Anda di halaman 1dari 51

Disusun oleh:

Fathur Rohman 325160059


Albert 325160061
Ricky Hermawan 325160065
Thesya Tritania H 325160077
Erika Oktavia 325160080
Hans Hendito 325160088
Roni Oktarius 325160089
Supriyanto 325160090
Theodorus Alvin 325160096
Ivana Ramayanti 325179102
Latar belakang

Beton yang digunakan dalam kehidupan sehari-


hari akan menerima beban. Akibat beban yang
diterima, beton akan mengalami tegangan. Tegangan
dalam batas tertentu akan menyebabkan terjadinya
retak dan bahkan keruntuhan (failure). Keretakan
beton ini mengakibatkan struktur bangunan menjadi
lemah.
Kerusakan struktur ini akan menimbulkan
kerugian baik secara material ataupun
keselamatan. Akibat permasalahan inilah,
muncul berbagai teori yang digunakan untuk
mencari karakteristik dari keretakan dan
solusinya. Teori Mohr dan teori Griffith
merupakan contoh dari teori yang membahas
tentang keretakan dan perpatahan suatu bahan.
Keruntuhan (failure)
Keruntuhan (failure) adalah suatu proses
dimana material berubah dari satu perilaku
menjadi kondisi perilaku yang lain. Kriteria
keruntuhan merupakan hubungan tegangan
dan regangan yang memberi sifat terjadinya
keruntuhan batuan dan ditentukan
berdasarkan hasil-hasil percobaan.
Untuk membahas kriteria keruntuhan dikenal dua metode
yaitu cara analitik dan empirik.
Metode analitik meliputi :
 Kriteria keruntuhan Mohr-Coulomb
 Kriteria keruntuhan Tresca
 Kriteria keruntuhan Drucker-Prager
 Kriteria keruntuhan Von Miles
 Kriteria keruntuhan Griffith

Metode empirik meliputi :


 Kriteria Bieniaswski
 Kriteria Protodyakonov
 Kriteria Hoek dan Brown
Teori Mohr
Teori Mohr menganggap bahwa :
 Untuk suatu keadaan tegangan 1 > 2 > 3,
(intermediate stress) tidak mempengaruhi failure
batuan.
 Kuat tarik tidak sama dengan kuat tekan.
Teori ini didasarkan pada hipotesis bahwa
tegangan normal dan tegangan geser yang
bekerja pada permukaan rupture memainkan
peranan pada proses failure batuan. Untuk
beberapa bidang rupture dimana tegangan
normal sama besarnya, maka bidang yang
paling lemah adalah bidang yang mempunyai
tegangan geser paling besar sehingga kriteria
Mohr dapat ditulis sebagai berikut :
τ = f (σ)
Untuk keadaan tegangan 1 > 2 > 3 yang
diposisikan pada bidang (τ, σ), terlihat bahwa
lingkaran Mohr (1, 3 ) mempengaruhi kriteria
failure. Failure terjadi jika lingkaran Mohr
menyinggung kurva Mohr (kurva intrinsik)
dan lingkaran tersebut disebut lingkaran failure
(lihat gambar 2.1).
Kurva Mohr merupakan envelope dari
lingkaran-lingkaran Mohr pada saat failure.
Kurva ini tidak dapat dinyatakan dengan
sebuah rumus yang sederhana, melainkan
didapat dari hasil percobaan dengan
menggambarkan envelope dari beberapa
lingkaran Mohr pada saat failure, pada berbagai
kondisi tegangan. Kriteria Mohr juga dapat
digunakan untuk memepelajari kekuatan geser
(shear strength) di dalam patahan, kekar atau
jenis-jenis diskontinuitas lainnya.
Gambar 2.2 Kekuatan Geser Pada Patahan
Keruntuhan (failure) terjadi jika lingkaran
Mohr Menyinggung kurva Mohr (kurva
intrinsik) dan lingkaran tersebut disebut
‘lingkaran keruntuhan’. Kurva Mohr
merupakan selubung keruntuhan dari
lingkaran-lingkaran Mohr saat keruntuhan.
Keruntuhan geser (shear failure) tanah terjadi bukan
disebabkan hancurnya butir-butir tanah tersebut tetapi
karena adanya gerak relatif antara butir-butir tanah
tersebut. kriteria keruntuhan Mohr Coulomb
digambarkan dalam bentuk garis lurus. Jika kedudukan
tegangan baru mencapai titik P, keruntuhan tidak akan
terjadi. Pada titik Q akan terjadi keruntuhan karena titik
tersebut terletak tepat pada garis keruntuhan. Titik R
tidak akan pernah dicapai, karena sebelum menvapai
titik R sudah terjadi keruntuhan. (lihat gambar 3.1)
Gambar 3.1 Kriteria Keruntuhan Mohr-Coulomb
Terzaghi (1925) mengubah persamaan Coulomb dalam
bentuk efektif karena tanah sangat dipengaruhi oleh
tekanan air pori.
Karena
Maka persamaan menjadi :

Keterangan :
= tegangan geser pada saat runtuh (kN/m2)
= tegangan normal efektif (kN/m2)
= kohesi tanah efektif (kN/m2)
= sudut gesek dalam tanah efektif (derajat)
Kuat geser tanah bisa dinyatakan dalam bentuk tegangan efektif danpada
saat keruntuhan terjadi. Lingkaran Mohr berbentuk setengah lingkaran
dengan koordinat () dan () dilihatkan dalam ( Gambar 3.2 ).
Kriteria Tegangan Tarik Maksimum
Kriteria ini menganggap bahwa batuan mengalami
karuntuhan oleh fracture fragile (brittle) yang diakibatkan
oleh tarikan yang dikenakan pada batuan tersebut. Keadaan
ini dapat disamakan dengan pengenaan tegangan utama -σ3
yang besarnya sama dengan kuat tarik uniaksial (σT) batuan.
σ3 = −σ tult

Kriteria Tegangan Geser Maksimum


Kriteria keruntuhan Tresca berlaku untuk batuan isotrop
dan ductile. Kriteria ini merupakan fungsi dari tegangan σ1
dan σ3. Menurut kriteria ini, batuan mengalami keruntuhan
jika tegangan geser maksimum τmax sama dengan kuat geser
batuan S.
S = τmax = (σ1 – σ 3) / 2
dimana σ1 dan σ3 adalah tegangan utama mayor dan tegangan
utama minor, sedangkan tegangan utama intermediate tidak
berperan di dalam kriteria ini.
Kelebihan dan Kekurangan Coulomb Mohr
Theory

Dalam mendefinisikan kriteria kerutuhan suatu material terdapat


banyak cara yang digunakan, salah satunya adalah kriteria
keruntuhan Mohr-Coulomb. Namun, dalam penggunaan metode ini
masih terdapat beberapa kekurangan dan kelebihan sebagai berikut
:

Kelebihan :
1. Paling sering digunakan karena kesederhanaannya.
2. Untuk jenis tanah yang tidak menunjukkan perbedaan yang jelas
adanya tegangan puncak dan residual (tanah Normally Consolidated)
ataupun tanah yang getas (runtuh tiba-tiba) teori ini tetap berlaku,
karena tegangan puncak = tegangan residual
Kekurangan :
 Tidak memperhitungkan adanya regangan,
padahal dalam semua uji tanah regangan
mempengaruhi kekuatan tanah.
 Mengambil parameter kekuatan geser pada
keadaan tegangan puncak yang pada umumnya
terjadi perubahan regangan.
 Teori ini tidak berlaku untuk tanah yang
menunjukkan adanya keadaan puncak dan
keadaan residual, karena untuk jenis tanah ini
teori Coulomb benar jika mengambil parameter
keadaan residual.
Pengujian untuk menentukan sifat mekanik batuan dapat dilakukan
diantaranya dengan pengujian dibawah ini :

1. Pengujian Kuat Tekan Bebas (Unconfined Compressive Strength)

Pengujian ini menggunakan mesin tekan


untuk menekan percontoh batu yang
berbentuk silinder, balok atau prisma dari
satu arah (uniaksial). Perbandingan antara
tinggi dan fiameter percontoh (l/D)
mempengaruhi nilai kuat tekan batuan.
Perpindahan dari percontoh batuan baik aksial (Δl) maupun lateral
(ΔD) selama pengujian diukur dengan menggunakan dial gauge
atau electric strain gauge.Dari hasil pengujian kuat tekan, dapat
digambarkan kurva tegangan-regangan (stress-strain) untuk tiap
percontoh batu, kemudian ari kurva ini dapat ditentukan sifat
mekanik batuan :
1. Kuat tekan σc
2. Batas Elastik σE
3. Modulus Young
E= Δσ/Δεa
4. Poisson’s Ratio
υ = εI1/ εa1
2. Pengujian Triaksial
Pengujian ini adalah salah satu pengujian yang terpenting dalam
mekanika batuan untuk menentukan kekuatan batuan di bawah
tekanan triaksial. Percontoh yang digunakan berbentuk silinder
dengan syarat-syarat sama pada pengujian kuat tekan. Dari hasil
pengujian triaksial dapat ditentukan :
- Strength envelope (kurva instrinsic) atau selubung kekuatan
- Kuat geser atau shear strength
- Sudut geser dalam, φ
- Kohesi, C
3. Pengujian Kuat Tarik-Uji Brazilia (Indirect Tensile Strength
Test)
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui kuat tarik (tensile strength)
dari percontoh batu berbentuk silinder secara tidak langsung. Alat
yang digunakan adalah mesin tekan seperti pada pengujian kuat
tekan.
Kuat Tarik : σt =P/πRH
1. Beton Terkekang (Confined Concrete)

Kekangan pada beton dapat dibedakan menjadi 2 macam:


1. kekangan yang bersifat pasif, berupa kekangan oleh tulangan lateral
baik berbentuk spiral maupun persegi.
2. kekangan yang bersifat aktif dimana kekangannya diberikan oleh fluida.
Kriteria ini digunakan sebagai filosofi dasar dalam SNI Beton untuk
menentukan persamaan tulangan pengekang pada kolom. Kriteria
Mohr-Coulomb dinyatakan dalam persamaan:
|τ|= c - σ tanφ (1)

Berdasarkan gambar 3, persamaan (4) dapat diubah


menjadi :
=1 (2)
Untuk kekangan (confinement) berlaku σ1≥σ2≥σ3,
atau

- =1 (3)
Persamaan (1) dapat dikembangkan menjadi:

K= =1+m (4)
Dimana fcc’ identik dengan tegangan
tekan beton yang terkekang (=-σ3=-σc),
f2 adalah tegangan kekangan/lateral (=-
σ1), dan fc’ adalah kuat tekan beton
terhadap beban uniaksial. Koefisien m
pada persamaan (4) diperoleh dari hasil
uji eksperimental.
Kriteria Mohr-Coulomb mempunyai kelebihan
antara lain fungsi kelelehannya sederhana oleh
karena hanya mengandung dua parameter,
sehingga sangat populer. Namun demikian
kriteria ini mempunyai kekurangan diantaranya
yaitu garis batas permukaan kelelehan pada
bidang meridian adalah linier, dimana hal ini
tidak sesuai dengan permukaan kelelehan bidang
meridian yang berlaku pada beton.
Umumnya material putus pada tegangan
patah teoretis, yaitu tegangan σt, yang
diperlukan untuk memisahkan dua lapisan
atom yang berdekatan. Tegangan ini bervariasi
dengan jarak antara bidang atom dan seperti
diperlihatkan pada gambar dapat didekati
dengan kurva panjang gelombang sedemikian
rupa sehingga
Dimana u adalah pergeseran dari jarak
setimbang. Dari hukum hooke σt = (Eul/b)
sehingga σt = λE/2πb. Pemisahan dua bidang
atom memerlukan energy permukaan ϒ
sehingga

Sehingga kekuatan Tarik teoritis sama


dengan
Serat gelas dan wisker metalik atau non metalik
besarnya memiliki kekuatan mendekati nilai ideal
ini yang besarnya El 10, tetapi logam curah meski
diuji dalam kondisi ideal (yaitupada 4K) jarang
dapat menahan tegangan di atas El 100. Padatahun
1920,
Griffith merupakan orang pertama yang
menjelaskan bahwa ketimpangan ini terjadi karena
terdapat retakan kecil yang merambat dalam
Kristal dan menimbulkan patahan. Teori Griffith
membahas retak elastis, dimana di ujungretak,
setiap ikatan atomic dengan tahap elongasi dan
perpatahan yang berbeda.
Ketika terjadi perambatan retak, setiap ikatan atom
dalam jalur retak menyerap regangan dan jumlah kerja
yang diperlukan untuk merentang dan memutuskan
ikatan ini kemudian menjadi energy permukaan ϒ dari
permukaan patahan. Bila pemisahan specimen antara dua
lapisan atom terjadi dengan cara ini, pada suatu saat
kekuatan teoretis hanya perlu dilampaui di satu titik saja,
dan tegangan yang diterapkan disitu jauh lebih rendah
dibandingkan tegangan patah teoretis.

Jumlah kerja untuk memutuskan ikatan ini berasal dari


gaya yang diterapkan dari energy elastis system misalkan
untuk retak dengan panjang 2cter dapat daerah lingkaran
dengan jari-jari c yang dibebaskan dari tegangan σ maka
energy regangan akibat adanya retak adalah (σ2/2E)πc2
Kondisi ketika energy regangan elastic
mengimbangi peningkatan energy permukaan
adalah

(8.22)
Dan menghasilkan persamaan Griffith yang
terkenal

(8.23)
Untuk regangan Tarik terkecil yang
mampu menghasilkan perambatan retak
dengan panjang 2c oleh karena itu, kriteria
Griffith bergantung pada asumsi bahwa retak
merambat apabila pengurangan energy elastis
yang dihasilkan oleh perpanjangan pada 2c
lebih besar daripada peningkatan energy
permukaan akibat pertambahan luas
permukaan retak
Teori Griffith telah diverifikasi dengan percobaan
terhadap gelas dan polimer pada temperature
rendah, di mana terjadi proses perpatahan
sederhana dengan perambatan retak elastis , pada
perpatahan sederhana dengan perambatan retak
elastis. Pada perpatahan getas yang “lemah” ini
tidak atau sedikit sekali terjadi deformasi plastis
dan ϒ adalah energy permukaan(=1 – 10 Jm-2)dan
kekuatan patah σf= 10-5E pada padatan kristalin
retak bukan tipe elastic dan zona plastis terdapat
di sekitarujung retak seperti diperlihatkan
padagambar 8.30.
Pada specimen seperti ini, tidak terjadi
perpatahan kecuali apabila tegangan Tarik
meningkat hingga mencapai kekuatan teoretis σt
untuk retak dengan ketajaman atomic (dimana jari
jari pada sumber retak r memiliki orde sebesar b)
dan panjang 2c, dapat di buktikan bahwa tegangan
yang diperbesar σm adalah .

Agar retak merambat maka σm harus sama


dengan tegangan patah teoretis dari material pada
ujun gretak. Subsitusi nilai σt ini dalam persamaan
(8.22) menghasilkan persamaan Griffith pada
persamaan (8.23)
Gambar 8.30
menunjukkan
penurunan tegangan
yang diperbesar ini
terhadap jarak dari
ujung retak. Jelas,
bahwa pada jarak ry
tertentu tegangan
mencapai tegangan
luluh dan terjadi aliran
plastis jadi terdapat
Zona aliran plastis di sekitar ujung retak dengan jari
jari ry makin besar zona plastis, seperti halnya pada
logam ulet, makin besar energi yang di absorpsi
patahan. Pada keramik zona ini umumnya kecil.
Pada perpatahan, pada “kuat”, ϒ umumnya
meningkat dengan tajam karena kontribusi kerjap
lastis di sekitar ujungretak yang meningkatkan kerja
yang diperlukan untuk perambatanretak. Suku ϒ harus
diganti dengan (ϒ+ϒp) dimana ϒp adalah suku kerja
plastis ;biasanya (ϒ+ϒp) dituliskan sebagai G,yaitu
lajur pelepasan energy tegangan , sehingga persamaan
(8.23) berubah menjadi Orowan-Irwin

(8.24)
Disini G adalah ~104 J m-2 dan σf= 10-2-10-3 E
 Keruntuhan (failure) adalah suatu proses dimana material berubah dari
satu perilaku menjadi kondisi perilaku yang lain. Kriteria keruntuhan
dikenal dua metode yaitu cara analitik dan empirik.
 Teori Mohr menganggap bahwa :
 Untuk suatu keadaan tegangan 1 > 2 > 3, (intermediate stress) tidak
mempengaruhi failure batuan.
 Kuat tarik tidak sama dengan kuat tekan.
 Mohr (1900) mengemukakan teori keruntuhan tentang material yang
menyatakan bahwa keruntuhan pada suatu material tergantung pada
kohesi material dan besarnya tegangan normal yang bekerja pada dinding
keruntuhan tersebut, selain itu juga dipengaruhi oleh hubungan antara
tegangan normal dan geser pada sebuah bidang keruntuhan.
 Teori Griffith membahas retak elastis, dimana di ujungretak, setiap ikatan
atomic dengan tahap elongasi dan perpatahan yang berbeda.
 Kriteria Griffith bergantung pada asumsi bahwa retak merambat apabila
pengurangan energy elastis yang dihasilkan oleh perpanjangan pada
retakan lebih besar daripada peningkatan energy permukaan akibat
pertambahan luas permukaan retak

Anda mungkin juga menyukai