DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 1
A. Latar Belakang
Instalasi Farmasi merupakan unit pelaksana fungsional yang
menyelenggarakan seluruh kegiatan pelayanan kefarmasian yang
bertanggungjawab meliputi kegiatan pengelolaan perbekalan farmasi, alat
kesehatan, dan bahan medis habis pakai serta pelayanan farmasi klinis di
Rumah Sakit. Apoteker bertanggung jawab terhadap pengelolaan sediaan
farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai di rumah sakit untuk
menjamin kualitas, manfaat dan keamanannya. Pengelolaan perbekalan
farmasi merupakan suatu siklus kegiatan, dimulai dari pemilihan, perencanaan
kebutuhan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian,
pemusnahan dan penarikan, pengendalian, dan administrasi. Pengendalian
merupakan salah satu siklus dalam pengelolaan yang penting dilakukan untuk
memastikan persediaan tidak terjadi kelebihan dan kekurangan/kekosongan,
kerusakan, kadaluwarsa, kehilangan serta pengembalian pesanan perbekalan
farmasi (Permenkes, 2016).
Perbekalan farmasi yang belum didistribusikan kepada pasien akan
disimpan terlebih dahulu di gudang maupun satelit farmasi rumah sakit.
Penyimpanan obat yang terlalu lama dapat mengakibatkan obat menjadi
kadaluarsa (expired date). Expired date (ED) atau waktu kadaluwarsa adalah
waktu dimana daya kerja obat sudah berkurang 10% dari semula. Tanggal
kadaluwarsa yang membatasi waktu sediaan dinyatakan dalam bulan dan
tahun sebagaimana tercantum pada label di wadah produk. Hal ini
menunjukkan bahwa produk tersebut dapat digunakan atau disalurkan sampai
hari terakhir dari bulan dan tahun yang dinyatakan, jika persyaratan
penyimpanan dan penanganan telah dipenuhi. Salah satu pengendalian yang
dapat dilakukan untuk mencegah perbekalan farmasi kadaluwarsa adalah
dengan melakukan pengelolaan terhadap perbekalan farmasi near ED, yaitu
perbekalan farmasi yang tanggal kadaluwarsanya enam bulan yang akan
datang atau kurang.
Meningkatnya jumlah perbekalan farmasi yang near ED akan
menyebabkan kerugian bagi rumah sakit bila tidak segera dikelola dengan
baik. Hal ini juga dapat mengakibatkan terjadinya kemacetan dalam
pendistribusian perbekalan farmasi di rumah sakit. Oleh sebab itu, perlu
dilakukan supervisi perbekalan farmasi near ED dan ED di instalasi farmasi
rawat inap RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo untuk menjamin mutu
persediaan dan mencegah terjadinya stok kadaluwarsa.
B. Tujuan
Evaluasi perbekalan farmasi Near ED dan ED dilakukan untuk
mengetahui presentase perbekalan farmasi yang telah kadaluwarsa dan
hampir kadaluwarsa (Near ED) serta mengetahui total kemunginan kerugian
untuk obat-obat yang masuk kategori obat ED di Satelit Farmasi Rawat Inap
RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto.
C. Manfaat
Mahasiswa Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) mampu mengevaluasi
dan mengetahui persentase perbekalan farmasi near ED atau ED serta dapat
mengetahui total kemunginan kerugian untuk obat-obat yang masuk kategori
obat ED di Satelit Farmasi Rawat Inap RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo
Purwokerto.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengelolaan Perbekalan Farmasi
Perbekalan Farmasi merupakan suatu siklus kegiatan yang dimulai
perencanaan sampai evaluasi yang saling terkait antara satu dengan yang lain.
Kegiatannya mencakup perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan,
pendistribusian, pengendalian, pencatatan dan pelaporan, Pengelolaan
perbekalan farmasi atau sistem manajemen perbekalan farmasi penghapusan,
monitoring dan evaluasi (Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat
Kesehatan Depkes RI, 2008).
Menurut Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Depkes RI (2008) tugas pokok dari pengelolaan perbekalan farmasi antara lain :
a. Mengelola perbekalan farmasi yang efektif dan efisien
3 kategori near
ED
Tabel
Kesesuaian pengelolaan obat near ED di satelit rawat inap
No Prosedur Kesesuaian di Ranap RSMS
Upaya yang dilakukan untuk mencegah dan meminimalisisr obat-obatan tersebut ED antara
lain menggunakan sistem FEFO yaitu sitem yang mendahulukan obat dengan masa
kadaluarsa paling dekat untuk digunakan terlebih dahulu (obat near ED berada paling depan
agar lebih dahulu digunakan) , memindahkan ke satelit farmasi yang fast moving terhadap
obat/ alkes near ED tersebut, mengkomunikasikan langsung ke dokter untuk peresepan obat
near ED , dan melakukan evaluasi ulang untuk jumlah obat / alkes yang jarang digunakan
untuk dipesan dengan jumlah yang kecil yang kemudian dapat dikomunikasikan ke forum
Tim Farmasi dan Terapi.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
a. Keseluruhan item di Satelit Rawat Inap sebanyak 1077.
b. Nilai persentase Near ED yang didapat sebesar 0,65% dengan nilai aset yaitu
10.185.765. Nilai ini menunjukkan bahwa di satelit rawat inap, untuk
pengelolaan obat Near ED sudah cukup baik.
c. Belum terdapat obat obat yang ED namun terdapat beberapa obat yang Near
ED yang yaitu, Bonevell Inj, Cellcept 50 mg, Humalog Mix 25 Kwikpen,
Humalog Kwikpen 100 u/mL, Meylon, Sandimmun Neoral 25 mg, Tapros
1,88 mg
B. SARAN
a. Melakukan peningkatan dalam pengelolaan sediaan farmasi dan alat
kesehatan sehingga dapat meminimalisir obat ED
b. Dilakukan pemeriksaan Near ED tidak hanya pada obat High Alert dan Obat
mahal, tetapi juga pada obat Injeksi, dan yang sering keluar di satelit rawat
inap rumah sakit margono soekarjo
LAMPIRAN
Contoh obat near ed: