Batuan Beku, Sedimen, Metamorf PDF
Batuan Beku, Sedimen, Metamorf PDF
I. PENDAHULUAN
Petrologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari batuan pembentuk kulit bumi,
yang mencakup mengenai cara terjadinya, komposisi, klasifikasi batuan tersebut dan
hubungannya dengan proses proses geologi dan sejarah geologinya.
Batuan beku adalah batuan yang tebentuk langsung dari pembekuan magma. Proses
pembekuan tersebut merupakan proses perubahan fase padat. Pembekuan magma akan
menghasilkan kristal kristal mineral primer ataupun gelas. Proses pembekuan magma akan
sangat berpengaruh terhadap tekstur dan struktur primer batuan, sedangkan komposisi batuan
sangat dipengaruhi oleh sifat magma asal.
Pada saat penurunan suhu akan melewati tahapan perubahan fase cair ke padat.
Apabila pada saat itu terdapat cukup energi pembentukan kristal maka akan terbentuk kristal
kristal mineral berukuran besar. Sedangkan bila energi pembentukan rendah akan terbentuk
kristal yang berukuran halus. Bila pendinginan berlangsung sangat cepat maka kristal tidak
terbentuk dan cairan magma membeku menjadi gelas.
Setiap mineral memiliki kondisi tertentu pada saat mengkristal. Mineral-mineral
mafik umumnya mengkristal pada suhu yang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan
mineral felsik. Bowen memberikan suatu seri reaksi menerus (Continous) dan tidak menerus
(discontinous).
Magma sebagai larutan silikat alam mengandung semua ion-ion yang bakal
membentuk semua mineral-mineral pembentuk batuan, namun mineral tersebut tidak
terbentuk bersamaan karena tergantung pada fasa silikat dengan kondisi tertentu. Dalam arti
mineral tertentu akan mengkristal pada temperatur dan kondisi tertentu.
Pada umumnya diterima pendapat bahwa magma asli bersifat basa (Dally, 1933 :
Winkler Vide W.T. Huang, 1962). Tetapi sifat magma dapat dirubah menjadi magma dengan
sifat yang lain, oleh proses-proses yang disebut :
Hibridisasi : ialah pembentukan magma baru, karena pencampuran dua magma yang
berlainan jenisnya.
Sinteksis : ialah proses pembantukan magma baru karena proses asimilasi dengan batuan
samping atau terlarutnya batuan asing kedalam magma.
magnetik, ialah semua proses yang mengubah magma homogen berskala besar menjadi
batuan beku denagn komposisi yang berfariasi (W.T. Huang, 1962).
Proses-proses tersebut antara lain :
Fraksinasi : ialah pemisahan kristal dari larutan pada waktu terjadi pendinginan magma
atau kristal-kristal pada waktu pendinginan magma tidak
dapat mengikuti perkembangan komposisi larutan magma yang baru. Proses
fraksinasi ini merupakan proses diferensiasi yang paling utama.
Liquid Immissibility : ialah larutan magma yang mempunyai suhu dan tekanan tinggi,
pada suhu rendah akan pecah menjadi fraksi larutan yang masing-masing membeku
membentuk batuan yang heterogen.
Komposisi
Pada batuan beku mineral sering dijumpai dapat dibedakan menjadi dua kelompok yaitu :
1. Mineral mineral felsik ; tersusun atas silica dan alumina, umumnya berwarna cerah.
Mineral tersebut antara lain : - Kwarsa
- Plagioklas
- Ortoklas
- Muskovit
2. Mineral mineral mafik ; tersusun atas unsur unsur besi magnesium kalsium, umumnya
mineral - mineral ini berwarna gelap.
- Piroksen
- hornblende
- Biotit
Batuan beku berdasarkan genesa dapat dibedakan menjadi batuan beku intrusif
(membeku dibawah permukaan bumi) dan batuan beku ekstrusif (membeku dipermukaan
bumi). Disamping itu batuan beku juga dapat dibagi menjadi 3 kelompok yaitu :
1. Batuan beku volkanik.
Biasanya mempunyai ukuran kristal yang relative halus, karena membeku dipermukaan
atau dekat dengan permukaan bumi.
2. Batuan beku hipabisal.
Biasanya mempunyai kristal kristal yang berukuran sedang atau percampuran antara
kasar dan halus, karena membeku di dalam permukaan bumi.
3. Batuan beku plutonik.
Biasanya mempunyai kristal kristal yang berukuran kasar, karena membeku jauh di
dalam permukaan bumi.
Kelompok diatas dapat dibedakan dengan melihat ukuran kristalnya . Batuan beku
volkanik dapat dibagi menjadi 3 macam yaitu, batuan volkanik instrusif, batuan beku
ekstrusif (ekplosif) yang sering disebut dengan batuan fragmental dan batuan volkanik
ekstrusif (efusif), seperti aliran lava.
Di Indonesia batuan beku ekstrusif lebih didominasi batuan yang bertekstur
fragmental atau sering disebut batuan piroklastik yang akan dikelompokkan dengan
klasifikasi yang berbeda dengan batuan beku non fragmental.
warna dapat diketahui jenis magma pembentuknya, kecuali untuk batuan yang mempunyai
tekstur gelasan.
Batuan beku yang berwarna cerah umumnya adalah batuan beku asam yang tersusun
atas mineral-mineral felsik misalnya kwarsa, potas feldsfar, muskovit.
Batuan beku yang berwarna gelap sampai hitam umumnya adalah batuan beku
intermediet dimana jumlah mineral felsik dan mafiknya hampir sama banyak.
Batuan beku yang berwarna hitam kehijauan umumnya adalah batuan beku basa
dengan mineral penyusun dominan adalah mineral-mineral mafik.
Batuan beku berwarna hijau kelam dan biasanya monomineralik disebut batuan beku
ultrabasa dengan komposisi hampir seluruhnya mineral mafik.
B. Struktur batuan.
Struktur adalah kenampakan hubungan antar bagian-bagian batuan yang berbeda.
Pada batuan beku struktur yang sering ditemukan adalah :
1. Masif.
Bila batuan pejal tanpa retakan ataupun lubang-lubang gas.
2. Jointing.
Bila batuan tampak mempunyai retakan-retakan, kenampakan ini akan mudah diamati
pada singkapan di lapangan.
3. Vesikuler.
Dicirikan dengan adanya lubang-lubang gas dengan arah teratur,lubang ini terbentuk
akibat keluarnya gas pada waktu pembekuan berlangsung. Struktur ini dibagi lagi menjadi
yaitu :
a. Skoriaan ; bila lubang-lubang gas tidak saling berhubungan.
b. Pumisan ; bila lubang-lubang gas saling berhubungan
c. Aliran ; bila adanya kenampakan aliran dari kristal-kristal maupun lubanglubang gas.
d. Amigdaloidal ; bila lubang-lubang gas telah terisi oleh mineral-mineral skunder.
e. Xenolit ; struktur yang memperlihatkan adanya suatu fragmen batuan yang masuk
atau tertanam kedalam batuan beku.
3. Granulitas.
Dalam batuan beku granulitas menyangkut derajat kesamaan ukran butir dari kristal
penyusun batuan.
Granulitas pada batuan beku non fragmental dapat di bagi menjadi beberapa macam yaitu:
a. Equigranular.
Disebut equigranular apabila memiliki ukuran kristal yang seragam. Tekstur
equigranular di bagi menjadi :
1) Fanerik granular
Bila kristal mineral dapat dibedakan dengan mata telanjang dan berukuran seragam.
Kristal fanerik dapat dibedakan menjadi ukuran-ukuran :
- Halus, apabila ukuran diameter rata-rata kristal individu @ 1 mm.
- Sedang, apabila ukuran diameterkristal-kristal antara 1 mm 5 mm.
- Kasar, apabila ukurannya berkisar antara 5 mm 30 mm.
- Sangat kasar apabila ukurannya A 30 mm.
b. Inequigranular.
Disebut memiliki tekstur inequigranular apabila ukuran kristal pembentuknya tidak seragam.
Tekstur ini dibagi menjadi :
1) faneroporfiritik.
Bila kristal mineral yang besar (fenokris) dikelilingi kristal mineral yang lebih kecil
(massa dasar) dan dapat dikenal dengan mata telanjang.
3) gelasan (glassy)
Batuan beku dikatakan memiliki tekstur gelasan apabila semuanya tersusun atas gelas.
4. Bentuk Butir.
Untuk kristal kristal yang mempunyai ukuran cukup besar dapat dilihat
kesempurnaan bentuk kristalnya. Hal ini dapat memberikan gambaran mengenai proses
kristalisasi mineral-mineral pembentuk batuan. Bentuk kristal dibedakan menjadi :
a. Euhedral ; yaitu apabila bentuk kristal sempurna dan dibatasi oleh bidang bidang
kristal yang jelas.
b. Subhedral ; yaitu apabila bentuk kristal tidak sempurna dan hanya sebagian saja yang
dibatasi bidang-bidang kristal.
c. Anhedral ; yaitu apabila bidang batas kristal tidak jelas.
5. Komposisi Mineral.
Berdasarkan mineral penyusunnya batuan beku dapat dibedakan menjadi 4 (empat)
yaitu:
a. kelompok Granit Riolit: berasal dari magma yang bersifat asam, terutama tersusun
oleh mineral kuarsa, ortoklas, plagioklas Na, kadang terdapat hornblende biotit
muskovit dalam jumlah kecil.
b. Kelompok Diorit andesit; berasal dari magma yang bersifat intermediet, terutama
tersusun atas mineral-mineral plagioklas, hornblende, piroksen dan kuarsa biotit
ortoklas dalam jumlah kecil.
b. kelompok Gabro Basalt; tersusun dari magma asal yang bersifat basa dan terdiri dari
mineral-mineral olivine plagioklas Ca, piroksen dan hornblende.
c. kelompok Ultra basa; terutama tersusun oleh olivine, piroksen. Mineral lain yang
mungkin adalah plagioklas Ca dalam jumlah sangat kecil.
10
11
2. Ash fall yaitu primary piroklastik atau bahan yang belum mengalami pergerakan dari
tempat
semula
diendapkan
oleh
proses
jatuhan
selama
belum
mengalami
12
3. Nama batuan tidak berkaitan dengan genesanya, misalnya breksi volkanik adalah batuan
yang terdiri dari penyusun utama fragmen volkanik yang runcing runcing, dengan
matriks berukuran sekitar 2 mm dengan bermacam macam komposisi dan tekstur (bisa
berupa endapan piroklastik, autoklastik,alloklastik dll), ( Fisher, i958 ).
4. Breksi volkanik autoklastik terbentuk sebagai akibat letusan gas yang terkandung di dalam
lava atau akibat pergerakan lava sebelum mengalami pembatuan.
a. Breksi aliran terbentuk pada bagian tepi lava aliran akibat pemadatan pada tepi kerak
dan gerakan mengalir setelah pendinginan ( Fisher 1960, Wright & owes, 1963,
MacDonald, 1972 ).
b. Breksi letusan terbentuk akibat letusan gas yang terkandung didlam lava sehingga
terjadi fragmentasi pada kerak bagian luar lava yang mulai membeku.
5. Breksi volkanik aloklastik adalah breksi yang terbentuk dari hasil fragmentasi, batuan yang
telah ada sebelum mengalami pengerjaan oleh proses volkanisme.
a. Breksi intrusi yaitu breksi yang mengandung fragmen batuan yang diterobos magma
dalam matriks batuan beku ( Harker, 1908 dan Bowes, 1960 ).
b. Explosion brecia terbentuk dari hancuran batuan karena adanya ledakan volkanik yang
terjadi dibawah permukaan ( Wright & bowes, 1960 ).
c. Tuffisite merupakan material klastik yang dihasilkan dari pelarutan material tufaan oleh
gas didalam pipa volkanik ( Fisher, 1961 ).
d. Tuffisite brecia merupakan breksi yang tersusun atas fragmen batuan yang diintrusi
magma dengan tuff sebagai matriks dan mengandung bekas aliran gas didalamnya
(Wright & Bowes, 1960).
6. Breksi volkanik epiklastik.
a. Breksi laharik merupakan breksi yang dihasilkan dari aliran Lumpur pekat, berupa
percampuran antara batuan volkanik berukurn beragam dengan bahan non volkanik
(Fisher, 1960 ).
b. Batupasir tufaan/konglomerat tufaan merupakan batuan sedimen epiklastik yang
terangkut juga didalamnya komponen piroklastik misalnya pumis atau shard.
13
14
Dari hasil determinasi contoh setangan dapat dihubungkan dengan data pengamatan
singkapan untuk mendapatkan data yang lebih detail.
Data-data tersebut akan saling melengkapi seperti berikut :
1. Pengamatan kenampakan lapuk dan warna segar batuan, kekerasan mineral relative baik
yang telah mengalami pelapukan ataupun belum. Mengidentifikasi mineral yang
mengalami pelapukan dari warna hasil lapukan-nya.
2. Untuk contoh yang menyimpan data yang penting dapat dilakukan analisa petrografi
dengan membuat sayatan tipis pada bagian yang segar.
3. Mengamati warna permukaan segar dan apabila mungkin membuat estimasi mengenai
color index.
4. Pengamatan butiran pada contoh setangan bila batuan afanitik, catat tekstur lain dan
dilakukan pengamatan apakah batuan tersebut felsik atau mafik.
- Amati hubungan antar mineral pada batuan yang memiliki kristal kasar sampai medium.
- Amati dan catat hubungan fenokris dan nama dasar pada batuan yang bertekstur
porfiritik.
5. Amati dan catat derajat homogenitas, layering, laminasi aliran, banding, lubang gas,
tekstur, dan inklusi.
6. Amati dan catat proporsi mineral mineral yang berbeda dan deskripsi mineral seperti
warna, kilap pecahan, belahan, kekerasan, cirri khas dll.
7. Gunakan hasil pengamatan untuk menentukan nama mengunakan klasifikasi tertentu.
Acara
Hari/Tgl
No Urut
No Peraga :
jjenis Batuan
:
:
:
:
:
Diskripsi Warna, sifat batuan, struktur, derajad kristalisasi,tektur,, komposisi (mineralogi atau
jenis material piroklastik) sifat lain yang dapat menjadi ciri khas batuan.
15
Diskripsi Komposisi :
1. (mineralogi) : warna, kilap, kekerasan, pecahan, belahan, bentuk kristal, kedudukan dalam
tekstur, jumlah dalam %.
2.. (piroklastik) : Warna, bentuk, struktur luar, ukuran, mineral, jumlah dalam %..
3.. dst..
Nama Batuan : ....(klasifikasi, 19 )
Petrogenesa :
(assisten)
16
Tetapi pada kenyataannya secara megaskopis kita sulit untuk membedakan. Untuk
membedakannya kita lihat prosentasi kandungan mineral mafik (yang utama).
Bowen berpendapat bahwa batuan basa mengandung mineral olivine dan piroksin
lebih banyak dibanding mineral hornblende. Sebaliknya batuan menengah cenderung lebih
banyak mengandung hornblende disbanding olivine dan piroksen. Namun keadaan ini tidak
dapat selamanya dipakai, terutama pada batuan beku vulkanik.
Pada batuan beku menengah sering ditemukan piroksen, seperti pada andesit dimana
kehadiran piroksen melimpah sehingga sulit dibedakan dengan basalt. Untuk ini praktikan
kembali pada prinsip W.T Huang 1962, dimana untuk batuan beku menengah
banyak
mengandung plagioklas asam (lebih cerah) sedang batuan beku asam banyak mengandung
plagioklas basa (lebih gelap).
Tahapan menentukan nama batuan.
Setelah jenis batuan diketahui,untuk menentukan nama batuan lebih dahulu harus
menentukan kelompok batuannya. Kalau kelompoknya sudah diketahui, untuk mengetahui
nama batuannya tinggal mengetahui relasinya. Sedangkan untuk mengetahui kelompoknya
kita mesti membandingkan kehadiran dan proporsi antara alkali feldsfar dengan plagioklas,
serta mineral utama yang lain.
Sebagai contoh : Dari hasil pemerian diketahui kandungan kuarsa 25%, Plagioklas 10% dan
Ortoklas 40%. Relasinya panidiomorfik granular.
Karena kuarsa lebih dari 10% maka jenis batuannya adalah asam, sedang
kelompoknya adalah granit granit porfir riolit. Setelah mengetahui relasinya adalah
panidiomorfik granular maka dapat ditentukan nama batuannya adalah Granit. Jika relasinya
porfiro afanitik maka nama batuannya adalah Riolit.
17
Gabro mineral utamanya adalah piroksen dan plagioklas basa, mineral yang lain berupa
olivin, felspatoid dengan mineral tambahan biasanya limenit dan apatit. Kisaran jumlah
masing masing mineral dalam % :
Piroksen, Olivin, Hornblenda 25% - 50%
Plagioklas basa ..45% - 70%
Tekstur :
Termasuk batuan beku instrusif, plutonik dengan derajat kristalisasi holokristalin,
fanerik kasar dan jarang dijumpai porfiritik, olivine hadir biasanya menampakkan bentuk
yang baik. Sering sekali terdapat produkdekomposisi seperti sepertin (dari olivine) dan klorit
(dari piroksen) sering menunjukkan tekstur khusus sub afanitik afanitik.
Varietas :
Namanya bisa diberikan menurut mineral mafik yang ada selain augit, misalnya gabro
olivine, apabila olivine hadir dalam jumlah yang banyak.
Nama dan sebutan untuk varietas gabro :
- Gabro kuarsa : bila mengandung kuarsa 10% atau lebih.
- Norit : apabila kaya hipersten dengan plagioklas utama bitonit.
- Troctolite : apabila kaya olivine, plagioklas basa (labradorit atau bitonit) dijumpai piroksen
dengan jumlah sedikit.
- Pseudoleusit : apabila kaya akan leusit, aegirin dan augit.
1.2.Dolerit atau Diabas.
Komposisi seperti pada gabro tetapi berbeda dalam nilai komposisinya. Untuk Diabas
memiliki prosentasi sejumlah :
Piroksen 25% - 65%.
Plagioklas . 30% - 70%.
Untuk Teschenite memiliki prosentasi sejumlah :
Piroksen 45% - 75%.
Plagioklas (labradorit) .. 10% - 30%.
Felspatoid .. 10% - 15%.
18
Tekstur :
Bila plagioklas yang terbentuk membilah dilingkupi augit sebagian atau seluruhnya
membentuk tekstur intergranular, pada umumnya bertekstur khusus diabasik.
Varietas :
Diantaranya dikenal sebagai dolorit kuarsa, dolorit olivin dan diabas.
1.3.Basalt.
Komposisi mineral utamanya adalah plagioklas basa dan augit, magnetit dan limenit
biasanya dijumpai sebagai mineral tambahan, olivin bisa juga melimpah. Pada
umumnyaserimh didapatkan mineral mineral yang mengisi lubang vesikuler, antara lain
adalah kalsit, klorit dan kalsedon.
Kisaran jumlah nilai prosentase mineral penyusunnya :
- Plagioklas (labradorit) ... 40 % - 60 %.
- Piroksen . 35 % - 55 %.
Tekstur :
Terdapat sebagai lelehan vulkanik, kadangkala ada juga yang didapatkan dengan
massa dasar afanitik. tekstur khusus biasanya intergranular atau intersertal, sulit mengamati
mineral dalam contoh, kecuali yang porfiritik dan sering berstruktur amigdaloidal.
Varietas :
Yang umum adalah Basalt Olivin atau Normal Basalt.
Untuk gelas basalt kuarsa, basalt leusit, spilit, melaphyro. Sedangkan yang dimaksud
foidal basalt adalah basalt kaya felspatoid, ada 2 kelompok :
- Banyak plagioklas asam, disebut : Basanit, apabila banyak mengandung olivin ,
Teprit,apabila memiloki sedikit olivin.
- Sedikit atau tidak mengandung plagioklas asam : Basalt foidal, apabila olivinnya banyak :
Nefelinit, apabila olivinnya sedikit.
2. Kelompok Diorit Andesit.
Termasuk batuan beku menengah, dengan indeks warna 40.
2.1.Diorit.
19
Komposisi mineral :
Komposisi utamanya plagioklas dan hornblenda, kadang kadang ada yang mengandung
biotit dan kuarsa.
Prosentasi mineral penyusunnya :
- Plagioklas . 55 % - 70 %.
- Hornblenda, Biotit . 25 % 40 %.
Tekstur :
Holokristalin, berbutir menengah sampai kasar, jarang yang forfiritik dan bila dibandingkan
dengan granit ukuran butirnya lebih kecil.
Varietas :
Diorit biotita, diorit kuarasa dan diorit mikro untuk diorit porfir, bilamana mafik
mineral selain hornblenda dan sebagai kristal sulung namanya ditambahkan, misalnya : Augit
diorit porfir, mika diorit porfir, diorit kuarsa dicirikan dengan kandungan kuarsa mencapai 20
% ( H.Williams, 1982).
2.2 Andesit.
Didapat sebagai aliran lava dan instrusi hiabisal : nama batuan ini diambil dari
pegunungan Andas, Amerika Selatan.
Komposisi mineral :
Penyusun utamanya adalh plagioklas dan mineral mafik, yang terdapat sebagai kristal
sulung, kadang mineral oksida besi hadir sebagai mineral tambahan.
Tekstur :
Hipokristalin, holokristalin, porfiritik, vitroferik dengan massa dasar afanitik atau
massa gelas. Tekstur khusus Pilotaksitik.
Varietas :
Andesit Hornblenda, andesit augit, andesit biotit, andesit kuarsa. Batuan yang berasal
dari andesit, yang telah terubah oleh aktifitas air vulkanik dengan produksi mineral skunder
disebut propilit. Andesit augit secara contoh hand Specimen sulit dibedakan dengan basalt.
Tetapi pada basalt, plagioklasnya lebih keruh (basa) atau dapat dengan refleksi
mineraloginya.
3. Kelompok Granit Riolit.
20
Termasuk batuan beku asam dengan kandungan silika lebih dari 66 %. Indeks warna
10 40 %, kaya kuarsa bebas dan ortoklas lebih besar dari palgioklas.
3.1.Granit.
Komposisi mineral :
Mineral utamanya kuarsa dan ortoklas dengan mineral lain adalah biotit, muskovit
dan plagioklas. Mineral tambahan zircon atau garnet.
Kisaran prosentase mineral penyusunnya :
- Kuarsa . 10 % - 40 %.
- Alkali Felspar . 30 % - 60 %.
- Plagioklas asam .. 0 % - 35 %.
- Biotit, Nornblenda .. 10 % - 35 %.
Tekstur :
Terdapat sebagai instrusi hypabisal maupun plutonik, holokristalin, fanerik kasar
dengan mineral dapat dikenal dengan mata biasa. bisa dijumpai dengan tekstur porfiritik
namun pada ummnya bertekstur grafik, yaitui pertumbuhan bersama antara kuarsa dan
ortoklas.
Varietas :
Nama-namanya tergantung pada mineral utama yang ada selain kuarsa dari felspar,
sebagai contoh : granit muskovit : granit biotit : granit hornblenda.
3.2.Riolit.
Serupa dengan granit tetapi terdapat massa gelas, dan dengan fenokris kuarsa
terkorosi (Coroded bipyramidal fenocrist).
Tekstur :
Bisa menampakkan gejala perofiritik, hipokristalin, kriptokrista;in dengan kristal
sulung kuarsa dan ortoklas, matriks afanitik, serimh menunjukkan struktur aliran dan terdapat
sebagai batuan lelehan maupun instrusi hypabisal dengan tekstur grafik.
Varietas :
Terdapat beberapa sebutan yang merupakan variasi, yaitu :
- Riolit sodik, khas dengan fenokris sanidin anortoklas dan albit.
- Riolit potas, kaya akan sanidin andesin atau oligoklas sering disebut struktur Zoning.
21
22
BATUAN SEDIMEN
Defenisi
Batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk dari akumulasi material hasil
perombakan batuan yang sudah ada sebelumnya atau hasil aktivitas kimia organisme, yang
diendapkan lapis demi lapis pada permukaan bumi yang kemudian mengalami pembatuan.
Komposisi
Dalam batuan sedimen dapat dijumpai fragmen batuan maupun mineral. Mineralmineral yang umum dan banyak dijumpai dalam batuan sedimen adalah:
Kwarsa
Feldsfar
Mika
Dolomit
Kalsit
Mineral lempung
Tekstur
Berdasarkan kejadiannya, batuan sedimen dibedakan menjadi batuan sedimen klastik
dan nonnkalstik. Batuan sedimen klastik adalah batuan sedimen terbetuk dari materialmaterial hasil perombakan batuan yang telah ada sebelumnya. Batuan sedimen nonklastik
adalah batuan sedimen yang terbentuk dari material-material hasil aktivitas kimia (termasuk
biokimia). Dari kedua macam batuan sedimen tersebut dikenal tekstur klastik dan nonklastik.
23
1. Tekstur klastik
Semua batuan sedimen klastik mempunyai tekstur klastik. Yang perlu diperhatikan
pada batuan tersebut adalah ukuran butir dan bentuk butir. Untuk ukuran butir dipakai
klasifikasi ukuran butir dari wentworth sebagai berikut :
Nama
Boulder (bongkah)
Cobble (berangkal)
Pebble
(kerakal)
Granule (kerikil)
Sand
(pasir)
Silt
(lanau)
Clay
(lempung)
2. Tekstur nonklastik
Semua batuan nonklastik mempunyai tekstur nonklastik. Ciri khas dari tekstur
nonklastik adalah adanya kristal-kristal yang saling menjari, tidak ada ruang pori-pori antar
butir dan umumnya monomineralik.
Berbutir kasar
Berukuran lebih besar dari 5 mm
Sedang
1 5 mm
Halus
Berukuran lebih kecil dari 1 mm
Klasifikasi butiran kristal dalam tektur nonklastik
Beberapa tekstur nonklastik yang penting adalah :
a. Amorf. Partikel-partikel umumnya berukuran lempung
24
Struktur
Struktur dari batuan sedimen lebih tergantung pada hubungan antara kelompokkelompok sedimenter dari pada hubungan antar butir yang menentukan dan mengontrol
tekstur. Struktur batuan sedimen yang benar-benar lebih baik dipelajari di lapangan dari pada
dari contoh genggaman.
Struktur batuan sedimen dibedakan menjadi tiga macam, yaitu :
1. Struktur fisika (mekanik), terbentuk karena proses-proses fisika. Beberapa macam
teksturnya adalah :
a. Berlapis, terlihat di lapangan sebagai susunan yang berlapis-lapis. Bila ketebalan
individu lapisan lebih besar dari 1 cm dinamakan lapisan, sedangkan bila lebih kecil
dari 1 cm dinamakan laminasi.
b. Bergradasi, bila butir-butiran dalam tubuh batuan dari bawah ke atas makin halus.
c. Silang siur, yaitu satu seri perlapisan yang saling potong memotong dalam tubuh
batuan sedimen.
d. Masif, bila dalam tubuh batuan sedimen tidak terlihat struktur sedimen.
Berlapis
Bergradasi
Simpang siur
25
27
BATUAN METAMORF
Defenisi
Proses metamorfosisme adalah proses yang menyebabkan perubahan komposisi
mineral, tekstur dan struktur pada batuan karena panas dan tekanan tinggi, serta larutan kimia
yang aktif. Hasil akhir dari proses metamorfisme adalah batuan metamorf. Jadi batuan
metamorf adalah batuan yang terbentuk oleh proses metamorfisme pada batuan yang telah
ada sebelumnya. Batuan asalnya (yang telah ada sebelumnya) dapat berupa batuan beku,
sedimen maupun metamorf.
Komposisi mineral
Mineral-mineral penyusun batuan metamorf dapat dibedakan menjadi mineralmineral yang :
1. Mineral yang berbentuk kubus: kuarsa, feldsfar,kalsit, garnet dan piroksin.
2. Berbentuk bukan kubus : mika, klorit, amfibol (hornblende), hematit, grafit dan talk.
Susunan mineral (fabrik)
Dari kenampakan tiga dimensional, fabrik dapat dibedakan menjadi :
1. Isotropik : susunan butir ke segala arah tampak sama.
2. Anisotropik : kenampakan susunan butir mineral tidak sama ke segala arah.
Tekstur
Berdasarkan ukuran butir mineralnya, dapat dibedakan menjadi :
1. Fanaretik : butiran cukup besar untuk dapat dikenal dengan mata telanjang.
2. Afanitik : butiran terlalu kecil untuk dapat dikenal dengan mata telanjang.
Struktur
Struktur dalam batuan metamorf dikenal ada tiga :
1. Granular : bila butir-butiran minerla yang berhubungan saling mengunci (inter locking).
2. Foliasi : bila mineral-mineral pipih menbentuk rangkaian permukaan subparalel.
3. Lineasi : bila mineral-mineral prismatik membentuk kenampakan penjajaran pada batuan,
seperti genggaman pensil.
28
Di alam, batuan yang hanya mempunyai struktur lineasi sangat jarang, dan sebagian
besar selain berlineasi juga berfoliasi. Foliasi mungkin tidak teratur, melengkung atau terlipat
bila terdeformasi.
Klasifikasi
Klasifikasi yang paling sering digunakan adalah berdasarkan keadaan foliasi yang
berkembang, dengan komposisi mineral berperan sebagai tambahan. Berdasarkan foliasi,
batuan metamorf dibedakan menjadi tiga, yaitu batuan yang :
1. Berfoliasi sangat kuat; yaitu yang mudah pecah melalui bidang foliasi, biasanya karena
melimpahnya mika yang terorientasi. Batuannya adalah :
a. Slate (batusabak). Bersifat afanitik, mempunyai kilap suram pada bidang foliasi.
Berkomposisi utama mineral lempung. Batusabak tampak merah bila banyak
mengandung hematit, hijau bila klorit, dan umumnya abu-abu sampai hitam bila
banyak grafit.
b. Phyllite (fillit). Bersifat afanitik, berbutir lebih kasar dari pada batusabak, dan
bidang foliasinya mengkilat karena mika dan klorit yang sudah lebih banyak dari pada
batusabak. Batu ini merupakan peralihan dari batusabk ke skis.
c. Schist (skis). Bersifat faneritik, banyak mengandung mineral pipih yang terorientasi
seperti : mika, klorit, grafit, talk.
2. Berfoliasi rendah : yaitu yang berfoliasi tetapi tidak mudah/tidak dapat pecah melalui
bidang foliasi. Orientasi mineral-mineral pipih berselingan dengan mineral-mineral yang
tidak pipih yang berbutir sama besar. Batuannya antara lain :
a. Gneiss (gneis). Bersifat faneritik. Berbutir sedang sampai kasar. Komposisinya yang
utama : kwarsa, feldsfar, mika dan kadang-kadang hornblede.
3. Berfoliasi sangat lemah sampai non foliasi: batuan didominasi oleh mineral-mineral
berbentuk kubus, mineral-mineral pipih bila ada orientasinya acak. Batuan ada yang
granular atau berlineasi. Batuannya antara lain :
a. Qurtzite (kwarsit). Komposisinya yang sangat utama adalah kwarsa; bila pecah tak
rata dan tidak mengelilingi butiran. Non foliasi.
29
d. Granofels. Bersifat faneritik kasar, non foliasi, berkomposisi kwarsa dan feldsfar
(yang berbentuk kubus).
e. Granulit. Bersifat faneritik kasar, non foliasi, berkomposisi piroksin dan garnet
disamping kwarsa dan feldsfar.
f. Serpentinite. Non foliasi sampai lineasi, berwarna hitam, hijau sampai kuning pucat.
Komposisi utamanya serpentin.
Selain penamaan-penamaan dasr diatas, penamaan batuan dapat diberi awalan pada
nama-nama dasar tersebut seperti :
sekedar dikatahui).
1. Blasto- sebagai awalan, menunjukkan adanya tekstur sisa dari batuan asal, seperti:
Blastoporfiritik; menunjukkan adanya tekstur sisa yang porfiritik dalam batuan metamorf.
2. -blastik sebagai akhiran, menunjukkan akhir kristalisasi dalam kondisi padat.
3. Meta- sebagai awalan yang diikuti oleh nama batuan asal, menunjukkan kenampakan sisa
dari tekstur dan komposisi meneralogi yang masih bertahan, misal:
Metaandesit, artinya masih ada kenampakan sisa andesit pada batuan metamorf.
Metasedimen, artinya masih ada kenampakan sisa batuan sedimen pada batuan
metamorf.
Penamaan batuan
Penamaan batuan metamorf dapat didasarkan pada foliasi dan komposisi.
a. Penamaan berdasarkan komposisi, misal :
Kwarsit
Serpentinit
Marmer
Granulit
30
Granofel
Skis
Slat
Filit
Gneis
Penamaan dengan foliasi dapat diikuti dengan nama mineral, bila mineral tersebut
cukup bnayak, misal :
31