Anda di halaman 1dari 15

CREEP

Analysis of Creep Curve


Stage I, Transient Response :
Terjadi interaksi antara strain hardening dan recovery (softening
process)
Strain hardening : terbentuknya sub-grain karena adanya
penyusunan dislokasi (poligonisasi)
Recovery : terjadinya cross-slip dan dislocation climb
Turunnya creep rate karena naiknya tahanan terhadap
pergerakan dislokasi

Stage II, Steady State Creep Rate :


Terjadinya kesetimbangan antara strain hardening dan softening

Stage III, Rupture :


Accelerating creep rate
Terjadi localized necking, corrosion, intergranular fracture, microvoid
formation, precipitation of brittle second phase particles, resolution of
strengthening phases
Recrystallization of strain hardened grain

Hubungan antara creep test (s) dan stress rupture test (tR),
Monkman and Grant :
.

log t R + m log & s = B


Untuk Al, Cu, Ti, Fe, Ni-based : 0.77<m<0.93; 0.48<B<1.3

Persamaan lainnya yang diusulkan :


Garofalo : untuk daerah primary creep :
0.05<TH<0.3 : t ~ ln t
t = true strain
m
0.2 < TH < 0.7 : t = 0t + t (parabolic creep)

t = creep time

Untuk mengcover daerah secondary creep :


t = 0t + tm + st

Cunha and Kustenbach (1979) :


'

& s = A n e Q

/ kT

Power law creep


A, n : konstanta; Qc : energi
aktivasi creep; k : konstanta
Boltzman, n : creep exponent

Constant Stress vs Constant Load


Tests

Creep rate pada constant load


jauh lebih tinggi dari constant
stress test

Ada kemiripan dengan true stress


true strain curve

Korelasi dan Metode Ekstrapolasi


Silveira dan Monterio [1980] :
Ada lama minimum creep test
untuk ekstrapolasi, faktor = 3
Untuk ekstrapolasi umur
100,000 jam; diperlukan lama
testing minimum 33,000 jam
Larson-Miller (1952), pada
constant stress, :
T(log tR + C) = m
T = temperatur (R), C =
konstanta, m = parameter
yang bergantung kepada jenis
material

Larson-Miller Diagram

Stress (MPa)

1000

100

10
18

20

22

24

26

28

30

32

T(20 + log t) x 1000 (K-hr)

Nilai C tidak bergantung stress

Low carbon steel : 18


Austenitic ss : 18
Duplex ss : 15
Titanium D-9 : 20
Satellite 34 : 20

Persamaan M-H :

log t R log t a
=m
T Ta

Rata-rata harga C = 20 untuk


logam
Manson-Haferd [1953] :
Kurva , log tR, 1/T, tidak
berpotongan pada 1/T = 0,
tetapi pada suatu koordinat
(ta,Ta)
Kurva linear adalah log tR vs
T, bukan antara log tR vs 1/T

Manson [1968] :
L-M : predict optimistic values
for rupture time
M-H : predict pessimistic
values for rupture time

Modified M-H :

log t R +

log 2 t R 40,000

=m
T
40

Sherby-Dorn [1954] :

log t R

Q
=m
kT

Monkmant Grant [1953] :

k' Q
T log t R log ' = C
A k

Kemiringan garis adalah Qc/k =


Qd/k
Jika ada satu titik data, maka
ekstrapolasi dapat dilakukan
Berlaku jika hanya ada satu
mekanisme creep yang terjadi

Minimum Commitment
Method (MCM) dari ASTM
[1967] :
Curve fitting terhadap semua
persamaan yang ada dan
dipilih salah satu yang paling
mendekati
Jika tidak ada yang memenuhi,
maka buat persamaan baru :
P(T) + Q (log t) = Z ()
P, Q, T adalah fungsi umum

CREEP MECHANISM
Fundamental concept by
Orr [1954] :
Energi aktivasi creep sama
dengan energi aktivasi
difusi
Untuk T < 0.5Tm, energi
aktivasi creep lebih rendah
dari energi aktivasi difusi,
karena difusi yang terjadi
adalah melalui dislokasi,
bukan difusi volume.

Mekanisme creep pada T>0.5 Tm


dapat dibagi empat berdasarkan
stress yang bekerja :

Diffusion Creep
Dislocation Creep
Dislocation Glide
Grain Boundary Sliding

Diffusion creep :
Terjadi pada /G 10-4
Ada dua mekanisme yang terlibat
:
Nabarro-Herring Creep
Coble Creep

Nabarro-Herring Creep [1950] :


Vacancy akan bergerak ke
daerah compressive stress,
atom bergerak dalam arah
sebaliknya
Menghasilkan perpanjangan
butir
Creep rate :

7Dv b 3
&s
kTd 2
Creep rate akan naik dengan
semakin halusnya ukuran butir
Difusi yang terlibat adalah
difusi volume (Dv)

Coble Creep [1963] :


Difusi yang terlibat adalah
difusi batas butir (grain
boundary diffusion)
Lebih sensitif terhadap ukuran
butir dibandingkan HerringNabarro creep
Creep rate :

&s

50Dgbb 4
kTd 3

Dislocation Creep (Orowan,


1946)
Creep adalah kesetimbangan
antara work hardening (karena
plastic strain) dan recovery
(akibat high temperature
exposure)
Pada temperatur konstan :



d =
d +
dt
t ,
t ,

rate of hardening



rate of re cov ery

Creep rate :

&s =

C n
QD
exp

kT
kT

Power Law Creep

Sherby dan Burke [1968] :


Larutan padat dibagi atas dua
bagian :

Class I : pergerakan dislokasi


dikontrol oleh solute drag, nilai
creep exponent sekitar 2.
Kerapatan dislokasi semakin
meningkat, dan jumlah atom
pelarut per satuan panjang garis
semakin berkurang
Class II : creep dikontrol oleh
pergerakan dislokasi dengan
climb, creep exponent sekitar 5.
Pada tahap awal mekanismenya
sama dengan class I material

Dislocation Glide (/G > 10-2)


Pada suatu nilai stress, power
law creep tidak berlaku lagi.
Studi oleh Monteiro dan
Silveira [1979] pada AISI 316,
yaitu termasuk Class II alloy.
Pada &s / D < 109
berlaku
power law creep dengan n = 4
Pada &s / D > 109
power law
creep tidak berlaku lagi,
karena n = 10
Ketika n = 10, maka
mekanisme yang terjadi
adalah thermally activated
dislocation glide, sama
dengan deformasi pada
temperatur kamar

Grain Boundary Sliding (Ashby dan Raj, 1975) :

Dominan pada tertiary creep


Inisiasi dan perambatan retakan
Tidak ditemukan pada primary dan secondary creep
Grain boundary sliding selalu diikuti oleh diffusional flow (vacancy
diffusion)
Merupakan akomodasi butir terhadap deformasi plastis, sehingga
meminimalkan regangan yang dialami oleh butir
Merupakan awal dari void

Superplasticity Effect :
Material dapat mengalami elongation sampai 1000%
Ditemukan pertama kali oleh Backofen [1964] pada paduan 78%Zn-22%Al
Memanfaatkan efek grain boundary sliding pada material yang berbutir
halus
Diamati pada material Ti-6Al-4V, paduan Fe, paduan Aluminium

10

Deformation Mechanism Maps

Dibuat oleh Weertman [1963]


dan Ashby [1972] :

Merupakan peta /G vs T
Menggambarkan berbagai
mekanisme deformasi pada
material
Konsep dasarnya, ada enam
mekanisme yang independen
pada waktu deformasi pada
material polikristal :

Pergerakan dislokasi dengan


mekanisme glide
Dislocation creep : termasuk glide
dan climb, keduanya dikontrol
oleh difusi
Nabarro-Herring Creep
Coble Creep
Twinning, termasuk strain-induced
martensitic transformation

Di atas theoretical shear strength,


deformasi plastis dapat terjadi
tanpa pergerakan dislokasi,
melainkan dengan bergesernya
antara satu bidang atom dengan
yang lainnya

11

Material Temperatur Tinggi


(Heat Resistant Alloys
Dapat dibagi dua :
Logam
Keramik

Material Logam :
Superalloys
Refractory alloys

Refractory alloys : logam


murni dengan temperatur
lebur tinggi (Mo, Ta, W)
Superalloys : based on
Grup VIIIA

Sifat-sifat yang diperlukan:


Short term mechanical
properties : yield strength,
ductility
Long-term mechanical
properties : low-and high cycle
fatigue; creep, creep fatigue
Hot corrosion resistance :
oxidation, chlorination,
sulfidation, carburization

Nickel-based superalloys
adalah yang paling banyak
digunakan.
Mempunyai lebih dari 10 unsur
paduan
Fungsi dari unsur paduan :
Substitutional solid solution
dalam matriks austenit : Co,
Fe, Cr, V, Mo, W
Membentuk presipitat : Al, Ti,
Nb, Ta
Membentuk karbida : Cr, Mo,
W, V, Nb, Ta, Ti
Membentuk segregasi di batas
butir : Mg, B, C, Zr
Membentuk lapisan pasivasi :
Cr, Al
Unsur tanah jarang (rare
earths)

12

Presipitat (Ni3Al atau Ti3Al)

13

Incipient Melting Temperature


Alloys

Incipient Melting Temp. (C)

Hastelloy X

1250

Haynes 25

1329

Haynes 188

1302

Incoloy 800

1357

Incoloy 825

1370

Inconel 625

1288

Inconel X-750

1393

Nimonic 80A

1360

Nimonic 90

1310

Waspaloy

1329

14

15

Anda mungkin juga menyukai