OLEH :
SUBHAN
NIM :010030170.B
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA KLIEN DENGAN PENUMOTHORAX
I. KONSEP DASAR
A. Pengertian
Pneumotorax adalah terdapatnya udara dalam rongga pleura, sehingga paru-paru dapat
terjadi kolaps.
B. Anatomi
1. Anatomi Rongga Thoraks
Kerangka dada yang terdiri dari tulang dan tulang rawan, dibatasi oleh :
- Depan
- Belakang
- Samping
- Bawah
: Diafragma
- Atas
: Dasar leher.
Isi :
-
Sebelah kanan dan kiri rongga toraks terisi penuh oleh paruparu beserta pembungkus pleuranya.
C. Patofisiologi
Trauma dada
Terjadi perdarahan :
(perdarahan jaringan intersititium,
perarahan intraalveolar diikuti kolaps
kapiler kecil-kecil dan atelektasi)
Tahanan perifer pembuluh paru naik
(aliran darah turun)
-
Ringan
kurang 300 cc ---- di punksi
Oper penumothorax
Close pneumotoraks
Tension pneumotoraks
Sedang
300 - 800 cc ------ di pasang drain
Berat
lebih 800 cc ------ torakotomi
Mendesak paru-paru
(kompresi dan dekompresi),
pertukaran gas berkurang
Sesak
napas yang progresif
Nyeri
bernapas / pernafsan asimetris /
adanya jejas atau trauma
Nyeri
bernapas
Pekak
dengan batas jelas/tak jelas.
Bising
napas tak terdenga
Nadi
cepat/lemah
Anemis
/ pucat
Poto
toraks 15 - 35 % tertutup bayangan
WSD/Bullow Drainage
D. Pemeriksaan Penunjang :
a. Photo toraks (pengembangan paru-paru).
b. Laboratorium (Darah Lengkap dan Astrup).
E. Penatalaksanaan
1.
2.
Penetapan slang.
Slang diatur se-nyaman mungkin, sehingga slang yang dimasukkan tidak
terganggu dengan bergeraknya pasien, sehingga rasa sakit di bagian
masuknya slang dapat dikurangi.
d.
Latihan batuk yang efisien : batuk dengan posisi duduk, jangan batuk waktu
slang diklem.
Perlu sering dicek, apakah tekanan negative tetap sesuai petunjuk jika suction
kurang baik, coba merubah posisi pasien dari terlentang, ke 1/2 terlentang
atau 1/2 duduk ke posisi miring bagian operasi di bawah atau di cari
penyababnya misal : slang tersumbat oleh gangguan darah, slang bengkok
atau alat rusak, atau lubang slang tertutup oleh karena perlekatanan di dinding
paru-paru.
b.
Diagnosis fisik :
Bila pneumotoraks < 30% atau hematotorax ringan (300cc) terap simtomatik,
observasi.
Bila pneumotoraks > 30% atau hematotorax sedang (300cc) drainase cavum
pleura dengan WSD, dainjurkan untuk melakukan drainase dengan continues
suction unit.
Pada keadaan pneumotoraks yang residif lebih dari dua kali harus
dipertimbangkan thorakotomi
Pada hematotoraks yang massif (terdapat perdarahan melalui drain lebih dari
800 cc segera thorakotomi.
G. Terapi :
a. Antibiotika.
b. Analgetika.
c. Expectorant.
H. Komplikasi
1.
Tension Penumototrax
2.
Penumotoraks Bilateral
3.
Emfiema
Pengkajian :
Point yang penting dalam riwayat keperawatan :
1. Umur : Sering terjadi usia 18 - 30 tahun.
2. Alergi terhadap obat, makanan tertentu.
3. Pengobatan terakhir.
4. Pengalaman pembedahan.
5. Riwayat penyakit dahulu.
6. Riwayat penyakit sekarang.
7. Dan Keluhan.
B.
Pemeriksaan Fisik :
1. Sistem Pernapasan :
Sesak napas
Nyeri, batuk-batuk.
(redup)
2. Sistem Kardiovaskuler :
Takhikardia, lemah
Hipotensi.
3. Sistem Persyarafan :
Tidak
ada kelainan.
4. Sistem Perkemihan.
Tidak
ada kelainan.
5. Sistem Pencernaan :
Terdapat kelemahan.
7. Sistem Endokrine :
Kelemahan.
9. Spiritual :
C.
Pa O2 normal / menurun.
Diagnosa Keperawatan :
1. Ketidakefektifan pola pernapasan berhubungan dengan ekpansi paru yang tidak
maksimal karena akumulasi udara/cairan.
2. Inefektif bersihan jalan napas berhubungan dengan peningkatan sekresi sekret dan
penurunan batuk sekunder akibat nyeri dan keletihan.
3. Perubahan kenyamanan : Nyeri akut berhubungan dengan trauma jaringan dan reflek
spasme otot sekunder.
4. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan ketidakcukupan kekuatan dan
ketahanan untuk ambulasi dengan alat eksternal.
5. Resiko Kolaboratif : Akteletasis dan Pergeseran Mediatinum.
RASIONAL
Meningkatkan
inspirasi
maksimal,
meningkatkan ekpsnsi paru dan ventilasi
pada sisi yang tidak sakit.
Distress pernapasan dan perubahan
pada tanda vital dapat terjadi sebgai
akibat stress fifiologi dan nyeri atau dapat
menunjukkan
terjadinya
syock
sehubungan dengan hipoksia.
Pengetahuan apa yang diharapkan dapat
mengurangi
ansietas
dan
mengembangkan
kepatuhan
klien
terhadap rencana teraupetik.
Pengetahuan apa yang diharapkan dapat
mengembangkan
kepatuhan
klien
terhadap rencana teraupetik.
Membantu klien mengalami efek fisiologi
hipoksia, yang dapat dimanifestasikan
sebagai ketakutan/ansietas.
.
1)
Me
mpertahankan tekanan
negatif
intrapleural sesuai yang diberikan,
yang meningkatkan ekspansi paru
optimum/drainase cairan.
2)
Air
10
2)
Periksa
batas
cairan
pada
botol
penghisap,
pertahankan
pada batas yang ditentukan.
3)
Observasi
gelembung udara botol
penempung.
4)
Posisikan
sistem
drainage slang untuk fungsi
optimal, yakinkan slang tidak
terlipat, atau menggantung
di bawah saluran masuknya
ke tempat drainage. Alirkan
akumulasi dranase bela
perlu.
5)
Catat
karakter/jumlah
drainage
selang dada.
g.
g.
5)
Ber
guna untuk mengevaluasi perbaikan
kondisi/terjasinya perdarahan yang
memerlukan upaya intervensi.
Kolaborasi dengan tim kesehatan lain
unutk engevaluasi perbaikan kondisi klien
atas pengembangan parunya.
Pemberian antibiotika.
Pemberian analgetika.
Fisioterapi dada.
2. Inefektif bersihan jalan napas berhubungan dengan peningkatan sekresi sekret dan
penurunan batuk sekunder akibat nyeri dan keletihan.
Tujuan : Jalan napas lancar/normal
Kriteria hasil :
Klien nyaman.
a.
INTERVENSI
Jelaskan klien tentang
kegunaan batuk yang efektif dan
mengapa terdapat penumpukan
sekret di sal. pernapasan.
a.
RASIONAL
Pengetahuan
yang
diharapkan
akan
membantu
mengembangkan kepatuhan klien
terhadap rencana teraupetik.
11
b.
c.
Napas
dalam
dan
perlahan saat duduk setegak
mungkin.
d.
Lakukan
pernapasan
diafragma.
e.
i.
j.
b.
g.
i.
j.
3. Perubahan kenyamanan : Nyeri akut berhubungan dengan trauma jaringan dan reflek
spasme otot sekunder.
Tujuan : Nyeri berkurang/hilang.
Kriteria hasil :
RASIONAL
12
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
13
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, L.J. (1997). Diagnosa Keperawatan. Jakarta : EGC.
Depkes. RI. (1989). Perawatan Pasien Yang Merupakan Kasus-Kasus Bedah. Jakarta :
Pusdiknakes.
Doegoes, L.M. (1999). Perencanaan Keperawatan dan Dokumentasian keperawatan.
Jakarta : EGC.
Hudak, C.M. (1999) Keperawatan Kritis. Jakarta : EGC.
Pusponegoro, A.D.(1995). Ilmu Bedah. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
14
APORAN KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA
Tn. M.B. DENGAN PENUMOTHORAX
DENGAN PEMASANGAN WSD
DI RUANG PARU RSUD Dr. SOETOMO SURABAYA
1.
PENGKAJIAN
1. Identitas
Nama
: Tn. M.B.
: 74 tahun
Agama
: Islam
Status
: Kawin
Alamat
: Banyu urip-SBY
Pendidikan
: SMA
Pekerjaan
: pensiunan PNS
Tanggal masuk
: 07-03-2002
No Reg
: 10139789
Tanggal pengkajian
Diagnosa Medik
2. Alasan MRS : sesak, nyeri dada kiri pada tanggal 7 maret 2002
3. Keluahan utama
Nyeri pada dada kiri luar
P, telah dilakukan tindakan pemasangan slang pada dada kiri luar karena adanya
udara berlebihan di paru
Q, nyeri seperti cekit-cekit pada lokasi tersebut yang dirasakan bertambah bila dibuat
gerak, batuk
R, nyeri pada dada kiri terutama tempat pemasangan slang, terdapat luka sekitar
dada kiri sebanyak 9 tempat kanan dan kiri 3 tempat untuk pemasangan karet
dibawah kulit, disamping itu klien kadang-kadang masih batuk kering
S, klien merasa tidak sesak, sesaknya berkurang dan lebih enak sejak dipasang slang
tersebut, kebutuhan istirahat cukup, tidur dengan posisi setengah duduk dengan
bantal yang agak ditinggikan.
T , Waktu sesak, nyeri kadang-kadang, sesaat
15
anak 1 orang
Aktivitas sehari-hari
Rumah
Rumah Sakit
Makan 3 kali perhari Mulai
minum
seadanya (nasi, lauk, sediktis-sedikit
pauk
dan
seperti
disajikan
2 Pola Eliminasi
di
keluarganya
BAB lancar
perhari,
konsistensi BAB
lembek, kuning.
BAK
Tidak
3 Pola
Istirahat/tidur
ada
menggunakan obat
lewat dubur
masalah Kadang-kadang
4 Pola
Hygiene
pernah
Personal Mandi
perhari
2-3
pada
tidur.
kali Klien
dilap
dengan keluarganya
oleh
2
16
kai
Kegiatan
sehari-hari Klien
mengikuti
program terlentang
kegiatan
di kepala
sekolahannya
6 Ketergantungan
ditinggikan
tidur
dengan
agak
45
/setengah duduk
Merokok sejak tahun Tidak ada
1970,
setiap
hari
habis 10 batang.
8. Psikososial
a. Kosep diri
Identitas
Status klien dalam keluarga : ayah, puas dengan status dan posisinya dalam keluarga,
puas terhadap jenis kelaminnya
Peran
Senang terhadap perannya, sanggup melaksanakan perannya sebagai kepala rumah
tangga,
Harapan klien terhadap penyakit yang sedang dideritanya :
Klien mengharapkan cepat sembuh dan dapat melaksanakan kembali tugasnya sebagai
seorang kepala rumah tangga
Sosial / Interaksi
Dukungan keluarga
b. Spiritual
Konsep tentang penguasa kehidupan
: Allah
: Allah
17
9. Pengkajian Sistem
Keadaan umum
Keadaan umum sedang (aktivitas sebagian dibantu) dalam memenuhi kebutuhan
sehari-hari
TTV = suhu 36,5 oC, nadi 92 kali/mnt, tensi 120/80 mmHg, RR 32 kali/menit
Sistem Pulmonal
Subyektif
: sesak nafas, nyeri pada dada kiri dan bertambah bila dibuat gerak
Obyektif
Sistem Cardiovaskuler
Subyektif
:-
Obyektif
Sistem Neurosensori
Subyektif
:-
Obyektif
Sistem genitourinaria
Subyektif
: kencing spontan
Obyektif
Sistem digestif
Subyektif
:-
Obyektif
Sistem Musculoskeletal
Subyektif
Obyektif
: tangan dan kaki dapat digerakkan secara aktif tanpa bantuan, pada
: tonus otot baik, Kekuatan otot +5/+5
+5/+5,
Hasil Laboratorik
Tanggal 18-03-2002
Hb
: 14,1 mg%
Trombosit
: 207 X 109/l
Leukosit
18
PCV
: 40,9
0,38-0,42
Lymph 15,6
Mono 4,8 %
Gran 79,6%
Eos < 10 %
Baso < 3 %
Tanggal 7 maret 2002
GDA 390 mg/dl
SGOT 17 gr/dl
SGPT 29 gr/dl
b.
11. Penatalaksanaan
Terapi Pengobatan :
-
Codein 2 x 10 mg
Laxadine 2 dd CI
Diit TkTP
Observasi TTV
19
Analisa Data
Data
Data Subyektif :
Klien mengatakan sekarang
kadang terasa sakit pada dada kiri
dan bertambah bila dibuat
gerak/batuk
Data obyektif
Klien tampak menyeringai, pada
observasi di dapatkan data tensi
120
/ 80 mm, Hg suhu 36,5 0c Nadi
92 RR 32 X/ml , nyeri tekan , dx.
Pneumothotaks,
pneumomediastinum, terpasang
slang WSD, sekitar luka tidak ada
tanda-tanda infeksi.
Rh -/-, Wh -/-, Sonor +/+, ekspansi
paru baik, tidak ada retraksi
interkostal kanan, krepitasi +/+
DS : adanya luka tempat
pemasangan slang pada dada kiri
DO : terpasang WSD mulai
tanggal 11-03-2002 leukosit 6,6 X
109/l (4,3 11,3 X 109/l ), suhu
36,5 oC,
Etiologi
Tindakan invasi
Insisi multiple
Masalah
Disintegritas jaringan
(saraf perifer)
Terjadi pagositosis (neutrophyl,
eosinophil, limphossit) dan kerja zat
biokimia tubuh (bradikin,
prostaglandin, serotonin, leukotrin)
nyeri
nyeri
penekanan jaringan sekitar
ekspansi paru terbatas
Luka tindakan
Invasive
multiple insisi
Port dentry
Risiko infeksi
Pertahanan nonspesifik/primer
menurun
infeksi
pneumothoraks
Kollaps paru
Gangguan pertukaran gas
Difusi terganggu
Perubahan pola
pernafasan
20
II. Perencaaan
1. Perubahan kenyamanan : Nyeri akut berhubungan dengan trauma jaringan dan
sekunder pemasangan WSD
Tujuan : Nyeri berkurang/hilang.
Kriteria hasil :
21
Tidak sesak
INTERVENSI
1. Monitor pola pernafasan (frekuensi,
irama, kedalaman dan intensitas)
2. Lakukan dan ajarkan klien untuk
mengatur
posisi dengan tidur
setengah duduj atau duduj
3. Ajarkan klien cara batuk yang
efektif dan kemabang kempis paru:
- nafas
dalam
dengan
menggunakan
pernafasan
dadak
- ditahan 3-5 detik dan
dihembuskan secara perlahan
dengan
mengeggunakan
mulut
- ulangi yangkedu kalinya,
gunakan dengan kuat batuk
diantara kedua batuknya
4. Pertahankan hidrasi dengan minum
yang cukup 1,5 liter.hari
5. lanjutkan dengan penyuluhan dan
pendidikan kesehatan
6. jelaskan klien untuk mengatasi
sesaknya secara terkontrol
RASIONAL
1. Data monitoring keadaan umum dan
perkembangan penyakitnya.
2. psosis inimelonggarkan kerja paru
dalam kembang kempis dan tikan
menekan diafragma
3. Batuk efektif dan pernafasan yang
dalam daldah tindkan untuk
mengeluarkan dahak dan melatih
kembang kempis paru.
22
3. Risiko terhadap tranmisi infeksi yang sehubungan dengan tindakan invasive WSD, dan
multiple insisi
Tujuan : tidak terjadi infeksi selama
Kriteria hasil :
-
Leukosit 8.000-10.000.
a.
b.
c.
d.
INTERVENSI
Identifikasi tanda-tanda terjadinya
infeksi pada pemasangan WSD
dan multiple insisi.
Anjurkan klien dan keluarga ikut
menjaga kebrsihan sekitar luka
dna pemasangan alat, serta
kebersihan lingkungan serta
tehnik mencuci tangan sebelum
tindakan.
Lakukan perawatan luka pada
pemasangan WSD, dan multple
insisi.
Identifikasi factor pendukung dan
penghambat klien dan keluarga
dalam peningkatan pertahanan
tubuh, makan dna minum
RASIONAL
a. Infeksi yang diketahui secara dini
mudah diatasi sehingga tidak terjadi
perluasan infeksi.
b. Perilaku yang diperlukan untuk
mencegah penyebaran infeksi
23
III.
Perubahan kenyamanan : Nyeri akut b/d trauma jaringan dan sekunder pemasangan WSD
Jam
Implementasi
Evaluasi
09.00 Mengkaji tanda-tanda vital : S : Tanggal 25-03 2002; 13.00 WIB
36,5;R : 32 X/m, T 120/80, nadi S : nyeri masih kadang-kadang dirasakan
92 x/mnt
11.05
11.10
12.00
I Melanjutkan intervensi
tanda-tanda E.
peradangan luka
Mengidentifikasi tingkat nyeri
skala 2/3
24
Jam
09.00
Implementasi
Evaluasi
a. Memonitor pola pernafasan S : nafas biasa merasa tidak sesak, enak
(frekuensi, irama, kedalaman
09.10
dan intensitas)
Melanjutkan intervensi
nafas
E
dalam
dengan Kliend
apat
mendemostrasikan
seperti
menggunakan pernafasan
dadak
ditahan 3-5 detik dan Klien mau melakukan gerak mobilisasi di ats
dihembuskan
secara
perlahan
dengan
tempat tidur
mengeggunakan mulut
-
dengan
diantara
kuat
kedua
batuknya
d. Mempertahankan
hidrasi
dengan
25
Risiko terhadap tranmisi infeksi yang sehubungan dengan tindakan invasive WSD,
pemasangan kateter, infuse).
Jam
Implementasi
Evaluasi
09.00 Mengobservasi adanya tanda/gejala S : badan hangat, tidak pernah panas
infeksi loka dan sistemik
09.10
09.30
10.00
Massage
pada
daerah
minum sedikit-sedikit,
A : Masalah tidak terajdi
Mengukur TTV
Melanjutkan intervensi
26
CATATAN PERKEMBANGAN
PELAKSANA
Dx. 2
S : nafas biasa merasa tidak sesak, enak dengan posisi setenagh
duduk
O : RR 28 kali/mnt, klien nampak tenang nafas biasa, krepitasi +/+
A : Masalah tetap
P : pertahankan intervensi
I
Melanjutkan intervensi
Menganjurkan latihan meniup balon atau pernafasan dalam seperti
yangtelah diajarkan
E
Kliend apat mendemostrasikan seperti yangtelah diajarakan tentang
pernafasan dala, batuak efektif, dan meniup balon
Klien mau melakukan gerak mobilisasi di atas tempat tidur
Memberi pendidikan kesehatan :
- selama perawatan dilarang mengerjakan sesuatu yang
berat, mengedan
- Menjaga kebersihan lingkungan dan badan untuk
mencegah infeksi
- Makand an minum yang cukup untuk mempertahankan
daya tahan tubuh
- Kontrol sesuai dengan waktunya 1 minggu sekali, segera
datang periksa bila ada keluahan mendadak yang
dirasakan sangat
- Lakukan massage secara steril pada daerak insisi.
R
Rencana pulang dan kontrol ke poli
27
TGL
DX
12/02/
s2002
EVALUASI
S
Klien mengetakan nyeri yang dirasakan kadang-kadang datang tetapi tidak
mengganggu isitrahat
Nyeri dirasakan terutama saat gerak pada tempat pemasangan slang dan tarik
nafas.
O
klien pada posisi semifowler
Klien tidak tampak nyeringai atau tenang
A
Masalah tertasi sebagian
P
Pertahankan intervsni sesuai dengan program
I
Melanjutkan intervnsi yang diprogramkan
Mencatatat hasil produksi WSD <5 cc
E
Rencana pindah ICU untuk observasi lanjut
2.
S
Klien merasa selama ini tidak panas hanya summer, keluar keringat
O
Tanda-tanda infeksi pada pemasangan slang WSD (-), infuse (bengkak), kateter (-)
produksi 400 cc, gross hematuria (-)
Tensi 130/80 mmHg, nadi 88 x/mnt, RR 24 x/mnt, suhu 37,5oC
A.
Masalah teratasi
P
Pertahankan intervensi
I
Melanjutkan dan empertahnkan intervensi
Memasang kembali infuse RL pada tangan kanan klien tetesan lancar
E
Infeksi tidak terjadi
Infuse berjalan lancar
S
Klien dan keluarga bertanya bagaimana dengan hasil pemeriksaan foto dadanya
Dan kapan kira-kira akan dipindahkan dari ruangan ini
O
Hasil konsul dari urology hanya bersifat konservatif
Rencana pindah ke ICU untuk observasi lanjut pada thoraksnya
A.
Maslah tertasi sebagian
P
Lanjutkan ntervensi
I
Melanjutkan intervensi
MMeberi penjelasan bahwa pindah ke ICu karena harus mendapatkan observasi
ketak tentang pernafasan dan alat yang dipasang slang WSD
Ruang ICU merupakan tempat observasi yan baik dan diserti alat-alat yang canggih
untuk membantu observasi dan tindakan lanjut.
E
Klien dan keluarga mengerti dan mau bekerja sama dalam tindakan tersebut.
28