Anda di halaman 1dari 18

Penerapan Ilmu Kalkulus dalam Penentuan Dosis Sinar X untuk Pengobatan

Kanker

Makalah
untuk memenuhi tugas matakuliah
Bahasa Indonesia Keilmuan
yang dibina oleh Ibu Titik Harsiati

oleh
Ardini Yuniarta Rizki
140311601209
Off A

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN MATEMATIKA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
Desember 2014
0

1. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang Masalah
Menu makanan dengan cara langsung dibakar memang sangat lezat, seperti
ayam bakar, ikan bakar, bahkan nasi bakar. Namun dibalik kelezatan makanan
makanan tersebut ada sebuah zat yang disebut dengan zat karsinogenik yang bisa
menyebabkan penyakit kanker. Hal ini menjadi penyebab meningkatnya pengidap
penyakit kanker. Namun dengan perkembangan teknologi kedokteran membuat
peralihan pengobatan yang mulanya menggunakan kemoterapi yang sangat sakit
menjadi menggunakan high energy ionizing radiation yang relatif lebih cepat,
efektif, dan nyaman meskipun lebih mahal. Salah satunya adalah menggunakan
sinar-X, karena tidak memungkinkan untuk membongkar pasang tubuh manusia.
Sebelum melakukan pengobatan menggunakan sinar-X, para ahli dosimetri
berdiskusi dengan ahli ongkologi. Tugas seorang ahli dosimetri adalah
menentukan dosis radiasi dari sinar-X, ini adalah bagian terpenting dalam
pengobatan karena jika salah bisa berakibat fatal. Untuk menentukan dosis
radiasinya, mereka harus mengetahui volume sel kanker tersebut serta letaknya.
Dalam penentuan letak dan volume inilah ilmu kalkulus digunakan.
Dalam kalkulus dibahas tentang berbagai perhitungan integral, seperti
integral cakram, integral cincin, integral lipat 2, ataupun integral lipat 3. Integral
integral tersebut dalam dosimetri digunakan untuk menentukan volume dari sel
kanker karena bentuk sel kanker pada umumnya tidak mungkin berbentuk
simetris. Setelah itu, penerapan kalkulus masih tetap dibutuhkan dalam proses
pengobatan selanjutnya. Penerapan kalkulus selanjutnya adalah untuk menentukan
fungsi dari pergerakan sel kanker setiap waktu, sehingga dapat diketahui kapan sel
kanker tersebut mengecil dan habis sehingga terapi tersebut dapat dihentikan,
karena jika dilakukan terus menerus dapat merusak organ-organ sel yang lain.
Sebenarnya telah banyak makalah yang membahas penerapan ilmu
kalkulus dalam bidang kedokteran. Salah satunya adalah makalah yang ditulis
oleh Muh Sugiarto yang berjudul Penerapan Ilmu Matematika di dalam
Kehidupan. Dalam makalahnya, beliau membahas tentang berbagai penerapan
ilmu matematika dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu penerapan yang beliau
bahas adalah penerapan ilmu kalkulus dalam bidang kedokteran. Beliau
1

membahas secara garis besar bagaimana penerapan matematika dalam bidang


kedokteran.
Setelah membaca makalah tersebut penulis terinspirasi untuk membuat
makalah yang serupa karena topik yang dibahas menarik sehingga dalam makalah
ini penulis juga membahas tentang penerapan matematika dalam bidang
kedokteran. Namun, dalam karya ilmiah ini pembahasan lebih difokuskan dalam
penerapan matematika dalam bidang kedokteran. Jika pada makalah sebelumnya
dibahas gambaran umum tentang penerapan matematika dalam ilmu kedokteran,
maka dalam karya ilmiah ini akan membahas salah satu bidang matematika yaitu
kalkulus yang digunakan untuk menentukan dosis radiasi sinar-X yang digunakan
untuk pengobatan kanker sehingga dalam karya ilmiah ini, akan dibahas dengan
lebih rinci lagi bagaimana penerapan kalkulus tersebut dalam penentuan dosis
radiasi sinar-X dalam pengobatan kanker bukan hanya gambaran umumnya saja.
Dengan pembahasan tersebut, penulis merasa bahwa judul ini perlu
dikembangkan karena masih banyak orang yang tidak paham pentingnya
matematika dalam bidang kedokteran sehingga dengan membaca karya tulis ini,
mereka lebih paham dan tahu bagaimana peranan matematika dalam kedokteran.
Oleh karena itu, ketika mereka mempelajari matematika mereka mengetahui
manfaat matematika itu sendiri untuk kedepannya.

1.1. Rumusan Masalah


Rumusan masalah dalam makalah ini dijabarman sebagai berikut:
a. Bagaimana konsep kalkulus dalam matematika?
b. Apa saja konsep kalkulus yang digunakan untuk menentukan volume
kanker dosis radiasi sinar-X dalam pengobatan kanker?
c. Bagaimana menerapkan konsep kalkulus dalam penentuan Dosis SinarX?

1.2. Tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah ini dijabarkam sebagai berikut.
a. Untuk mengetahui konsep kalkulus dalam matematika

b. Untuk mengetahui konsep dalam kalkulus yang digunakan untuk


menentukan dosis sinar-X dalam pengobatan kanker.
c. Untuk menjelaskan konsep kalkulus dalam penentuan dosis sinar-X

2. Pembahasan
2.1

Konsep Kalkulus dalam Matematika


Kalkulus adalah cabang ilmu matematika yang mempelajari perubahan.

Dalam kalkulus mencakup limit, turunan, integral, dan deret tak hingga. Kalkulus
dapat diaplikasikan dalam berbagai bidang sains, ekonomi, dan teknik. Beberapa
masalah yang tidak dapat dipecahkan dengan aljabar elementer juga dapat
dipecahkan menggunakan kalkulus.
Kalkulus dibagi menjadi dua, yaitu kalkulus deferensial dan kalkulus
integral. Kalkulus deferensial dan kalkulus integral saling berhubungan melalui
teorema dasar kalkulus. Kalkulus deferensial merupakan cabang kalkulus yang
mempelajari perubahan nilai suatu fungsi yang dipengaruhi oleh perubahan input
nilainya. Dalam kalkulus deferensial topik utamanya adalah turunan dari suatu
fungsi. Proses untuk mencari turunan disebut dengan pendiferensialan. Turunan
banyak digunakan dalam bidang kimia untuk menentukan laju reaksi. Turunan
juga dapat digunakan untuk menbuat strategi dalam persaingan perusahaan.
Kalkulus integral adalah cabang kalkulus yang digunakan untuk menghitung luas
suatu daerah atau volume suatu benda.
2.1.1

Prinsip-prinsip dasar kalkulus

2.1.1.1 Limit dan Kecil Tak Terhingga


Kalkulus pada umumnya dikembangkan dengan memanipulasi sejumlah
kuantitas yang sangat kecil. Objek dalam bahasan ini merupakan angka yang
sangat kecil yang disebut bilangan kecil tak hingga, bilangan yang lebih besar dari
nol tetapi lebih kecil dari bilangan apapun dalam deret 1, , , .... Bilangan ini
jika dikalikan dengan bilangan yang lain tetap akan menghasilkan bilangan yang
kecil tak hingga (infinitesimal). Kalkulus di sini berperan untuk memanipulasi
angka tersebut.
Pada abad ke-19, konsep kecil tak terhingga ini ditinggalkan karena tidak
cukup cermat, dan digantikan dengan konsep limit. Limit menjelaskan nilai suatu
fungsi pada nilai input tertentu dengan hasil dari nilai input terdekat. Kalkulus di
sini merupakan sekumpulan teknik memanipulasi limit-limit tertentu.
Limit dari suatu fungsi dedifinisikan sebagai berikut:

Diberikan fungsi f(x) yang terdefinisikan pada interval di sekitar p,


terkecuali mungkin pada p itu sendiri. Kita mengatakan bahwa limit f(x) ketika x
mendekati p adalah L, dan menuliskan:
lim ( ) =

jika, untuk setiap bilangan > 0, terdapat bilangan > 0 yang


berkoresponden dengannya sedemikian rupanya untuk setiap x:
0 < | | < | ( ) | <
2.1.1.2

Turunan

Turunan dari suatu fungsi mewakili perubahan yang sangat kecil dari
fungsi tersebut terhadap variabelnya. Proses menemukan turunan dari suatu fungsi
disebut sebagai pendiferensialan ataupun diferensiasi. Secara matematis, turunan
fungsi (x) terhadap variabel x adalah yang nilainya pada titik x adalah:
( + ) ()
0

( ) = lim

dengan syarat limit tersebut eksis. Jika eksis pada titik x tertentu, kita
katakan bahwa terdiferensialkan (memiliki turunan) pada x, dan jika eksis di
setiap titik pada domain , kita sebut terdiferensialkan.
Apabila z = x + h, h = z - x, dan h mendekati 0 jika dan hanya jika z
mendekati x, maka definisi turunan di atas dapat pula kita tulis sebagai:
() ()
0

( ) = lim
Perhatikan bahwa ekspresi

(+)()

pada definisi turunan di atas

merupakan gradien dari garis sekan yang melewati titik (x,(x)) dan (x+h,(x))
pada kurva (x). Apabila kita mengambil limit h mendekati 0, maka kita akan
mendapatkan kemiringan dari garis singgung yang menyinggung kurva (x) pada
titik x. Hal ini berarti pula garis singgung suatu kurva merupakan limit dari garis
sekan, demikian pulanya turunan dari suatu fungsi (x) merupakan gradien dari
fungsi tersebut.
Sebagai contoh, untuk menemukan gradien dari fungsi( ) = 2 pada
titik (3,9):
(3 + )2 9
3) = lim
0

(3 + )2 9
0

(3) = lim

9 + 6 + 2 9
3) = lim
0

6 + 2
3) = lim
0

( )
3 = lim (6 + )
(

(3) = 6
Turunan dapat dinotasikan sebagai berikut:
Notas
i Leibniz
Turunan
() terhadap x

Notas
i Lagrange

Notas
i Newton

Nota
si Euler

()

()

denga

()

n = ()
Tabel 2.1

2.1.1.3 Integral
Integral merupakan ilmu matematika yang digunakan untuk menafsirkan
luas suatu. Proses menemukan integral suatu fungsi disebut sebagai
pengintegralan ataupun integrasi. Integral dibagi menjadi dua, yaitu: integral
tertentu dan integral tak tentu. Notasi matematika yang digunakan untuk
menyatakan integral adalah , seperti huruf S yang memanjang (S singkatan dari
"Sum" yang berarti penjumlahan).
a.

Integral Tertentu
Integral tertentu adalah integral yang domain intervalnya dibatasi yang

dapat dituliskan dengan bentuk ( ), dengan [, ] merupakan domain dari


(). Bentuk tersebut dapat didefinisikan sebagai luas wilayah pada bidang xy
yang dibatasi oleh kurva grafik , sumbu X, dan garis vertikal x = a dan x = b.
Pada notasi integral di atas: a adalah batas bawah dan b adalah batas atas
yang menentukan domain pengintegralan, adalah integran yang akan dievaluasi
terhadap x pada interval [a,b], dan dx adalah variabel pengintegralan.
Terdapat berbagai jenis pendefinisian formal integral tertentu, namun yang
paling umumnya digunakan adalah definisi integral Riemann. Integral Rieman
6

didefinisikan sebagai limit dari "penjumlahan Riemann". Misalkanlah kita hendak


mencari luas daerah yang dibatasi oleh fungsi pada interval tertutup [a,b].
Dalam mencari luas daerah tersebut, interval [a,b] dapat kita bagi menjadi banyak
subinterval yang lebarnya tidak perlu sama, dan kita memilih sejumlah n-1 titik
{x1, x2, x3,..., xn - 1} antara a dengan b sehingga memenuhi hubungan:
= 0 1 1 =
Himpunan = {0 , 1 , , 1 , } tersebut kita sebut sebagai partisi
[a,b], yang membagi [a,b] menjadi sejumlah n subinterval
[0 , 1 ], [1 , 2 ], , [1 , ]. Lebar subinterval pertama [0 , 1 ] kita nyatakan
sebagai x1, demikian pula lebar subinterval ke-i kita nyatakan sebagai xi = xi xi - 1. Pada tiap-tiap subinterval inilah kita pilih suatu titik sembarang dan pada
subinterval ke-i tersebut kita memilih titik sembarang t i. Maka pada tiap-tiap
subinterval akan terdapat batangan persegi panjang yang lebarnya sebesar x dan
tingginya berawal dari sumbu x sampai menyentuh titik (ti, (ti)) pada kurva.
Apabila kita menghitung luas tiap-tiap batangan tersebut dengan mengalikan
() dan menjumlahkan keseluruhan luas daerah batangan tersebut, kita
akan dapatkan:

= ( )
=1

Penjumlahan Sp disebut sebagai penjumlahan Riemann untuk pada


interval [a,b]. Perhatikan bahwa semakin kecil subinterval partisi yang kita ambil,
hasil penjumlahan Riemann ini akan semakin mendekati nilai luas daerah yang
kita inginkan. Apabila kita mengambil limit dari norma partisi mendekati nol,
maka kita akan mendapatkan luas daerah tersebut.
Secara cermat, definisi integral tertentu sebagai limit dari penjumlahan
Riemann adalah sebagai berikut.
Jika diberikan (x) sebagai fungsi yang terdefinisikan pada interval
tertutup [a,b]. Kita katakan bahwa bilangan I adalah integral tertentu di
sepanjang [a,b] dan bahwa I adalah limit dari penjumlahan Rieman
n =1 ( ) apabila kondisi berikut terpenuhi, yaitu: Untuk setiap bilangan >
0 apapun terdapat sebuah bilangan > 0 yang berkorespondensi dengannya

sedemikian rupanya untuk setiap partisi = {0 , 1 , , } di sepanjang [a,b]


dengan < dan pilihan ti apapun pada [xk - 1, ti], kita dapatkan

| ( ) | <
=1

Secara matematis dapat ditulis:

lim ( ) = = ( )

=1

Apabila tiap-tiap partisi mempunyai sejumlah n subinterval yang sama,


maka lebar x = (b-a)/n, sehingga persamaan di atas dapat pula ditulis sebagai:

lim ( ) = = ( )

=1

Limit ini selalu diambil ketika norma partisi mendekati nol dan jumlah
subinterval yang ada mendekati tak terhingga banyaknya. Dalam prakteknya,
penerapan definisi integral tertentu dalam mencari nilai integral tertentu tersebut
jarang sekali digunakan karena tidak praktis. Teorema dasar kalkulus memberikan
cara yang lebih praktis dalam mencari nilai integral tertentu.
b.

Integral Tak Tentu


Manakala integral tertentu adalah sebuah bilangan yang besarnya

ditentukan dengan mengambil limit penjumlahan Riemann, yang diasosiasikan


dengan partisi interval tertutup yang norma partisinya mendekati nol, teorema
dasar kalkulus menyatakan bahwa integral tertentu sebuah fungsi kontinu dapat
dihitung dengan mudah apabila kita dapat mencari antiturunan/antiderivatif fungsi
tersebut.

Apabila ( ) = ( ) = (). Maka keseluruhan himpunan


antiturunan/antiderivatif sebuah fungsi adalah integral tak tentu ataupun
primitif dari terhadap x dan dituliskan secara matematis sebagai:
( ) = ( ) +
Ekspresi F(x) + C adalah antiderivatif umum dan C adalah konstanta
sembarang.

Perhatikan bahwa integral tertentu berbeda dengan integral tak tentu.

Integral tertentu dalam bentuk ( ) adalah sebuah bilangan, manakala


integral tak tentu ( ) adalah sebuah fungsi yang memiliki tambahan
konstanta sembarang C.
2.1.2 Teorema Dasar
Teorema dasar kalkulus menyatakan bahwa turunan dan integral adalah
dua operasi yang saling berlawanan. Lebih tepatnya, teorema ini menghubungkan
nilai dari anti derivatif dengan integral tertentu. Karena lebih mudah menghitung
sebuah anti derivatif daripada menerapkan definisi integral tertentu, teorema dasar
kalkulus memberikan cara yang praktis dalam menghitung integral tertentu.
Teorema dasar kalkulus menyatakan:
Jika sebuah fungsi f adalah fungsi kontinu pada interval [a,b] dan jika F
adalah fungsi yang mana turunannya adalah f pada interval (a,b), maka

( ) = () ()
Lebih lanjut, untuk setiap x di interval (a,b), berlaku
(

) =


() = ()

Sebagai contohnya apabila kita hendak menghitung nilai integral ,


daripada menggunakan definisi integral tertentu sebagai limit dari penjumlahan
Riemann, kita dapat menggunakan teorema dasar kalkulus dalam menghitung
nilai integral tersebut.
1

Anti derivatif dari fungsi ( ) = adalah ( ) = 2 2 + . Oleh sebab

itu, sesuai dengan teorema dasar kalkulus, nilai dari integral tertentu
adalah:

= () ()

1 2 1 2

2
2

Apabila kita hendak mencari luas daerah A dibawah kurva y=x pada
interval [0,b], b>0, maka kita akan dapatkan:

=
0

2
2

Perhatikan bahwa hasil yang kita dapatkan dengan menggunakan teorema


dasar kalkulus ini adalah sama dengan hasil yang kita dapatkan dengan
menerapkan definisi integral tertentu. Oleh karena lebih praktis, teorema dasar
kalkulus sering digunakan untuk mencari nilai integral tertentu.
2.2

Konsep Kalkulus yang Digunakan untuk Menentukan Dosis Radiasi


Sinar X dalam Pengobatan Kanker
Penyakit kanker merupakan suatu penyakit yang menyerang sel tubuh

manusia, yang penyebabnya adalah karsinogen yang bisa berupa virus, bahan
kimia, radiasi, atau sinar matahari. Karsinogen ini menyebabkan perubahan dalam
bahan genetik sel sehingga sel menjadi kehilangan pengendalian dan mekanisme
normalnya. Sel yang telah terkena karsinogen ini akan tumbuh dengan cepat dan
tidak terkendali serta menjadi ganas.
Sel yang telah terkena karsinogen akan membentuk suatu benjolan yang
akan terus berkembang pesat dan jika dibiarkan bisa menyebabkan kematian.
Untuk menghilangkan sel kanker tersebut bisa dilakukan dengan cara pembedahan
atau kemoterapi. Setelah dilakukan pembedahan biasanya akan dilanjutkan
dengan penyinaran agar sel yang tersisa mengecil dan hilang.
Sebelum dilakukannya penyinaran, dokter harus mengetahui besar sel
kanker tersebut serta letaknya. Untuk mengetahui besarnya ukuran sel tersebut
para ahli dosimetri menggunakan cabang dari ilmu kalkulus yaitu integral.
Integral adalah cabang dari kalkulus yang dapat digunakan untuk mengitung luas
ataupun volume.
Integral yang digunakan untuk menghitung volume adalah integral lipat 3,
yaitu integral tunggal yang diintegralkan kembali. Bentuk sederhananya adalah
2

(, , ) atau1 1 1 (, , ) . Untuk menentukan


2

volume benda, yang digunakan adalah bentuk 1 1 1 (, , ) . Ada


dua metode dalam integral yang bisa digunakan untuk menghitung volume benda,
yaitu metode cakram dan metode cincin.
Metode cakram dapat digunakan untuk benda yang dihasilkan dari satu
bidang datang yang diputar 360 di salah satu porosnya sehingga menghasilkan
10

suatu benda tiga dimensi. Untuk melihat bagaimana penggunaan volume cakram
dalam menentukan volume benda putar yang lebih umum, perhatikan gambar
berikut.

Gambar 2.2.1

Untuk menentukan volume benda putar, perhatikan persegi panjang yang


terletak pada bidang datar. Apabila persegi panjang tersebut diputar dengan pusat
pada suatu garis, akan terbentuk salah satu cakram dalam benda putar yang
volumenya,
= 2
Sehingga volume benda putar tersebut dapat didekati dengan menggunakan
n buah cakram yang memiliki tinggi x dan jari-jari R(xi) yang menghasilkan,

[( )]2
=1

= [( )]2
=1

Pendekatan volume benda putar tersebut akan semakin baik apabila banyak
cakramnya mendekati tak hingga, n atau |||| 0. Sehingga, kita dapat
mendefinisikan volume benda putar sebagai berikut.

= lim [( )]2 = [( )]2


0

=1

11

Secara sistematis, menentukan volume benda putar dengan metode cakram


dapat dilihat seperti berikut.
Rumus dari PreKalkulus

Volume Satu Bagian


= [( )]2

Volume Cakram
= 2

Volume Benda Putar

= [ ]2

Gambar 2.2.2

Rumus yang serupa juga dapat diturunkan apabila sumbu putarannya


vertikal. Apabila sumbu putarannya adalah vertikal (sumbu-y), maka rumus
volume benda putarnya adalah sebagai berikut.

= [()]2

Untuk membedakan antara volume benda putar dengan pusat di garis


horizontal ataupun vertikal, perhatikan gambar berikut.

Gambar 2.2.3

Aplikasi paling sederhana dari metode cakram adalah menentukan volume


benda putar hasil putaran daerah yang dibatasi oleh grafik fungsi f dan sumbu-x.
Jika sumbu putarannya adalah sumbu-x, maka dengan mudah dapat ditentukan
bahwa R(x) sama dengan f(x).
Sedangkan metode cincin pada umumnya digunakan untuk benda yang
memiliki lubang ditengahnya. Cincin dalam metode ini dibentuk oleh hasil
putaran persegi panjang terhadap sumbu putaran tertentu (sumbu putaran tidak
berimpit dengan sisi persegi panjang), seperti terlihat pada gambar berikut.

12

Gambar 2.2.4

Jika r dan R secara berturut-turut merupakan jari-jari dalam dan luar dari
cincin dan t merupakan ketebalan cincin, maka volumenya dapat ditentukan
sebagai berikut.
= (2 2 )
Untuk mengetahui bagaimana konsep ini dapat digunakan untuk
menentukan volume benda putar, perhatikan daerah yang dibatasi oleh jari-jari
luar R(x) dan jari-jari dalam r(x), seperti yang ditunjukkan gambar di bawah ini.

Gambar 2.2.5

Jika daerah tersebut diputar menurut sumbu putar yang diberikan, volume
benda putar yang dihasilkan adalah

= ([( )]2 [( )]2 )

13

Perhatikan bahwa integral yang melibatkan jari-jari dalam


merepresentasikan volume lubang yang dikurangkan dari integral yang
melibatkan jari-jari luar.
2.3 Penerapan Kalkulus dalam Menentukan Dosis Radiasi Sinar X dalam
Pengobatan Kanker
Untuk menentukan dosis radiasi sinar X dalam pengobatan kanker,
pertama tama petugas dosimeter harus menghitung volume dari kanker tersebut.
Untuk menghitung volume kanker digunakan integral karena bentuk sel kanker
yang tidak beraturan. Salah satu bentuk dari sel kanker adalah sebagai berikut.

Gambar 2.3.1

Untuk menentukan volume dari sel tersebut maka sel tersebut harus di bagi
menjadi beberapa bagian agar dapat dihitung volumenya menggunakan integral.
Gambaran sederhananya adalah sebagai berikut:

Gambar 2.3.2

Maka untuk menentukan volumenya dapat dihitung dengan cara sebagai


berikut:
14

= (, , )

2 ()

2 (,)

(, , )

1 ()

1 (,)

2 2

2 2 2

2 2 2 2 2
2 2

[|

2 2

2 2

2 2 2
2 2 2

= 2 [

15

2 2

2 2 2 ]

3. Penutup
3.1 Simpulan
Dari paparan atau penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
sesuai dengan makalah Penerapan Ilmu Kalkulus dalam Penentuan Dosis Sinar X
untuk Pengobatan Kanker ilmu kalkulus dapat digunakan dalam penentuan dosis
sinar X untuk pengobatan kanker. Ilmu kalkulus dalam penentuan dosis sinar X
digunakan untuk menentukan volume sel kanker itu sendiri. Ketika volume telah
diketahui maka penentuan dosis sinar X dapat ditentukan dengan tepat.

3.2 Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya
penulis akan lebih fokus dan detail dalam menjelaskan tentang makalah di atas
dengan sumber-sumber yang lebih banyak yang tentunya dapat dipertanggung
jawabkan.

16

DAFTAR RUJUKAN

Kase, Kenneth R. 1972. Consep Of Radiation Dosimetry. California: Stanford


Linear Acceleration Center Stanfors Univercity.
(Online), (http://wikipedia.org/wiki/kalkulus, diakses tanggal 10 November 2014).

17

Anda mungkin juga menyukai