PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Di era modern ini, tumor ganas semakin meningkat insidensinya.
Sayangnya keganasan ini seringkali baru terdeteksi pada stadium lanjut
dan fatal. Kurangnya gejala klinis yang jelas terutama pada stadium awal
membuat penentuan diagnosis secara klinis kurang dapat diandalkan.
Disinilah pemeriksaan patologis memegang peranan penting sebagai
penunjang untuk memastikan diagnosis. Penyakit kanker dapat dideteksi
sedini
mungkin
mulai dari alat sederhana sampai pada alat canggih. Pemeriksaan fisik
merupakan alat diagnostik klasik dan sederhana. Kombinasi fisik
diagnostik dengan biopsi merupakan alat diagnostik yang efektif dan
efisiensi untuk pemeriksaan patologis mikroskopik.
Biopsi merupakan salah satu cara pemeriksaan patologi anatomi
yang dapat digunakan untuk menegakkan diagnosis pasti suatu lesi
khususnya yang dicurigai sebagai suatu keganasan. Pemeriksaan patologi
ini juga bermanfaat tidak hanya menegakkan diagnosis dan rencana
pengobatan tetapi juga untuk menentukan prognosis. Berasal dari bahasa
latin yaitu bios: hidup dan opsi: tampilan. Jadi secara umum biopsi adalah
pengangkatan sejumlah jaringan tubuh yang kemudian akan dikirim ke
laboratorium untuk diperiksa.
Biopsi kebanyakan dlakukan untuk mengetahui adanya kanker.
Pemeriksaan penunjang seperti X-ray, CT scan ataupun ultrasound dapat
dilakukan terlebih dahulu untuk mengalokasikan area biopsi. Biopsi dapat
dilakukan juga dengan proses pembedahan. Dengan demikian biopsi adalah
pemeriksaan penunjang untuk membantu diagnosa dokter bukan untuk
terapi kanker kecuali biopsi eksisional dimana selain pengambilan sampel
juga mengangkat semua massa atau kelainan yang ada.Kemajuan teknologi
radiologi yang pesat dan merupakan mitra utama biopsi, terutama pada
tumor yang terletak di rongga dada dan rongga abdomen. Keberadaan
Rumusan Masalah
1.3
Tujuan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Pengertian Biopsi
Biopsi berasal dari kata bios artinya hidup dan opsis artinya
melihat, jadi biopsi adalah mengambil sepotong jaringan yang masih dalam
keadaan
hidup
dan
memeriksa
secara
mikroskopis.
Kata
biopsi
diperkenalkan pertama kali pada tahun 1879 oleh ahli penyakit kulit
Perancis yang bernama Ernest Henri Besneier. Tujuan utama melakukan
biopsi adalah untuk menegakkan diagnosis pasti suatu lesi khusus yang
dicurigai sebagai suatu keaganasan, untuk mengevaluasi perjalanan
penyakit, konfirmasi data klinis dengan keadaan histopatologi dan untuk
pengobatan. (Hardy JD, Griffin JR., Rodriyeuz JA. 1959. Biopsi manual.
Philadelphia & London: WB Saunders Company: 2-27)
2.2
Prinsip-Prinsip Biopsi
Dalam melakukan Biopsi maka harus memperhatikan prinsip-prinsip
dari suatu biopsi seperti:
2.3
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
ahli patologi,
Hindari penggunaan infiltrasi lokal pada tumor,
Blood-less Surgery.
1.
Displasia
Dalam bahasa latin berarti
bentuk paling awal dari prakanker yang dikenal oleh ahli patologi
melalui pemeriksaan biopsi. Displasia merupakan penyimpangan sel
dari keadaan normal. Sel yang mengalami dysplasia tampak abnormal
bentuknya karena terjadi gangguan dalam proses pematangan sel.
Adanya gambaran dysplasia epitel merupakan tanda karakteristik
utama dari keadaan praganas. Perubahan hanya terbatas pada
2.
3.
kanker,
merupakan
tahap
akhir
dari
tumor
berdasarkan
pentahapan
menurut
AJCC
dan
lebih
mudah
para
ahli
2.5
Jenis Pemeriksaan
Biopsi harus representative baik secara klinis maupun mikroskopis
misalnya memilih daerah tumor yang tidak ada nekrosis dan tidak
terdapat infeksi sekunder. Interpretesi biopsi untuk diagnosis suatu
neoplasma dapat dilakukan berdasarkan:
1.
Pemeriksan Makroskopis
Merupakan
pemeriksaan
dengan
mata
biasa
untuk
meninggi/ tidak,
mudah
: padat, kistik
Pemeriksaan Mikroskopis
Suatu pertumbuhan neoplastik khususnya keganasan dini tidak
dapat didiagnosis berdasarkan pengamatan klinis semata, karena tidak
ada kriteria pasti untuk menentukan jinak dan ganasnya.Suatu lesi
secara klinis selain tidak adanya gejala karakteristik, seringkali baru
terdeteksi pada stadium lanjut setelah timbul gejala klinis yang
mengganggu penderita.Untuk mengatasi hal ini perlu dilakukan
pemeriksaan laboratorium penunjang. Pemeriksaan mikroskopis
merupakan cara yang sangat penting untuk menegakkan suatu
neoplasma.
2.6
Jenis Biopsi
1. Biopsi tertutup
Tanpa membuka kulit, bisa dikerjakan oleh disiplin non-bedah.
Bahan sedikit/kurang representative, dapat ditingkatkan dengan biopsi
terbuka, Contoh: FNAB, Core needle biopsi, Punch Biopsi dan
Endoscopy.
a.
sedikit
mengganggu
jaringan
sekitarnya.
Risiko
segera
dengan
resiko
yang
rendah,
dimana
meggunakan
alat
biopsi
panendoscopik
dikerjakan
10
digunakan
untuk
endoscopy
juga
dapat
digunakan
untuk
Inkontinensia
Gangguan pernapasan
Perdarahan internal
Sakit maag
Diare kronis
Kadang-kadang, Pemeriksaan endoscopy digunakan terkait
untuk membuat
gambar
bagian
dalam
tubuh).
11
endoscopy
juga
dapat
digunakan
untuk
Core Biospi
Tindakan core biopsi adalah prosedur di mana jarum
melewati kulit untuk mengambil sampel jaringan dari suatu
massa atau benjolan. Jaringan tersebut kemudian diperiksa
dibawah mikroskop untuk setiap kelainan. Core needle biopsi
dapat dilakukan ketika sebuah benjolan mencurigakan ditemukan,
misalnya benjolan payudara atau pembesaran kelenjar getah
bening, atau jika suatu kelainan terdeteksi pada tes pencitraan
seperti x-ray, USG atau mamografi. Core needle biopsi merupakan
prosedur lebih invasif daripada biopsi aspirasi jarum halus,
karena menggunakan bius lokal. Namun, lebih cepat dan kurang
12
yang
melalui kulit. Jika hal ini terjadi, ahli radiologi, ahli bedah atau
ahli patologi mengumpulkan sampel dapat menggunakan USG,
dimana jarum dapat dilihat pada monitor USG dan dibimbing
ke
prosedur
memakan
waktu
lebih
lama.
Secara
mereka
membantu
sel
untuk
diatur
di
diperiksa
dalam
di
bawah mikroskop
tubuh. Hal
ini
dapat
13
mm
14
menggembungkan
jaringan
dan
15
bibir)
atau
lesi,
anastesi
yang
mengandung
hiperkeratosis.
Untuk
lesi
yang
ini,
yang
16
Memastikan Hemostatis.
Jika memungkinkan, tempat biopsi seharusnya dijahit
untuk menutup luka dan menjamin hemostatis yang baik.
2. Biopsi terbuka
Dengan membuka
yang lebih
17
penutupan
dapat
dilakukan
dengan
penggangsiran
18
X1
penggangsiran
X
X
1
Y1
YY1 : XX1
3:1
YY1 : XX1
Y1
2:1
b. Biopsi Insisional
19
BAB III
PEMBAHASAN
3.1
2.
penyebabnya
Ulserasi yang menetap tidak menunjukkan tanda tanda
3.
4.
5.
dan radiologis
Lesi hiperkeratotik yang menetap
2.
3.
operable.
Tujuannya
adalah
untuk
20
tumor
"rekuren"
dan
metastasis.
4) Membedakan tumor kistik, solid dan peradangan.
5) Mengambil spesimen untuk kultur dan penelitian.
(Tambunan, 1990)
b. Kontraindikasi
Kontraindikasi termasuk koagulopati, hipertensi
pulmonary, penyakit baru bulosa dan ventilasi tekanan
positif. (Schwartz, 2000)
3.1.2.2 Endoscopy Biopsi
a. Indikasi
1) Perubahan gambaran mucosa saluran cerna disertai
keluhan-keluhan yang berlangsung lama dan
menahun seperti dispepsia, diare, konstipasi.
2) Ulkus pada saluran cerna bagian atas dan bawah
terutama pada usia tua.
3) Polip/tumor saluran cerna bagian atas atau bawah
4) Penyakit Celiak, colitis ulseratif, corhn atau
infektif.
b. Kontra Indikasi
1) Esofagus pasca dilatasi 1 minggu
2) Ulkus bulbus duodeni, kecuali dicurigai massa
tumor/limforma.
2.
dengan:
Bentuk iregular
Batas tidak tegas
Klasifikasi
Penebalan fokal pada kulit
Mikro kalsifikasi dengan karakteristik:
Morfologi: ukuran dan bentuk bervariasi
(pleumorfik): linear, becabang atau granular
21
3.
4.
yang
mencurigkan
dibandingkan
mamografi sebelumnya
Asimetri yang dihubungkan dengan adanya
klasifikasi, distorsi arsitektural, masa nonkistik,
5.
pertumbuhan
dibandingkan
mamografi sebelumnya
b. Kontraindikasi
1. Tumor yang:
Berbatas tegas, densitas rendah, kurang dari
1cm atau tidak berubah dari mammogram
sebelumnya
Mengandung
lemak
intralesi
yang
hamartoma
Multipel, tidak terklasifikasi mikroklasifikasi
a. Indikasi
1. Keterbatasan ukuran
2. Lokasi yang berbahaya dari lesi
3. Adanya kecurigaan yang besar terhadap adanya
keganasan
b. Kontraindikasi
1. Lesi berpigmen melanin karena akan lebih cepat
menyebar
2. Lesi keunguan
berisi
darah,
karena
dapat
22
a. Indikasi
1. Seharusnya dilkukan pada lesi yang kecil, kurang
2.
3.
dari 1 mm
Lesi pada pemeriksaan klinis masih jinak
Eksisi lengkap dengan margin pada jarinngan yang
Komplikasi Biopsi
1. Perdarahan, jaringan yang dibiopsi mengandung banyak pembuluh
darah dan pada waktu insisi terpotong pembuluh darah tertentu yang
tidak dilakukan hemostasis yang baik atau setelah perdarahan berhenti
terjadi lagi perdarahan akibat jaringan tumor yang rapuh sehingga
2.
3.
kuman.
Luka tidak mau sembuh, karena bertumbuhnya sel-sel tumor di luka
4.
5.
anestesi.
Merusak jaringan atau organ-organ disekitarnya, melakukan biopsi
didekat suatu duktus bisa terambil jaringan duktus tersebut kalau tidak
6.
hati-hati.
Komplikasi anestesi infiltrasi, kemungkinan terjadi penyebaran sel-sel
tumor kesekitarnya, selain itu bisa timbul reaksi alergi terhadap obatobat anestesi bisa sampai terjadi syok.
4.4
1.
2.
3.
kondisi pasien.
b. Kekurangan
1. Luasnya invasi tumor tidak dapat ditentukan.
2. Subtipe kanker tidak selalu dapat diidentifikasi.
3. Dapat terjadi negatif palsu.
4. Harus ada kerja sama klinisi dengan patologis. (Linsk dan
5.
6.
Franzen, 1986)
Beberapa pendarahan kecil mungkin terjadi.
Adanya rasa sakit ringan, tumpul dan berdenyut di daerah
biopsi yang biasanya menghilang dalam waktu 30 sampai
7.
4.4.2
60 menit
Terdapat resiko infeksi pada waktu kulit dipenetrasi, tetapi
b. Kekurangan
24
4.4.3
Infeksi
Robeknya organ
hiperkapnea,
hipoventilasi
dan
aspirasi
4.4.5
4.5
4.6
pap test
Untuk mengetahui penyebab perdarahan uterus pada wanita yang telah
3.
melalui menopause
Melihat apakah dinding rahim atau endometrium akan melalui
26
Persiapan alat
Alat yang dipergunakan terdiri dari tabung suntik
plastik ukuran 10 ml, jarum halus, gagang pemegang tabung
suntik, kaca objek dan desinfektan alkohol atau betadin.
b.
Pendekatan pasien
Dengan
ramah
pasien
dianamnesis
singkat.
mundur-maju.
Dengan
cara
demikian
sediaan
hapus,
a.
27
c.
d.
4) Setelah Biopsi
Pasien seharusnya
melakukan
aktivitas
lainnya.
Biopsi
ini
tidak
28
Jinak
Tidak
ada
sel-sel
kanker
ini. Benjolan
atau
29
Ganas
Sel-sel kanker, tidak terkontrol dan memiliki potensi
atau telah menyebar ke area lain dari tubuh.
4) Setelah Biopsi
a. Sebagian besar pasien dapat kembali ke aktivitas normal
b.
4.6.3
menelpon dokter
Endoscopy Biopsi
1) Persiapan
a. Pasien akan diperiksa terlebih dahulu kondisi kesehatannya
b. Pasien tidak diperbolehkan makan maupun 4-8jam sebelum
prosedur
c. Untuk pemeriksaan endoscopy saluran cerna bagian bawah
30
Incisional Biopsi
1) Persiapan
a. Pasien seharusnya mengikuti instruksi yang disediakan oleh
dokter dan memberikan catatan tentang adanya alergi.
b. Mereka yang menjalani anastesi umum seharusnya tidak
makan atau minum kurang lebih 8 jam sebelum biopsi.
31
2) Proses
a.
b.
c.
d.
e.
bergerigi halus.
Teruskan insisi
f.
sampai
diperoleh
contoh
jaringan.
c.
4.6.5
Excisional Biopsi
1) Persiapan
a. Tidak makan atau minum 8 jam sebelum biopsi
32
b.
atau
obat
lain
yang
mempengaruhi
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
tebal kulit.
Inspeksi luka dan atasi perdarahan.
Tutup dengan jahitan sederhana menggunakan benang yang
33
lapisan
endometrium
untuk
skrining
kasus
b.
sampel endometrium.
Aspirator vabra-instrumen kuret yang tajam yang
disambungkan pada pengisap dengan cara penggunaan
yang sama dengan pipelle untuk mendapat biopsi
endometrium.
4.7.1.2 Indikasi
a. Perdarahan uterus ireguler yang etiologinya tidak
b.
34
c.
d.
mengalami
keguguran
berulang
untuk
uji
kehamilan
4.
perdarahan vagina)
Pasien diharuskan puasa sekurang-kurangya 6 jam
5.
sebelum tindakan
Pasien harus mengosongkan kandung kemih sebelum
6.
tindakan
Untuk menghindari kecemasan biasanya sebelum
dilakukan tindakan pasien diberi obat penenang, dan
prosedur.
Pilih satu dari beberapa instrument yang dirancang
khusus untuk pengambilan sampel endometrium.
Penghisap
kuretase
endometrium
pipelle
akan
35
c.
d.
cara
mencengkeremnya
dengan
sebuah
36
4.7.2
dan
proyeksi
menyerupai
jari
disekitar
Biopsi Serviks
4.7.3.1 Pemeriksaan Pada Kemungkinan Carcinoma Pada
Serviks
37
a. Brockelentnahme
menjamin
pengambilan
sampel
diseluruh
jangan
hancurkan
jaringan.
Tidak
38
larutan
fiksasi
(misalnya
formalin
10%).
BAB IV
PENUTUP
39
4.1
Kesimpulan
1. Biopsi adalah mengambil sepotong jaringan yang masih dalam
2.
3.
4.
disekitarnya.
Biopsi secara umum dapat mendiagnosa penyakit yang lebih akurat
5.
6.
menopause.
Persiapan sebelum melakukan biopsy pasien harus menghentikan
segala macam konsumsi obat yang membuat pembekuan darah
terganggu seperti aspirin, Coumadin dan nonsteroidal anti inflamatori
druks (NSAIDs) dan konsultasikan pada dokter apakah anda harus
7.
4.2
Saran
Seorang bidan dalam asuhan kebidanannya kepada klien harus
dapat memberikan informasi kepada klien, apabila klien tersebut
mengalami suatu masalah terhadap organ reproduksinya. Dan harus
mengetahui perkembangan teknologi dalam dunia kedokteran maupun
kandungan.
40
DAFTAR PUSTAKA
Suyatno, Emir Pasaribu. 2009. Diagnostik dan terapi Bedah Onkologi. Sagung
Seto
Underwood. 2004. Patologi Umum dan Sistematik. Jakarta: EGC
Janti Sudiono. 2008. Pemeriksaan Patologi Untuk Diagnosis Neoplasma, Jakarta:
EGC
Neville Woolf. 2004. Pathology Basic and Sistemic. Saunders
Emanuel Rubin. 2006. Essential of Pathology. Lippincot William & Wikins
Daniel, Breast cancer. http://www.Cancer.org/cancer,2008
Cancer Staging. www.cancer.gov/cancertopics/factsheet/detection/staging. 2008
Devita. 2009. Principles and Practical Onkology Review. Lippincott William &
Wilkins
41
42