Subsistem Pelayanan Kesehatan
Subsistem Pelayanan Kesehatan
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
2. 1. Batasan
Pelayanan kesehatan adalah sebuah konsep yang digunakan dalam
memberikan layanan kesehatan kepada masyarakat. Pelayanan kesehatan menurut
Prof. Dr. Soekidjo Notoatmojo adalah sebuah subsistem pelayanan kesehatan yang
tujuan utamanya adalah pelayanan preventif (pencegahan) dan promotif (peningkatan
kesehatan) dengan sasaran masyarakat. Sedangkan menurut Levey dan Loomba
(1973), pelayanan kesehatan adalah upaya yang diselenggarakan sendiri atau secara
bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan, mencegah, dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan
perorangan, keluarga, kelompok, atau masyarakat.2
Definisi pelayanan kesehatan menurut Depkes RI (2009) adalah setiap upaya
yang diselenggarakan sendiri atau secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk
memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah, dan menyembuhkan penyakit,
serta memulihkan kesehatan perorangan, keluarga, kelompok dan ataupun
masyarakat. Sesuai dengan batasan seperti di atas, mudah dipahami bahwa bentuk
dan jenis pelayanan kesehatan yang ditemukan banyak macamnya. Karena
kesemuanya ini ditentukan oleh:3
negara (UUD, 1945, Pasal 28H ayat 1). Untuk mendapatkan hak dasar tersebut
negara harus menyediakannya baik dari segi kuantitas maupun kualitas
2
Perbedaan lebih lanjut dari kedua bentuk pelayanan kesehatan ini, dapat
dilihat dari rincian Leavel dan Clark (1953), yang secara sederhana dapat diuraikan
pada tabel 1.
dokter.
Perhatian utamanya pada peyembuhan
penyakit
Sasaran utamanya adalah perseorangan
atau keluarga
Kurang memperhatikan efisiensi
Tidak boleh menarik perhatian karena
bertentangan dengan etika kedokteran.
Menjalankan fungsi perseorangan dan
terikat dengan undang-undang
Penghasilan diperoleh dari imbalan
jasa.
Bertanggung jawab hanya kepada
penderita
Tidak dapat memonopoli upaya
kesehatan dan bahkan mendapat
saingan
Masalah administrasi amat sederhana
kesehatan masyarakat
Perhatian utamanya pada pencegahan
penyakit
Sasaran utamanya adalah masyarakat
secara keseluruhan.
Selalu berupaya mencari cara yang
efisien.
Dapat menarik perhatian masyarakat
misalnya dengan penyuluhan
kesehatan.
Menjalankan fungsi dengan
mengorganisir masyarakat dan
mendapat dukungan undang- undang
Penghasilan berupa gaji dari
pemerintah
Bertanggung jawab kepada seluruh
masyarakat
Dapat memonopoli upaya kesehatan
Menghadapi berbagai berbagai
persoalan kepemimpinan.
Syarat pokok kedua pelayanan kesehatan yang baik adalah yang dapat
diterima (acceptable) oleh masyarakat serta bersifat wajar (appropriate)
artinya pelayanan kesehatan tersebut tidak bertentangan dengan keyakinan
dan kepercayaan masyarakat. Pelayanan kesehatan yang bertentangan dengan
adat istiadat, kebudayaan, keyakinan dan kepercayaan masyarakat serta
bersifat tidak wajar, bukanlah suatu pelayanan kesehatan yang baik.
3. Mudah dicapai (accessible)
Syarat pokok ketiga pelayanan kesehatan yang baik adalah yang mudah
dicapai (accessible) oleh masyarakat. Pengertian ketercapaian yang
dimaksudkan disini terutama dari sudut lokasi. Dengan demikian untuk dapat
mewujudkan pelayanan kesehatan yang baik, maka pengaturan distribusi
sarana kesehatan menjadi sangat penting. Pelayanan kesehatan yang terlalu
terkonsentrasi di daerah perkotaan saja, dan sementara itu tidak ditemukan di
daerah pedesaan, bukanlah pelayanan kesehatan yang baik.
4. Mudah dijangkau (affordable)
Syarat pokok keempat peayanan kesehatan yang baik adalah yang mudah
dijangkau (affordable) oleh masyarakat. Pengertian keterjangkauan yang
dimaksud disini terutama dari sudut biaya. Untuk dapat mewujudkan keadaan
yang seperti ini harus dapat diupayakan biaya pelayanan kesehatan tersebut
sesuai dengan kemampuan ekonomi masyarakat. Pelayanan kesehatan yang
mahal dank arena itu hanya mungkin di nikmati oleh sebagian kecil
masyarakat saja, bukanlah pelayanan kesehatan yang baik.
5. Bermutu (quality)
Syarat pokok kelima pelayanan kesehatan yang baik adalah yang bermutu
(quality). Pengertian mutu yang dimaksud disini adalah yang menunjuk pada
tingkat kesempurnaan pelayanan kesehatan yang diselenggarakan, yang
disatu pihak dapat memuaskan para pemakai jasa pelayanan, dan di pihak lain
tata cara penyelenggaraannya sesuai dengan kode etik serta standar yang telah
di tetapkan.
2.4. Masalah Pelayanan Kesehatan
10
atas beberapa strata,untuk kemudian antara satu strata dengan strata lainnya, diikat
dalam satu mekanisme hubungan kerja, sehingga secara keseluruhan membentuk
suatu kesatuan yang terpadu.1
2.6. Stratifikasi Pelayanan Kesehatan
Strata pelayanan kesehatan yang dianut oleh tiap negara tidaklah sama,
namun secara umum berbagai strata ini dapat dikelompokkan menjadi tiga
macam yakni:1,2
1.
2.
3.
11
seperti misalnya rumah sakit yang dibedakan atas beberapa kelas, mulai dari kelas D
pada tingkat yang paling bawah sampai ke kelas A pada tingkat yang paling atas.1,2
Sistem rujukan yaitu suatu sistem penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang
melaksanakan pelimpahan tanggung jawab timbal balik terhadap suatu kasus
penyakit atau masalah kesehatan secara vertikal dalam arti dari unit yang
berkemampuan kurang kepada unit yang lebih mampu atau secara horizontal dalam
arti antar unit-unit yang setingkat kemampuannya. (SK Menteri Kesehatan RI No. 32
tahun 1972).2
Macam rujukan yang berlaku di Indonesia telah pula ditentukan. Sistem
Kesehatan Nasional membedakannya atas dua macam yakni:1,2,5
1. Rujukan kesehatan
Rujukan ini dikaitkan dengan upaya pencegahan penyakit dan peningkatan
derajat kesehatan. Dengan demikian rujukan kesehatan pada dasarnya berlaku
untuk pelayanan kesehatan masyarakat (public health services). Rujukan
kesehatan dibedakan atas 3 macam yakni rujukan teknologi, sarana, dan
operasional.
2. Rujukan medik
Rujukan ini terutama dikaitkan dengan upaya penyembuhan penyakit serta
pemulihan kesehatan. Dengan demikin rujukan medik pada dasarnya berlaku
untuk pelayanan kedokteran.
12
Sama halnya dengan rujukan kesehatan, rujukan medik ini dibedakan atas tiga
macam yakni rujukan penderita, pengetahuan dan bahan-bahan pemeriksaan. Secara
sederhana, kedua macam rujukan ini dapat digambarkan dalam bagan 2.
Apabila sistem rujukan ini dapat terlaksana, dapatlah diharapkan terciptanya
pelayanan kesehatan yang menyeluruh dan terpadu. Beberapa manfaat juga akan
diperoleh yang jika ditinjau dari unsur pembentuk pelayanan kesehatan terlihat
sebagai berikut:2,5
1.
b.
13
a.
b.
c. Memudahkan dan atau meringankan beban tugas, karena setiap sarana kesehatan
mempunyai tugas dan kewajiban tertentu.
2.8. Program Menjaga Mutu
Untuk dapat menjaga mutu pelayanan kesehatan banyak upaya yang dapat
dilakukan. Upaya tersebut jika dilaksanakan secara terarah dan terencana, dalam
ilmu administrasi kesehatan disebut dengan nama program menjaga mutu. Batasan
program menjaga mutu banyak macamnya. Program menjaga mutu dapat diartikan
sebagai suatu upaya yang dilaksanakan secara berkesinambungan, sistematis,
objektif dan terpadu dalam menetapkan masalah dan penyebab masalah mutu
pelayanan kesehatan berdasarkan standar yan telah ditetapkan, menetapkan dan
melaksanakan cara penyelesaikan masalah sesuai dengan kemampuan yang tersedia,
serta menilai hasil yang telah dicapai dan menyusun saran-saran tindak lanjut untuk
lebih meningkatkan mutu pelayanan.2
2.8.1. Tujuan Program Menjaga Mutu
Tujuan program pelayanan mutu mencangkup dua hal yang bersifat
pokok yang jika disederhanakan sebagai berikut:2
a. Tujuan antara
Tujuan antara yang ingin dicapai oleh program menjaga mutu ialah
diketahuinya mutu pelayanan. Jika dikaitkan dengan kegiatan program
14
menjaga mutu, tujuan ini dapat dicapai apabila masalah mutu berhasil
ditetapkan.
b. Tujuan akhir
Tujuan akhir yang ingin di capai ialah meningkatkan mutu pelayanan.
Sesuai dengan kegiatan program menjaga mutu, meningkatkan mutu
yang di maksudkan ialah apabila program masalah berhasil dilaksanakan.
2.8.2. Sasaran Program Menjaga Mutu
Sasaran program menjaga mutu adalah pelayanan kesehatan yang
diselenggarakan. Setiap pelayanan kesehatan terdapat empat unsur yang
bersifat pokok yakni unsur masukan (input), proses (process), lingkungan
(environment), dan keluaran (output).1,2
a. Unsur masukan
Unsur masukan ialah semua hal yang diperlukan untuk
terselenggaranya pelayanan kesehatan. Unsur masukan ini banyak
macamnya. Yang terpenting adalah tenaga (man), dana (money), sumber
daya (resources), sarana (material) dan prasarana. Secara umum
disebutkan apabila tenaga dan sarana (kuantitas dan kualitas) tidak sesuai
dengan standar yang telah ditetapkan (standard of personnels and
facilities), serta jika dana yang tersedia tidak mendukung, maka sulit
diharapkan baiknya mutu pelayanan kesehatan.
b. Unsur Lingkungan
Unsur lingkungan adalah keadaan sekitar yang dapat mempengaruhi
pelayanan kesehatan. Untuk suatu institusi kesehatan, keadaan sekitar
yang terpenting adalah kebijakan (policy), organisasi (organization), dan
manajemen (management). Secara umum disebutkan apabila kebijakan,
organisasi, dan manajemen, tersebut tidak sesuai dengan standar dan
atau tidak bersifat mendukung, maka sulit diharapkan baiknya mutu
pelayanan kesehatan.
c. Unsur Proses
15
16
17
penduduk, serta di pihak lain tata cara penyelenggaraanya sesuai dengan kode
etik dan standar pelayanan profesi yang telah ditetapkan.2,7
2.8.4. Standar Mutu
Mutu menunjuk pada tingkat ideal tercapai yang diinginkan. Untuk itu
disusun suatu protokol dan indikator (tolok ukur) seperti standar. Saat ini
batasan tentang standar banyak macamnya. Berikut ini beberapa batasan
tentang standar:2,7
1. Standar adalah keadaan ideal atau tingkat tercapainya tertinggi dan
sempurna yang dipergunakan sebagai batas penerimaan minimal (Clinical
Practice Guideline, 1990).
2. Standar adalah kisaran variasi yang masih dapat diterima (Clinical
Practice Guideline, 1990)
3. Standar adalah rumsan tentang penampilan atau nilai yang diinginkan
yang mampu dicapai, berkait dengan parameter yang telah ditetapkan
(Donabedian, 1980).
4. Standar adalah spesifikasi dari fungsi atau tujuan yang harus dipenuhi oleh
suatu sarana pelayanan agar pemakaian jasa pelayanan dapat memperoleh
keuntungan yang maksimal dari pelayanan yang diselenggarakan
(Rowland dan Rowland, 1983).
5. Standar adalah tujuan produksi yang numeric, lazimnya ditetapkan secara
sendiri namun bersifat meningkat, yang dipakai sebagai pedoman untuk
memisahkan yang tidak dapat diterima atau buruk dengan yang dapat
diterima atau baik (Brent James, 1986).
Sesuai dengan peranan yang dimiliki oleh masing-masing unsur
pelayanan kesehatan, standar dalam program menjaga mutu secara umum
dapat dibedakan atas 2 macam yakni:
1. Standar persyaratan minimal
Standar persyaratan minimal adalah yang menunjukkan pada keadaan
minimal yang harus dipenuhi untuk dapat menjamin terselenggaranya
18
19
20
21
b. Perizinan
Sekalipun standardisasi telah terpenuhi, bukan lalu berarti mutu
pelayanan selalu dapat dipertanggungjawabkan. Untuk mencegah
pelayanan yang tidak bermutu, standardisasi perlu diikuti dengan
perizinan (licensure) yang lazimnya ditinjau secara berkala. Izin
menyelenggarakan pelayanan kesehatan hanya diberikna kepada
institusi kesehatan dan atau tenaga palaksana yang tetap memenuhi
persyaratan yang telah ditetapkan.
c. Sertifikasi
Sertifikasi adalah tidak lanjut dari perizinan, yakni memberikan
sertifikat (certification) (pengakuan) kepada institusi kesehatan dan atau
tenaga pelaksana yang benar-benar telah dan atau tetap memenuhi
persyaratan.
d. Akreditasi
Akreditasi (accreditation) adalah bentuk lain dari sertifikasi yang
nilainya dipandang lebih tinggi. Lazimnya akreditasi tersebut dilakukan
secara bertingkat, yakni yang sesuai dengan kemampuan institusi
kesehatan dan atau tenaga pelaksana yang menyelenggarakan pelayanan
kesehatan.
2. Program menjaga mutu konkuren
Program menjaga mutu konkuren (concurrent quality assurance)
adalah program menjaga mutu yang diselenggarakan bersamaan dengan
pelayanan kesehatan. Pada bentuk ini, perhatian utama lebih ditujukan
pada unsur proses, yakni memantau dan menilai tindakan medis dan non
medis yang dilakukan. Apabila kedua tindakan, tersebut tidak sesuai
dengan standar yang telah ditetapkan, maka berarti pelayanan kesehatan
yang diselenggarakan kurang bermutu.
22
23
24
b. Kelompok
Di sini pelaksana Program Menjaga Mutu telah diorganisir dalam suatu
organisasi khusus yang diserahkan tanggung jawab menyelenggarakan
Program Menjaga Mutu. Pada institusi kesehatan yang kecil,
penyelenggara yang dilibatkan dapat semuanya. Tetapi pada institusi
kesehatan yang besar, penyelenggara yang dilibatkan hanya perwakilan
saja, yakni mereka yang lebih wewenang dan tanggung jawab.
Organisasi khusus yang dibentuk ini dikenal dengan nama Tim Penjaga
Mutu (Quality Assurance Commite).
c. Para Ahli
Di sini pelaksana Program Menjaga Mutu adalah para ahli yang tidak
terlibat langsung dalam pelayanan kesehatan.Organisasi yang dibentuk
mirip dengan Tim Penjaga Mutu yang dibentuk oleh para pelaksana
pelayanan. Bedanya hanya pada keanggotannya saja, karena pada
bentuk yang terakhir ini para anggotanya adalah para ahli yang tidak
terlibat langsung dalam pelayanan kesehatan.
Dari ketiga bentuk Organisasi Pelaksana, yang dinilai baik adalah
bentuk yang kedua, yakni Tim Penjaga Mutu yang melibatkan pelaksana
pelayanan. Jika diketahui bahwa untuk setiap kelompok pelayanan kesehatan
tersedia satu unit/instalasi pelayanan kesehatan, maka dianjurkan
pembentukan Tim tersebut dapat dilakukan pada setiap unit/instalasi
pelayanan kesehatan. Misalnya di unit rawat jalan, di unit pelayanan gawat
darurat, di unit pelayanan KB, di unit pelayanan bedah, di instalasi rawat
jalan, di instalasi rawat inap dan lain sebagainya yang sejenis.
Untuk koordinasi Program Menjaga Mutu secara keseluruhan perlu
dibentuk Tim Penjaga Mutu tingkat institusi yang peranannya tidak berdiri
sendiri, melainkan hanya mengkoordinir semua Tim Penjaga Mutu yang telah
ada, sehingga terbentuk jaringan Tim Penjaga Mutu tingkat institusi. Perlu
disampaikan bahwa status Tim dalam struktur organisasi institusi kesehatan
tidak bersifat struktural, melainkan bersifat fungsional. Dalam arti yang
25
26
27
menjaga mutu pelayanan kesehatan yang terpadu ini populer dengan istilah
Manajemen Mutu Terpadu (Total Quality Management).2,7
2.8.8. Manfaat Program Peningkatan Mutu
Apabila Program Menjaga Mutu dapat dilaksanakan, banyak manfaat
yang akan diperoleh. Secara umum manfaat yang dimaksud adalah:2,7
1. Dapat lebih meningkatkan efektivitas pelayanan kesehatan
Peningkatan efektivitas yang dimaksud di sini erat hubungannya dengan
dapat diatasinya masalah kesehatan secara tepat dan benar. Karena
memanglah sesuai dengan diselenggarakannya pelayanan kesehatan
dengan masalah yang ditemukan.
2. Dapat lebih meningkatkan efisiensi pelayanan kesehatan
Peningkatan efisiensi yang dimaksud disini erat hubungannya dengan
dapat dicegahnya penyelenggaraan pelayanan yang berlebihan dan atau
yang di bawah standar. Biaya tambahan karena pelayanan yang berlebihan
dan atau karena harus mengatasi berbagai efek samping karena pelayanan
yang di bawah standar, akan dapat dicegah.
3. Dapat lebih meningkatkan penerimaan masyarakat terhadap pelayanan
kesehatan
Peningkatan penerimaan ini erat hubungannya dengan telah sesuainya
pelayanan kesehatan yang diselenggarakan dengan kebutuhan dan tuntutan
pemakai jasa pelayanan. Apabila peningkatan penerimaan ini dapat
diwujudkan, pada gilirannya pasti akan berperan besar dalam turut
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat secara keseluruhan.
4. Dapat melindungi pelaksana pelayanan dari kemungkinan munculnya
gugatan hukum
Pada saat ini sebagai akibat dari makin baiknya tingkat pendidikan dan
keadaan sosial ekonomi penduduk, tampak kesadaran hukum masyarakat
makin meningkat pula. Untuk melindungi kemungkinan munculnya
gugatan hukum dari masyarakat yang tidak puas terhadap pelayanan
kesehatan, tidak ada pilihan lain yang dapat dilakukan, kecuali berupa
28
29
b.
30
b.
31
32
c. Pelayanan rujukan (referal services) yakni hanya melayani pasienpasien rujukan oleh sarana kesehatan lain. Biasanya untuk diagnosis
atau terapi, sedangkan perawatan selanjutnya tetap ditangani oleh
sarana kesehatan yang merujuk.
d. Pelayanan bedah jalan (ambulatory surgery services) yakni memberikan
pelayanan bedah yang dipulangkan pada hari yang sama.
2. Pelayanan rawat jalan oleh klinik mandiri
Bentuk kedua dari pelayanan rawat jalan adalah yang diselenggarakan oleh
klinik yang mandiri yakni yang tidak ada hubungan organisatoris dengan
Rumah Sakit, bentuk klinik mandiri ini banyak macamnya yang secara
umum dapat dibedakan atas dua macam:
a. Klinik mandiri sederhana
Bentuk klinik mandiri sederhana (simple free standing ambulatory
centers) yang poluler adalah praktek dokter umum dan atau praktek
dokter spesialis secara perseoranagn. Untuk Indonesia ditambah lagi
dengan praktek Bidan.
b. Klinik mandiri institusi
Bentuk klinik mandiri institusi (institutional free standing ambulatory
centers) banyak macamnya. Mulai dari praktek bekelompok (group
practitioner), poliklinik (clinic), BKIA (MCH center), PUSKESMAS
(community health center), Dan di Amerika Serikat ditambah lagi
dengan HMOs dan PPOs.
Sama halnya dengan berbagai pelayanan kesehatan lainnya, maka salah satu
syarat pelayanan rawat jalan yang baik adalah pelayanan yang bermutu. Karena itu
untuk dapat menjamin mutu pelayanan rawat jalan tersebut, maka program menjaga
mutu pelayanan rawat jalan perlu pula dilakukan.
Untuk ini diperhatikan bahwa sekalipun prinsip pokok program menjaga
mutu pada pelayanan rawat jalan tidak banyak berbeda dengan berbagai pelayanan
kesehatan lainnya, namun karena pada pelayanan rawat jalan ditemukan beberapa
ciri khusus, menyebabkan penyelenggaraan program menjaga mutu pada pelayanan
33
rawat jalan tidaklah semudah yang diperkirakan, ciri-ciri khusus yang dimaksud
adalah:
1. Sarana, prasarana serta jenis pelayanan rawat jalan sangat beraneka ragam,
sehingga sulit merumuskan tolak ukur yang bersifat baku.
2. Tenaga pelaksana bekerja pada srana pelayanan rawat jalan umumnya
terbatas, sehigga di satu pihak tidak dapat dibentuk suatu perangkat khusus
yang diserahkan tanggung jawab penyelengaraa program menjaga mutu, dan
pihak lain, apabila beban kerja terlalu besar, tidak memiliki cukup waktu
untuk menyelengarakan program menjaga mutu.
3. Hasil pelayanan rawat jalan sering tidak diketahui. Ini disebabkan karena
banyak dari pasien tidak datang lagi ke klinik.
4. Beberapa jenis penyakit yang datang ke sarana pelayanan rawat jalan adalah
penyakit yang dapat sembuh sendiri, sehingga penilaian yang objektif sulit
dilakukan.
5. Beberapa jenis penyakit yang datang ke sarana pelayanan rawat jalan adalah
mungkin penyakit yang telah berat dan bersifat kronis, sehingga menyulitkan
pekerjaan penilaian.
6. Beberapa jenis penyakit yang datang berobat datang ke sarana pelayanan
rawat jalan mungkin jenis penyakit yang penanggulangannya sebenarnya
berada di luar kemampuan yang dimiliki. Keadaan yang seperti ini juga akan
menyulitkan pekerjaan penilaian.
7. Rekam medis yang dipergunakan pada pelayanan rawat jalan tidak selengkap
rawat inap, sehingga data yang diperlukan untuk penilaian tidak lengkap.
8. Perilaku pasien yang datang kesarana pelayanan rawat jalansukar dikontrol,
dan karenanya sembuh atau tidaknya suatu penyakit yang dalami tidak
sepenuhnya tergantung dari mutu pelayanan yang diselenggarakan.2
2.11. Pelayanan Gawat Darurat
Pelayanan gawat darurat (emergency care) adalah bagian dari pelayanan
kedokteran yang dibutuhkan oleh penderita dalam waktu segera (imediately) untuk
menyelamatkan kehidupannya (life saving). Unit kesehatan yang menyelenggarakan
pelayanan gawat darurat disebut dengan nama Unit Gawat Darurat (emergency unit).
Tergantung dari kemampuan yang dimiliki, keberadaan unit gawat darurat (UGD)
34
tersebut dapat beraneka macam, namun yang lazim ditemukan adalah yang tergabung
dalam rumah sakit (hospital based emergency unit).2
Hanya saja betapapun telah majunya sistem rumah sakit yang dianut oleh
suatu negara, bukan berarti tiap rumah sakit memiliki kemampuan mengelola UGD
sendiri, untuk mengelola kegiatan UGD memang tidak mudah penyebab utamanya
adalah karena UGD adalah salah satu dari unit kesehatan yang padat modal, padat
karya dan padat teknologi. Sekalipun diakui tidak semua rumah sakit memiliki
kemampuan menyelenggarakan UGD, bukan lalu berarti ketidak adaan UGD di suatu
hidup dan kehidupan, keberadaan suatu UGD di setiap komunitas dapat dibenarkan.
Saat ini keberadaan suatu UGD di tiap komunitas telah merupakan salah satu
kebutuhan pokok. Dalam keadaan dimana tidak satupun rumah sakit mampu
menyelenggarakan pelayanan UGD, biasanya terdapat semacam peraturan yang
mewajibkan adanya kerjasama antar rumah sakit. Dalam keadaan yang seperti ini,
salah satu rumah sakit menyediakan diri untuk mengelola UGD, untuk kemudian
dapat dimanfaatkan secara bersama.2
Kegiatan yang menjadi tanggung jawab UGD banyak macamnya, secara
umum dapat dibedakan atas tiga macam sebagai berikut:2
1. Menyelenggarakan pelayanan gawat darurat. Sayangnya jenis pelayanan
kedokteran yang bersifat khas ini sering disalahgunakan. Pelayanan gawat
darurat sebenarnya bertujuan untuk menyelamatkan kehidupan penderita (life
savng), sering dimanfatkan hanya untuk memperoleh pelayanan pertolongan
pertama (first aid) dan bahkan pelayanan rawat jalan (ambulatory care).
Pengertian gawat darurat yang dianut oleh anggota masyarakat memang
berbeda dengan petugas kesehatan. Oleh anggota masyarakat, setiap
gangguan kesehatan yang dialaminya, dapat saja diartikan sebagai keadaan
darurat (emergency) dan karena itu mendatangi UGD untuk meminta
pertolongan. Tidak mengherankan jika jumlah penderita rawat jalan yang
mengunjungi UGD dari tahun ke tahun tampak semakin meningkat.
2. Menyelenggarakan pelayanan penyaringan untuk kasus-kasus yang
membutuhkan pelayanan rawat inap intensif. Pada dasarnya kegiatan ini
merupakan lanjutan dari pelayanan gawat darurat, yakni dengan merujuk
35
36
37
pengelolaan rumah sakit telah begitu majemuk, maka muncullah kebutuhan akan
jenis tenaga lain, seperti tenaga administrasi, teknisi medis dan teknisi non-medis.
Dalam proses perkembangan selanjutnya, terdapat pula anggota masyarakat yang
menaruh perhatian kepada rumah sakit sebagai Dewan Perwakilan (board of trustees)
yang merupakan penentu kebijakan rumah sakit dan mewakili kepentingan
masyarakat. Di samping itu, pada beberapa rumah sakit ditemukan pula tenaga
relawan. Dengan makin majemuknya fungsi dan kegiatan rumah sakit, maka
termasuk pula para mahasiswa kedokteran dan para siswa keperawatan sebagai
masyarakat rumah sakit.2
2.12.1. Organisasi Rumah Sakit
Meskipun masyarakat rumah sakit pada saat ini telah mencakup
bidang yang amat luas, namun untuk kepentingan penyelenggaraan pelayanan
kesehatan, yang terpenting adalah masyarakat pengelola rumah sakit. Untuk
ini dilakukanlah pengorganisasian rumah sakit tersebut, yang jika
disederhanakan secara umum dapat dibedakan atas tiga kelompok organisasi
yakni:2,8
1. Para penentu kebijakan
Pada penentu kebijakan rumah sakit ini dikenal dengan nama Dewan
Perwakilan (Board of Trustees). Pada waktu awal dikenalkannya rumah
sakit, ke dalam Dewan Perwakilan termasuk wakil-wakil masyarakat.
Tetapi pada saat ini, terutama untuk rumah sakit yang dikelola oleh badan
swasta, anggota Dewan Perwakilan umumnya adalah para pemilik rumah
sakit. Sesuai dengan namanya, maka tugas utama Dewan Perwakilan ialah
menentukan kebijakan rumah sakit.
2. Para pelaksana pelayanan non-medis
Pada pelaksana pelayanan non-medis diwakili oleh kalangan administrasi
(administrator). Pelaksana pelayanan medis adalah mereka yang ditunjuk
oleh Dewan Perwakilan untuk mengelola kegiatan rumah sakit. Tugas
utamanya ialah mengelola kegiatan aspek non-medis rumah sakit sesuai
dengan kebijakan yang telah ditetapkan oleh Dewan Perwakilan.
38
39
masih menanti waktu untuk diangkat sebagai staf tetap. Umumnya staf
assosiate ini belum mempunyai hak dan kewajiban yang penuh.
3. Staf percobaan
Staf percobaan (provisional staff) adalah para dokter yang bekerja di
rumah sakit secara purna waktu, tetapi statusnya masih dalam masa
percobaan. Umumnya staf yang termasuk dalam katagori ini adalah dokter
yang baru diterima bekerja di rumah sakit, dan karena itu umumnya belum
memiliki hak dan kewajiban apapun.
4. Staf tamu
Staf tamu (courtesy staff) adalah para dokter yang kerja di rumah sakit
secara paruh waktu dalam arti menyelenggarakan pelayanan tidak secara
penuh. Umumnya staf tamu ini memiliki hak dan kewajiban yang terbatas.
5. Staf konsultan
Staf konsultan (consultating staff) adalah para dokter yang tidak bekerja di
rumah sakit, tetapi sering dihubungi untuk kepentingan konsultasi untuk
jenis pelayanan kesehatan tertentu.
6. Staf tidak tetap
Staf tidak tetap (temporary staff) adalah dokter yang bekerja sebagai
pegawai tidak tetap di rumah sakit. Misalnya hanya untuk jangka waktu
tertentu saja, sesuai dengan keperluan rumah sakit.
2.12.2. Jenis Rumah Sakit
Sesuai dengan perkembangan yang dialami, pada saat ini rumah sakit
dapat dibedakan atas beberapa jenis yakni:2
1. Menurut pemilik
Jika ditinjau dari pemiliknya, rumah sakit dapat dibedakan atas dua macam
yakni Rumah Sakit Pemerintah (government hospital) dan Rumah Sakit
Swasta (private hospital).
2. Menurut filosofi yang dianut
40
Jika ditinjau dari filosifi yang dianut, rumah sakit dapat dibedakan atas dua
macam yakni Rumah Sakit yang tidak mencari keuntungan (non-profit
hospital) dan Rumah Sakit yang mencari keuntungan (profit hospital).
3. Menurut jenis pelayanan yang diselenggarakan
Jika ditinjau dari jenis pelayanan yang diselenggarakan, rumah sakit dapat
dibedakan atas dua macam yakni Rumah Sakit Umum (general hospital)
jika semua jenis pelayanan kesehatan diselenggarakan, serta Rumah Sakit
Khusus (specialty hospital) jika hanya satu jenis pelayanan kesehatan saja
yang diselenggarakan.
4. Menurut lokasi rumah sakit
Jika ditinjau dari lokasinya, rumah sakit dapat dibedakan atas beberapa
macam yang kesemuanya tergantung dari pembagian sistem pemerintah
yang dianut. Misalnya Rumah Sakit Pusat jika lokasinya di ibukota negara,
Rumah Sakit Provinsi jika lokasinya di ibukota provinsi dan Rumah Sakit
Kabupaten jika lokasinya di ibukota kabupaten.
2.12.3. Rumah Sakit di Indonesia
Sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, rumah
sakit di Indonesia dapat dibedakan atas beberapa macam. Jika ditinjau dari
pemiliknya, maka rumah sakit di Indonesia dapat dibedakan atas dua macam
yakni:1,2,8
1. Rumah Sakit Pemerintah
Rumah sakit pemerintah yang dimaksudkan di sini dapat dibedakan atas
dua macam yakni:
a. Pemerintah Pusat
Pada dasarnya ada dua macam pemerintah pusat yang dimaksudkan di
sini yakni :
Departemen Kesehatan
Beberapa Rumah Sakit langsung dikelola oleh Departemen
Kesehatan, misalnya Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo di Jakarta
42
43
44
Rumah Sakit
Kelas A
Rumah Sakit
Kelas B
Rumah Sakit
Kelas C
Rumah Sakit
Kelas D
Puskesmas
Puskesmas
Pembantu
Balai
Prakte
Ruma
Balai
Kesehatan
h
k
Pengob
Ibu dan
Bidan
Bersal
atan
Anak
Pengobain
Posyandu
tan
Tradisio
nal
Masyarakat
45
46
47
Dokter keluarga tidak sama dengan dokter umum, tetapi antara keduanya
terdapat banyak kesamaan
Terlepas dari masih ditemukan perbedaan pendapat yang seperti ini, jika
ditinjau dari kepentingan masyarakat, yang lebih diutamakan bukanlah pada status
atau jenis pelayanan diselenggarakan, melainkan pada tata cara penyelenggaraannya.
Sesungguhnya untuk kepentingan masyarakat tersebut, sangat diharapkan pelayanan
kedokteran dapat diselenggarakan secara menyeluruh, terpadu serta
berkesinambungan yakni yang sesuai dengan ciri-ciri pokok pelayanan dokter
keluarga.4
Seorang dokter keluarga diharuskan memiliki pengetahuan dan keterampilan
tertentu, sesuai dengan ciri-ciri pelayanan dokter keluarga. Pengetahuan dan
keterampilan yang dimaksud banyak macamnya. Menurut PANTAP IDI (1982),
pengetahuan dan keterampilan dokter keluarga mencakup lima disiplin ilmu
kedokteran, yaitu Jiwa, Anak, Penyakit Dalam, Obgyn, dan Bedah. Di Amerika
Serikat, pendidikan dokter keluarga ditempuh selama 3 tahun dan pelajaran
disampaikan dibedakan atas tiga program, yakni program A, B, dan C seperti yang
dapat dilihat pada tabel 2.
48
PROGRAM B
PROGRAM C
Bedah (16%)
Obgyn (16%)
Kedokteran Komunitas
Kedokteran Komunitas,
Kedokteran Komunitas
dan pilihan
(11%)
(18%)
(35%)
50
51
52
53
Dari sudut dokter sebagai penyedia jasa pelayanan. Masalah yang ditemukan
berupa belum terdapat kata sepakat tentang pelayanan dokter keluarga
tersebut, belum sesuainya pengetahuan sikap dan perilaku dokter dengan
konsep dan prinsip-prinsip pelayanan dokter keluarga. Masalah teknis lainnya
seperti bentuk praktek, fasilitas kerja, serta waktu yang tersedia.
55
56
57
2.15. Puskesmas
Puskesmas adalah suatu unit pelaksana fungsional yang berfungsi sebagai
pusat pembangunan kesehatan, pusat pembinaan peran serta masyarakat dalam
bidang kesehatan serta pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama yang
menyelenggarakan kegiatannya secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan
pada suatu masyarakat yang bertempat tinggal dalam suatu wilayah tertentu. Jika
ditinjau dari sistem pelayanan kesehatan di Indonesia, maka peranan dan kedudukan
Puskesmas adalah sebagai ujung tombak sistem pelayanan kesehatan di Indonesia.
Puskesmas bertanggung jawab dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan
masyarakat dan pelayanan kedokteran. Saat ini kegiatan Puskesmas ada 17, yakni
Usaha Pelayanan Rawat Jalan, Usaha Kesejahteraan Ibu dan Anak, Usaha Keluarga
Berencana, Usaha Kesehatan Gigi, Usaha Kesehatan Gizi, Usaha Kesehatan Sekolah,
Usaha Kesehatan Lingkungan, Usaha Kesehatan Jiwa, Usaha Pendidikan Kesehatan,
Usaha Perawatan Kesehatan Masyarakat, Usaha Pencegahan dan Pemberantasan
Penyakit Menular, Usaha Kesehatan Olahraga, Usaha Kesehatan Lanjut Usia, Usaha
58
Kesehatan Mata, Usaha Kesehatan Kerja, Usaha Pencatatan dan Pelaporan, dan
Usaha Laboratorium Kesehatan Masyarakat.2,10,11
Sebagai sarana pelayanan kesehatan tingkat pertama di Indonesia,
pengelolaan program kerja Puskesmas berpedoman pada empat asas pokok yakni:2,10
a. Asas pertanggung-jawaban wilayah
Puskesmas bertanggung jawab atas semua masalah kesehatan yang terjadi di
wilayah kerjanya. Puskesmas tidak hanya menanti kunjungan masyarakat,
melainkan harus secara aktif memberikan pelayanan kesehatan sedekat
mungkin dengan masyarakat.
b. Asas peran serta masyarakat
Puskesmas berupaya melibatkan masyarakat dalam menyelenggarakan
program kerja tersebut seperti dalam bentuk Posyandu.
c. Asas keterpaduan
Puskesmas berupaya memadukan kegiatan bukan saja dengan program
kesehatan lain (lintas program), tetapi juga dengan program dari sektor lain
(lintas sektoral). Dengan demikian Puskesmas dapat menghemat sumber
daya, sedangkan bagi masyarakat, lebih mudah memperoleh pelayanan
kesehatan.
d. Asas rujukan
Jika Puskesmas tidak mampu menangani suatu masalah kesehatan harus
merujuknya ke sarana kesehatan yang lebih mampu. Untuk pelayanan
kedokteran jalur rujukannya adalah rumah sakit. Sedangkan untuk pelayanan
kesehatan masyarakat jalur rujukannya adalah berbagai kantor kesehatan.
59
rujukan medis
Sistem terbentuk dari elemen atau bagian yang saling berhubungan dan saling
mempengaruhi. Apabila salah satu bagian atau subsistem tidak berjalan dengan baik,
maka akan mempengaruhi bagian yang lain. Secara garis besarnya elemen-elemen
dalam sistem itu adalah masukan, proses, keluran, dampak, umpan balik, dan
lingkungan. Masukan (input) adalah subelemen-subelemen yang diperlukan sebagai
masukan untuk berfungsinya sistem. Proses ialah suatu kegiatan yang berfungsi
untuk mengubah masukan sehingga menghasilkan sesuatu (keluaran) yang
direncanakan. Keluaran (output) mengandung arti hal yang dihasilkan oleh proses.
Dampak (impact) merupakan akibat yang dihasilkan oleh keluaran setelah beberapa
waktu lamanya. Umpan balik (feed back), juga merupakan hasil dari proses yang
sekaligus sebagai masukan untuk sistem tersebut. Lingkungan (environment) ialah
dunia di luar sistem yang mempengaruhi sistem tersebut. Contoh: Dalam pelayanan
Puskesmas, yang menjadi input adalah dokter, perawat, obat-obatan, fasilitas lain,
dan sebagainya. Prosesnya adalah kegiatan pelayanan Puskesmas tersebut, outputnya adalah pasien sembuh /tidak sembuh, jumlah ibu hamil yang dilayani, dan
sebagainya, dampaknya adalah meningkatnya status kesehatan masyarakat.
Sedangkan umpan balik pelayanan Puskesmas antara lain keluhan-keluhan pasien
60
61
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Subsistem pelayanan kesehatan adalah kesatuan yang utuh dan terpadu dari
berbagai upaya/kegiatan kesehatan yang diselenggarakan dalam suatu negara.
Subsistem pelayanan kesehatan ini terdiri atas pelayanan kesehatan menyeluruh dan
terpadu, stratifikasi pelayanan kesehatan, sistem rujukan, program menjaga mutu,
pelayanan kedokteran, pelayanan rawat jalan, pelayanan gawat darurat, rumah sakit,
pelayanan dokter keluarga, pelayanan kesehatan masyarakat, serta Puskesmas.
62
DAFTAR PUSTAKA
1.
3.
4.
6.
7.
9.
63