Anda di halaman 1dari 5

Studi kelayakan 

apotek (Feasibility Study) adalah suatu rancangan secara komprehensif


mengenai rencana pendirian apotek baru untuk melihat  kelayakan usaha baik dari pengabdian profesi
maupun sisi bisnis ekonominya.  Tujuannya adalah untuk menghindari penanaman  modal yang tidak
efektif dan berguna untuk mengetahui apakah apotek yang akan  didirikan cukup layak atau dapat
bertahan dan memberi keuntungan secara bisnis.  Dalam studi kelayakan diperlukan perhitungan yang
matang sehingga apotek yang  akan didirikan nanti tidak mengalami kerugian.

Secara umum studi kelayakan dari suatu usaha mencakup 4 aspek penilaian,  yaitu:
1)      Aspek  Manajemen
Apotek perlu mendapat dukungan tenaga manajemen yang ahli dan berpengalaman, serta
memiliki motivasi dan dedikasi yang tinggi untuk mengembangkan apotek.  Karena itu
hendaknya disusun tugas-tugas pokok yang harus dijalankan agar apotek dapat berjalan dengan
baik. Tugas-tugas tersebut kemudian dituangkan dalam jabatan-jabatan tertentu dan disusun
dalam satu organisasi, dengan tersusunnya struktur organisasi lebih mudah untuk menentukan
apa yang harus dipenuhi oleh calon pegawai apotek. Aspek manajemen, meliputi :
a.       Strategi manajemen (Visi, Misi, Strategi, Program Kerja, SOP )
b.      Bentuk badan usaha
c.       Struktur organisasi
d.      Jenis pekerjaan
e.       Kebutuhan tenaga kerja
f.       Program kerja
(Anief, 2001)

2)      Aspek Teknis
Aspek teknis yang dimaksud di sini adalah kondisi fisik dan peralatan yang dibutuhkan untuk
menunjang pelayanan kefarmasian di apotek. Aspek teknis, meliputi :
a.    Peta lokasi dan lingkungan (posisi apotek terhadap sarana pelayanan    kesehatan lain)
b.   Tata letak bangunan
c.    Interior dan peralatan teknis
(Anief, 2001).

3)      Aspek Pasar
Dalam pendirian apotek, aspek pemasaran mendapat prioritas utama agar laju perkembangan
apotek sesuai dengan yang diharapkan Aspek ini diantaranya menyangkut jumlah praktek dokter
yang ada di sekitar apotek dan jumlah apotek pesaing di lokasi tersebut. Aspek pasar meliputi :
a.       Jenis produk yang akan dijual
b.      Cara (dari mana, bagaimana) mendapatkan produk yang akan dijual
c.       Bentuk pasar(Persaingan Sempurna, Monopoli, Oligopoli, Monopsoni)
d.      Potensi pasar (Q = N.P)
Potensi pasar bisa dianalisis dengan menggunakan analisis SWOT. Analisis SWOT (SWOT
analysis) yakni mencakup upaya-upaya untuk mengenali kekuatan, kelemahan, peluang, dan
ancaman yang menentukan kinerja perusahaan. Informasi eksternal mengeni peluang dan
ancaman dapat diperoleh dari banyak sumber, termasuk pelanggan, dokumen pemerintah,
pemasok, kalangan perbankan, rekan diperusahaan lain. Banyak perusahaan menggunakan jasa
lembaga pemindaian untuk memperoleh keliping surat kabar, riset di internet, dan analisis tren-
tren domestik dan global yang relevan (Richard, 2010).
                Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan
strategi perusahaan. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan
(strength) dan peluang (opportunity), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan
(weakness) dan ancaman (threats). Proses pengambilan keputusan strategi selalu berkaitan
dengan pengembangan misi, tujuan, strategi dan kebijakan perusahaan. Dengan demikian,
perencanaan strategi harus menganalisa faktor-faktor strategi perusahaan (kekuatan, kelemahan,
peluang dan ancaman) dalam kondisi yang saat ini. Analisis SWOT membandingkan antara
faktor eksternal peluang dan ancaman dengan faktor internal kekuatan dan kelemahan (Freddy,
2009).
            Alat yang dipakai untuk menyusun faktor-faktor strategis perusahaan adalah matriks SWOT.
Matriks ini dapat mengambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang
dihadapi perusahaan dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya.

Potensi pasar bisa dianalisis dengan menggunakan analisis SWOT. Analisis SWOT (SWOT
analysis) yakni mencakup upaya-upaya untuk mengenali kekuatan, kelemahan, peluang, dan
ancaman yang menentukan kinerja perusahaan. Informasi eksternal mengeni peluang dan
ancaman dapat diperoleh dari banyak sumber, termasuk pelanggan, dokumen pemerintah,
pemasok, kalangan perbankan, rekan diperusahaan lain. Banyak perusahaan menggunakan jasa
lembaga pemindaian untuk memperoleh keliping surat kabar, riset di internet, dan analisis tren-
tren domestik dan global yang relevan (Richard, 2010).
                Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan
strategi perusahaan. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan
(strength) dan peluang (opportunity), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan
(weakness) dan ancaman (threats). Proses pengambilan keputusan strategi selalu berkaitan
dengan pengembangan misi, tujuan, strategi dan kebijakan perusahaan. Dengan demikian,
perencanaan strategi harus menganalisa faktor-faktor strategi perusahaan (kekuatan, kelemahan,
peluang dan ancaman) dalam kondisi yang saat ini. Analisis SWOT membandingkan antara
faktor eksternal peluang dan ancaman dengan faktor internal kekuatan dan kelemahan (Freddy,
2009).
            Alat yang dipakai untuk menyusun faktor-faktor strategis perusahaan adalah matriks SWOT.
Matriks ini dapat mengambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang
dihadapi perusahaan dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya.
4)      Aspek Keuangan
Aspek finansial ditujukan untuk memperkirakan berapa jumlah dana yang dibutuhkan untuk
membangun dan kemudian untuk mengoperasikan apotek. Sumber pembiayaan apotek dapat
menggunakan dua sumber, yaitu : pertama modal sendiri, dapat satu orang pribadi atau beberapa
orang dengan pembagian saham. Kedua dapat dengan pinjaman dengan melalui bank atau
lembaga non bank. Aspek keuangan, meliputi :
a.    Investasi dan modal kerja
b.   Penilaian analisis keuangan (PBP, ROI, NPV, IRR, BEP)
Yaitu analisa yang berkenaan dengan biaya operasional dan biaya investasi. Penilaian analisis
keuangan tersebut dapat menggunakan analisis PBP, ROI, NPV, IRR, BEP
PBP       : Pay Back Periode
ROI       : Return On Investment
NPV     : Net Present Value
IRR        : Internal Rate of Return
BEP       : Break Even Point
c.     Cash Flow Analysis
Di bawah ini akan dijelaskan mengenai aspek keuangan dilihat dari analisis Break Even Point,
Return on Investment dan Payback Periode dalam studi kelayakan.

a)      Break Even Point (BEP)


Untuk mempertahankan kontinuitas usaha, apotek harus menjaga tingkat keseimbangan
antara hasil penjualan (total revenue) atau laba yang diperoleh dengan biaya total.  Analisa
pendekatan yang digunakan ialah metode break even point :
Analisa BEP menunjukkan suatu keadaan kinerja suatu usaha pada posisi tidak
memperoleh keuntungan dan tidak mengalami kerugian karena pada posisi tersebut pada omset
tertentu laba yang diperoleh sama dengan biaya tetap yang dikeluarkan. Sehingga dengan harga
yang ada, omzet yang didapatkan, serta biaya yang dikeluarkan itu tidak akan menderita
kerugian. Dengan adanya BEP ini menjadi alat untuk menetapkan perkiraan omzet yang harus
didapatkan agar suatu usaha tidak merugi (Anief, 2001).
Analisa BEP berguna untuk :
1.      Digunakan untuk perencanaan laba(Profit Planning)
2.      Sebagai alat pengendalian (Controlling)
3.      Sebagai alat pertimbangan dalam menentukan harga jual
4.      Sebagai alat pertimbangan dalam mengambil keputusan perlu diketahui berapakah BEP-nya.

b)     ROI (Return on Investment)


Return on Investment (ROI) atau rentabilitas atau earning power merupakan perbandingan
antara pendapatan bersih dengan aktiva bersih rata-rata yang digunakan. Hal ini penting untuk
mengetahui kemampuan perusahaan menghasilkan pendapatan. ROI dapat dihitung dengan
rumus :

ROI dapat dinaikkan dengan cara:


a.       Menaikkan margin
1)      Hasil penjualan (total sales) dinaikkan lebih besar dibanding  biaya.
2)      Biaya diturunkan lebih besar dibanding penjualannya.
b.      Menaikkan perputaran
1)      Menaikkan hasil penjualan (laba) dibanding aktivanya (modal lancarnya).
2)      Menurunkan aktivanya lebih besar dibanding hasil penjualan (laba).
ROI merupakan analisa hasil usaha. Hal ini tergantung dari tujuan perusahaan, tapi secara
umum dapat dikatakan ROI yang baik adalah lebih besar daripada jasa pinjaman rata-rata.
Besarnya ROI yang diperoleh merupakan tingkat pengembangan usaha suatu perusahaan (Anief,
2001).
c)      Payback Periode
Pay Back Period merupakan suatu analisa untuk mengetahui berapa lama modal yang kita
investasi akan kembali (balik modal). PBP merupakan rasio dari total investasi dibandingkan
dengan laba bersih. Pay Back Period dapat dihitung dengan rumus:

Semakin kecil waktu pengembalian modal maka semakin prospektif pendirian apotek yang
menandakan semakin besar tingkat pengembalian modal dan keuntungan bersih rata-rata juga
akan semakin besar. Pay back period tergantung dari jumlah investasi dan modal tetap yang
dikeluarkan. Investasi juga berasal dari modal operasional dan modal cadangan (Anief, 2001).

Apotek merupakan sarana pelayanan kefarmasian yang juga merupakan sarana untuk menjalankan bisnis.
Disamping perannya sebagai sarana pelayanan kefarmasian, apotek juga berperan sebagai sarana untuk
menjalankan bisnis dengan tujuan untuk mendapatkan laba dari kegiatan penjualan sediaan kefarmasiaan
di apotek. Kedua kegiatan tersebut diharapkan dapat berjalan dengan secara beriringan sehingga
dilakukanlah studi kelayakan apotek untuk menilai aspek teknis, pasar, manajemen dan keuangan dalam
pendirian apotek. Studi kelayakan dilakukan untuk mendukung proses pengambilan keputusan,
berdasarkan analisis cost-benefit, untuk melihat keberlangsungan bisnis atau perusahaan dalam hal ini
adalah apotek sehingga keberlangsungan aspek bisnis dan pelayanan kefarmasian dapat dijalankan
dengan optimal.

1. Kerjasama dengan praktek dokter


2. Merancang SOP (standar operating procedure) dan standar organisasi kerja
3. Melakukan promosi lewat media sosial dan internet
4. Menyediakan obat-obatan yang dibutuhkan oleh pasien. Jika obat yang dibutuhkan tidak ada,
maka berusaha mengambil di apotek lain.
5. Menyediakan jasa konseling secara gratis oleh APA yang dapat dilakukan setiap bulan sekali
6. Menerima pelayanan resep dengan system antar jemput (dengan catatan masih dalam wilayah
sekitar apotek)

Anda mungkin juga menyukai