PENGENDALIAN SOSIAL
DAFTAR ISI
IDENTITAS
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
Kegiatan Belajar 1: PENGENDALIAN SOSIAL ............................................ 5
Petunjuk .......................................................................... 5
Uraian Materi .................................................................. 5
I. Pengertian Pengendalian Sosial ............................... 5
II. Cakupan Pengendalian Sosial .................................. 6
III. Sifat Pengendalian Sosial ......................................... 7
IV. Tujuan Pengendalian Sosial ..................................... 8
TUGAS KEGIATAN 1 ....................................................... 10
Kegiatan Belajar 2: TEKNIK-TEKNIK PENGENDALIAN SOSIAL ...............
Petunjuk ..........................................................................
Uraian Materi ..................................................................
I. Cara-cara Pengendalian Sosial .................................
II. Bentuk-bentuk Pengendalian Sosial .........................
TUGAS KEGIATAN 2 .......................................................
13
13
13
13
15
18
21
21
21
21
21
23
25
PENUTUP ........................................................................................................ 27
KUNCI KEGIATAN ........................................................................................... 29
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 31
PENDAHULUAN
Salam jumpa, mudah-mudahan Anda dalam keadaan sehat dan suasana hati yang
baik saat membaca modul ini, sehingga Anda dapat membaca modul ini dengan
cermat dan teliti.
Pernahkah Anda melihat polisi mengendalikan aksi unjuk rasa para buruh pabrik ?
Atau pernahkah Anda berusaha melerai teman Anda yang sedang berkelahi ? Itulah
yang dimaksud dengan pengendalian sosial ! Pengendalian sosial itulah yang akan
kita pelajari dalam modul ini.
Kemampuan Anda mengklasifikasi jenis-jenis pengendalian sosial, serta
mengungkapkan teknik-teknik pengendalian sosial, kemudian mampu mengatasi
konsekuensi penggunaan teknik-teknik pengendalian sosial dalam masyarakat,
merupakan tujuan pencapaian hasil belajar Anda setelah mempelajari modul ini.
Modul ini terbagi menjadi tiga kegiatan.
Kegiatan Belajar 1: Pengertian Pengendalian Sosial.
Kegiatan Belajar 2: Teknik-teknik Pengendalian Sosial.
Kegiatan Belajar 3: Konsekuensi Pengendalian Sosial.
Untuk mempelajari modul ini diperlukan waktu 6 jam pelajaran atau 6 kali 45 menit.
Pada akhir setiap kegiatan belajar disediakan soal-soal latihan atau tugas yang harus
Anda kerjakan. Di bagian belakang modul ini disediakan kunci jawaban. Pergunakan
kunci jawaban tersebut setelah Anda selesai mengerjakan latihan/tugas Anda.
Dengan demikian Anda dapat mengukur atau menilai kemajuan belajar Anda sendiri.
Pelajari modul ini kegiatan demi kegiatan, sehingga seluruh kegiatan belajar dapat
Anda kuasai dengan baik dan benar. Apabila Anda masih belum paham benar,
bacalah berulang-ulang dengan lebih cermat, diskusikanlah dengan teman dan guru
Anda, atau tanyalah kepada orang yang menguasai benar masalah itu, bisa pula
dengan banyak membaca koran, majalah, dsb.
Kegiatan Belajar 1
PENGENDALIAN SOSIAL
Setelah mempelajari kegiatan belajar 1 ini Anda diharapkan dapat:
1. menyimpulkan pengertian pengendalian sosial dari berbagai macam
pendapat;
2. mengemukakan empat cakupan pengendalian sosial;
3. membedakan sifat pengendalian sosial; dan
4. menyimpulkan tujuan pengendalian social.
KEGIATAN 1
11
12
Kegiatan Belajar 2
A. Cara Persuasif
Cara persuasif lebih menekankan pada usaha untuk mengajak atau
membimbing anggota masyarakat agar dapat bertindak sesuai dengan aturan
atau norma yang berlaku dimasyarakat. Terkesan halus dan menghimbau.
Aspek kognitif (pengetahuan) dan afektif (sikap) sangat ditekankan. Contoh:
1. Para tokoh masyarakat membina warganya dengan memberi nasehat
kepada warga yang bertikai agar selalu hidup rukun, menghargai sesama,
mentaati peraturan, menjaga etika pergaulan, dan sebagainya.
2. Seorang ibu dengan penuh kasih sayang menasehati anaknya yang
ketahuan mencuri. Ibu itu berusaha memberi pengertian pada anaknya
bahwa mencuri itu perbuatan yang tercela dosa dan sangat merugikan
orang lain. Mencuri itu akan berakibat buruk pada kehidupannya kelak. Ia
akan menjadi orang terkucil dan tersingkir dari masyarakat.
3. Seorang guru membimbing dan membina muridnya yang ketahuan
merokok di sekolah. Guru tersebut dengan penuh kewibawaan dan
kesabaran menanamkan pengertian bahwa merokok itu merusak
kesehatan dan juga merugikan orang lain, selain itu juga merupakan
pemborosan.
13
B. Cara Koersif
Cara koersif lebih menekankan pada tindakan atau ancaman yang
menggunakan kekerasan fisik. Tujuan tindakan ini agar si pelaku jera dan
tidak melakukan perbuatan buruknya lagi. Jadi terkesan kasar dan keras.
Cara ini hendaknya merupakan upaya terakhir sesudah melakukan cara
persuasif, contoh:
1. Agar para perampas sepeda motor jera akan perbuatannya, maka ketika
tertangkap masyarakat langsung mengeroyoknya. Tindakan tersebut
sebenarnya dilarang secara hukum, karena telah main hakim sendiri.
Namun cara tersebut dilakukan masyarakat dengan maksud agar para
perampas sepeda motor lainnya takut untuk berbuat serupa.
2. Peraturan hukum dari negara tertentu yang memberlakukan hukuman
cambuk, rajam, bahkan hukuman mati bagi pelaku kejahatan, agar para
pelaku kejahatan atau orang yang akan berniat jahat jera dan takut
melakukan tindak kejahatan.
Bagaimana, apakah Anda sudah paham? Bagus! Kami harap Anda sudah
paham dan mengerti betul dua cara pengendalian sosial tersebut. Supaya
tertanam kuat pada benak Anda tentang kedua cara pengendalian sosial
yang telah kita pelajari tadi, perhatikan dan amati gambar berikut. Gambar
manakah cara persuasif dan mana yang cara koersif ?
14
2. Teguran
Merupakan peringatan yang ditujukan pada pelaku pelanggaran. Bisa dalam
wujud lisan maupun tulisan. Tujuan teguran adalah membuat si pelaku
sesegera mungkin menyadari kesalahannya. Misalnya, seorang guru menegur
muridnya yang sering ngobrol pada waktu belajar di kelas. Adakalanya juga
memberikan surat pemanggilan orang tuanya untuk ke sekolah.
3. Hukuman (Punishment)
Adalah sanksi negatif yang diberikan kepada pelaku pelanggaran tertulis
maupun tidak tertulis. Pada lembaga formal diberikan oleh Pengadilan, pada
lembaga non formal oleh Lembaga Adat.
4. Pendidikan
Pengendalian sosial yang telah melembaga baik di lingkungan keluarga
maupun lingkungan masyarakat. Pendidikan membimbing seseorang agar
menjadi manusia yang bertanggung jawab dan berguna bagi agama, nusa
dan bangsanya. Seseorang yang berhasil di dunia pendidikan akan merasa
kurang enak dan takut apabila melakukan perbuatan yang tidak pantas atau
menyimpang bahkan melanggar peraturan. Contoh: setelah Tono terpilih
menjadi pelajar teladan ia sangat menjaga perilakunya dengan baik, untuk
tidak melanggar tata tertib, bertutur kata baik, mengerjakan tugas dan
kewajibannya sebagai pelajar dengan penuh tanggung jawab.
5. Agama
Merupakan pedoman hidup untuk meraih kebahagiaan di dunia dan di akhirat.
Sebagai pemeluk agama seseorang harus menjalankan kewajiban dan
menjauhi larangan. Contoh: jika seseorang meyakini dan patuh pada
agamanya, maka dengan sendirinya perilakunya terkendali jauh dari perilaku
menyimpang atau melanggar peraturan. Misalnya, tidak akan memfitnah,
korupsi, berjudi, mencuri, dsb.
6. Kekerasan Fisik
Kekerasan fisik akan dijalankan sebagai alternatif terakhir dari pengendalian
sosial, apabila alternatif lain sudah tidak dapat dilakukan. Namun banyak
kejadian, perlakuan ini terjadi tanpa melakukan bentuk pengendalian sosial
lain terlebih dahulu.
Contoh:
Pencuri dihajar massa dan tidak diserahkan pada polisi.
Rumah dukun santet dibakar.
Petugas keamanan menembak perusuh tanpa tembakan peringatan
terlebih dahulu.
16
Apakah gambar tersebut termasuk dalam salah satu cara pengendalian sosial
yang Anda telah pelajari? Kalau termasuk, cara yang mana? Termasuk dalam
bentuk pengendalian sosial apa? Berikan alasan Anda!
Bagus! Anda telah berpikir serius.
Kalau sudah Anda ketahui jawabannya, mari kita coba cocokkan jawaban
Anda! Ada dua jawaban yang benar, yaitu:
Demonstrasi termasuk dalam cara pengendalian sosial persuasif!
Alasannya: aksi demonstrasi merupakan cara yang lebih menekankan,
mengajak atau menghimbau tanpa tindak kekerasan atau
kasar.
Demonstrasi termasuk jenis pengendalian sosial teguran!
Alasannya: merupakan peringatan yang ditujukan ke Pemerintah/pejabat
yang dianggap melakukan pelanggaran dalam wujud tulisantulisan atau spanduk.
Sudahkah cocok jawaban Anda? Kalau belum, coba Anda berpikir lebih
mendalam lagi. Carilah pula contoh-contoh lain tentang cara pengendalian
sosial beserta bentuk pengendaliannya di masyarakat sekitar Anda!
Diskusikan dengan teman dan guru pamong atau guru bina Anda!
Selamat ! Materi kegiatan belajar 2 telah selesai. Untuk memperdalam peguasaan
materi Anda, coba kerjakan tugas kegiatan 2. Jawaban dapat Anda cocokkan di
belakang modul. Bila masih banyak yang salah, berarti Anda belum menguasai
benar. Belajarlah sekali lagi!
17
KEGIATAN 2
19
20
Kegiatan Belajar 3
KONSEKUENSI PENGENDALIAN
SOSIAL
Setelah mempelajari kegiatan belajar 3 ini Anda diharapkan dapat:
1. menguraikan fungsi pengendalian sosial;
2. menjelaskan peranan pranata sosial atau lembaga sosial dalam
pengendalian sosial;
3. menguraikan konsekuensi penggunaan teknik-teknik pengendalian
sosial; dan
4. menyimpulkan konsekuensi penggunaan cara pengendalian sosial.
II. Peranan Pranata Sosial atau Lembaga Sosial Dalam Pengendalian Sosial
Peranan lembaga sosial atau pranata sosial dalam pengendalian sosial yang
terjadi di masyarakat adalah sangat besar dan dibutuhkan, khususnya terhadap
perilaku yang menyimpang demi keseimbangan sosial.
21
Terlebih dahulu marilah kita perjelas pengertian lembaga sosial atau pranata
sosial. Lembaga sosial merupakan wadah/tempat dari aturan-aturan khusus,
wujudnya berupa organisasi atau asosiasi. Contohnya KUA, mesjid, sekolah,
partai, CV, dan sebagainya. Sedangkan pranata sosial adalah suatu sistem tata
kelakuan yang mengatur perilaku dan hubungan antara anggota masyarakat
agar hidup aman, tenteram dan harmonis. Dengan bahasa sehari-hari kita sebut
aturan main/cara main. Jadi peranan pranata sosial sebagai pedoman kita
berperilaku supaya terjadi keseimbangan sosial. Pranata sosial merupakan
kesepakatan tidak tertulis namun diakui sebagai aturan tata perilaku dan sopan
santun pergaulan. Contoh: kalau makan tidak berbunyi, di Indonesia pengguna
jalan ada di kiri badan jalan, tidak boleh melanggar hak orang lain, dan
sebagainya.
Jadi lembaga sosial bersifat konkret, sedangkan pranata sosial bersifat abstrak,
namun keduanya saling berkaitan.
Pranata sosial atau lembaga sosial apa yang terdapat dalam masyarakat yang
dipakai sebagai pengendalian sosial?
Pengendalian sosial itu dapat dilakukan oleh:
1. Polisi
Polisi sebagai aparat negara, bertugas memelihara keamanan dan ketertiban,
mencegah dan mengatasi perilaku menyimpang. Peran Polisi bukan hanya
menangkap, menyidik, dan menyerahkan pelaku pelanggaran ke instansi lain
seperti Kejaksaan, tetapi juga membina dan mengadakan penyuluhan
terhadap orang yang berperilaku menyimpang dari hukum.
2. Pengadilan
Pengadilan merupakan alat pengendalian sosial untuk menentukan hukuman
bagi orang yang melanggar peraturan. Tujuannya agar orang tersebut jera
dan sadar atas kesalahan yang diperbuatnya, serta agar orang lain tidak
meniru berbuat hal yang melanggar hukum atau merugikan orang lain. Sanksi
yang tegas akan diberikan bagi mereka yang melanggar hukum, berupa
denda, kurungan atau penjara. Ringan beratnya hukuman tergantung
kesalahan pelaku menurut hukum yang berlaku.
3. Adat
Adat merupakan lembaga atau pranata sosial yang terdapat pada masyarakat
tradisional. Dalam hukum adat terdapat aturan untuk mengatur tata tertib
tingkah laku anggota masyarakatnya. Adat yang sudah melembaga disebut
tradisi. Pelanggaran terhadap hukum adat dan tradisi akan dikucilkan atau
diusir dari lingkungan masyarakatnya tergantung tingkat kesalahannya berat
atau ringan.
22
4. Tokoh Masyarakat
Adalah orang yang memiliki pengaruh atau wibawa (kharisma) sehingga ia
dihormati dan disegani masyarakat. Tokoh masyarakat diharapkan menjadi
teladan, pembimbing, penasehat dan petunjuk.
Ada dua macam tokoh masyarakat:
a. tokoh masyarakat formal, misalnya Presiden, Ketua DPR/MPR, Dirjen,
Bupati, Lurah, dsb;
b. tokoh masyarakat informal, misalnya pimpinan agama, ketua adat,
pimpinan masyarakat.
Nah, kini Anda telah mempelajari tentang peranan pranata sosial di dalam
masyarakat. Apakah Anda sudah paham? Bagus. Andaikan belum, coba sekali
lagi ulangi mempelajarinya. Bila sudah paham, jawab pertanyaan berikut:
adakah peran pranata sosial dalam pengendalian sosial di lingkunganmu?
Tulislah jawabanmu dalam kertas tersendiri. Lalu, peran lembaga/pranata
sosial apa saja yang ada di lingkunganmu, berikan contoh-contohnya.
Jawaban Anda dapat didiskusikan dengan teman atau guru bina Anda agar
Anda dapat mengetahui apakah jawaban Anda sudah benar.
Mari kita lanjutkan belajar Anda dengan bahasan berikut.
Hukuman adalah sanksi yang negatif. Sedangkan sanksi positif disebut Rewards, yang berupa pujian, hadiah, bagi orang yang mematuhi aturan
sehingga dapat dijadikan teladan. Tujuan hukuman ialah agar si pelaku
menjadi jera atas perbuatannya dan menjadi baik lagi seperti keadaan
sebelum ia menjadi jahat.
2. Pendidikan
Pendidikan formal maupun pendidikan informal. Pendidikan formal adalah
pendidikan melalui sekolah sedangkan pendidikan non formal melalui
pergaulan di masyarakat. Pendidikan sekolah akan mampu membentuk
perilaku manusia untuk disiplin, mematuhi tata tertib, membina hubungan
baik dengan sesama. Melalui pergaulan masyarakat sangat berpengaruh
bagi perkembangan pribadi seseorang. Pemahaman diri, pemahaman
masyarakat dan pemahaman nilai-nilai hidup akan membantu terciptanya
masyarakat yang terkendali. Pelaku pelanggaran akan berkurang kalau
masyarakat cukup berpendidikan.
3. Agama
Agama adalah bentuk hubungan pribadi antara manusia dengan Allah. Orang
yang beragama akan mencoba agar semua pikiran, ucapan dan tindakannya
sesuai dengan hukum Allah. Tidak ada agama yang mengajarkan kejahatan.
Tidak saling mengganggu, tidak saling menjelekkan, tidak saling memfitnah,
tetapi saling menghargai pihak lain, menghargai bahwa ada perbedaan (hak
untuk berbeda) adalah sikap seorang pemeluk agama dalam pengendalian
sosialnya. Oleh karena itu kalau terjadi pelanggaran terhadap nilai-nilai dan
norma-norma agama seseorang akan sangat merasa berdosa dan mendapat
sanksi berat dari kelompok agamanya.
4. Kedisiplinan Individu
Masyarakat terdiri dari individu-individu. Karena itu bila semua individu
mengusahakan kebenaran, kejujuran dan kedisiplinan, maka seluruh
masyarakat akan menjadi tertib. Orang akan menjadi sedih, menyesal, karena
merasa bersalah, berdosa, merupakan hasil mawas diri atas introspeksi.
Orang yang menyesal akan berusaha memperbaiki kesalahannya, diminta
atau tidak diminta. Oleh karena itu dengan mendisiplinkan diri sendiri niscaya
pelanggaran tidak pernah terjadi.
Nah, bagaimana, apakah Anda sudah paham? Semoga Anda sudah mengerti
betul uraian konsekuensi menggunakan teknik-teknik pengendalian sosial.
Dengan demikian Anda telah menyelesaikan kegiatan belajar 3 ini.
Cobalah baca sekali lagi uraian materinya, kemudian buatlah rangkuman pada
kertas tersendiri sebelum Anda mengerjakan Tugas Kegiatan 3.
24
KEGIATAN 3
25
C
A
R
A
P
E
R
S
AKIBAT
PENYIMPANGAN SOSIAL
(PELANGGAR ATURAN)
PENGENDALIAN SOSIAL
(PENGENDALI ATURAN)
P
O
S
I
T
I
F
N
E
G
A
T
I
F
1. merasa kesalahannya
relatif ringan
2. mudah berbuat salah lagi
(b).
P
O
S
I
T
I
F
(c).
1. menegakkan norma
(d). .....
.....
3. merasa dihormati,
disegani, berwibawa
N
E
G
A
T
I
F
1. perlu alat/sarana
2. dibenci
U
A
S
I
F
K
O
E
R
S
I
F
26
PENUTUP
Nah . Anda telah menyelesaikan kegiatan belajar 1, 2 dan 3 ini dengan baik.
Berarti Anda telah menyelesaikan modul ini. Selamat untuk Anda ! Kami harap Anda
telah paham benar bahasan Pengendalian Sosial ini. Kalau Anda merasa belum
paham benar, ulangi lagi membacanya dengan lebih cermat dan penuh konsentrasi.
Atau Anda bisa membaca rangkuman di bawah ini, sehingga menjadi benar-benar
paham dan lebih mengerti.
RANGKUMAN
1. Berger (1978) mendefinisikan pengendalian sosial sebagai cara yang digunakan
masyarakat untuk menertibkan anggotanya yang membangkang.
2. Roucek (1965) mengemukakan bahwa pengendalian sosial adalah suatu istilah
kolektif yang mengacu pada proses terencana dimana individu dianjurkan, dibujuk,
ataupun dipaksa untuk menyesuaikan diri pada kebiasaan dan nilai hidup
kelompok.
3. Secara umum dapat disimpulkan bahwa upaya untuk mewujudkan kondisi
seimbang didalam masyarakat disebut Pengendalian Sosial (Social Control).
4. Empat cakupan pengendalian sosial: pengawasan antar individu, pengawasan
individu dengan kelompok, pengawasan kelompok dengan individu, pengawasan
antar kelompok.
5. Sifat pengendalian sosial ada dua macam:
Preventif, yaitu pengendalian sosial dilakukan sebelum terjadinya
pelanggaran.
Represif, yaitu pengendalian sosial yang ditujukan untuk memulihkan keadaan
seperti sebelum pelanggaran terjadi.
6. Tujuan pengendalian sosial: terciptanya suatu keadaan yang serasi antara
stabilitas dan perubahan dalam masyarakat.
7. Cara/teknik pengendalian sosial terdiri dari:
Cara persuasif,
yaitu cara yang menekankan usaha mengajak atau membimbing anggota
masyarakat agar dapat bertindak sesuai dengan aturan atau norma yang
berlaku di masyarakat.
Cara represif,
yaitu pengendalian sosial dengan menekankan pada tindakan atau ancaman
yang menggunakan kekuatan fisik atau kekerasan.
Cara sosialisasi,
yaitu penciptaan kebiasaan dan penanaman norma-norma, nilai-nilai
masyarakat kepada individu.
Cara tekanan sosial,
yaitu individu dalam kelompok masyarakat akan melaksanakan keinginan
kelompoknya pada norma-norma yang diterapkannya.
27
28
TUGAS
KEGIATAN 1
A. 1. C
2. A
3. E
4. C
5. A
6. D
B. 1. Pengendalian sosial
Usaha untuk menciptakan kondisi seimbang dalam masyarakat.
2. Perbandingan definisi pengendalian sosial menurut Berger dan Roucek:
Berger mendefinisikan pengendalian sosial sebagai cara yang digunakan
masyarakat untuk menertibkan anggotanya yang membangkang.
Sedangkan menurut
Roucek, pengendalian sosial tidak hanya terbatas pada tindakan terhadap
mereka yang membangkang saja, tetapi mencakup pula proses
sosialisasinya.
3. Tujuan tata tertib di sekolah:
sebagai pengendalian sosial di sekolah, agar siswa tertib dan disiplin, yaitu
dalam bentuk keteraturan perilaku siswa.
KEGIATAN 2
A. 1.
2.
3.
4.
E
D
C
D
B. 1. Yang cocok dalam mengatasi perkelahian antar warga adalah cara persuasif.
Sekali-kali cara koersif. Alasannya: kalau hanya cara persuasif saja warga
tidak akan jera, maka sesekali perlu cara koersif.
2. Teguran dan nasehat orang tua termasuk dalam jenis pengendalian sosial
teguran.
C. Remaja yang terlibat narkotika harus diatasi dengan cara koersif.
Setuju, alasannya supaya jera dan tidak berbuat lagi.
Tidak setuju, alasannya karena perlu pembinaan.
29
KEGIATAN 3
A. 1. Fungsi pengendalian sosial:
Meyakinkan masyarakat tentang kebaikan norma. Usaha ini
ditempuh melalui pendidikan baik formal maupun nonformal.
Memper tebal kebaikan norma. Hal ini dilakukan dengan cara
mempengaruhi alam pikiran seseorang dengan legenda, hikayat, ceritacerita rakyat, cerita-cerita agama yang memiliki nilai-nilai terpuji, seperti
Malinkundang, cerita Nabi Sulaeman, dsb.
2. Peranan pranata dalam pengendalian sosial : sangat besar dan dibutuhkan
khususnya terhadap perilaku yang menyimpang demi keseimbangan sosial.
Pranata sosial merupakan aturan perilaku masyarakat.
3. Dampak positif persuasif bagi pelaku penyimpangan: merasa tidak
dipermalukan, muncul kesadaran, enggan berbuat salah lagi.
Dampak negatif persuasif bagi pelaku menyimpan: membuat jera/kapok, sadar
betul kesalahannya, tertanamnya norma kuat.
Dampak negatif koersif bagi pelaku menyimpang: kehilangan harta/nafkah,
kesengsaraan, kesakitan, kematian, harga diri jatuh, merasa terkucil.
4. Pelaku pengendali sosial yang ada di lingkungan (sekurang-kurangnya dua):
1. Polisi
3. Lembaga Adat
2. Pengadilan
4. Tokoh masyarakat
30
DAFTAR PUSTAKA
Dra. Kun Maryati & Juju Suryawati, SPd., Sosiologi jilid 1 untuk SMU Kelas
2, Esis, Jakarta, 2001.
Tim Penulis MGMP Sosiologi, Giat Belajar Sosiologi IA, PT Remaja Karya,
Bandung, 1999.
M. Sitorus, Berkenalan dengan Sosiologi I, Penerbit Erlangga, Jakarta,
2000.
Dra. Juju Suryawati & Dra. Kun Maryati, Modul Sosiologi, MGMP DKI, Jakarta, 1999.
Dra. Laurent Widyasusanto, Penuntun Belajar Sosiologi jilid 1, PT. Pradaya
Paramita, Jakarta, 1996.
31