Anda di halaman 1dari 13

SUPERVISI STOK MACET DAN STOK KOSONG SATELIT FARMASI

RAWAT JALAN UMUM, RAWAT JALAN BPJS, DAN IGD

DI RSUD Prof. Dr. MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO

Disusun oleh:

KELOMPOK 3

PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

RSUD Prof. Dr. MARGONO SOEKARJO

PURWOKERTO
BAB I

PENDAHULUAN

Pelayanan farmasi merupakan revenue center utama dalam rumah


sakit. Pemasukan rumah sakit sebesar 50% dari keseluruhan berasal dari
pengelolaan perbekalan farmasi (Suciati dan Adisasmito, 2006). Pengelolaan obat
di rumah sakit sangat penting karena ketidakefisienan akan memberikan dampak
negatif terhadap rumah sakit, baik secara medis maupun ekonomis (Anonim,
1994). Pengelolaan obat tidak hanya mencakup aspek logistik saja, tetapi juga
mencakup aspek informasi obat, supervisi dan pengendalian menuju penggunaan
obat yang rasional (Justicia, 2009).

Pengelolaan perbekalan farmasi di rumah sakit merupakan salah satu


bagian dari manajemen rumah sakit yang sangat penting. Sehingga kegiatan ini
harus saling terkait dan terorganisir, agar kegiatan tersebut dapat berjalan dengan
baik dan saling mendukung. Oleh karena itu, pengelolaan perbekalan farmasi
perlu dilakukan dalam jumlah yang cukup dan mutu terjamin untuk mendukung
pelayanan yang bermutu di rumah sakit.

Bagian logistik farmasi adalah bagian dari Unit Pelayanan Farmasi Rumah
Sakit yang berfungsi sebagai sarana pengelola perbekalan farmasi yang digunakan
di rumah sakit. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
58 Tahun 2014, Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai merupakan suatu siklus kegiatan, dimulai dari pemilihan,
perencanaan kebutuhan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian,
pemusnahan, dan penarikan,pengendalian, dan administrasi yang diperlukan bagi
kegiatan. Tujuan dari pengelolaan perbekalan farmasi adalah mengelola
perbekalan farmasi yang efektif dan efisien, menerapkan farmakoekonomi dalam
pelayanan, meningkatkan kompetensi tenaga farmasi, mewujudkan Sistem
Informasi Managemen berdaya guna dan tepat guna, serta melaksanakan
pengendalian mutu pelayanan.

Beberapa indikator penyimpanan obat dan perbekalan farmasi dapat digunakan


untuk mengevaluasi efektivitas dan efisiensi sistem penyimpanan. Indikator
penyimpanan tersebut antara lain:
1. Persentase kesesuaian data stok antara barang (fisik) dengan kartu stok atau
data computer.

2. Turn Over Ratio (TOR)

3. Sistem penataan gudang

4. Persentase nilai obat yang kadaluarsa atau rusak


Selain near ED, masalah pengelolaan obat yang sering terjadi adalah stok
macet dan stock out. Stok macet adalah suatu keadaan yang menunjukkan item
persediaan obat yang tidak mengalami transaksi atau pengeluaran dalam waktu
minimal 3 bulan. Supervisi stok macet merupakan salah salah satu pengelolaan
problem obat yang bermutu kepada pasien yang meliputi kegiatan pemeriksaan
perbekalan farmasi. Hal ini bertujuan untuk meminimalkan adanya stok macet
terhadap persediaan obat, sehingga dapat menjamin mutu persediaan.

B. TUJUAN

Mengetahui obat-obat yang mengalami stok macet dan stok kosong di


Satelit Farmasi rawat jalan umum dan IGD RSUD Prof. dr. Margono Soekarjo
Purwokerto, serta mengetahui penyebab terjadinya dan solusi dari masalah
tersebut.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Stok Macet
Stok macet adalah suatu keadaan yang menunjukkan item persediaan obat
yang tidak mengalami transaksi atau pengeluaran dalam waktu minimal 3
bulan. Obat macet juga dapat dikatakan sebagai persediaan yang terbuang.
Kriteria obat macet menurut IFRS Rumah Sakit Margono Purwokerto
yaitu apabila obat tidak digunakan dalam waktu 3 bulan dan tidak terjadi
mutasi perbekalan farmasi dalam kurun waktu tersebut.
B. Stok K osong
Stok kosong adalah keadaan persediaan obat kosong yang dibutuhkan.
Stok kosong adalah jumlah stok akhir obat sama dengan nol. Apabila
jumlah permintaan atau kebutuhan lebih besar daripada tingkat persediaan
yang ada maka akan terjadi kekurangan persediaan yang disebut Stok
kosong (stock out). Dalam kondisi ini dapat terjadi 2 kemungkinan, yaitu:
1. Permintaan akan dibatalkan sama sekali
2. Barang yang masih kurang akan dipenuhi kemudian

Faktor faktor penyebab terjadi stok kosong, antara lain adalah


1. Tidak terdeteksinya obat yang hampir habis, hal ini terkait dengan
ketelitian petugas dalam mencatat persediaan yang menipis.
2. Hanya ada persediaan yang kecil untuk obat obat tertentu (slow moving),
maka ketika habis tidak ada persediaan di gudang.
3. Barang yang dipesan belum datang, hal ini terkait dengan waktu tunggu
(lead time) dari PBF yang berbeda.
4. PBF mengalami kekosongan, kadang kadang hal ini terjadi karena PBF
mengalami kekosongan pengiriman dari industri farmasi yang
mengakibatkan pesanan tidak dapat terpenuhi, akibatnya persediaan di
IFRS juga kosong.
5. Pemesanan ditunda oleh PBF, hal ini terjadi jika pembayaran/pelunasan
utang ke PBF mengalami keterlambatan, biasanya PBF menunda pesanan
IFRS sampai utang tersebut lunas, penundaan ini mengakibatkan IFRS
mengalami stok kosong.
Stock out berakibat pada kerugian berupa tidak efisien dan terputusnya
hubungan dengan konsumen. Demi menghindari terjadinya kehabisan barang,
maka perlu dilakukan upaya upaya sebagai berikut:
1. Pembelian secara darurat
2. Mengadakan barang cadangan (safety stock).

BAB III

METODE PENGAMBILAN DATA


Data yang dikumpulkan berupa nama item obat yang ada di Satelit
Farmasi rawat jalan umum dan IGD RSUD Prof. dr. Margono Soekarjo
Purwokerto.
Langkah-langkah pengambilan data obat yang mengalami stok macet dan
stok kosong adalah, sebagai berikut:
1. Mencatat seluruh item obat yang mengalami stok macet selama 3 bulan
terakhir beserta sisa stok, dan mencatat seluruh item obat yang kosong
selama beberapa hari terakhir.
2. Entry data ke dalam komputer.
3. Menghitung persentase data item obat yang telah diperoleh dengan
menggunakan rumus:

Total item obat yang stok macet x 100%


% Obat yang stok macet = Total seluruh item obat

Total item obat yang stok kosong


x 100%
% Obat yang stok kosong = Total seluruh item obat

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL
Dari hasil pengamatan yang dilakukan di Satelit Farmasi Rawat Jalan Umu
dan IGD , didapatkan data sebagai berikut:
1. Daftar Obat Stok Macet di Satelit Farmasi Rawat Jalan Umum

No. Nama Obat ED Jumlah Harga Satuan


(Rp) Total Harga (Rp)

1. Rimactazid Februari
24 6500 156000
(HWIH2030IIW) 2016

jumlah item obat yang sesuai


% parameter kesesuaian = 100
jumlah total item di gudang farmasi
1 x 100%
424
377
% parameter kesesuaian = x 100%
380

% Obat yang stok macet di rawat jalan umum =

= 0,24 %

Total kemungkinan kerugian apabila stok macet di satelit farmasi rawat jalan
umum yang tidak terselesaikan yaitu Rp 156.000

2. Daftar Obat Kosong di Satelit Farmasi Rawat Jalan Umum

No Nama Obat

1. Carcade (Ramipril)

2. Dorner

3. Clozaril (Clozapin 25 mg)

4. Twynsta

5. Zinnat

6. Ativan

7. Kaltrofen

8. Levaside
9. Zoloft

10. Terasma

11. Orixal (Claritomisin)

12 Melasma (Terbutalin Sulfat)


jumlah item obat yang sesuai
% parameter kesesuaian = 100
jumlah total item di gudang farmasi
12 x 100%
424
377
% parameter kesesuaian = x 100%
380

% Obat yang stok macet di rawat jalan umum =

= 2,83 %

3. Daftar Obat Stok Macet di Satelit Farmasi IGD

No. Nama Obat Jumlah Harga satuan Total Harga ED


(Rp) (Rp)

1. Nirtal Tab 50 2750 137500 Juni 2017

2. Piroksikam 20 mg 12 131 1572 Februari 2016

3. Proksikam 10 mg 21 November
105 2205 2016

4. Rifampisin 450 mg 33 37152 Januari 2016

5. Ramipril 5 mg 94 684 64296 Maret 2016

6. Ramipril 2,5 mg 48 November


413 19824 2015

Total Harga Rp.262549


jumlah item obat yang sesuai
% parameter kesesuaian = 100
jumlah total item di gudang farmasi
6 x 100%
764
377
% parameter kesesuaian = x 100%
380
% Obat yang stok macet di rawat jalan umum =

= 0,785 %

Total kemungkinan kerugian apabila stok macet di satelit farmasi IGD yang tidak
terselesaikan yaitu Rp. 262549.

4. Daftar Obat Kosong di Satelit Farmasi IGD

No Nama Obat

1. Citicolin Injeksi 500 mg

2. Citicolin Injeksi 1 gram

3. Cortison Injeksi

4 Tramadol injeksi

5 Tramadol Tablet

6 Ketorolac 3%

7 Cefixim

8 Cefadroxil

9 Ranitidin Tablet

1 Betahistin
0

1 Mecobalamin Cap
1

1 Hyocin Injeksi
2

1 Glimepirid 1 gram
3

1 Dicynon
4

1 Piracetam Injeksi
5
jumlah item obat yang sesuai
% parameter kesesuaian = 100
jumlah total item di gudang farmasi
15 x 100%
764
377
% parameter kesesuaian = x 100%
380

% Obat yang stok macet di rawat jalan umum =

= 1,96 %

B. PEMBAHASAN

Obat macet didefinisikan sebagai suatu kondisi persediaan yang diadakan


dalam jumlah yang lebih besar dari jumlah yang dibutuhkan pada saat itu, serta
mengacu kepada barang yang tidak bergerak (non-moving inventory). Obat macet
pada dasarnya juga mencakup barang yang tidak dipakai karena perubahan dari
selera konsumen, desain, dan proses produksi. Salah satu masalah yang sering
muncul dan menjadi perhatian utama dalam pengelolaan perbekalan farmasi
adalah adanya obat macet.
Kriteria obat macet di Satelit Farmasi rawat jalan umum, dan IGD RSUD
Prof. dr. Margono Soekarjo Purwokerto adalah obat yang tidak terpakai selama
lebih kurang 3 bulan, meliputi 1 item obat di Satelit Farmasi rawat jalan umum
dengan presentase 0,24 % dengan kemungkinan kerugian apabila tidak di atasi
sebesar Rp. 156.000 dan 6 item obat di Satelit Farmasi IGD dengan presentase
0,785 % dengan kemungkinan kerugian apabila tidak di atasi sebesar Rp. 262549.
Terdapat beberapa penyebab terjadinya obat macet tersebut, antara lain, tidak
diresepkannya obat oleh dokter karena dokter memilih obat lain atau karena kasus
penyakit tersebut sudah tidak ada, adanya perubahan pola penyakit, dokter tidak
taat terhadap formularium, serta kurang tepatnya perencanaan pengadaan obat.
Kerugian yang diakibatkan oleh stok macet adalah perputaran uang yang tidak
lancar dan kerusakan obat akibat terlalu lama disimpan. Solusi dari masalah
tersebut adalah membangun budaya proaktif kordinasi komunikasi informatif dan
edukatif (KKIE) antara apoteker dengan dokter sebagai penulis resep untuk
menghabiskan stock sebelumnya, sehingga kerugian rumah sakit akibat obat
macet dapat berkurang.
Masalah lain yang sering dihadapi oleh Satelit Farmasi rawat jalan umum,
dan IGD RSUD Prof. dr. Margono Soekarjo Purwokerto adalah adanya obat
kosong. Hal ini akan menyebabkan kebutuhan obat pasien tidak terpenuhi,
sehingga pasien harus membeli obat ke luar apotek.
Terdapat beberapa item obat yang tidak tersedia (kosong) di RSUD Prof.
dr. Margono Soekarjo Purwokerto pada tanggal 19 - 23 Maret 2015 yaitu di Satelit
Farmasi rawat jalan umum adalah 12 item dengan presentase 2,83 %, dan di IGD
adalah 15 item dengan presentase 1,96 %. Masalah obat kosong ini disebabkan
karena pengiriman obat oleh distributor e-catalog tidak dapat terpenuhi
seluruhnya, yaitu hanya berkisar 10%-50% sehingga menyebabkan kekurangan
obat. Solusi yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah ini yaitu dengan
melakukan koordinasi dengan satelit farmasi lain terkait obat kosong, sehingga
kebutuhan pasien dapat terpenuhi. Akan tetapi, jika pada satelit farmasi lain juga
terjadi stok kosong, maka dilakukan penggantian obat dengan obat lain yang
memiliki efek sama, dengan persetujuan dokter penulis resep dan atau pasien.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari hasil pembahasan dapat disimpulkan bahwa dari masing-masing satelit


Farmasi yaitu satelit farmasi rawat jalan umum dan IGD masih terdapat stok obat
macet dan stok obat kosong dengan presentase kecil, kurang dari 10 %. Hal ini
dikarenakan tidak diresepkannya obat oleh dokter, adanya perubahan pola
penyakit, dokter tidak taat terhadap formularium, serta kurang tepatnya
perencanaan pengadaan obat, sedangkan masalah obat kosong disebabkan karena
pengiriman obat oleh distributor e-catalog tidak dapat terpenuhi seluruhnya.
Solusi untuk mengatasi stok obat kosong yaitu dengan melakukan koordinasi
dengan satelit farmasi lain terkait obat kosong, sehingga kebutuhan pasien dapat
terpenuhi, penggantian obat dengan obat lain dengan efek sama dengan
persetujuan dokter. Hal ini bertujuan untuk menghindari kerugian yang akan
dialami oleh Rumah Sakit.
DAFTAR PUSTAKA

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2014 Tentang


Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit,
Pratiwi, A., 2009, Stock Out, Jakarta: FKM UI
Suciati, S., B. Adisasmito, B. Wiku., 2006. Analisis Perencanaan Obat Berdasarkan
ABC Indeks Kritis di Instalasi Farmasi. Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan.
V(09) : 19-26

Anda mungkin juga menyukai