Bab ini membahas tentang reaksi dan proses dimana produk padat diperoleh
dari fase cair. Dari sudut pandang kimia, kasus yang paling sederhana adalah bila cairan
memiliki komposisi yang sama seperti zat padat yaitu bila padatan terbentuk dari cairan
tanpa perubahan kimia tetapi hanya karena perubahaan keadaan fisik. Kristalisasi dan
proses pembentukan gelas yang terlibat akan dibahas pada sub bab 4.1. Buku ini tidak
membahas
tentang
reaksi kimia
fisik
matematika tanpa menggunakan turunan matematis atau turunan fisika. Namun, disini
kami menekankan pada gambaran yang lebih luas untuk memberikan pemahaman
tentang proses-proses kimia yang terlibat. Proses kristalisasi dan pengendapan dari
larutan dibahas pada sub bab 4.2. Dasar kimiafisik sangat erat hubungannya dengan zat
cair tetapi proses yang terlibat lebih kompleks karena perbedaan komposisi kimia untuk
fase padat dan fase cair. Pada sub bab 4.3, kami akan memeriksa bagaimana alam
mengendalikan
proses
Dalam proses
solvothermal (sub bab 4.4), pelarutan dan rekristalisasi senyawa dipercepat oleh
peningkatan temperatur dan tekanan. Pada sub bab terakhir (4.5), kami akan membahas
tentang proses sol-gel yang menyebabkan pemerolehan produk padat melalui pembekuan
dari pada kristalisasi atau pengendapan.
4.1 Gelas
Ketika membicarakan tentang gelas, maka kita pasti akan langsung terpikirkan
tentang jendela atau botol gelas atau mungkin layar gelas komputer dan TV. Namun,
gelas juga digunakan dalam aplikasi teknologi tinggi seperti teknologi komunikasi atau
material-material alami. Pada akhir sub bab ini, kita akan tahu bahwa logam mampu
membentuk gelas dan kita juga akan membahas metode untuk memproduksi gelas
metalik. Kita akan memulai sub bab ini dengan mendefinisikan apa itu gelas. Setelah
mengetahui masalah struktural, kita akan tahu di bawah kondisi apa peleburan dapat
membuat gelas setelah pendinginan bukannya
yang mulanya adalah sturktur cair tidak beraturan menjadi struktur kristal beraturan.
Bersamaan dengan itu, nilai entalpi menurun secara tiba-tiba dari nilai cair menjadi nilai
kristal. Pendinginan yang diteruskan di bawah Tm dalam entalpi lanjutan menurunkan
kapsitas panas kristal.
Cairan yang sangat dingin (supercooled) diperoleh jika cairan dapat didinginkan
di bawah temperatur lebur (Tm) tanpa kristalisasi. Jika Cairan yang sangat dingin dapat
didinginkan secara perlahan, maka atom-atomnya akan kembali terbentuk menjadi
struktur cair yang seimbang (tergantung pada temperatur ) tanpa penurunan besar entalpi
yang diamati dalam kristalisasi. Namun, bila cairan didinginkan, viskositasnya () akan
meningkat dan terkadang menjadi sangat tinggi sehingga atom-atomnya tidak lagi
tersusun menjadi struktur keseimbangan selama beberapa waktu. Karenanya, entalpi
mulai menyimpang dari garis keseimbangan yang lurus karena ditentukan oleh viskositas
panas cairan yang dibekukan. Viskositas cairan yang dibekukan sangat tinggi sehingga
strukturnya menjadi tertata dan tidak lagi dipengaruhi oleh temperatur . Cairan yang
dibekukan telah menjadi gelas. Daerah temperatur
keseimbangan dan entalpi cairan yang dipadatkan adalah daerah transformasi gelas.
Dengan demikian, gelas dapat didefinisikan sebagai zat padat amorf (non
kristal) tanpa struktur periodik yang panjang sehingga membentuk perilaku transformasi
gelas. Setiap material anorganik, organik atau logam yang menghasilkan perilaku
transformasi gelas adalah gelas.
Gambar 4-1 menunjukkan bahwa perilaku
fenomena yang tergantung pada waktu. Ketika cairan yang sangat dingin (supercooled)
didinginkan secara perlahan, entalpi akan mulai menyimpang dari garis keseimbangan
pada temperatur
menjadi temperatur
yang lebih rendah, maka diperlukan waktu yang lebih lama untuk mencapai struktur
keseimbangan. Laju pendinginan yang lebih rendah menyebabkan cairan yang sangat
dingin menambah struktur keseimbangan pada temperatur yang lebih rendah. Gelas yang
dihasilkan dengan laju pendinginan yang lebih rendah akan memiliki entalpi yang lebih
rendah dari pada gelas yang dihasilkan dengan laju pendinginan yang lebih cepat.
Meskipun transformasi gelas hanya terjadi di atas rentang suatu temperatur,
akan lebih aman untuk menggunakan temperatur
laju
pemanasan (pendinginan) dan metode yang digunakan untuk pengukuran, maka Tg tidak
dapat dianggap sebagai sifat dari gelas. Kondisi yang distandarkan telah digunakan untuk
membuat Tg dari berbagai sampel sebanding yang berbeda.
Model struktur gelas yang paling umum digunakan adalah berdasarkan pada
gagasan awal Zachariasen dan teori ini disebut dengan Teori Jaringan Acak (random
network theory). Aturan untuk gelas kalkoogenida atau halida sederhana adalah:
1. Tiap anion dihubungkan (linked) dengan kation yang jumlahnya tidak lebih dari dua
(diperlukan koordinasi yang lebih tinggi untuk anion dalam ujung ikatan untuk
membentuk jaringan acak non periodik).
2. Koordiansi polihedra hanya terhubung pada bagian sudut bukan bagian ujung atau
bagian depan.
3. Jumlah koordiansi kation yang membentuk jaringan (pembentuk jaringan) kecil
(koordinasi polihedra yang lebih tinggi seperti oktahedra cenderung pada bagian
ujung atau bagian depan dari apda bagian sudut).
4. Setidaknya tiga sudut polihedron harus disatukan untuk membentuk jaringan tiga
dimensi (hanya kemudian jaringan dapat menjadi tiga dimensi). Penggabungan dua
sudut dapat dihasilkan dalam struktur polimerik [seperti silikon].
Gambar 4-3 memberikan gambaran skematis tentang struktur gelas silikat alkali
untuk mengilustrasikan aturan ini. Silikon (kation) pada silikat dan gelas silikat selalu
bersifat tetrahedral yang dikelilingi oleh empat atom oksigen (anion). Dalam koordinasi
tersebut, jumlah silikon adalah empat (aturan 3). Jaringan terbentuk dari tetraheda [SiO 4 ]
yang terhubung. Tetraheda hanya bertempat di bagian sudut. Dua atom silikon yang
berdekatan hanya dihubungkan dengan satu atom oksigen (aturan 2). Pada silika vitrous,
tiap atom oksigen menghubungkan dua atom oksigen (aturan 1). Pada gelas silikat,
terdapat sejumlah atom oksigen (lihat gambar 4-6). Muatan negatif atom oksigen yang
tidak terhubung harus dikompensasi oleh kation terdekat untuk mencapai kenetralan
muatan lokal. Namun, aturan 4 tetap harus dipatuhi.
Distribusi sudut ikatan. Distribusi sudut ikatan dan sudut dihedral menyebabkan
keacakan
dalam struktur
material-material tak
berbentuk.
Dimensionalitas jaringan. Sebuah jaringan tidak harus tiga dimensi untuk dapat
membentuk gelas. Contohnya, polimer rantai panjang yang memiliki jaringan satu
dimensi dapat membentuk gelas dengan cara melibatkan rantai polimer tiga dimensi.
Teori
struktural
pembentukan
gelas
hanya
berhubungan
dengan
kasus
pembentukan gelas relatif. Sebagian besar senyawa atau campuran yang membentuk
gelas selama pendinginan dari peleburan pada laju pendinginan umum dianggap sebagai
pembentuk gelas yang baik sedangkan material yang membutuhkan laju pendinginan
yang lebih cepat dianggap sebagai pembentuk gelas yang buruk. Leburan yang tidak
dapat didinginkan untuk membentuk gelas kecuali dengan laju pendinginan yang besarbesaran. Karenanya ini tidak dapat dijadikan pembentuk gelas.
Telah diketahui bahwa sebenarnya semua material dapat membentuk gelas jika
didinginkan dengan sangat cepat sehingga tidak ada waktu bagi struktur material tersebut
untuk membentuk pola kristal periodik. Karenanya, pertanyaan yang muncul bukan pada
apakah suatu material dapat membentuk gelas tetapi seberapa cepat material tersebut
harus didinginkan untuk menghindari kristalisasi yang dapat terdeteksi. Hal ini mengacu
pada teori kinetik proses pembentukan gelas.
4.1.2
(nukleasi) dan pertumbuhan kristal lanjutan. Nukleus dapat bersifat homogen yaitu
terbentuk secara spontan di dalam peleburan atau heterogen bila terbentuk di permukaan
(kotoran, dinding pelebruan, dll). Jika tidak ada nukleus, pertumbuhan kristal tidak dapat
terjadi dan material tersebut akan membentuk
gelas.
Karenanya,
leburan yang
pembentukan
gelas yang baik. Suatu leburan yang bebas dari nukleus heterogen potensial dapat
didinginkan dengan lebih mudah untuk membentuk gelas dari pada leburan yang
mengandung konsentrasi nukleus yang tinggi. Dengan kata lain, walaupun terdapat
banyak nukleus tapi tidak ada pertumbuhan kristal yang terjadi maka padatan tersebut
akan tetap menjadi gelas.
Leburan yang tersusun atas berbagai elemen yang berbeda menghambat
penyusunan kembali leburan menjadi struktur kristal yang rapi karena distribusi ulang
ion ke berbagai situs yang tepat pada kristal yang sedang tumbuh akan menjadi sulit.
Pendekatan ini digunakan secara rutin dalam teknologi gelas komersial. Pendekatan ini
juga menjelaskan tentang komposisi kompleks berbagai gelas umum.
Dalam proses nukleasi homogen, nukleus terbentuk dengan cara yang sama
melalui cairan atau leburan. Dalam teori nukleasi klasik, laju nukleasi I (nukleus per
satuan volume per detik) dihitung dengan persamaan 4-1 berikut ini:
(4-1)
Dimana GN adalah perubahan energi bebas dalam sistem ketika nukleus krsital
terbentuk (penghalang/barrier
(4-2)
Term pertama mewakili perubahan energi bebas volume (GV). GV negatif karena
bidang kristal memiliki energi bebas yang lebih rendah dari pada leburan.
Term kedua
mewakili peningkatan
energi permukaan
energi sistem akan mulai menurun seiring dengan menurunnya ukuran nukleus. Nukleus
akan menjadi stabil.
Nilai radius dimana nukleus akan stabil disebut dengan radius kritis atau r*
(persamaan 4-3),
r* =
(4-3)
Jika temperatur
(GV) sangat kecil. Hal ini sesuai dengan radius kritis bahwa r* untuk nukleus stabil
(persamaan 4-3) sangat besar. Karena probabilitas neukleus yang mencapai ukuran besar
sangat sedikit, maka leburan akan bebas nukleus meskipun temperatur
Karena temperatur
di bawah Tm.
Kadang, r* akan menjadi sangat kecil (seringkali hanya sepersepuluh nanometer) sehinga
probabilitas pembentukan nukleus akan menjadi signifikan.
Penurunan temperatur
menurun
mengikuti
nukleus
membentuk
laju
penurunan
lanjutan.
Namun,
viskositas juga sangat tergantung pada temperatur sehingga hambatan kinetik meningkat.
Laju nukleasi mulai menurun dan kadang mencapai nol. Pengaruh yang berlawanan
karena
perubahan
hambatan
thermodinamika
dan
kinetik
dihasilkan
dalam
Ketergantungan temperatur
ketergantungan temperatur
(homogen maupun heetrogen) tersedia. Dalam nukleasi, jika viskositas rendah, laju
pertumbuhan ditentukan oleh laju thermodimika dan akan cenderung besar. Bila
temperatur
kristal.
Kurva
temperatur
akan
temperatur
ditunjukkan pada gambar 4-6. Gambar ini menunjukkan dua kasus: leburan
yang mengkristal (diagram bagian atas); dan leburan yang membentuk gelas (diagram
bagian bawah). Selama pendinginan, leburan di bawah Tm akan tumbuh jika ada
sejumlah nukleus yang memadai. Jika maksimum nukleasi ada pada temperatur
yang
sama dari pada maksimum pertumbuhan kristal (yaitu jika T kecil), sebagian besar
nukleus akan dihasilkan pada temperatur
masksimal. Ini berarti bahwa kristalisasi leburan dapat terjadi dengan mudah. Dengan
kata lain, jika maksimum nukleasi ada pada temperatur yang lebih rendah dari pada
maksimum pertumbuhan kristal (yaitu jika T besar), nukleus akan terbentuk tetapi tidak
dapat tumbuh karena hambatan kinetik pada temperatur ini menghambat pertumbuhan
kristal. Ini berarti bahwa leburan akan membentuk gelas.
dalam sampel Vx /V
dapat
diketahui dengan
persamaan
4-4,
seseorang
dapat
menghitung
waktu
yang
tertentu.
lain, waktu yang diperlukan untuk fraksi volume kristal yang sama
pertumbuhan
menghitung
kristal.
Seseorang
juga
dapat
kurva
waktu/temperatur
sehingga menghasilkan nilai Vx /V (gambar 4-7) yang disebut dengan kurva TTT (timetemperature-transformation). Kurva ini memiliki bentuk umum seperti yang ditunjukkan
pada gambar 4-7 dan karenanya disebut dengan kurva hidung. Dari kurva TTT, kondisi
untuk pendinginan dapat diperoleh. Karena I dan U mendekati 0 bila temperatur
mendekati Tm, maka waktu yang diperlukan untuk fraksi volume kristal akan mendekati
tidak terhitung. Pada temperatur yang sangat rendah, nilai I dan U mendekati 0 karena
adanya viskositas leburan yang sangat tinggi dan waktu untuk mencapai nilai Vx /V juga
mendekati tidak terhingga. Kondisi yang kurang baik dalam pembentukan gelas terjadi
pada temperatur
Tm
Pada fraksi volume kristal suatu sample yang diangap sebagai gelas hingga
sekarang masih menjadi pertanyaan: umumnya nilainya adalah 1 ppm. Kandungan kristal
yang dapat diterima untuk gelas jendela akan sedikit berbeda dengan gelas yang dapat
diterima sebagai serat optic atau lensa. Laju pendinginan kritis (dT/dt)c adalah laju
pendinginan minimal yang dibutuhkan untuk menghasilkan gelas (dengan kandungan
kristal yang dapat diterima). Laju pendinginan kritis ini dapat dieproleh dari lengkungan
kurva dengan kondisi awal ditentukan sebagai Tm pada waktu nol. Dengan demikian
dapat diketahui:
(4-5)
Nilai laju pendinginan kritis adalah 9x10-6 K.s-1 untuk gelas SiO2. Pada hasil
yang berlawanan, pembentukan gelas metalik membutuhkan laju pendinginan sebesar
106 sampai 1010 K.s- 1 . Leburan dengan laju pendinginan kritis yang lebih kecil memiliki
kemampuan yag lebih baik dalam membentuk gelas.
Salah satu aturan terbaik untuk memprediksi kemampuan membentuk gelas
dari berbagai carian adalah menggunakan criteria Turnbull. Ketika temperatur
perubahan gelas menurun Trg = Tg/Tm mendekati nilai 2/3, nukleasi homogen dalam
leburan yang sangat dingin menjadi sangat tinggi bila dibandingkan dengan nilai yang
lebih rendah.
disebut
keramik
gelas
Nama ini
4.1.3
Peleburan Gelas
Meskipun gelas dapat dibuat dengan berbagai metode, metode yang paling
yang dinaikkan. Tahap produksi dapat dilihat pada bagan di bawah ini
(Gambar 4.9).
Material mentah
Peleburan kelompok
Pemurnian
Hemogenisasi
Produk
pemurni. Senyawa yang sama dapat digunakan untuk tujuan yang berbeda. Contohnya
aluminium berfungsi sebagai pembentuk gelas dalam gelas aluminat tetapi aluminium
berfungsi sebagai pengubah dalam gelas silikat. Oksida arsenik juga dapat digunakan
sebagai pembentuk gelas atau agen pemurni.
Pembentuk gelas (pembentuk jaringan). Pembentuk gelas primer dalam gelas
oksida komersial adalah silica (SiO 2 ), borik oksida (B2 O 3 ) dan oksida fosforit (P2 O5 )
yang kesemuanya membentuk gelas dengan komponen tunggal. Senyawa yang lain dapat
berfungsi sebagai pembentuk gelas bila dicampur dengan oksida lain termasuk GeO2 ,
Bi2 O 3 , As2 O3 , Sb2 O3 , TeO 2 , Al2 O 3 , Ga2 O 3 dan V2 O5 . As2 S3 , As2 Se3 dan GeS2 merupakan
pembentuk gelas yang penting dalam gelas kalsogenida. Tiga pembentuk gelas halida
yang paling umum adalah BeF 2 , AlF3 dan ZrF4 .
Pengubah (Modifiers) jaringan. Bila silica membentuk gelas khusus dengan
berbagai aplikasi, penggunaan gelas silica murni untuk botol, jendela dan aplikasi
komersial lain akan sangat mahal karena temperatur peleburan yang tinggi (> 2000o C).
Temperatur
pemrosesan berkurang
alkalin yang memecah ikatan Si-O-Si dan kemudian menurunkan temperatur peleburan.
Penggunaan PbO menjadi sangat terbatas karena adanya toksisitas. PbO khusus
digunakan dalam pelarutan partikel yang keras yang dapat merusak gelas akhir.
Kombinasi beberapa pengubah jaringan yang berbeda seringkali dibutuhkan untuk
mengubah sifat gelas.
2
(4-6)
Emas dan perak juga digunakan untuk menghasilkan warna melalui pembentukan koloid
pada gelas. Besi oksida yang seringkali ditemukan dalam pasir juga dapat digunakan
untuk memproduksi gelas silikat komersial. Besi ini juga sering digunakan sebagai
pewarna berbagai produk gelas. Jika pewarna digunakan untuk menetralkan pengaruh
warna lain sehingga menghasilkan gelas yang agak keabu-abuan maka pewarna ini
disebut decolorant.
Agen Pemurni/fining . Agen ini ditambahkan pada kelompok pembentuk gelas
dengan tujuan untuk membuang gelembung dari leburan. Agen pemurni untuk gelas
oksidan termasuk arsenik dan antimoni oksida, potasium dan sodium nitrat, NaCl,
Florida dan sejumlah sulfat. Material-material ini biasanya dibutuhkan dalam jumlah
kecil (<1 wt%) dan hanya memiliki pengaruh kecil terhadap sifat gelas akhir.
Peleburan Batch
Peleburan batch melibatkan peleburan dan dekomposisi material mentah untuk
membentuk leburan awal. Pemanasan awal biasanya dilakukan untuk melepaskan
kelembaban yang mungkin diserap material mentah atau terbentuk melalui dehidrasi
hidroksida. Gas-gas dilepaskan selama dekomposisi karbonat, sulfat dan nitrat. Gas ini
dilepaskan ketika proses pencampuran dan pemutaran yang membantu menghomogenkan
leburan. Namun, gelembung gas harus dihilangkan dari leburan sebelum proses selesai.
Waktu yang diperlukan
untuk melarutkan
ditambahkan dalam kelompok. Penggunaan cullet tidak hanya untuk mengurangi limbah
tetapi juga mengurangi Batch-free time baik dengan mengurangi jumlah material yang
keras dalam kelompok maupun dengan memberikan cairan tammaterial melalui proses
peleburan.
Banyak komponen gelas yang mudah menguap jika temperatur
dinaikkan.
Hilangnya komponen ini dapat mengubah komposisi gelas yang diperoleh setelah
peleburan yang diperlama.
borium dan oksida fosfor, halida, dan komponen lain yang memiliki tekanan uap tinggi
pada temperatur tinggi.
Banyaknya alkali yang hilang akan meningkat dengan cepat dalam susunan Li <
Na < K < Rb < Cs. Kehilangan ini biasanya dapat dikurangi dengan menurunkan
temperatur
secara langsung maka dapat menciptakan keseimbangan antara spesies yang dapat
dipecah dan spesies yang dapat menguap serta mencegah hilangnya komponen penting.
Namun, peleburan biasanya tidak mungkin dilakukan dalam proses peleburan komersial
yang besar.
konsentrasi komponen yang tinggi sehingga hanya komponen tertentu yang menguap.
Sebagian besar leburan pembentuk gelas membutuhkan teknik khusus. Contohnya,
komponen gelas kalkogenida bersifat toksit dan cepat menguap. Karenanya, kontaminasi
dengan oksigen dalam jumlah kecil dapat menghancurkan
ini biasanya disiapkan dengan memanaskan campuran bubuk silica seperti gelas di dalam
ruang hampa dan kemudian menghentikan peleburan untuk membentuk gelas. Gelas
halida logam berat juga dibutuhkan untuk meleburkan atmosfir bebas oksigen yang
menjaga sifat optik gas halida. Gas ini sering dileburkan di bawah atmosfir reaktif seperti
CCl4 yang berfungsi sebagai pengikat oksigen dan sumber halida.
Pemurnian Leburan
Istilah pemurnian mengacu pada pembuangan gelembung yang tidak diinginkan
dalam pembuatan gelas komersial. Pemurnian leburan dimulai selama proses peleburan.
4
(4-7)
Karena trioksida
lebih stabil daripada pentoksida pada temperatur ini, pentoksida yang dihasilkan melalui
reaksi nitrat terurai dengan melepaskan oksigen (persamaan 4-8).
+
(4-8)
E =As, Sb
Oksigen yang dilepaskan dapat berbentuk gelembung baru atau berbaur menjadi
gelembung yang lebih kecil sehingga menambah ukuran dan jumlahnya.
Gelembung
yang masih tersisa dalam leburan kaya akan oksigen terutama gelembung yang telah ada
sebelumnya. Keseimbangan yang ditunjukkan pada persamaan 4-8 sangat tergantung
pada temperatur. Menurunnya temperatur
Perubahan
ini membutuhkan
penyerapan
oksigen
dari leburan.
Pada umumnya,
sering
dibutuhkan
Sodium sulfat
contohnya juga melepaskan sejumlah volume gas selama peleburan kelompok dan juga
menghasilkan sodium untuk peleburan SLS, soda-lime-silicat (persamaan 4-9).
. n
(4-9)
Pemurnian sulfat sangat dipengaruhi oleh reaksi dengan gas pembakaran atau
sumber karbon lain. Reaksi antara SO 3 dan C atau CO menghasilkan SO 2 dan CO 2 yang
melepaskan banyak gas.
Halida merupakan agen pemurni paling bermanfaat karena
memiliki viskositas
lebur yang lebih lambat. Halida pada umumnya efektif dalam memurnikan leburan
dengan kandungan aluminium tinggi.
Homogenisasi Leburan
Leburan yang pertama kali terbentuk bersifat sangat heterogen. Heterogenitas ini
secara berangsur-angsur
jumlah
gelembung
selama
Pembuatan
homogen
biasanya
seringkali dapat dilihat dengan jelas. Cacat ini tidak dapat diterima dalam gelas
komersial.
Istilah
striae dan
cord digunakan
untuk
menggambarkan
variasi
komposisi gelas. Striae adalah daerah komposisi dua dimensi yang berbeda dari bulk
sedangkan cord adalah daerah yang sama tetapi satu dimensi. Daerah ini menyebabkan
tampilan yang berombak karena ragam indek yang patah. Pada gelas yang berwarna,
daerah yang tidak homogen dapat dideteksi dengan perbedaan intensitas warna.
Homogenitas yang buruk biasanya disebabkan oleh pencampuran material-material
awal yang tidak sempurna. Striae dan cord dapat dibentuk dengan reaksi yang
menggunakan pemutusan ikatan dengan penguapan komponen seperti alkali, borous atau
timah.
Penurunan
mengurangi
mekanik,
skala
pembuatan
arus
leburan
awal.
Pemutaran
atau
dengan
gelembung
gas
pemutar
dapat
meningkatkan homogenitas.
4.1.4
Gelas Metalik
Secara thermodinamika, material-material yang tidak berbentuk/amorfus (gelas)
adalah padat dan dalam bentuk yang tidak seimbang. pembuatan gelas membutuhkan
teknik agar bidang keseimbangan membeku. Campuran logam mula-mula menjadi gelas
dengan memadamkan leburan dengan cepat. Sekarang ini telah banyak dikembangkan
metode yang menggunakan laju pendinginan tinggi. Meskipun zat padat dapat dibentuk
dari cairan (leburan) atau gas (uap), istilah pemadatan cepat secara normal diterapkan
pada pembentukan padatan dari leburan. Namun, harus diperhatikan bahwa gelas metalik
juga dapat dihasilkan dari metode PVD (physical vapor deposition).
Gelas metalik yang sebagian besar adalah campuran memiliki sifat unik.
Gelas
ini menunjukkan kuat arus yang tinggi dan ketahanan terhadap tekanan yang mendekati
batas teoritis. Gelas ini dapat dikombinasikan dengan gelas lain melalui pembengkokan,
pemotongan dan tempaan. Penyebaran elektron dalam struktur dapat meningkatkan daya
hambat elektrik yang dua atau tiga kali lebih tinggi dari pada daya hambat komposo
bentuk kristal yang sama. Selain itu, gelas metalik dengan dasar ferromagnetik
menunjukkan sifat farromagnetik yang lembut.
Seperti yang telah dibahas di atas , pembentuk gelas yang buruk (seperti logam)
membutuhkan laju pendinginan yang lebih cepat dari pada pembentuk gelas yang baik.
Laju pendinginan yang sangat tinggi selama pamadatan leburan yang cepat dapat dicapai
dengan meratakan lapisan tipis, filamen atau droplet leburan menggunakan kotakn heat
sink yang efisien.
Metode droplet. Metode ini merupakan teknologi long-established dalam
pembuatan bijih timah dengan membubuhkan timah yang sudah dilebur ke wadah baja
yang telah dipanaskan sebelumnya. Prinsipnya adalah bahwa tetesan yang tertunda atau
tetesan yang jatuh dengan lambat akan menjadi droplet karena adanya tekanan
permukaan. Terdapat beberapa metode dalam proses ini. Metode standar adalah spray
atomization dimana gas dengan viskositas tinggi dipancarkan dengan cepat pada droplet.
Droplet kemudian dapat membeku dan membentuk bubuk. Contohnya, dalam metode
splat quenching, laju pendinginan dapat sebesar 104 K.s-1 . Material-material ini harus
digabungkan untuk aplikasi teknis.
Pencampuran ion. Ini merupakan metode yang sangat berbeda. Film multilapisan
pertama kali disiapkan dengan menyimpan logam A dan B dalam substrat (gambar 4-14).
Film yang sudah disimpan kemudian diberi sorotan sinar
mendapatkan campuran yang sama antara lapisan A dan lapisan B yang dihasilkan dalam
pembentukan campuran Ax By . Laju pendinginan yang efektif adalah sebesar 10 14 K.s-1 .
Substrat yang mendukung seperti silica atau NaCl, atau mungkin logam A dapat
dijadikan senyawa lembam untuk membentuk campuran permukaan.
pendinginan yang kurang dari 10 2 K.s-1 . Hal ini menyebabkan gelas terbentuk pada
ketebalan beberapa sentimeter jika menggunakan metode metalurgi. Campuran ini dapat
disebut gelas metalik curah. Berikut ini adalah tiga aturan empiris untuk mendapatkan
kemampuan pembentuk gelas yang tinggi dalam campuran metalik:
Harus ada perbedaan yang signifikan dalam rasio ukuran atom (di atas 12%) diantara
elemen-elemen pembentuknya.
sangat
dingin
yang
mendorong
munculnya
Manfaat
energetik pembentukan struktur periodik menjadi lebih kecil karena sistem menjadi lebih
kompleks.
tentang pegontrolan
ukuran dan bentuk krital akan dibahas pada sub bab selanjutnya. Pada umumnya, larutan
air silver nitrat (AgNO3 ) dan alkalli halida ditambahkan pada larutan air gelatin (sekitar
2-5wt%) dengan pemutaran cepat pada temperatur
mencegah pembekuan mikrokristal. Garam alkali yang dapat larut dihasilkan selama
pengendapan dan alkali halida kemudian harus dibuang sebelum emulsi dapat diproses.
Pengendapan merupakan fenomena yang agak kompkeks karena melibatkan
proses-proses berikut:
nukleasi
pertumbuhan kristal
pematangan ostwald
rekristalisasi
koagulasi/pembekuan
aglomerasi/penggumpalan
Tiap tahap ini harus dikontrol agar menciptakan partikel monodispersi dengan
morfologi yang dapat diproduksi ulang. Selain komposisi kimia, ukuran, distribusi
ukuran dan sifat partikel kristal mempengaruhi sifat dan kerja material-material yang
diinginkan. Ukuran partikel yang sama membantu dalam pembuatan dispersi yang stabil,
bubuk keramik yang seragam, pigment dengan warna atau katalis yang dapat diproduksi
ulang.
Dalam proses pengendapan teknis, air merupakan pelarut yang paling banyak
digunakan. Hal berikut ini dapat diterapkan untuk pelarut lain. Pelarut yang sangat
khusus adalah garam lebur. Contohnya, perovskit BaTiO 3 dihasilkan dari Ba(NO 3 ) dan
sebagian dari hidrolisis TiCl4 dalam campuran lebur NaNO3 dan KNO 3 pada temperatur
reaksi ion langsung (misal penambahan ion bromida pada larutan yang mengandung
ion silver untuk menghasilkan AgBr);
Reaksi redoks (misal reduksi HAuCl4 dengan formaldehida untuk membuat emas
koloidal);
Pengendapan dengan pelarut yang buruk (misal ekspansi air pada larutan ethanolik
sulfur untuk mengendapkan sulfur);
Deekomposis senyawa (misal addisi asam pada larutan thiosulfat cair untuk
memdapatkan sulfur elemental); dan
Ketika c0 dicapai, nukleasi terjadi. Konsetrasi solut terus meningkat hingga hingga
mencapai konsentrasi nukleasi maksimal. Kemudian konsentrasi nukleasi menurun
karena konsumsi larutan oleh nukleasi dan pengendapan partikel. Besarnya c s dan cN
mempengaruhi penguapan. Pada konsentrasi kritis nukleasi terjadi dengan sangat
cepat.
Ketika (sekali)
tidak
akan
terbentuk.
Pertumbuhan
konsentrasi
partikel ukuran tertentu dari larutan sehingga tidak terjadi nukleasi sekunder. Besarnya
pertumbuhan partikel dapat dikontrol dengan difusi spesies yang dapat larut pada partikel
atau reaksi kondensasi antara partikel dan spesies dapat larut.
Pengumpulan spesies pembentuk partikel dilakukan dengan melarutkan partikelpartikel kecil. Seperti yang dibahas pada sub bab 2.1.4, partikel yang lebih kecil akan
lebih
cepat
kelengkungan. Dengan demikian, partikel yang lebih besar akan lebih lama tumbuh
daripada partikel kecil. Namun, partikel yang lebih besar lebih stabil.
Partikel yang terbentuk melalui mekanisme ini adalah kristal meskipun partikel
amorfus dan partikel porous juga sering diperoleh. Pertumbuhan kristal dapat terjadi jika
pengikatan spesies molekuler cukup lemah untuk memecah susunan kristal. Partikel
amorfus diperoleh jika spesies molekuler menempel pada partikel dan tidak dapat
diarahkan.
ukuran
besar.
Mikrograf
elektronik
untuk
material-material
tersebut
menunjukkan bahwa partikel terdiri atas sejumlah partikel penyusun yang lebih kecil.
Model pembekuan nukleasi digunakan dalam proses tersebut. Model ini menunjukkan
bahwa partikel primer yang kecil cenderung tidak stabil karena ukurannya yang kecil.
-H+
(4-10)
Ada
beberapa
kemungkinan
untuk
mengubah
persamaan
4-10
sehingga
menghasilkan oksida dari garam logam hidrat. Contohnya, senyawa seperti formamida
dapat digunakan untuk meningkatkan pH secara berkala untuk membuang proton dari
keseimbangan. Tahap ini menyebabkan muatan berpindah dari kiri ke kanan. Akibatnya,
larutan dapat diberi perlakuan dengan temperatur
yang dikurangi.
Temperatur
yang
lebih tinggi menyebabkan lepasnya proton dari ion-ion logam hidrat. Mekanisme
polikondensasi pada senyawa hidrokso yang biasanya menyebabkan pengendapan logam
oksida akan dibahas pada sub bab 4.5.
Metode hidrolisis sangat peka terhadap berbagai faktor seperti konsentrasi garam,
pH, sifat material dan temperatur. Pada sebagian besar kasus, padatan terbentuk melalui
interaksi berbagai larutan kompleks. Komposisi dan konsentarsi spesies pembentuk
partikel ini sangat beragam dari sistem ke sistem tergantung pada kondisi eksperimennya.
Perubahan kondisi eksperimen mempengaruhi keseimbangan monomerik dan oligomerik
kompleks dengan derajat hidroksilasi.
Pengendapan ion oksida/hidroksida dengan menyimpan lama larutan asam garam
Fe(III) merupakan contoh yang telah diteliti. Sesuai dengan kondisi reaksinya, komposisi
garam dapat menjadi FeOOH atau Fe2 O3 dan garam ini mampu memproduksi sistem
yang terdiri atas partikel berbentuk kubus, elip, piramida, seperti roda atau lengkung.
Warna juga bermacam-macam dari kuning hingga merah, dan dari coklat hingga hitam
tergantung pada ukuran dan bentuk partikelnya.
Anion yang masuk sangat penting untuk menentukan sifat dan morfologi
endapan. Alasannya adalah bahwa ion seperti fosfat atau sulfat dapat mendorong
polikondensasi
dengan
membentuk
polinuklear
kompleks.
Contohnya,
kromium
hidroksida tumbuh sebagai partikel lengkung amorfus ketika kromium sulfat atau larutan
fosfat disimpan lama tetapi tidak ada pertumbuhan partikel dari larutan kromium klorida,
nitrat atau larutan asetat. Akibatnya, perlu untuk membuang sejumlah spesies dalam
larutan untuk mengontrol reaksi secara kinetis dan kemudian mencapai hasil yang dapat
diproduksi ulang.
Metode
lain
yang
umum diterapkan
dalam pembuatan
monosfer adalah
dekomposisi kompleks thermal yang dibentuk oleh ion logam dengan agen chelating
seperti trithanolamin, ethilenediamine tetraacetat acid (EDTA), asam nitrilotriasetik, dll.
Ketika logam kompleks dilarutkan dalam larutan basa kuat, ikatan chelating putus dan
ion-ion logam yang terbebas bereaksi dengan air. Karena agen chelating menghasilkan
konstanta stabilitas logam yang berbeda, besarnya reaksi dapat dikendalikan dengan
pilihan cairan chelating. Pendekatan ini memberikan kesempatan untuk bertahan pada
banyak kondisi dari pada metode forced hydrolysis termasuk menambah agen oksidasi
atau reduksi. Selain digunakan pada berbagai oksida dengan komponen tunggal, metode
ini dapat digunakan untuk membuat campuran (kristal logam oksida yang dilapisi dengan
oksida lain) dan juga material-material non-oksida. Contohnya, partikel CdS dapat
ditumbuhkan dengan mengencerkan larutan thioasetamida (sumber ion sulfida) dalam
larutan Cd(NO 3 )2 .
Kelemahan metode ini adalah bahwa metode ini membutuhkan pengenceran
larutan yang dihasilkan dari sejumlah kecil produk sedangkan larutan ini hanya diperoleh
dalam waktu tertentu. Metode untuk sintesis dalam jumlah besar dalam dispersi adalah
dengan proses CDJP (controlled double jet precipitation). Teknik ini dikembangkan
untuk industri forografis dalam pembuatan kristal silver halida. Akan tetapi teknik ini
sekarang digunakan untuk memproduksi berbagai garam yang mudah larut. Metode ini
berdasarkan pada pemasukan simultan larutan reaktan melalui input yang terpisah
menjadi reaktor di bawah kondisi tertentu (gambar 4-18).
penguapan yang sangat tinggi dicapai biasanya mencapai 10 5 sampai 108 kali daya larut.
Pada zona ini, sejumlah nukleus yang tidak stabil terbentuk selama penambahan reaktan.
Nukleus yang tidak stabil dialihkan dalam zona pencampuran sekunder. Dalam zona ini
nukleus kembali dilarutkan jika penguapan rendah. Pada tahap awal, penguapan pada
zona pencampuran sekunder
Penguapan ini terjadi karena meningkatnya jumlah nukleus yang stabil. Bila sejumlah
nukleus stabil terbentuk dalam tahap curah, nukleus ini menjadi mampu menyerap semua
spesies yang dihasilkan dari pelarutan nukleus tidak stabil. Pada saat tersebut, sejumlah
kristal yang sedang tumbuh tidak lagi bertambah dan nukleus tidak stabil yang dihasilkan
dari zona pemutaran primer berfungsi sebagai sumber monomer dalam pertumbuhan
kristal. Dengan demikian, setelah tahap awal ini pertumbuhan kristal stabil hanya terjadi
dalam zona pencampuran sekunder.
Dengan kata lain, partikel monodisperse juga dapat terbentuk melalui nukleasi
agregasi. Pertama, partikel primer mulai terbentuk karena pertumbuhan nukleus yang
tidak stabil. Bila sejumlah partikel telah terbentuk mereka mulai berkumpul untuk
membentuk gugusan yang merupakan nukleus partikel sekunder. Selama CDJP, partikel
sekunder bergabung dan membentuk partikel primer baru dan kemudian tumbuh hingga
mencapai ukuran tertentu.
Bentuk kristal silver halida untuk emulsi fotografis (gambar 4-15) dikendalikan
dengan menetapkan konsentrasi Ag+ (seperti pAg) dan konsentrasi bromida pada jumlah
konstan. Proses ini disebut metode pAg-controlled double-jet. AgBr membentuk kristal
kubus hanya ketika mengendap pada pAg dengan nilai < 7,5. Untuk pAg > 8,5, bijih
kristal menjadi oktahidral. Alasannya adalah perbedaan kemampuan serap bromida
terhadap kristal kubus dan kristal oktadihral. Pada pAg < 7,5 bromida yang diserap lebih
banyak sehingga pertumbuhan kristal terhambat. Oktahiral kemudian tumbuh dan hilang
lebih cepat sehingga hanya menyisakan kristal kubus. Sebaliknya, pada pAg >8,5 kristal
sangat dihambat oleh ion-ion bromida. Kristal tabular diperoleh dengan mengontrol pAg
dan jumlah masukan reaktor.
tampaknya mejadi sesuatu yang saling berlawanan pada awalnya. Namun, proses
biomineralisasi dan kimia material-material anorganik semakin lama semakin menarik
perhatian dan berbagai penelitianpun dilakukan untuk memeriksa hubungannya. Dua
kelas material yang berbeda akan dibahas pada sub bab ini. Dengan kata lain, materialmaterial alami padat yang dihasilkan dari mahluk hidup seperti tulang, gigi, tulang
belakang, kulit telah menunjukkan ragam morfologi yang sangat menarik karena
memiliki keindahan dan kerumitan dalam material, struktur dan fungsinya. Dengan kata
lain, zat-zat yang akan dibahas pada sub bab 4.3.2 disiapkan dengan pendekatan
biometrik atau zat-zat ini akan digunakan dalam prostes atau peralatan medis yang
dirancang untuk kontak dengan tubuh mahluk hidup. Sintesis biometik dari materialamaterial lembut seperti hidrigel responsif secara kimiawi tidak akan dijelaskan. Namun,
kita akan menekankan pada pendekatan biomimetik terhadap material-material berbasis
anorganik, nonofase dan komposit. Sebagian besar aspek penting dari sudut pandang
biologis tidak dapat kami rangkum dalam buku ini, contohnya aktivitas sel yang
mengendalikan semua proses, hormone dan molekul lain yang terlibat dalam komunikasi
antara organisme dan sel-sel yang bermineral.
Pertama dari semua, tabung uji (test tube) kalsium karbonat merupakan campuran
kristal semua jenis bentuk dan morfologi, karena alam mengerahkan kontrol luar biasa
terhadap ukuran kristal, bentuk dan orientasinya, maupun sifat material yang dihasilkan
seperti kekutan yang tinggi, resistensi patah, dan nilai seni (estetika). Kedua, kristal
abiogenik
terbentuk
sesuai
dengan
kondisi
termodinamik/kinetik
selama
sintesis.
gading, duri anak berandal laut (urchin), kristal magnetik dsb. Mineral tersebut terbentuk
dalam skala besar
komponen penting sedimen laut maupun batuan sedimen. Fungsi utama mineral biogenik
adalah memberikan kekuatan mekanik pada bagian yang keras dari tulang dan gigi.
Walaupun demikian biomineral tidak dapat dianggap sebagi sistem statis, tetapi
menunjukkan perilaku demineralisasi/regenerasi aktif yang membuatnya sebagai media
penyimpan,
Tidak
batu
urin.
Adanya
proses
pembentukan
kalsium
oksalat
menyebabkan
penghambatan asluran kencing atau disebut penyakit kencing batu (urinary stone).
Komponen umum biomeneral adalah karbonat, fosfat, halida, sulfat dan okasalat
logam-logam
alkali tanah, khususnya kalsium dan oksida silikon serta beberapa logam
Diatom Amorf
Diatom adalah alga berselsatu yang merupakan komponen penting fitoplankton.
Diatom memiliki eksoskeleton yang unik (kulit atau frustule) yang tersusun dari silika
amorf biogenik (Gambar 4.20). Bagian kehidupan yang ada di dalam. Jika diatom mati,
kulit silika mengumpul pada dasar laut. Deposit ini digunakan secara komersial sebagai
komponen produksi seperti semir sepatu dan barang kosmetik.
susunan morfologi secara mikroskopik sering teramati. Susunan mikroskopik ini bisa
muncul selama
nukleasi atau
proses
pertumbuhan.
Pertimbangan
energi yang
kovalen dan permukaan terhidrat yang tinggi. Permukaan ini memungkinkan untuk
berinteraksi dengan substrat organik dalam lingkingan biologis dengan cara yang analog
pada interaksi kristal, dengan demikian menurunkan energi bebas pembentukan agregat
dan mengendalikan morfologi agregat pada skala mikroskopis (Gambar 4.21)
belum dikenal. Badan Golgi sel mungkin bertindak sebagai reservoir asam silika
bertopeng.
tulang
secara
umum
dapat
dinyatakan
dengan
rumus
Struktur tulang sebagai material komposit dapat dipahami dalam term tingkat
organisasi yang berbeda yang ada dalam material:
o Tingkat
terendah
organisasi
menggambarkan
kristal,
framework
organik
mengelilingi
lapisan
kurang
rapat,
jaringan
berpori
(tulang
Material Kristalin
Dari sekian banyak logam transisi yang meperlihatkan kimia biokoordinasi,
hanya besi dan sebagian kecil mangan, yang mempunyai peranan penting dalam
biomineralisasi. Kimia bioanorganik solid-state unsur-unsur tersebut didominasi kimia
redoks sebagai sumber energi untuk aktivitas biologis, affinitas terhadap O, S dan ligan
OH, dan kemudahan hidrolisis dalam larutan air. Seperti biomineral yang mengandung
kalsium, oksida besi biologis digunakan untuk penguatan jaringan halus dan sebagai
depot penyimpanan (Fe3+, OH-, dan HPO 4 2-). Lebih jauh sifat magnetik fase bervalensi
campuran dimanfaatkan oleh bakteri dari berbagai jenis untuk navigasi dalam medan
geomagnetik ambien. Kebanyakan bakteri magnetotaktik mensintesis magnetit (Fe3 O4 )
intraseluler, spesies yang menghuni lingkungan kaya sulfida, mengendapkan mineral
isomorfis greigite (Fe3 S4 ). Ukuran dan morfologi kristal dikendalikan oleh membran
organik yang merupakan spesies tergantung. Dalam kedua sistem, kristal (magnetosome)
harus di ijajarkan dalam rantai untuk menyampaikan bakteri dengan suatu momen dipol
magnet dan harus mempunyai dimensi yang sebanding dengan domain magnetik tunggal
(
beberapa domain yang tidak bisa berfungsi secara efisien sebagai kompas biomagnetik.
Gambar 4.23 Bayangan TEM bakteri magnetospirillum (kiri). Cincin kristal magnetik
(magnetosome) kanan
Proses Mineralisasi
Biomineral ultrastruktur banyak dikenal dalam berbagai organisme, namun detail
interaksi molekuler
Prseipitasi mineral-mineral yang tercantum pada tabel 4.2 dari larutan air
ke arah prosedur laboraorium, tetapi
tertuju relatif
asembling kristal tersebut, sebagai biomaterial khusus, merupakan suatu tigas yang
kompleks. Prinsip fisika kimia yang mendasari, sama seperti yang telah dibahas dalam
bab 4.2
konsentrasi ion dari medium, tetapi juga pada sifat interfase (matriks mineral-organik dan
mineral- lingkungan) yang ada dalam sistem.
Proses mineralisasi berlangsung dalam sistem terbuka (sel dengan membran sel
selektif permeabel)
pertukaran permanen energi dan material dengan lingkungan. Dalam suasana ruang yang
tertentu
memungkinkan
membuat
batas
pengaturan
situs
proses
mineralisasi.
Kompartemen terlokalisasi yang dikelilingi membran lemak adalah yang sangat umum.
Pengaturan eksak
harus membolehkan
ion-ion terhadap kenaikan (gradien) konsentrasi. Dalam pompa ion-spesifik dan saluransaluran, komponen mesin diperlukan untuk biomineralisasi. Situs harus diaktifkan dalam
waktu spesifik dalam kehidupan organisme, ukuran dan bentuk dibatasi, dan sangat
diatur sesuai dengan kimia proses mineralisasi.
Proses
biomineralisasi
dapat
dibagi
menjadi
empat
tahap,
preorganisasi
supramolekular.
Seperti
dijelaskan
sebelumnya,
deposisi
terkontrol material anorganik biogenik dalam mahluk hidup adalah adanya kompartemen
reaksi yang terorganisasi secara supramolekular yang ada dalam zone mineralisasi adalah
terisolasi dari lingkungan sel. Kompartemen tersebut dapat berlokasi:
o Pada atau dalam dinding membran sel bakteri (episelular)
o Di luar sel, miaslnya ekstraselular yang dipermudah dengan tambahan network
polimer-protein seperti dalam matriks kallogen
Banyak kulit dan gigi disusun dalam framework yang bisa menjadi lemellar,
columnar atau reticular
o Intraselular melalui self-assembly cage protein tertutup atau vesicle lipida dalam
konstruksi
molekular
kompartemen
interaksi hidrophob-hidrophilik
yang
didasarkan
pada
penyeimbangan
molekul amphiphilik
dalam
lingkungan berair.
Nukleasi
pertama preorganisasi supramolekul adalah salah satu poin dalam proses biomineralisasi.
Konsep yang mendasari adalah arsitektur organik terpreorganisasi tersebut terdiri dari
permukaan terfungsikan yang bertindak sebagai blueprint (cetakan) untuk nukleasi
anorganik
situs terarah.
terutama
terkontrol
sepanjang
sumbu
spesifik.
Contohnya
adalaha
diikuti
(rintangan)
biologis
seperti
mekanisme
genitik
dipertimbangkan
untuk
spesies
teroksidasi atau tereduksi ke dalam sel ( yaitu Fe 3+ dilewatkan melalui dinding sel
bakteri setelah reduksi menjadi ion Fe2+).
kecil, tetapi berlangsung dengan konstruksi arsitekstur orde tinggi dengan mengelaborasi
sifat struktural. Contoh struktur ultra terorganisasi adalah kristal magnetik dalam bakteri
magnetotaktik (Gambar 4.23). Contoh lainnya adalah lapisan nacrous dari kulit dengan
asembli organik menyerupai lembaran. (Gambar 4.27). Detail rekognisi dan proses
organisasi yang terlibat dalam konstruksi aristektur biomineralisasi orde tinggi sekarang
belum diketahui.
Biomaterial Sintetik
Replikasi eksak arsitektur biologis dan proses pembentukan diinginkan untuk
pengembangan implan dan prostesis. Walaupun demikian, keterbatasan yang begitu jauh
adalah kemampuan pada kehidupan langsung sel dalam suatu cara untuk membentuk
suatu material dengan sengaja. Oleh karena itu harus didapatkan cara untuk mendesain
material sintetis yang dapat menggantikan material biologis.
yang baik pada jaringan alami atau tulang dan sebagai pembawa pengiriman obat. Skema
penggunaan klinis beberapa biomaterial ditunjukkan pada gambar 4.28.
Biomaterial untuk aplikasi medis harus dioptimasi sifat-sifat mekanik, kimis, dan
biologis. Dalam beberapa kasus material komposit dan termodifikasi permukaan sering
digunakan, karena fase tunggal tidak dapat memenuhi seluruh keperluan. Bentuk
biomaterial tergantung pada fungsi yang dimaksud dalam tubuh. Implan biasanya terbuat
dari bulk, material nonporus, tetapi struktur berlapis dan komposit bisa juga digunakan
untuk mencapai perbaikan sifat mekanik dan kimia interfasial. Implan yang hanya
berfungsi mengisi ruang atau augment pada jaringan tulang digunakan dalam bentuk
serbuk, partikulat, atau material berpori.
Jenis interaksi antara jaringan sel (tissue) dan biomaterial dpat dibedakan
menjadi:
o Material bioiner menunjukkan interaksi minimal jaringan yang bertetangga.
Material
ini
tidak
membebaskan
senyawa
pada
lingkungan
dan
tidak
membahayakan jaringan. Misalnya implan terbuat dari logam atau alumina nonporus terikat
ini
stabilitas
mekanik
implant
meningkat.
Misalnya
implant
Gambar 4.29 Urutan reaksi interfase yang diusulkan dalam pembentukan ikatan
antara jaringan dan glas bioaktif
Pengganti Tulang
Material yang dapat digunakan sebagai pengganti tulang adalah sangat penting.
Struktur hirarkhi yang rumit dari tulang tidak mudah ditiru oleh saintis material.
Pendekatan yang berbeda telah dilakukan untuk mengganti material tulang. Sampel
termodifikasi secara biologi seperti sterilisasi dan kalsinasi tulang dari binatang dapat
digunakan. Selain itu, koral dan alga dapat ditretmen secara kimia secara hidrotermal
menjadi kalsium karbonat hingga kalsium fosfat. (Pers. 4.11)
5 CaCO 3 + 3 (NH4 )2 HPO 4 + H2 O ----> Ca5 (PO 4 )3 OH + 3 3 (NH4 )2 CO 3 + 2 H2 CO3
(4.11)
Dengan menggunakan pendekatan ini, memungkinkan mempertahankan struktur porus
dalam material kalsium fosfat, yang penting dalam pembentukan tulang baru untuk
tumbuh dalam pori-pori.
(4.12)
Prostheses Persendian
Diskusi
prostheses
sendi
bertujuan
untuk
menunjukkan
perkembangan
biomaterial untuk aplikasi medis merupakan tugas kompleks dengan isu mekanik, kimia,
dan biologis berperanan besar.
Prosteses pangkal paha (sendi) tiruan pertama kali digunakan tahun 1938, tetapi
sekarang teknik-teknik standar telah digunakan dalam kedaokteran klinis, hampir
500.000 prostheses diimplankan setiap hari di seluruh dunia. Pembungkus pangkal sendi
diganti oleh dua bagian alat (Gambar 4.30), batang bagian bola, bola dan socket pangkal
sendi tiruan dimasukkan ke dalam tulang paha, dan socket tiruan diikatkan pada tulang
panggul.
Gamabr 4.30 Hip join tiruan. (A ) bagian bola dengan shank (B) bagian socket
dan ketidakstabilan interfase antara implant dan jaringan hostnya. Oleh karena itu,
penjangkaran atau ikatan kimia implan terhadap tulang merupakan keadaan kritis. Sejak
tahun 1960, telah dibuat banyak kemajuan dengan perkembangan semen tulang. Bahan
ini secara cepat melakukan self-curing polimetilmetakrilat (PMMA) yang menghasilkan
jangkar mekanik stabil untuk prosthesis metalik dalam bed tulang. Sifat mekanik PMMA
yang berhubungan dengan koneksi tulang dan implant sangat bagus. Karena proses
curing eksotermis, temperaturnya dapat mencapai 100o C, yang bisa membahayakan
jaringan tetangga. Selain itu, monomer toksik atau oligomer bisa dibebaskan ke dalam
tubuh. Oleh karena itu perlu dikembangkan suatu alternatif.
Sekarang, hanya setengah tulang pangkal paha tiruan disemenkan ke dalam
tulang, lainnya diimplankan secara akurat melalui fitting. Hal ini dilakukan dengan
melapisi implan dengan hidroksilapatit (HA), serbuk keramik (kalsium fosfat) atau
titanium untuk memperbaiki bioaktivitasnya (Gambar 4.31). Suatu secara biologis dapat
dicapai dengan pelapisan ligan yang mengandung peptida, yang mengikat secara selektif
sel-sel reseptor yang membentuk tulang (osteoblast).
Gambar 4.31 Skema hip joint tiruan dilapisi dengan lapisan berpori
Pemilihan material implan yang digunakan sangat krusial, karena waktu hidup
sendi pangkal tulang tiruan diharapkan sangat lama (10 20 tahun). Selama waktu ini
bahan tersebut harus melewati jutaan siklus gerakan. Akibatnya friksinya sangat tinggi
dan migrasi partikel-partikel kecil dapat terjadi dan menyebabkan cacat jaringan yang
bertetangga. Oleh karena itu kombinasi material lunak dan keras biasa digunakan. Untuk
bagian socket digunakan polietilen dengan berat molekul besar (Mr > 10 6 g/mol), dan
dimasukkan ke dalam kapsul titanium atau baja. Bagian bola menggunakan bahan
alumina atau baja. Titanium metalik banyak digunakan untuk membentuk tulang kering
(tangkai), yang menunjukkan sifat biokompatibilitas yang baik dan tahan korosi akibat
pembentukan lapisan titanium oksida (TiO 2 ) pada permukaan. Perkembangan optimasi
material terus berlanjut yang berusaha menggabungkan stabilitas mekanik tinggi, tahan
korosi dan bioaktivitas yang baik.
4.3.3
menjadi disiplin pengetahuan material yang penting. Material seperti tulang, gigi dan
komposit kompleks, dan organisasi kimia interfasial dioptimasi untuk penggunaan yang
bermanfaat.
Mimicking struktur menjadi tahap yang bermakna ke arah pembentukan apa yang
disebut
smart
material.
Untuk
saintis
material,
biomineralisasi
memberikan
kesempatan unik untuk mempelajari penyelesaian masalah utama dalam desain material.
Meskipun ada beberapa keberhasilan, belum ada sistem yang sudah dipikirkan mendekati
kontrol melekul dalam biomineralisasi alami.
Suatu
contoh
teknik
prosesing
berdasarkan
sangat menarik
elektroniknya, optik, magnetik dan sifat kimia serta mempunyai bagian atom permukaan
yang tinggi. Cage supramolekul organik dibentuk oleh lemak atau surfaktan yang
mengandung suatu lingkungan-mikro yang mengendalikan terjadinya presipitasi. Misel
atau
vesicle
terjadinya
tersebut
proses
dapat
dipikirkan
biomineralisasi.
mimic
Keduanya
merupakan
lingkungan reaksi dapat mempunyai variasi diameter ( 1 500 nm), dan gugus
fungsional permukaannya dapat dimodifikasi. Banyak nanomaterial lain dibuat dalam
cara ini. Karena setiap partikel dikelilingi oleh membran organik, interaksi partikelpartikel diabaikan, dan laju reaksi dikendalikan oleh diffusi /diffusion controlled,(
Gambar 4.32).
Contoh kedua
penggunaan
surfaktan
monolayer
atau
permukaan
yang
mempunyai
keunggulan
gugus fungsi dan pengemasannya dapat dimodifikasi dengan cara yang tepat
dinyatakan sebagai model permukaan membran biologis yang akan dibahas pada bab 7.
Potensial monolayer
yang terbentuk
mempercepat
kristalisasi diidentifikasi pertama kali, jika film amphiphilik asam amino kiral diperoleh
mengiduksi menjadi kristalisasi enansioselektif kristal organik (-glysin)
Mikrokristal terkuantisasi-ukuran dan ultratipis, film partikulat semikonduktor
sulfida
juga
disintesis
menggunakan
monolayer
surfaktan.
Monolayer
surfaktan
disebarkan pada permukaan larutan air prekursor garam logam. Gas hidrogen sulfida
masuk (infuse) melalui monolayer , interfase monolayer /air dan partikel nanokristalin
yang terpisahkan dengan baik
tumbuh.
membentul lapisan pertama, yaitu suatu lapis tipis semikonduktor sulfida berpori.
Spesies logam segar berdifusi ke area gugus kepala monolayer dan membentuk lapisan
kedua, yaitu film sulfida. Tahap tersebut secara berurutan diulangi untuk membangun
lapis demi lapis semikoduktor sulfida: film hingga suatu ketebalan datar, yang tergantung
pada komposisi kimia (CdS ~ 30 nm dan ZnS ~ 350 nm). Adanya monolayer surfaktan
adalah sangat mutlak untuk pembentukan film semikonduktor atau nanopartikel. Hal ini
dapat dilihat dalam suatu eksperimen, yaitu gas H2 S diinfuskan pada larutan air ion
logam tanpa surfaktan. Eksperimen ini menghasilkan pembentukan partikel metal-sulfida
yang besar, tidak teratur dan polidispers.
Gambar 4.33 Skema pertumbuhan nanopartikel film logam sulfida pada monolayer
Fungsionalitas dan pengemasan permukaan supramolekul dapat dimodifikasi
untuk memberikan komplementaritas antara kimia permukaan dan struktur film dan
muka kristal dari suatu inti. Contohnya adalah nukleasi dan pertumbuhan kristal pada
template. Barit (barium sulfat, BaSO 4 ) diendapkan dari larutansuperjenuh dalam adanya
monolayer n-eicosil sulfat, C 20 H23 OSO 3 --, suatu amphiphilik alifatis sulfat rantai panjang.
Kristalisasi barium sulfat dengan tidak adanya monolayer menghasilkan endapan tablet
bujursangkar. Pada kondisi monoleyer n-eicosil sulfat, kristal barium sulfat mengalami
nukleasi dengan bidang (100) paralel terhadap bidang monolayer (Gambar 4.34).
Penyusunan tiga atom oksigen gugus sulfat pada cermin interfase, suatu
penyusunan yang serupa anion sulfat pada sisi (muka) barium sulfat (100). Ikatan kation
Ba2+ dengan monolayer
bisa mensimulasi
dari monolayer. Jika suatu monolayer asam eicosanoat digunakan sebagai pengganti,
hanya rekognisi struktural minimal yang muncul untuk berlangsung, karena gugus akhir
karboksilat hanya bidentat, pertumbuhan BaSO 4 tidak teramati.