Anda di halaman 1dari 15

MODUL AJAR

I. INFORMASI UMUM
IDENTITAS
Nama Madrasah MAS Annajah
Nama Penyusun Arik Bestari Primawati
Mata Pelajaran Sosiologi
Fase/Kelas E/X
Semester Gasal
Pokok Bahasan Pembentukan Identitas Diri Melalui Sosialisasi
Alokasi Waktu 4 JP (45 x 4)
Kompetensi Awal Mengenali dan mengidentifikasi identitas diri dalam
masyarakat. Secara individual atau berkelompok melaporkan
hasil penelitian sederhana mengenai identitas diri secara
kreatif dalam pergaulan di masyarakat. Keberagaman
merupakan suatu realitas sosial yang dialami semua
masyarakat di dunia ini. Keberagaman sendiri dipahami
sebagai suatu pengakuan bahwa masyarakat itu beragam dan
majemuk. Suatu keberagaman itu bisa saja mendatangkan
suatu manfaat yang besar, tapi tidak menutup kemungkinan
dapat memicu konflik yang dapat merugikan masyarakat jika
tidak dikelola dengan baik. Dalam rangka menjaga
keharmonisan dalam masyarakat yang beragam, diperlukan
suatu upaya penanaman kesadaran berupa sikap toleransi,
prinsip kesetaraan, dan memandang perbedaan sebagai
anugerah Tuhan.
Profil Pembelajar Pancasila  Dimensi Beriman, Bertakwa Kepada Tuhan Yang
Maha Esa, dan Berahlak Mulia : siswa mampu
memahami ajaran agama dan kepercayaannya serta
menerapkan pemahaman terkait identitasnya sebagai
individu yang bertakwa tersebut dalam kehidupannya
sehari-hari
 Mandiri : siswa memiliki kesadaran akan diri dan situasi
yang dihadapi sesuai dengan perannya dalam masyarakat
 Bernalar kritis : siswa dapat membangun keterkaitan
antara berbagai informasi, menganalisis informasi,
mengevaluasi, dan menyimpulkannya.
 Berkeadaban (ta’addub) :
Siswa mampu mengikuti kegiatan pembelajaran dengan
menjunjung tinggi akhlak mulia
 Lurus dan tegas (I’tidal) :
Siswa melaksanakan kewajiban dan hak secara
proporsional
 Kesetaraan (musawah) :
Siswa tidak berisikap diskriminatif terhadap yang lain
dalam hal perbedaan keyakinan, tradisi, asal-usul
Sarana dan Prasarana  LCD proyektor,
 Laptop
 Tayangan slide Power Point (PPT) yang telah disiapkan,
 Jaringan Internet
 Buku Panduan Sosiologi,
Target Peserta Didik  Peserta didik dengan kecepatan belajar tinggi
 Peserta didik umum
 Peserta didik dengan kecepatan belajar rendah
Model Pembelajaran Blended learning melalui model pembelajaran dengan
menggunakan Project Based Learning (PBL) terintegrasi
pembelajaran berdiferensiasi berbasis Social Emotional
Learning (SEL).
II. KOMPONEN INTI

1. Tujuan Pembelajaran

Domain CP:

Peserta didik mampu mempraktikkan pengetahuan sosiologi untuk mengenali identitas diri dan
lingkungan sosial sekitarnya yang beragam sehingga mampu berperilaku sesuai dengan
lingkungan sosial budaya masyarakatnya

Tujuan Pembelajaran:
1. Mengenali dan mengidentifikasi identitas diri dalam masyarakat.
2. Secara individual atau berkelompok melaporkan hasil penelitian sederhana mengenai identitas
diri secara kreatif dalam pergaulan di masyarakat.

2. Asesmen
a. Diagnostik :
 Apa Identitas diri kalian di sekolah?
 Apa yang menjadi alasan kalian untuk sekolah disini?
 Sebagai makhluk sosial, dentitas apa saja yang kalian miliki?
 Jelaskan pengertian keberagaman!
 Berikan contoh keberagaman di Indonesia minimal 3!
 Jelaskan upaya apa yang dapat kamu dilakukan untuk membangun masyarakat Indonesia
yang multikultural!

b. Formatif :
 Tertulis :
 Mengerjakan LKPD
 Menceritakan secara jujur apa yang dipahami dan tidak dipahami tentang materi yang
disajikan beserta alasannya.
 Tidak tertulis :
 Keberanian dalam mengemukakan pendapat saat diskusi atau tanya jawab
 Menghargai perbedaan kelompok
 Bertanggung jawab mengerjakan dan menyelesaikan tugas mandiri

c. Sumatif :
 Apakah yang dimaksud dengan identitas diri? Bagaimana proses identitas diri
terbentuk!
 Apa pendapat Anda apabila dalam suatu masyarakat yang heterogen terdapat beberapa
warga yang cenderung bersikap intoleran terhadap perbedaan? Apa kaitannya dengan
hakikat manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial? Jelaskan!

3. Pemahaman Bermakna
 Peserta didik dapat mempresentasikan laporan dengan menggunakan berbagai media tentang
identitas sosial di lingkungan sekitar.
 Peserta didik berkreasi (misalnya stiker, poster, foto, dll) untuk mengampanyekan sikap
toleransi dalam menyikapi keragaman identitas individu.
 Peserta didik menuliskan refleksi pembelajaran mengenai: Hal baru yang telah mereka pelajari
dan hal menarik yang telah dipelajari selama proses kegiatan baik materi maupun proses
investigasi mereka.
 Peserta Didik dapat menjelaskan tentang pentingnya toleransi dalam menyikapi keragaman
identitas.
 Mampu memberikan tanggapan (feedback) dari kegiatan diskusi yang terkait dengan
keragaman identitas dan interaksi sosial.
 Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengajukan pendapat atau pertanyaan

4. Pertanyaan Pemantik
 Menurut kalian apakah yang membedakan manusia satu dengan manusia yang lain?
 Menurut kalian apakah manusia dapat melakukan segala hal ini tanpa membutuhkan orang lain?
 Menurut kalian apakah yang dimaksud dengan identitas diri dan identitas sosial?
5. Kegiatan Pembelajaran
Pertemuan ke-1
 Doa; absensi; menyampaikan tujuan pembelajaran; dan
menyampaikan penilaian hasil pembelajaran
 Memotivasi siswa untuk tercapainya kompetensi dan karakter
Pendahuluan yang sesuai dengan Profil Pelajar Pancasila; yaitu 1) Beriman,
Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak mulia, 2)
Mandiri, 3) Bernalar kritis, 4) Kreatif, 5) Bergotong royong, dan
6) Berkebinekaan global, yang merupakan salah satu kriteria
standar kelulusan dalam satuan pendidikan.
 Guru memberikan deskripsi singkat tentang materi identitas diri,
siswa menyimak, memahami dan menanggapi secara kritis.
 Guru memberikan stimulus berupa beberapa gambar tentang
identitas diri
 Siswa secara mandiri melakukan analisis untuk penguatan
pemahaman konsep dan identifikasi faktor terjadi identitas diri
sesuai dengan konteks pada gambar.
 Siswa membuat catatan kritis tentang temuan-temuan terkait
Kegiatan Inti konteks masalah dalam bentuk sintesis konsep identitas diri dan
teori-teori pendukung tarjadinya identitas diri.
 Siswa menyusun jawaban pada lembar kerja mandiri, dan
menunjukan hasil kerja mandiri melalui berbagai media yang
relevan.
 Siswa menyampaikan secara lisan hasil temuannya
 secara bergantian dan diambil secara acak.
 Guru membuat catatan kritis terhadap jalannya pembelajaran dan
berbagai argumentasi dari siswa serta memberikan umpan balik.
 Siswa diarahkan untuk menggeneralisasikan hasil berupa
kesimpulan pada suatu materi yang sedang di kaji dan di amati.
 Siswa dapat membuat pertanyaan tentang materi pembelajaran
yang sedang di kaji dan di amati untuk dilakukan tindak lanjut
pendalaman.
Penutup
 Guru dan Siswa menarik sebuah kesimpulan tentang point-point
penting yang muncul dalam kegiatan pembelajaran, baik secara
konten, konteks dan proses pembelajaranGuru mengakhiri
kegiatan belajar dengan memberikan pesan dan motivasi tetap
semangat belajar dan diakhiri dengan berdoa.
 Peserta didik menuliskan refleksi pembelajaran mengenai:
Refleksi Peserta Didik dan - Hal baru yang telah mereka pelajari.
Pendidik - Hal menarik yang telah dipelajari selama proses kegiatan baik
materi maupun proses investigasi mereka.
Pertemuan ke-2
 Doa; absensi; menyampaikan tujuan pembelajaran; dan
menyampaikan penilaian hasil pembelajaran
 Memotivasi siswa untuk tercapainya kompetensi dan karakter
Pendahuluan yang sesuai dengan Profil Pelajar Pancasila; yaitu 1) Beriman,
Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak mulia, 2)
Mandiri, 3) Bernalar kritis, 4) Kreatif, 5) Bergotong royong, dan
6) Berkebinekaan global, yang merupakan salah satu kriteria
standar kelulusan dalam satuan pendidikan.
Kegiatan Inti  Guru menjelaskan kegiatan pembelajaran yang meliputi;
penjelasan singkat materi, analisis gambar/artikel/video
tentang status dan peran untuk pendalaman pemahaman dan
analisis konsep pada materi.
 Guru memberikan deskripsi singkat tentang materi identitas
diri, siswa menyimak, memahami dan menanggapi secara
kritis.
 Guru memberikan stimulus berupa beberapa gambar tentang
status dan peran
 Siswa secara mandiri melakukan analisis untuk penguatan
pemahaman konsep status dan peran
 Siswa membuat catatan kritis tentang temuan-temuan terkait
konteks masalah dalam bentuk sintesis konsep status dan
peran
 Siswa menyusun jawaban pada lembar kerja mandiri, dan
menunjukan hasil kerja mandiri melalui berbagai media yang
relevan.
 Siswa menyampaikan secara lisan hasil temuannya
 secara bergantian dan diambil secara acak.
 Guru membuat catatan kritis terhadap jalannya pembelajaran
dan berbagai argumentasi dari siswa serta memberikan
umpan balik.
 Siswa diarahkan untuk menggeneralisasikan hasil berupa
kesimpulan pada suatu materi yang sedang di kaji dan di
amati.
 Siswa dapat membuat pertanyaan tentang materi pembelajaran
Penutup yang sedang di kaji dan di amati untuk dilakukan tindak lanjut
pendalaman.
 Guru dan Siswa menarik sebuah kesimpulan tentang point-
point penting yang muncul dalam kegiatan pembelajaran, baik
secara konten, konteks dan proses pembelajaran.
 Peserta didik mempresentasikan laporan dengan
menggunakan berbagai media.
 Peserta didik menuliskan refleksi pembelajaran mengenai:
- Hal baru yang telah mereka pelajari.
- Hal menarik yang telah dipelajari selama proses kegiatan baik
materi maupun proses investigasi mereka.
Refleksi Peserta Didik dan
 Guru memandu kegiatan diskusi atau presentasi peserta didik
Pendidik
mengenai kelahiran dan perkembangan sosiologi.
 Guru memberikan feedback/ ulasan tentang presentasi peserta
didik bahwa kelahiran dan perkembangan sosiologi lahir dari
berbagai masalah akibat perubahan sosial yang terjadi di
masyarakat. Hal ini juga dikaitkan dengan perkembangan
sosiologi konteks masyarakat Indonesia.

III. LAMPIRAN
1. Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD)
2. Pengayaan dan Remedial
3. Bahan Bacaan Pendidik dan Peserta Didik
4. Glosarium
5. Daftar Pustaka

Jakarta, ……………………….2023
Mengetahui,
Kepala Madrasah Guru Mata Pelajaran

Mohamad Ikhlas, S.Pd Arik Bestari Primawati, S.Pd


NIP.198001152007101003
LAMPIRAN 1
Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD)

Lembar Aktivitas Kerja Kelompok


Petunjuk kerja:
 Kerjakan tugas secara berkelompok (tiga atau empat orang)
 Gunakan berbagai sumber untuk mengerjakan tugas ini termasuk melakukan pengamatan dan
melakukan wawancara dengan teman.
 Tulis laporan tugas dalam berbagai media (misalnya poster, film, infografis dan lain-lain)
 Sampaikan temuan melalui diskusi kelas.
Tugas:
 Amati dan temukan identitas teman-teman kalian baik di kelas maupun di sekolah kalian.
Misalnya 10 teman.
 Lakukan wawancara untuk mengetahui identitas teman kalian.
 Identifikasi dan buatlah pengelompokkan identitas mereka berdasarkan asal daerah, suku, jenis
kelamin, agama, kegemaran dan pembeda lainnya.
 Analisislah, mengapa terdapat perbedaan dan keragaman identitas?
 Temukan, tantangan apa yang paling sering terjadi berikut kelebihan dari adanya perbedaan
identitas.
 Buatlah solusi dari tantangan yang ada dan tulislah kebaikan kebaikan yang patut untuk
dilestarikan.
 Tulislah refleksi singkat dalam satu paragraf temuan kalian.
 Presentasikan temuan kalian.
 Tulislah temuan atau kesimpulan kalian dalam satu paragraf pada buku tulis atau media lain.

Aksi lanjutan: kalian dapat membuat kampanye tentang toleransi atas keragaman identitas sebagai
aksi untuk mengurangi bullying (perundungan), body shaming (perundungan fisik) dan lain
sebagainya melalui film poster, stiker di media social.

Lembar Aktivitas Kerja Mandiri

Analisis konteks pada gambar


Gambar

https://asset.kompas.com/crops/-pYnYf46vNl-_cO861vprBkG7BU=/0x0:0x0/750x500/data/photo/
2016/08/02/0929541reBPK-Penabur-2p.jpg

https://d18nu206jtfjv5.cloudfront.net/wp-content/uploads/2020/05/photo_2020-05-27_14-57-08.jpg
Pertanyaan untuk diskusi:
1. Apa yang kalian pikirkan mengenai kedua gambar tersebut?
2. Identitas diri apa yang terdapat pada kedua gambar tersebut?

Tabel pertanyaan pengertian identitas diri

No Nama Sosiolog Pengertian Identitas Diri


1 Erikson

2 Marcia

3 Kartono dan Gulo

4 Hogg & Abraham

5 Jenkis

6 Wendt

7 Taylor

Rubrik Penilaian Kerja Mandiri


Analisis Konteks Gambar
Hari/Tanggal : _____________________________________
Nama : _____________________________________
Kelas : _____________________________________

No Aspek Penilaian Bobot Skor Nilai


1 Kesesuaian jawaban dengan kontens 25%
gambar dan materi pembelajaran
2 Kedalaman argumentasi terhadap 30%
konteks permasalahan
3 Kemampuan menganalisis konteks 25%
secara kritis dan relevan
4 Ketepatan dalam penarikan kesimpulan 15%
pada konteks masalah dan materi ajar
5 Ketepatan waktu mengumpulkan tugas 5%

Total

Keterangan:
Skor 1-4 dimana 1. Sangat kurang, 2. Kurang, 3. Baik, dan 4. Sangat Baik
Nilai : (Bobot x skor) x 25
Skor maksimal : 100
Skor minimal : 25

Penilaian Tabel Pengertian Identitas diri


Menjawab 7 pertanyaan 100
Menjawab 6 pertanyaan 86
Menjawab 5 pertanyaan 72
Menjawab 4 pertanyaan 58
Menjawab 3 pertanyaan 44
Menjawab 2 pertanyaan 30
Menjawab 1 pertanyaan 13

Penilaian Total Penilaian Kerja Mandiri = (Nilai konteks gambar + Nilai Tabel) : 2

Proses Asesmen
 Guru melakukan pengamatan proses pembelajaran berlangsung dengan melihat tingkat partisipasi
siswa
 Guru mengajukan pertanyaan secara lisan untuk mengetahui tingkat ketercapaian pemahaman materi
pembelajaran sebelum pembelajaran berakhir
 Guru mengajukan pertanyaan secara tertulis untuk mengetahui tingkat ketercapaian pemahaman
materi pembelajaran di akhir pemberian materi
LAMPIRAN 2
REMEDIAL DAN PENGAYAAN

Pengayaan
 Carilah jurnal penelitian tentang menganalisis keragaman identitas di lingkungan sekitar!
 Buka kembali teori sosiologi dan berikan ulasanmu apakah teori tersebut masih relevan atau
tidak di era sekarang.
 Carilah artikel berita dan analisilah bagaimana masalah sosial dilihat dari perspektif struktural
fungsional dan perspektif konflik tersebut!

Remedial
Mengerjakan kembali soal di atas.
Prinsip dari remedial adalah memberikan kesempatan peserta didik memperbaiki proses belajar
yang belum tercapai. Mengacu dari Mukhtar dan Rusmini (2005) pembelajaran remedial adalah
proses pembelajaran dalam bentuk kegiatan perbaikan yang terencana, sehingga diharapkan dapat
membantu ketuntasan belajar peserta didik. Remedial terjadi dikarenakan beberapa faktor yaitu;
faktor peserta didik yang terkait dengan kompleksitas masalah maupun kebutuhan peserta didik
(terutama untuk peserta didik berkebutuhan khusus), faktor penyampaian materi yang belum
optimal maupun faktor daya dukung dari sekolah dan orang tua. Beberapa pendekatan yang dapat
dilakukan guru dalam remedial adalah:
 Adaptif: menyesuaikan dengan kebutuhan peserta didik, misalnya guru menggunakan
berbagai media untuk menfasilitasi kebutuhan pesertadidik.
 Interaktif: guru melibatkan teman sebaya, orang tua, konselor sekolah untuk mendukung
peserta didik agar mencapai ketercapaian belajar secara optimal.
 Fleksibel: guru meluangkan waktu secara fleksibel untuk mendukung ketercapaian peserta
didik.
LAMPIRAN 3
BAHAN BACAAN GURU DAN PESERTA DIDIK

Pengertian Self Identity (Identitas Diri)


Self identity (identitas diri) adalah kesadaran individu untuk menempatkan diri dan memberi arti pada
dirinya sebagai seorang pribadi yang unik, memiliki keyakinan yang relatif stabil, serta memiliki peran
penting dalam konteks kehidupan bermasyarakat. Identitas diri melibatkan suatu pengakuan dan perasaan
yakin akan identitas personal individu yang berbeda dengan orang lain di sekitarnya, hal ini dilakukan
demi mendapatkan arti atau makna untuk kehidupannya sendiri.
Identitas diri juga merupakan suatu kesadaran dan kesinambungan diri dalam mengenali dan menerima
kekhasan pribadi, peran, komitmen, orientasi dan tujuan hidup sehingga individu tersebut mampu
berperilaku sesuai kebutuhan dirinya dan harapan masyarakat. Demikian Bernstein da et al, (1994)
mendefinisikan self‐identity sebagai sebuah penilaian terintegrasi seorang individu terhadap citra dirinya
sendiri sebagai seseorang yang unik, yang membedakan dirinya dengan orang lain.
Fearon (dalam Mulyono, 2007) menyimpulkan tiga pengertian dasar yang sering digunakan oleh para ahli
dalam mendefinisikan identitas diri di antaranya, Keanggotaan dalam sebuah komunitas yang
menyebabkan seseorang merasa terlibat, termotivasi, berkomitmen dan menjadikannya rujukan atau
pertimbangan dalam memilih dan memutuskan sesuatu berdasarkan hal yang normatif. Terbentuknya
identitas diri pada dasarnya dipengaruhi secara intensif oleh interaksi seseorang dengan lingkungan sosial.
Identitas diri yang digunakan seseorang untuk menjelaskan tentang diri biasanya juga berisikan identitas
sosial.
Identitas diri juga merujuk pada konsep abstrak dan relatif dan jangka panjang yang ada dalam pikiran
seseorang tentang siapa dirinya, menunjukkan eksistensi dan keberhargaan serta membuat dirinya
menjadi “seseorang”. Karena itu identitas diri biasanya juga berisi harga diri seseorang/self esteem.
Konsep ini menunjukkan bahwa identitas diri merupakan sesuatu yang berperan sebagai motivator
perilaku dan menyebabkan keterlibatan emosional yang mendalam dengan individu tentang apa yang
dianggapnya sebagai identitas diri.
Identitas diri bukan hanya terdiri sesuatu yang ‘terbentuk’ tapi juga termasuk juga potensi dan status
bawaan sejak lahir, misalnya jenis kelamin dan keturunan
Self Identity (Identitas Diri) Menurut Para Ahli
1. Erikson (1968), identitas diri merupakan sebuah kondisi psikologis secara keseluruhan yang membuat
individu menerima dirinya, memiliki orientasi dan tujuan dalam mengarahkan hidup serta keyakinan
internal dalam mempertimbangkan beberapa hal.
2. Marcia (1993), identitas diri merupakan komponen penting yang menunjukkan identitas personal
individu. Semakin baik struktur pemahaman diri seseorang berkembang, semakin sadar individu akan
keunikan dan kemiripan dengan orang lain, serta semakin sadar akan kekuatan dan kelemahan
individu dalam menjalani kehidupan. Sebaliknya, jika kurang berkembang maka individu semakin
tergantung pada sumber‐sumber eksternal untuk evaluasi diri.
3. Kartono dan Gulo (dalam Purwanti, 2013), identitas diri merupakan prinsip kesatuan yang
membedakan diri seseorang dengan orang lain. Individu harus memutuskan siapakah dirinya
sebenarnya dan bagaimanakah peranannya dalam kehidupan nanti.
4. Hogg & Abraham, identitas diri adalah konsep yang digunakan oleh orang ‐orang untuk menyatakan
tentang siapakah mereka, orang macam apa mereka dan bagaimana mereka berhubungan dengan orang
lain.
5. Jenkis, Identitas diri merujuk pada cara yang digunakan oleh individu dan kelompok dilihat diri
hubungan sosial mereka dengan kelompok lain.
6. Wendt, Identitas diri adalah pengertian dan harapan yang relatif spesifik dan stabil tentang diri.
7. Taylor, Identitas diri didefinisikan sebagai komitmen dan identifikasi yang menyediakan kerangka
yang memungkinkan seseorang untuk mencoba memilih, mengevaluasi apa yang baik, penting,
memungkinkan dilakukan atau apa yang pantas dan tepat atau sebaliknya.

Dimensi Self Identity (Identitas Diri)


Menurut Erikson (dalam Santrock, 2003) identitas melibatkan tujuh dimensi di antaranya,
1. Genetik. Hal ini berkaitan dengan suatu sifat yang diwariskan oleh orang tua pada anaknya. Orang tua
sangat mempengaruhi sifat yang akan dimiliki anaknya di kemudian hari. Sifat inilah yang akan
memberikan sesuatu yang berbeda antara individu satu dengan individu lainnya, terutama di dalam
menjalankan kehidupannya.
2. Adaptif. Identitas adalah penyesuaian remaja mengenai keterampilan ‐keterampilan khusus, dan
bagaimana remaja tersebut dapat menyesuaikan diri dengan masyarakat di lingkungan tempat
tinggalnya. Sejauh mana keterampilan atau kemampuannya tersebut dapat diterima oleh masyarakat di
lingkungan tempat tinggalnya ataukah masyarakat tidak menerima keterampilan yang dimilikinya.
3. Struktural. Hal ini terkait dengan perencanaan masa depan yang telah disusun oleh remaja, atau
dengan kata lain remaja telah mempersiapkan kehidupan di masa depannya. Namun bukan berarti
tidak ada hambatan dalam menjalankan rencana masa depannya ini. Sering kali apa yang telah
direncanakan tidak berjalan sesuai dengan yang diharapkan bisa jadi rencana tersebut mengalami suatu
kemunduran (deficit structural) atau bahkan bisa tidak sama sekali terwujud.
4. Dinamis. Proses ini muncul dari identifikasi masa kecil individu dengan orang dewasa yang kemudian
dapat membentuk suatu identitas yang baru di masa depannya ataukah sebaliknya, proses identifikasi
tersebut tidak berpengaruh pada identitasnya melainkan yang berpengaruh adalah pemberian peran
dari masyarakat terhadap remaja.
5. Subjektif atau berdasarkan pengalaman. Individu yang mempunyai pengalaman akan berbeda dengan
individu yang sama sekali belum memiliki pengalaman. Erikson (dalam Santrock, 2003) menjelaskan
bahwa individu yang telah memiliki pengalaman sebelumnya, individu tersebut akan merasakan suatu
kepastian dalam dirinya. Dengan adanya pengalaman maka akan banyak alternatif yang dapat kita
jadikan pedoman untuk melangkah dengan lebih yakin ke arah depan atau semakin banyak
pengalaman maka akan semakin timbul antisipasi dalam melakukan berbagai hal yang belum kita
ketahui secara pasti konsekuensinya.
6. Timbal balik psikososial. Erikson (dalam Santrock, 2003) menekankan hubungan timbal balik antara
remaja dengan dunia dan masyarakat sosialnya. Perkembangan identitas tidak hanya terbentuk oleh
diri kita sendiri melainkan melibatkan hubungan dengan orang lain, komunitas dan masyarakat.
7. Status eksistensial. Erikson (dalam Santrock, 2003) berpendapat bahwa remaja mencari arti dalam
hidupnya sekaligus arti dari hidup secara umum. Dalam hal ini remaja ingin merasakan apa yang
dinamakan dengan makna hidup, ingin diakui keberadaannya di dalam masyarakat dengan peran sosial
yang dijalankan serta keterampilan yang dimilikinya.

Aspek Self Identity (Identitas Diri)


Aspek‐aspek identitas diri menurut Guneri dkk (dalam Purwanti, 2013) di antaranya,
1. Sosial, keanggotaan dalam kelompok dan pemenuhan peran, merupakan aspek utama dalam
pembentukan identitas sosial remaja. Keanggotaan dalam kelompok merupakan fasilitas penting dalam
menunjang validasi diri. Penerimaan teman sebaya juga memiliki pengaruh yang penting dalam
pembentukan identitas diri remaja.
2. Fisik, penampilan fisik memiliki pengaruh penting terhadap identitas diri. Untuk sebagian remaja
penilaian dari orang lain berkaitan dengan penampilan fisik mereka memiliki pengaruh yang lebih
besar dibandingkan dengan penilaian diri mereka sendiri karena hai ini mempengaruhi persepsi
mereka.
3. Personal, meliputi karakteristik kepribadian seperti harga diri, kepercayaan diri dan kontrol diri, selain
itu juga berhubungan dengan identitas jenis 23 kelamin yang kuat, di mana pria merasa lebih puas
dengan identitas jenis kelamin mereka.
4. Keluarga, memegang peranan penting terhadap pembentukan identitas diri dan perilaku remaja, orang
tua adalah tokoh yang paling penting dalam perkembangan identitas diri remaja.

Adapun aspek identitas diri menurut Marcia (1966) mencakup 4 konsep status identitas di antaranya,
1. Achievement Identity. Seorang individu dikatakan telah memiliki identitas, jika dirinya telah
mengalami krisis dan ia dengan penuh tekad mampu menghadapinya dengan baik. Justru dengan
adanya krisis akan mendorong dirinya untuk membuktikan bahwa dirinya mampu menyelesaikannya
dengan baik. Walaupun kenyataannya ia harus mengalami kegagalan, tetapi bukanlah akhir dari upaya
untuk mewujudkan protes dirinya.
2. Foreclosure Identity. Identitas itu ditandai dengan tidak adanya suatu krisis, tetapi ia memiliki
komitmen atau tekad. Sehingga individu sering kali berangan ‐angan tentang apa yang ingin dicapai
dalam hidupnya, tetapi sering kali tidak sesuai dengan kenyataan yang dihadapinya. Akibatnya, ketika
individu dihadapkan pada masalah realitas, tidak mampu menghadapi dengan baik. Bahkan kadang‐
kadang melakukan mekanisme pertahanan diri seperti; rasionalisasi, regresi pembentukan reaksi dan
sebagainya.
3. Moratorium Identity. Identitas ini ditandai dengan adanya krisis, tetapi ia tidak memiliki kemauan kuat
(tekad) untuk menyelesaikannya masalah krisis tersebut. Ada dua kemungkinan tipe individu ini di
antaranya, individu yang menyadari adanya suatu krisis yang harus diselesaikan, tetapi ia tidak mau
menyelesaikannya. Orang yang memang tidak menyadari tugasnya, namun juga tidak memiliki
komitmen.
4. Diffusion Identity. Orang tipe ini, yaitu orang mengalami kebingungan dalam mencapai identitas. Ia
tidak memiliki krisis dan juga tidak memiliki tekad untuk menyelesaikannya (Marcia, 1966).

Faktor Self Identity (Identitas Diri)


Soetijiningsih (2004) mengemukakan beberapa faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan identitas
seseorang di antaranya,
1. Keluarga
Orang tua adalah sosok yang penting dalam perkembangan identitas remaja (Santrock, 2003). Salah
satu faktor yang berkaitan dengan perkembangan identitas remaja adalah iklim keluarga. Iklim
keluarga yang sehat, yaitu interaksi sosio emosional di antara anggota keluarga (ibu ‐ayah, orang tua ‐
anak, dan anak‐ anak) sikap dan perlakuan orang tua terhadap anak berjalan dengan harmonis dan
penuh kasih sayang, remaja akan mampu mengembangkan identitasnya secara realistik dan stabil
(stabil). Sebaliknya, dengan iklim keluarga yang kurang sehat, remaja akan mengalami kegagalan
dalam mencapai identitasnya secara matang, mereka akan mengalami kebingungan, konflik atau
frustrasi (Yusuf, 2011).
2. Reference group
Reference group merupakan kelompok‐kelompok yang terbentuk ketika memasuki masa remaja. Pada
umumnya remaja menjadi anggota kelompok usia sebaya (peer group) (Seotijiningsih. 2004).
Misalnya kelompok agama atau kelompok yang berdasarkan kesamaan minat tertentu. Teman sebaya
merupakan kelompok acuan bagi seorang anak untuk mengidentifikasi dirinya dan untuk mengikuti
standar kelompok. Sejak seorang remaja menjadi bagian dari kelompok teman sebaya tersebut,
identitas dirinya sudah mulai terbentuk, karena teman sebaya membantu remaja untuk memahami
identitas diri (jati/diri) sebagai suatu hal yang sangat penting (Yusuf, 2011). Melalui kelompok
tersebut remaja dapat memperoleh nilai‐nilai dan peran yang dapat menjadi acuan bagi dirinya.
3. Significant other
Yaitu merupakan seorang yang sangat berarti, seperti sahabat, guru, kakak, bintang olahraga atau
bintang film atau siapa pun yang dikagumi. Orang ‐ orang tersebut menjadi tokoh ideal (idola) karena
mempunyai nilai‐nilai ideal bagi remaja dan mempunyai pengaruh yang cukup besar bagi
perkembangan identitas diri, karena pada saat ini remaja giat ‐giatnya mencari model. Tokoh ideal
tersebut dijadikan model atau contoh dalam proses identifikasi. Remaja cenderung akan menganut dan
menginternalisasikan nilai‐nilai yang ada pada idolanya tersebut ke dalam dirinya. Sehingga remaja
sering berperilaku seperti tokoh idealnya dengan meniru sikap maupun perilakunya dan bahkan
merasa seolah‐olah menjadi seperti mereka (Seotjiningsih, 2004).

Status Sosial dan Peran Sosial


Status dan peranan merupakan unsur-unsur dalam struktur sosial yang mempunyai arti penting bagi
sistem sosial. Sistem sosial adalah pola-pola yang mengatur hubungan timbal balik antar individu
dalam masyarakat. Secara empiris, perbedaan status mempengaruhi cara bersikap seseorang dalam
berinteraksi sosial. Orang yang menduduki status tinggi mempunyai sikap berbeda dengan orang yang
statusnya rendah. Contohnya, cara bersikap dan cara berbicara seorang pemilik perusahaan tentu
berbeda dengan seorang karyawan rendah. Status seseoarang menentukan perannya dan peran
seseorang menentukan apa yang diperbuat (perilaku).

Status Sosial
Status sosial atau kedudukan merupakan posisi seseorang secara umum dimasyarakat dalam
hubungannya dengan orang lain. Posisi seseorang menyangkut lingkungan pergaulan, prestige, hak-
hak, dan kewajibannya. Secara abstrak, status/kedudukan berarti tempat seseorang dalam satu pola
tertentu. Bahkan seseorang bisa mempunyai beberapa status/kedudukan karena memiliki beberapa
pola kehidupan. Contohnya, Pak Joko mempunyai kedudukan sebagai kepala sekolah, pak RT,
anggota majelis pengajian, dan ayah dari anak-anaknya.
Menurut Ralph Linton, ada tiga macam cara memperoleh status, yaitu :
1. Ascribed status, merupakan ststus seseorang yang dicapai dengan sendirinya tanpa memperhatikan
perbedaan rohaniah dan kemampuan. Status tersebut bisa diperoleh sejak lahir. Contoh, anak yang
lahir dari keluarga bangsawan dengan sendirinya langsung memperoleh status bangsawan.
2. Achieved status, merupakan status yang diperoleh seseorang dengan usaha-usaha yang disengaja.
Status ini diperoleh atas dasar kemampuan individu dalam mencapai tujuan-tujuannya. Status ini
bersifat terbuka bagi siapa saja. Contoh, setiap orang bisa menjadi pengusaha sukses asalkan
mempunyai kemampuan untuk mencapainya.
3. Assigned status, merupakan status yang diperoleh dari pemberian pihak lain. Assigned status
mempunyai hubungan yang erat dengan achieved status, suatu kelompok atau golongan
memberikan status yang lebih tinggi kepada seseorang yang berjasa. Status ini diberikan karena
orang tersebut telah memperjuangkan sesuatu untuk memenuhi kebutuhan dan kepentingan
masyarakat. Contohnya, gelar pahlawan, siswa teladan, penghargaan kalpataru dan pemberian jasa
lainnya.

Beragam status yang dimiliki seseorang bisa mempunyai pertentangan atau konflik (status conflict).
Konflik status adalah konflik batin yang dialami seseorang sebagai akibat aadnya beberapa status yang
dimilikinya yang saling bertentangan. Contohnya, Pak Amir adalah seorang anggota polantas. Pada
saat razia di jalan, ternyata Andi, anaknya, ikut terjaring razia. Pak Amir bingung harus memilih
status mana yang harus ia lakukan, apakah seorang polantas ataukah seorang ayah.

Peran Sosial
Peranan sosial merupakan aspek yang timbul dari status/kedudukan. Peranan adalah perilaku yang
diharapkan oleh pihak lain dalam melaksanakan kewajiban sesuai dengan status yang dimilikinya.
Status dan peranan tidak dapat dipisahkan karena peranan selalu melekat sesuai dengan status yang
diembannya. Dalam kehidupan sehari-hari, peranan menjadi penting karena berfungsi untuk mengatur
perilaku seseorang. Orang yang bersangkutan akan dapat menyesuaikan perilakunya dengan perilaku
orang disekitarnya.
- Konflik Peran
Jika seseorang dalam waktu bersamaan mempunyai status yang harus dipilih sehingga
mengakibatkan konflik status, maka dalam peranan pun demikian. Konfilk peranan adalah suatu
peranan yang harus dilakukan seseorang dalam waktu bersamaan, dalam hal ini peranan-peranan
yang terdapat dalam satu status. Contoh, Pak Lurah sedang menghadiri rapat penting dengan
perangkat desa, pada waktu bersamaan di ujung desa ada konflik antar warga. Saat itu terjadi
konflik peranan yang dialami pak lurah, apakah ia melanjutkan rapat penting tersebut ataukah
melerai warga yang bertikai.

Sosialisasi
Diakui atau tidak setiap kegiatan yang kita lakukan dengan lingkungan sosial sekitar dan melakukan
komunikasi dapat dikatakan sebagai sosialisasi. Proses ini dilakukan dengan tujuan mengenali
lingkungan dan mencari tahu posisi diri yang paling tepat di lingkungan masyarakat. Bahkan untuk
pembagian peran merupakan hasil dari proses sosialisasi. Disisi lain, agar seseorang atau kelompok
berperilaku yang dianggap sesuai dengan harapan masyarakat perlu dilakukan proses pengenalan atas
arti nilai dan norma sosial. Proses pengenalan nilai dan norma menunjukkan terjadinya sosialisasi.
Sosialisasi ini bisa dalam cara langsung dan tidak langsung.

Pengertian Sosialisasi
Sosialisasi adalah suatu proses sosial yang dialami seseorang atau kelompok untuk belajar mengenali
serta menghayati pola perilaku, sistem sosial terkait nilai, dan norma yang berlaku dalam masyarakat,
tujuannya dengan sosialisasi yang terbentuk individu dapat berkembang menjadi pribadi yang diterima
oleh masyarakat.

Tahapan Sosialisasi
Adapun proses yang terjadi pada sosialisasi yang dilakukan oleh seseorang melalui beberapa tahapan.
Antara lain;
1. Persiapan (Preparatory Stage)
Tahap persiapan merupakan tahap pemahaman tentang din sendiri. Pada tahap ini anak mulai
melakukan tindakan meniru meskipun belum sempurna.
2. Meniru (Play Stage)
Play stage merupakan tahap sosialisasi yang terjadi pada seoarang anak untuk dapat menjiplak
secara keseluruhan mengenai berbagai perilaku yang dilakukan oleh orang dewasa.
3. Pada tahap proses sosialisasi meniru ini anak diharpkan menyadari tentang keberadaan dirinya dan
juga keberadaan mengenai orang-orang terdekatnya, selain itu juga anak dalam proses sosialiasasi
ini diharapkan dapat memahami peran-peran yang di dapatkannya.
4. Siap Bertindak (Game Stage)
Pada proses sosialisasi ini seorang anak melakukan peningkatan satu tahap, artinya anak mulai
menyadari tentang peran yang ada di dalam keluarga dan lingkungan masyaraktnya. Anak juga
diharan mampu mengakui tentang peraturan yang berlaku dalam Masyarakat
5. Penerimaan Norma Kolektif (Generalized Stage)
Pada proses sosialisasi ini, seorang anak sudah sangat diharpkan mampu mencapai pada tahap
pendewasaan dan mengakui kehidupan lingkungan masyarakat yang sangat jelas. Anak juga
diharpkan untuk mampu memahami peran yang ada untuk dirinya dalam masyarakat

Tujuan Sosialisasi
Tujuan sosialisasi dalam masyarakat, antara lain;
- Memberikan wawasan yang memiliki keterkaitan dengan segala bentuk nilai dan juga norma
dalam masyarakat, yang sehingga tujuan ini bisa diaplikasikan dalam kegiatan sehari-harinya.
- Membantu setiap individu untuk bisa beradaptasi dengan Iingkungan sekitar.
- Mewariskan nilai dan norma kepada generasi penerus.
- Mencegah terjadinya perilaku menyimpang.
- Menciptakan integrasi masyarakat.

Bentuk Sosialisasi
Sosialisasi yang terjadi dalam masyarakat bisa terwujud dalam beberapa macam. Antara lain;
- Sosialisasi primer
merupakan tahap sosialisasi pertama yang diterima individu dalam Iingkungan keluarga.
- Sosialisasi sekunder
merupakan bentuk sosialisasi yang terjadi di lingkungan sekolah, Iingkungan bermain, Iingkungan
kerja, dan interaksi melalui media massa.
- Sosialisasi represif
adalah salah satu bentuk yang ada dalam sosialisasi, sosialisasi ini memiliki tujuan untuk
meminimalisir terjadinya perilaku-prilaku yang menyimpang dalam masyarakat. Sosialisasi
represif sangat berkaitan dengan pemberian hadiah (reward) dan juga pemberian hukuman
(punishment).
- Sosialisasi partisipatoris
adalah bentuk sosialisasi yang dilakukan untuk lebih mendahulukan peran aktif yang ada dalam
objek sosialisasi , peran aktif ini dalam bentuk-bentuk intemajisasi niiai dan norma.

Agen yang Berperan dalam Sosialisasi


Sosialisasi dalam masyarakat dapat dilakukan melalui beberapa agen yang ada, antara lain;
1. Keluarga
Keluarga merupakan kelompok primer yang memiliki intensitas tinggi untuk mengawasi pentaku
anggota keluarganya. Dimana setiap sosialisasi dalam arti keluarga ini sejatinya bertujuan
membentuk ciri khas kepribadian anak.
2. Sekolah
Sosialisasi di lingkungan sekolah berperan sebagai sosialisasi sekunder dan memiliki cakupan
lebih luas. Sosialisasi di sekolah atau lembaga pendidikan ini bertujuan menanamkan nilai
kedisiplinan yang lebih tinggi dan mutlak serta berorientasi mempersiapkan peran peserta didik
pada masa mendatang.
3. Bermain
Proses sosialisasi dalam kelompok bermain dilakukan antarteman, balk teman sebaya maupun
teman tidak sebaya. Hubungan sosialisasi yang terjalin dalam kelompok bermain bersifat ekualitas
(sederajat).
4. Lingkungan Kerja
Sosialisasi lingkungan kerja adalah sosialisasi yang memprioritaskan tercapainya kesuksesan dan
keunggulan hasil kerja, baik secara indovidu ataupun secara kolektif. Adaptasi yang terjadi dalam
proses sosialisasi yang ada di lingkungan kerja dilakukan karena adanya tuntutan sistem dan
intensitas sosialisasi.
5. Budaya
Arti budaya bisa menjadi salah satu media dalam sosialisasi, kebudayaan dilakukan dalam
sosialisasi dengan cara yang lebih arif dengan tujuan memberikan wawasan dan memberikan rasa
kecintaan kepada kebudayaan daerah. Contoh riil mengenai sosialisasi budaya misalnya saja
dalam tarian daerah yang dibungkus dengan sejarah dan filosofi tarian daerah tersebut.
6. Media Massa
Media sosial adalah proses penyampalan pesan dalam bentuk sosialisasi, alasannya melalui media
massa sosialisasi akan lebih bersifat umum, karena dianggap mengikuti bentuk perkembangan dan
proses perubahan sosial yang ada di dalam masyarakat.

Berikut ini daftar bacaan yang sudah disiapkan guru :

Link Media Ajar Kepribadian :


Video :
https://www.youtube.com/watch?v=J37RdKaF4g8
Podcast: https://open.spotify.com/episode/3jOalD7wKdfh6pU2s0H9qt?
si=e9MbqtQsT6aAdHI3CbLfOg&utm_source=copy-link

Link Media Ajar Status dan Peran :


Video:
https://youtu.be/68FxmhaHB24
Podcast: https://open.spotify.com/episode/0hSlZzMqeg2c1fklBLUBzP?
si=aRe38C5WRgO6ccQJWA1jtA&utm_source=copy-link

Link Media Sosialisasi :


https://www.canva.com/design/DAFRmo98xLE/ZnbELg13r89D2a4dPop1OQ/edit?
utm_content=DAFRmo98xLE&utm_campaign=designshare&utm_medium=link2&utm_source=share
button
LAMPIRAN 4
GLOSARIUM

Akulturasi Proses perpaduan dua kebudayaan tanpa menghilangkan salah


satu unsur kebudayaan yang ada dalam masyarakat

Rasional Afektif Suatu tindakan yang sebagian besar tindakan dikuasai oleh
perasaan ataupun emosi, pertimbangan yang matang.

Rasionalitas Instrumental Tindakan ini dilakukan oleh individu berlandaskan pada


kesesuaian cara yang dipergunakan dengan hasil yang ingin
dicapai.

Rasionalitas nilai Tindakan ini punya sifat rasional yang memperhitungkan manfaat
apa yang akan diperoleh.

Rasionalitas Tradisional Tindakan ini dilakukan berdasarkan kebiasaan yang sudah berlaku
dalam masyarakat sejak dulu kala.

Tindakan sosial merupakan serangkaian kelakuan yang dijalani oleh individu atau
kelompok berdasarkan peranan nilai dan norma sosial yang
berlaku dalam sebuah masyarakat.

Toleransi Bentuk akomodasi tanpa adanya persetujuan resmi karena tanpa


disadari dan direncanakan, adanya keinginan untuk
menghindarkan diri dari perselisihan yang saling merugikan
LAMPIRAN 5
DAFTAR PUSTAKA

1 BSE Buku Guru Oktafiana, dkk., S. (2021). Ilmu Pengetahuan Sosial. Pusat Kurikulum dan
Perbukuan Badan Penelitian dan Pengembangan dan Perbukuan Kementerian Pendidikan,
Kebudayaan, Riset, dan Teknologi.
http://118.98.166.64/bukuteks/assets/uploads/pdf/IPS_BS_Kelas_X_Rev.pdf
2 BSE Buku Siswa Oktafiana, dkk., S. (2021). Ilmu Pengetahuan Sosial. Pusat Kurikulum
danPerbukuan Badan Penelitian dan Pengembangan dan Perbukuan Kementerian Pendidikan,
Kebudayaan, Riset, dan Teknologi.
http://118.98.166.64/bukuteks/assets/uploads/pdf/IPA-BS-KLS_X_Rev.pdf
3 Sumber MateriTambahan
https://repositori.kemdikbud.go.id/21973/1/X_Sosiologi_KD-3.1_FINAL.pdf

Anda mungkin juga menyukai