
Kebiasaan Mencuci
Tangan
Kebiasaan
Mencuci Tangan
Sebelum Makan
Kebiasaan
Memotong Kuku
Kebiasaan Memakai
Alas Kaki
Kebiasaan Mencuci
Tangan Sesudah BAB
Menggunakan Sabun
Sanitasi Lingkungan
Kecacingan
golongan Soil
Transmitted
Helminths
Sosial Ekonomi
Iklim
32
Kebersihan Individu
Kecacingan golongan
Soil Transmitted
Helminths
2.7. Hipotesis
Ada hubungan antara kebersihan individu dengan kejadian kecacingan
golongan Soil Transmitted Helminths pada siswa siswi SDN 01 Bangsri
Kabupaten Brebes.
BAB III
METODE PENELITIAN
33
34
Tidak baik
minggu sekali atau kuku tangan anak tampak kotor pada saat
pemeriksaan
Skala data: Nominal
3.3.2. Kebiasaan Memakai Alas Kaki
Kebiasaan memakai alas kaki diketahui dari wawancara
langsung ke ibu responden dan pada saat pemeriksaan ke anak tampak
memakai alas kaki.
-
35
3.3.4. Kecacingan
Dikatakan YA seseorang itu terinfeksi cacing jika ditemukan
telur golongan Soil Transmitted Helminths pada saat dilakukan uji
laboratorium. Dan dikatakan TIDAK jika tidak ditemukan telur
golongan Soil Transmitted Helminths pada saat dilakukan uji
laboratorium.
Skala data : nominal
3.4. Populasi dan Sampel Penelitian
Menurut sastroasmoro (2002), dalam penentuan populasi dan sampel
adalah sebagai berikut :
3.4.1. Populasi Penelitian
Populasi penelitian ini adalah siswa siswi Sekolah Dasar. Untuk
populasi terjangkau adalah siswa siswi Sekolah Dasar Negeri
Kabupaten Brebes tahun ajaran 2013/2014. Siswa-siswi kelas IV (A)
berjumlah 29 anak sedangkan kelas V (A) berjumlah 30 anak. Total
jumlah populasi target dalam penelitian ini sebesar 59 anak.
3.4.2. Sampel Penelitian
Sampel penelitian ini adalah total populasi yaitu jumlah siswa
siswi kelas IV dan V (A) Sekolah Dasar Negeri 01 Bangsri Kabupaten
Brebes tahun ajaran 2013-2014 dengan kriteria sebagai berikut:
3.4.2.1. Krtieria Inklusi
Bersedia menjadi responden
3.4.2.2. Kriteria Eksklusi
1.
36
2.
).
d (
)
.
(
)
. (
)
. )
. .
. dibulatkan menjadi
. )
anak
Keterangan:
n
Z 1P
d
N
37
informasi
yang
lebih
akurat
mengenai
infeksi
kecacingan.
3.5.2. Kuesioner
Dalam hal ini responden (angket) dan interview (wawancara)
hanya tinggal memberikan tanda yang sudah di intruksikan oleh
peneliti.
3.5.3. Uji validitasi dan Reliabilitas
3.5.3.1. Validitas merupakan suatu indeks yang menunjukkan alat
ukur itu benar dalam mengukur apa yang diukur. Validitasi
dari alat pengumpul data sangat diperlukan agar data yang
diperoleh tersebut memberikan hasil yang valid. Pada
pengujian kuesioner dilakukan uji korelasi antara skor tiaptiap item pertanyaan dengan menggunakan uji pearson
produk moment. Untuk mengetahui besarnya r tabel maka di
gunakan rumus degree of freedom (N-2 = 30-2 = 28) pada
tabel angka kritik nilai r dengan taraf signifikan 5% (0.05)
diketahui df=28, maka r tabel adalah 0,374. Hasil dari tiap uji
item menunjukkan nilai p value ,
38
39
b.
c.
d.
e.
f.
Larutan eosin 2%
g.
Air
h.
Mikroskop
40
yang
sudah
terkumpul
akan
dilakukan
41
Pembuatan
proposal
sekaligus
menentukan
lokasi
3.
4.
5.
2.
42
3.
4.
Membagikan
kuesioner
dan
menjelaskan
kepada
6.
7.
8.
Unissula
Semarang
untuk
dilakukan
43
Tahap Persiapan
Pembuatan proposal
penelitian dan menentukan
tempat penelitian
Meminta persetujuan
penggunaan tempat
penelitian
Meminta persetujuan
pemeriksaan feses di
laboratorium Parasitologi
Fakultas Kedokteran
Unissula Semarang
Pembuatan kuesioner dan
persiapan alat dan bahan
penelitian
Tahap pelaksanaan
Penjelasan cara pengisian dan
pembagian kuesioner dan wadah
feses kepada responden
Hari Pertama
Pengambilan wadah feses dan
kuesioner pada hari berikutnya
Hari Kedua
Penyerahan dan pemeriksaan feses
di laboratorium Fakultas
Kedokteran Unissula Semarang
44
Laboratorium
Parasitologi
Fakultas
Kedokteran
Unissula
Semarang.
3.7.2. Waktu
Penelitian dilakukan pada bulan November 2013.
2.
3.
4.
5.
Pembuatan tabel.
45
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
46
47
%
74,45
25,55
100
48
49
kecacingan
golongan
Soil
Transmitted
Helminths.
Tabel 4.7. Hubungan kebiasaan memotong kuku tangan dengan
kejadian kecacingan golongan Soil Transmiteed Helminths
Kecacingan golongan Soil
Total
Transmitted Helminths
Kebiasaan memotong
kuku tangan
Positif
Negatif
N
%
n
%
n
%
Dua minggu sekali
13
28.9
32
71.1
45 100.0
Satu bulan sekali
0
0.0
2
100.0
2
100.0
Jumlah
13
27.7
34 72.3
47 100.0
Sumber: Data primer Januari 2014
memotong
kuku
tangan
dengan
kejadian
50
51
kecacingan
golongan
Soil
Transmitted
Helminths.
Tabel 4.9. Hubungan kebiasaan cuci tangan sebelum makan dengan
kejadian kecacingan golongan Soil Transmitted Helminths
Kecacingan golongan Soil
Total
Transmitted Helminths
Kebiasaan cuci tangan
sebelum makan
Positife
Negatife
N
%
n
%
n
%
Cuci tangan
11
26.8 30 73.2
41 100.0
Tidak cuci tangan
2
33.3
4
66.7
6
100.0
Jumlah
13
27.7 34
72.3 47
100.0
Sumber: Data primer Januari 2014
Berdasarkan dari data diatas, persentase terbesar pada
siswa siswi yang melakukan kebiasaan cuci tangan sebelum
makan dan negatife terkena kecacingan sebesar 73,2%.
Hasil uji statistik dengan Chi-square antara variabel
kebiasaan cuci tangan sebelum makan dengan kejadian
kecacingan golongan Soil Transmitted Helminths didapatkan
hasil uji yang tidak memenuhi syarat nilai harapan yaitu <5
dan maksimal 20% dari jumlah cells, maka digunakan uji
alternatif Fishers Exact test dan didapatkan hasil p-value
sebesar 1,0 lebih besar dari 0,05 (1,0>0,05) yang artinya
tidak terdapat hubungan antara kebiasaan cuci tangan dengan
kejadian kecacingan golongan Soil Transmitted Helminths.
52
53
4.2. Pembahasan
Kebersihan individu ternyata tidak terdapat hubungan yang signifikan
terhadap kejadian kecacingan golongan Soil Transmitted Helminths.
Diketahui dari hasil uji Fishers Exact Test antara variabel-variabel
kebersihan individu dengan variabel kejadian kecacingan golongan Soil
Transmitted Helminths dan didapatkan p-value lebih besar dari 0,05.
Hasil uji statistik dengan menggunakan Chi-square antara variablevariabel kebersihan (kebiasaan memotong kuku tangan, kebiasaan mencuci
tangan, kebiasaan memakai alas kaki) hasil yang didapatkan tidak memenuhi
syarat nilai harapan yaitu <5 atau maksimal 20%, maka digunakan uji
alternative menggunakan Fishers Exact Test dan didapatkan hasil p-value
untuk kebiasaan memotong kuku tangan sebesar 1,0 lebih besar dari 0,05,
kebiasaan memakai alas kaki sebesar 1,0 dan cuci tangan sebelum makan 1,0
cuci tangan pakai sabun setelah BAB sebesar 0,09, yang artinya tidak ada
hubungan antara kebersihan individu dengan kejadian kecacingan golongan
Soil Transmitted Helminths. Hal ini bebeda dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Yulianto (2007), dan Maryanti (2006), yang menyatakan
terdapat hubungan yang signifikan antara kebiasaan mencuci tangan,
kebiasaan memotong kuku dengan kejadian kecacingan golongan STH.
Begitu juga berbeda dengan Marthadewi (2004), yang menyatakan terdapat
hubungan antara kebersihan individu dengan kejadian kecacingan golongan
Soil Transmitted Helminths.
54
Hal ini berbeda dengan penelitian sebelumnya dikarenakan variabelvariabel kebersihan individu (kebiasaan memotong kuku, mencuci tangan dan
memakai alas kaki) pada kuesioner semuanya dalam keadaan baik, begitu
juga dengan keadaan sanitasi lingkungannya. Walau dalam pengamatan
peneliti sendiri kondisi setempat masih terlihat buruk dan ditemukan keadaan
status ekonomi yang rendah, namun peneliti kesulitan dalam mengendalikan
factor-faktor luar lainnya yang juga memiliki potensi dalam kejadian infeksi
kecacingan. Ini merupakan salah satu penyebab tidak adanya hubungan antara
kebersihan individu dengan kejadian kecacingan golongan Soil Transmitted
Helminths.
Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan diantaranya yaitu, dari
total sampel sebesar 59 ada 12 siswa siswi yang tidak hadir kesekolah dan
tidak mengumpulkan botol sampel feses pada hari yang telah ditentukan
maksimal 3 hari maka yang tidak mengumpulkan termasuk dalam kategori
drop out, jadi total sampel yang didapat sebesar 47 sampel. Sampel yang
digunakan dalam penelitian ini yang sedikit sehingga hasil yang diperoleh
oleh peniliti tidak sesuai dengan yang diharapkan. Keterbatasan lainnya dari
jumlah keseluruhan sampel sebesar 47 sampel terdapat 13 sampel yang positif
terkena kecacingan golongan Soil Transmitted Helminths dan 2 sampel dari
jenis cacing Himenolepis nana, karena peneliti hanya meneliti cacing Soil
Transmitted Helminths saja sehingga jenis cacing lain yang ditemukan saat
pemeriksaan tidak dapat digunakan.
55
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
5.1.1. Tidak ada hubungan yang signifikan antara kebiasaan memotong kuku
tangan dengan kejadian kecacingan Soil Transmitted Helminths.
5.1.2. Tidak ada hubungan yang signifikan antara kebiasaan memakai alas
kaki dengan kejadian kecacingan Soil Transmitted Helminths.
5.1.3. Tidak ada hubungan antara kebiasaan mencuci tangan dengan
kejadian kecacingan Soil Transmitted Helminths.
5.1.4. Tidak ada hubungan antara kebersihan individu dengan kejadian
kecacingan Soil Transmitted Helminths.
5.2. Saran
Agar dilakukan penelitian lebih lanjut dengan memperhatikan dan
mengendalikan faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian kecacingan selain
dari faktor kebersihan individu.
56
DAFTAR PUSTAKA
Atlas Parasitologi Kedokteran. Di susun oleh Juni Prianto LA, Tjahaya P.U.
Darwanto, Editor. Prof.Dr.dr.Pinardi Hadidjaja.MPH & TM dr.Seisasi
Gandahusada GM 20394.146.1994. 288 hlm : 24 cm
Badan Pusat Statistik, 2002, Klasifikasi Baku Jenis Pekerjaan Indonesia 2002,
042220.0301
Blacklock and Sarthwell, A Guide to Human Parasitology, edited by W. Crewe,
10th edition, the english language book society_ H.K Lewis & co.Ltd,1977.
Behrman, Kliegman, Arvin. Ilmu Kesehatan Anak Nelson Edisi 15. 2000 Jakarta:
EGC. 1220-1230.
Departemen Kesehatan RI 2004. Pedoman Umum Program Nasional
Pemberantasan Cacingan di Era Desentralisasi, Depkes RI, Jakarta
Departemen Kesehatan RI 2006. Pedoman Umum Program Nasional
Pemberantasan Cacingan di Era Desentralisasi, Depkes RI, Jakarta
Departemen Kesehatan RI 2006. Pedoman Pengendalian Cacingan. Permenkes RI
Nomor 424/MENKES/SK/VI/2006.
Departemen Kesehatan RI, 2009. Profil PP dan PL 2008. Jakarta
Dewayani, Susanti., et al, 2004. Abendazol pada Soil Transmitted Helminths.
Fakultas
Kedokteran,
Universitas
Sumatera
Utara,
dari:
http://library.usu.ac.id/modules.php?op=modload&name=download&file=in
dex&req=getit&lid=1200
Dinkes.Kulonprogokab.go.id/files/Pengamatan_Kecacingan.pdf
Dachi, RA 2005. Hubungan Perilaku Anak SD Negeri Terhadap Infeksi Cacing
Perut di Kecamatan Palipi Kabupaten Samosir. Jurnal Mutiara Kesehatan
Indonesia
Entjang I. 2001. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Bandung, PT. Citra aditya bakti.
F. Kundaian, 2012. Hubungan antara Sanitasi Lingkungan dengan infestasi cacing
pada murid Sekolah Dasar di desa Teling Kecamatan Tombariri Kabupaten
Minahasa. Di unduh dari ejournal.unsrat.ac.id/index.php/kesmas/article/
download/80/7614 : 08 : 2013.
Ginting L. Infestasi Kecacingan pada Anak SD di Kecamatan Sei Binjai Langkat
Sumut, FKM_Universitas Indonesia, 2005.
57
58
Of
Medicine,
59
Prevalensi infeksi Trichuris Trichiura pada murid SDN 23 Pasir sebelah dan SDN
15 Padang Pasir, FK Unand, Tilda Andamsari, (1997) di unduh selasa
13.18.2013. repository.unand.ac.id/16490/1/prevalensi_infestasi trichuris
trichiura,pdf.
Penuntun Parasitologi Kedokteran, bandung. Binacipta.
Sastroasmoro S, Ismael S, 2002. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis.
2. CV Sagung Seto. Jakarta.
ed
60
Kuesioner Penelitian
Hubungan Kebersihan Individu dengan Kejadian Kecacingan Golongan
Soil Transmitted Helminths pada siswa siswi SDN 01 Bangsri
Kabupaten Brebes Tahun Ajaran 2013/2014
Dengan Hormat,
Saya mengharap kesediaan Bapak/Ibu Orangtua siswa siswi untuk mengisi Daftra
Kuesioner ini. Kuesioner ini bertujuan untuk mengumpulkan data guna
mendukung penelitian yang saya lakukan dengan judul Hubungan Sanitasi
Lingkungan dengan Kejadian Kecacingan Golongan Soil Transmitted Helminths,
penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungannya antara sanitasi
lingkungan dengan kejadian kecacingan. Oleh karena itu mohon kesediaan
Bapak/Ibu untuk mengisi kuesioner (daftar pertanyaan) dan mengumpulkan botol
feses selambat-lambatnya 3 hari setelah pembagian kuesioner dan botol feses ini.
Atas kesediaan Bapak/Ibu, saya ucapkan terima kasih.
Hormat Saya,
61
Kuesioner Penelitian
Judul Hubungan Kebersihan Individu dengan Kejadian Kecacingan golongan
Soil Transmitted Helminths pada siswa siswi Sekolah Dasar Negeri 01 Bangsri
Kabupaten Brebes Tahun Ajaran 2013-
Umur anak
Kelas anak
Nama ayah
Umur ayah
Nama ibu
Umur ibu
Pertanyaan:
a.
b.
c.
2.
2.
Ya
2.
Tidak
62
d.
e.
Ya
2.
Tidak
Apakah pendapatan per bulan orang tua sesuai dengan UMR Kabupaten
Brebes 2013 sebesar Rp. 859.000,- atau lebih?
f.
g.
h.
i.
j.
1.
Ya
2.
Tidak
Apakah di rumah anda memiliki jamban atau tempat buang air besar?
1.
Ya
2.
Tidak
Tempat duduk
2.
Jongkok
Jamban cemplung
2.
Ya
2.
Tidak
Ya
2.
Tidak
63
k.
l.
Tanah
2.
Tanah
2.
n.
o.
p.
1.
Air sungai
2.
Ya
2.
Tidak
Ya
2.
Tidak
Ya
2.
Tidak
Kebersihan Individu
a.
Apakah anak anda selalu menggunakan alas kaki ketika beraktifitas diluar
rumah?
1.
Ya
2.
Tidak
64
b.
c.
1.
Ya
2.
Tidak
d.
e.
f.
g.
Apakah pada saat setelah bermain anak anda langsung mencuci tangan?
1.
Ya
2.
Tidak
Ya
2.
Tidak
Apakah anak anda selalu mencuci tangan menggunakan sabun setelah buang
air besar ?
1.
Ya
2.
Tidak
65
Lembar Observasi
a.
b.
Ya
2.
Tidak
Ya
2.
Tidak
66
Valid
Cases
Excluded
30
100.0
.0
30
100.0
Total
Cronbach's
N of Items
Alpha
Alpha Based on
Standardized
Items
.772
.805
Item Statistics
Mean
Std. Deviation
pertanyaan1
1.2667
.44978
30
pertanyaan2
1.0667
.25371
30
pertanyaan3
1.2000
.40684
30
pertanyaan4
1.1000
.30513
30
pertanyaan5
1.3667
.49013
30
pertanyaan2
pertanyaan3
pertanyaan4
pertanyaan5
pertanyaan1
1.000
.443
.452
.302
.323
pertanyaan2
.443
1.000
.535
.802
.351
pertanyaan3
.452
.535
1.000
.389
.484
pertanyaan4
.302
.802
.389
1.000
.438
pertanyaan5
.323
.351
.484
.438
1.000
67
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Scale Variance
Corrected Item-
Squared
Cronbach's
Item Deleted
if Item Deleted
Total
Multiple
Alpha if Item
Correlation
Correlation
Deleted
pertanyaan1
4.7333
1.306
.479
.281
.758
pertanyaan2
4.9333
1.513
.678
.730
.715
pertanyaan3
4.8000
1.269
.617
.436
.703
pertanyaan4
4.9000
1.472
.587
.690
.724
pertanyaan5
4.6333
1.206
.515
.344
.752
Cronbach's Alpha
Based on
Standardized
Items
.730
N of Items
.729
Item Statistics
Mean
Std. Deviation
Pertanyaan1
1.7000
.46609
30
Pertanyaan2
1.5333
.50742
30
Pertanyaan3
1.6667
.47946
30
Pertanyaan4
1.5667
.50401
30
Pertanyaan2
Pertanyaan3
Pertanyaan4
Pertanyaan1
1.000
.554
.309
.308
Pertanyaan2
.554
1.000
.472
.530
Pertanyaan3
.309
.472
1.000
.238
Pertanyaan4
.308
.530
.238
1.000
68
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Scale Variance if
Corrected Item-
Squared Multiple
Cronbach's Alpha
Item Deleted
Item Deleted
Total Correlation
Correlation
if Item Deleted
Pertanyaan1
4.7667
1.357
.502
.310
.681
Pertanyaan2
4.9333
1.099
.717
.518
.543
Pertanyaan3
4.8000
1.407
.424
.227
.723
Pertanyaan4
4.9000
1.334
.456
.282
.708
Analisis Bivariat
Case Processing Summary
Cases
Valid
Missing
N
Percent
N
Percent
MemotongKukuTangan *
Kecacingan
MenggunakanAlasKaki *
Kecacingan
CuciTanganSebelumMakan
* Kecacingan
CuciTanganPakaiSabunSet
elahBAB * Kecacingan
Total
Percent
47
100.0%
0.0%
47
100.0%
47
100.0%
0.0%
47
100.0%
47
100.0%
0.0%
47
100.0%
47
100.0%
0.0%
47
100.0%
Kecacingan
ya
tidak
Total
MemotongKukuTangan
Total
Continuity Correction
Likelihood Ratio
45
13
34
47
.371
.007
.932
1.329
.249
.782
.377
.799
b
32
Chi-Square Tests
df
Asymp. Sig. (2sided)
Value
Pearson Chi-Square
13
1.000
47
a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .55.
b. Computed only for a 2x2 table
.519
69
MenggunakanAlasKaki * Kecacingan
Crosstab
Count
MenggunakanAlasKaki
Kecacingan
ya
Tidak
9
25
4
9
13
34
Total
Chi-Square Tests
df
Asymp. Sig. (2sided)
Value
Pearson Chi-Square
Continuity Correction
.768
.000
1.000
.086
.770
.087
b
Likelihood Ratio
Total
34
13
47
1.000
Linear-by-Linear Association
.085
N of Valid Cases
Exact Sig.
(1-sided)
.518
.771
47
a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3.60.
b. Computed only for a 2x2 table
CuciTanganSebelumMakan * Kecacingan
Crosstab
Count
CuciTanganSebelumMakan
Kecacingan
Ya
tidak
11
30
2
4
13
34
cuci tangan
tidak cuci tangan
Total
Chi-Square Tests
df
Asymp. Sig. (2sided)
Value
Pearson Chi-Square
Continuity Correction
.739
.000
1.000
.107
.743
.108
.742
.111
b
Likelihood Ratio
Fisher's Exact Test
Linear-by-Linear Association
N of Valid Cases
Total
41
6
47
1.000
47
a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1.66.
b. Computed only for a 2x2 table
.538
70
CuciTanganPakaiSabunSet
elahBAB
Kecacingan
ya
Tidak
8
30
Total
Pearson Chi-Square
Continuity Correction
Likelihood Ratio
13
34
47
.037
2.777
.096
3.954
.047
4.237
.040
4.329
38
Chi-Square Tests
df
Asymp. Sig. (2sided)
Value
Total
.091
.052
47
a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2.49.
b. Computed only for a 2x2 table
Total
Percent
47
100.0%
0.0%
47
100.0%
47
100.0%
0.0%
47
100.0%
47
100.0%
0.0%
47
100.0%
47
100.0%
0.0%
47
100.0%
Count
% within
MemotongKukuTangan
Memotong
KukuTangan
Count
potong kuku satu bulan sekali % within
MemotongKukuTangan
Count
Total
% within
MemotongKukuTangan
potong kuku dua minggu
sekali
Kecacingan
ya
tidak
13
32
Total
45
28.9%
71.1%
100.0%
0.0%
100.0%
100.0%
13
34
47
27.7%
72.3%
100.0%
71
Chi-Square Tests
df
Asymp. Sig. (2sided)
Value
Pearson Chi-Square
Continuity Correction
.371
.007
.932
1.329
.249
.782
.377
.799
b
Likelihood Ratio
Exact Sig.
(1-sided)
1.000
Linear-by-Linear Association
N of Valid Cases
.519
47
a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .55.
b. Computed only for a 2x2 table
Total
Chi-Square Tests
Df
Asymp. Sig. (2sided)
Value
Pearson Chi-Square
Continuity Correction
.768
.000
1.000
.086
.770
.085
.771
.087
b
Likelihood Ratio
Count
% within
MenggunakanAlasKaki
Count
% within
MenggunakanAlasKaki
Count
% within
MenggunakanAlasKaki
Total
25
34
26.5%
73.5%
100.0%
13
30.8%
69.2%
100.0%
13
34
47
27.7%
72.3%
100.0%
1.000
47
a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3.60.
b. Computed only for a 2x2 table
Exact Sig.
(1-sided)
.518
72
Crosstab
Count
% within
CuciTanganSebelumMakan
Count
% within
CuciTanganSebelumMakan
Count
% within
CuciTanganSebelumMakan
cuci tangan
CuciTanganSeb
elumMakan
tidak cuci tangan
Total
Kecacingan
ya
tidak
11
30
Total
26.8%
73.2%
100.0%
33.3%
66.7%
100.0%
13
34
47
27.7%
72.3%
100.0%
41
Value
Pearson Chi-Square
Continuity Correction
.739
.000
1.000
.107
.743
.108
.742
.111
b
Likelihood Ratio
1.000
.538
47
a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1.66.
b. Computed only for a 2x2 table
Total
Count
% within
CuciTanganPakaiSabunSetel
ahBAB
Count
% within
CuciTanganPakaiSabunSetel
ahBAB
Count
% within
CuciTanganPakaiSabunSetel
ahBAB
Kecacingan
ya
tidak
8
30
Total
38
21.1%
78.9%
100.0%
55.6%
44.4%
100.0%
13
34
47
27.7%
72.3%
100.0%
73
Chi-Square Tests
Df
Asymp. Sig. (2sided)
Value
Pearson Chi-Square
Continuity Correction
.037
2.777
.096
3.954
.047
4.329
b
Likelihood Ratio
Fisher's Exact Test
Linear-by-Linear Association
N of Valid Cases
.091
4.237
.040
47
a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2.49.
b. Computed only for a 2x2 table
.052
74
Foto 2. Peneliti menjelaskan tentang tata cara dan penggunaan botol feses
75
76
77
78
79