Anda di halaman 1dari 4

Obat yang termasuk ke dalam hampir expired date adalah obat yang memliki waktu

expired date kurang dari 12 bulan dari tanggal dilakukannya pengecekan waktu expired
date. Pengecekan expired date perlu dilakukan untuk mengetahui keefektifan dalam
pengelolaan obat karena akan berdampak pada kesehatan keuangan rumah sakit. Apabila
expired date meningkat maka biaya yang keluar akan tinggi karena akan dikeluarkannya
biaya baru untuk mengganti barang expired date tersebut. Evaluasi ini dilakukan dengan
cara melihat tanggal kadaluarsa langsung pada kemasan tiap item obat. Indikator
persentase obat hampir ED dengan standar atau target yang ditetapkan adalah kurang dari
10%. Semakin kecil nilai persentase obat hampir ED yang didapat artinya jumlah obat
yang hampir ED semakin dapat dikendalikan dan menunjukkan proses distribusi obat
berjalan dengan baik dan lancar sehingga rumah sakit tidak mengalami kerugian. Obat
yang hampir kadaluarsa baik dugudang farmasi, depo rawat inap maupun rawat jalan
memiliki persentase < 10 %. Hal ini menunjukkan pengendalian penyimpanan obat/alkes
di RS PKU Muhammadiyah sudah terkontrol. Penanganan untuk obat-obat yang hampir
kadaluarsa meliputi:
1) Obat tersebut harus lebih dahulu didistribusikan di logistik maupun di unit pelayanan.
2) Menghubungi PBF untuk keperluan retur atau tukar barang sesuai dengan perjanjian
diawal pembelian barang.
3) Meminta dokter untuk memprioritaskan penggunaan obat tersebut, sesuai indikasi
dengan tidak menghalangi pengobatan yang rasional.
4) Untuk meminimalkan jumlah obat yang ED, dalam distribusi harus lebih teliti
menggunakan sistem FIFO atau pun FEFO.
5) Perlu melakukan pengontrolan berkala terhadap obat-obat yang akan ED oleh pihak
logistic
Pengatasan expired date dapat dilakukan dengan cara memutasi barang tersebut ke
bagian depo farmasi rawat jalan, rawat inap, IGD, maupun IBS karena depo-depo tersebut
memiliki perputaran barang yang lebih cepat dibanding depo yang lain. Pengatasan yang
dilakukan lainnya yaitu menyampaikan kepada user (dokter) untuk menggunakan obat
obat tersebut melalui rapat KFT (Komisi Farmasi Terapi). Apabila barang tetap tidak bisa
keluar maka bisa dilakukan retur ke pihak PBF sesuai MOU yang ada ataupun dilakukan
pemusnahan. Evaluasi ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui besarnya kerugian
rumah sakit.
a) Gudang
Hasil evaluasi sediaan sirup yang hampir mendekati ED digudang adalah 10,4% dan
untuk sediaan drop adalah 10%. Menurut Management Sciences for Health (2012),
setiap tahunnya barang yang expired date mendekati angka 3-5%, hal ini dianggap

wajar karena tidak mungkin sebuah rumah sakit mampu membuat 0% barang expired
date. Menurut Pudjaningsih (2011), membuat Indikator efisiensi pengelolaan obat di
Rumah Sakit untuk persentase dan nilai obat yang kadaluwarsa dan atau rusak
0,2%. Karena persentase obat yang mendekati kadaluarsa tergolong tinggi maka perlu
dilakukan penanganan obat yang mendekati ED untuk menghindari kerugian rumah
sakit akibat banyaknya obat yang kadaluwarsa. (Lampiran 1).
b) Depo Rawat Inap
Hasil evaluasi sediaan sirup yang hampir mendekati ED di rawat adalah 2,48% dan
untuk sediaan drop adalah 13,33%. Menurut Management Sciences for Health (2012),
setiap tahunnya barang yang expired date mendekati angka 3-5%, hal ini dianggap
wajar karena tidak mungkin sebuah rumah sakit mampu membuat 0% barang expired
date. Menurut Pudjaningsih (2011), membuat Indikator efisiensi pengelolaan obat di
Rumah Sakit untuk persentase dan nilai obat yang kadaluwarsa dan atau rusak
0,2%. Karena persentase obat yang mendekati kadaluarsa tergolong tinggi maka perlu
dilakukan penanganan obat yang mendekati ED untuk menghindari kerugian rumah
sakit akibat banyaknya obat yang kadaluwarsa
c) Depo Rawat Jalan
Hasil evaluasi sediaan sirup yang hampir mendekati ED di rawat adalah 5,66% dan
untuk sediaan drop adalah 15,38%. Menurut Management Sciences for Health (2012),
setiap tahunnya barang yang expired date mendekati angka 3-5%, hal ini dianggap
wajar karena tidak mungkin sebuah rumah sakit mampu membuat 0% barang expired
date. Menurut Pudjaningsih (2011), membuat Indikator efisiensi pengelolaan obat di
Rumah Sakit untuk persentase dan nilai obat yang kadaluwarsa dan atau rusak
0,2%. Karena persentase obat yang mendekati kadaluarsa tergolong tinggi maka perlu
dilakukan penanganan obat yang mendekati ED untuk menghindari kerugian rumah
sakit akibat banyaknya obat yang kadaluwarsa

No

Gudang Farmasi
Nama
Waktu
Barang
Kada-

Rawat Inap
Nama
Waktu
Barang
Kada-

Rawat Jalan
Nama
Waktu
Barang
Kada-

luwarsa
1

Actifed Syr

3
4
5

Albendazol
Syr
Cloracef Syr
Elkana Syr
Fixiphar Syr

Interlac Drop

7
8

Nipe Drops
Pyravit Syr
Tantum Verde
Syr
Vamitas Syr
Zamel Syr

9
10
11
12

Des-16

Zistic
Sep-16
Mar-16 Longcef 125
Des-16 Cloracef 125
Des-16 Depakene
Ventolin
Sep-16 expectorant
Okt-16 Ossovit syr
Feb-16 Vomitas 60 ml

Nop-16

Narfoz syr
Des-16
Des-16 Pediagrow
Mei-16 San B Plex

Okt-16

13
14
15
16
17

a) Gudang

persentase mendekati ED =

b) Rawat Inap

persentase mendekati ED =

c) Rawat Jalan

persentase mendekati ED =

No

luwarsa

Tantum Verde
Jan-16 60 ml

Sep-16
Mar-16
Jul-16
Okt-16

luwarsa
Pondex Syr

Okt-16

Ibuprofen Syr
Donexan
Albendazol
Rovadin

Nop-16
Oct-16
Sep-16
May-16

vomitas

Sep-16

Des-16
Sep-16
Apr-16
Mei 2016

Flutias 125

Des-16

Ryvel
Fixiphar
Zomel syr
Elkana Susp
Pondex susp

Okt-16
Jun-16
Jan-16
Sep-16
Okt-16

11
x 100=10,4
106

17
x 100=2,48
83

6
x 100=5,66
106

Gudang Farmasi
Nama
Waktu
Barang
Kada-

Rawat Inap
Nama
Waktu
Barang
Kada-

Rawat Jalan
Nama
Waktu
Barang
Kada-

1
2

San B Plex
Drop
Zamel Drop

luwarsa
Nov-2016

Zamel drop

Nov-2016

a) gudang

persentase mendekati ED =

2
x 100=10
20

b) Rawat Inap

p ersentase mendekati ED=

c) Rawat Jalan

p ersentase mendekati ED=

2
x 100=13,33
15

2
x 100=15,38
13

luwarsa
Oktober
2016

Nipe drop

luwarsa
Aug-16

Zamel Drops

Oct-16

Anda mungkin juga menyukai