Anda di halaman 1dari 5

AKAD NIKAH LEWAT TELEPON

Baru-bru ini terjadi akad nikah lewat telepon, pengantin laki-lki sedang
menempuh pendidikan untuk memperoleh gelar Dokor di Amerika Serikat, sementara
penganten perempuan seorang sarjana psikologi di jakarta. Sang mertua dari pihak lakilaki juga seorang sarjana, dan bahkan dari pihak perempuan seorang Profesor Doktor
mengabdi pada salah satu fakultas pasca sarjana sebuah Perguruan Tinggi Agama Negeri
di jakarta.
Melihat latarbelakang pendidikan mereka rasanya, kurang masuk akal jika
mereka mengambil keputusan tersebut tanpa terlebihdahulu mempertimbangkan segala
sesuatunya secara matang, termasuk segi hukumnya. Tetapi akad itu ternyata kemudian
ditolak keabsahannya oleh KUA (kantor Urusan Agama). Bahkan kemudian datang
komentar dari beberapa pejabat , diantaranya Mentri Agama, bahwa perkawinan itu tidak
sah dasar penolakannya adalah : Pembuktian identitas seseoang lewat telepon diragukan.
Dasar diatas agaknya perlu di kaji ulang, dengan memepertanyakan : Bagaimana cara
memebuktikan seseoorang melalui identitas, terus bagaimana juga penyelesaiannya
berdasarkan perkembangan teknologi yang semakin canggih, sekarang telepon sudah
dilengkapi dengan gambar seperti Hp 3G, disitu bukan hanya suara yang tampil,
akantetapi suara plus gambar seperti melihat televisi ?
Di dalam khzanah pengetahaun tentang identitas , dikenal beberapa cara
pembuktian, seperti lewat Nama, Foto, Modus Operandi, Tanda Tangan, dan Sidik Jari
(Encyclopedia britanica, 12: 474). Dianatara cara itu , yang paling banyak dipaki adalah
sidik jari. Sebab telah terbukti bahwa tidak ada satu sidik jaripun yang sama dengan yang
lain, meski dua saudara kembar. Disamping itu sidik jari juga dianggap paling abadi, tak
mungkin berubah karena perubahan usia, penyakit, dan kecelakaan. Tambahan lagi
pegambilannya mudah dan murah, hanya memerlukan tinta dan kertas.
Kecuali sidik jari, dikenal pula sidik lain semisal sidik telapak tangan, jari
kaki, dan hidung khususnya sidik yang terahir ini dari anjing atau kucing yang mahal,
untuk identifikasi bila sewaktu-waktu hilang ( the new books of knowledge, 1986, 6:129).
Lebih jauh bisa dolakuakan pemerikasaan darah dan jarinagn (jaringan kulit)
(Encyclopedia britanica, 12 :166).
Yang berhubungan dengan persoalan lewat telepon itu adalah pembuktian
dengan suara, atau mengikuti istilah sidik jari, katakanlah sidik suara. Karena para ahli
tafisr dalam berbagai karyanya sebenarnya sudah mengenal sidik suara, di dalam
Alquran terdapat ayat yang berbunyi :



Dan

di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah menciptakan langit

dan

bumi

dan

berlain-lainan

bahasamu

dan

warna

kulitmu.

Sesungguhnya pada yang demikan itu benar-benar terdapat tandatanda bagi orang-orang yang mengetahui. (QS. Arrum 30:22)

Menyangkut kata perbedaan lisan, tafsir populer memakainya sebagai


perbedaan bahasa alasannya mengemukakan bahwa adanya berbagai bahasa di dunia
memang merupakan tanda kebesaran allah yang maha kaya seperi yang tercantum dalam,
surah al hujara ayat 13.
)
(

Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan
seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya
kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu
disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha
mengetahui lagi Maha Mengenal(QS. Al-Hujarat: 13 )
Tetapi tafsir yang memungkinkan juga bagi kata itu adalah perbedaan suara
( lihat tafsir al khazin, 5:2006, dan asfahani, mufradat fi gharib alfath alquran : 450).
Kata lisan secara harfiah berarti lidah. Di dalam alquran kata itu berulang-ulang 23 kali
sebagai contoh ayat yang menyebuitkan lidah dalam makna harfiah adalah :

()

Orang-orang Badwi yang tertinggal (tidak turut ke Hudaibiyah) akan mengatakan:

"Harta dan keluarga Kami telah merintangi Kami, Maka mohonkanlah ampunan untuk
kami"; mereka mengucapkan dengan lidahnya apa yang tidak ada dalam hatinya.
Katakanlah : "Maka siapakah (gerangan) yang dapat menghalang-halangi kehendak
Allah jika Dia menghendaki kemudharatan bagimu atau jika Dia menghendaki manfaat
bagimu. sebenarnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan (QS. Alfath
48:11)
Nabi musa pernah berdoa :
()
Dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku. (QS.Thoha 20:27)
Didalan ayat diatas, tidak mungkin berarti bahwa nabi musa as. Meminta
lidahnya di bebaskan dari ikatan, tetapi memohon agar ucapan beliau tidak terganggu

oleh apapun dan terdengar jelas, sehubungan dapat benar-benar dapat dipahami oleh
umatnya. Pemahaman demikia diambil dengan memposisikan ayat tersebut dalam bentuk
majas. Dan alquran memeng banyak mengumkapkan pesan dalam bentuk majas
diantaranya adalah melukiskan akibat melalui sebab.
Mungkinkah suara seseoarang bersifat khas seperti halnya sidik jari? Didalam
ilmu tentang tubuh manusia dikenal bunyi keluar dari pergesekan udara dari patru-paru
dengan dua helai tulang rawan yang di sebut pita suara dalam tenggorokan. Bunyi
tersebut kemudian keluar melewati rahang, bibir, lidah, langit-langit mulut dan gigi
(Pustaka Pengetahuan Modern, 1976:15). Bila anggota tubuh itu bersifat khas pada
seseorang, maka suara sesrorang juga bersifat khas, yang berarti bahwa suara manusia
tiada ada yang sama.
Jadi dapat di simpulkan bahwa perkawinan lewat telepon diperbolehkan, aka
tetapi masih memerlukan ijtihad yang cermat tentang kepastian hukumnya yang hasilnya
mungkin tidak mesti dapat diterima dengan cepat. Kalo kita Analogikan dengan KHI
yaitu tepatnya pada bagian ilmu tentang akad nikah pasal 24 yang berbunyi (1) yang
berhak mengucapkan qobul ialah calon mempelai pria secara pribadi (hal :13), jika
duhubungkan dengan ayat (2) Dalam hal tertentu ucapan qobul nikah dapat diwakilkan
pada pria lain dengan ketentuan calon mempelai pria memberi kuasa yang tegas secara
tertulis bahwa penerimaan wakil atas akad nikah itu adalah utuk mempelai pria
( hal:14).
Secara anaolgi tentu akan memilih praktek dengan jalur telepon karena lebih menguatkan
dalam kepercayaan apalagi pada kontek sekarang telepon sudah dilengkapi dengan
gambar seperti Hp 3G, dan juga layar lebar internet yang disalurkan lewat LCD, tentu
dari pengutan bukti(sidik, pengenal) seseoarang lebih jelas dan lebih kuat.
Oleh :
AYOPRI

: 083 061 277

FATHURROZI : 083 071 370

KOREKSI KOMPILASI HUKUM ISLAM ( KHI )

TERHADAP UU NO.1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN


UU No. 1 tahun 1974
BAB I
DASAR PERKAWINAN
Pasal 1
Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagi suami
istri dengan tujuan membentuk keluarga ( Rumah tangga ) yang bahagia dan kekal berdasarkan
ketuhanan yang maha esa
Kompilasi Hukum Perkawinan ( KHI ) Hukum Perkawinan
BAB II
DASAR-DASAR PERKAWINAN
Pasal 2
Perkawinan menurut hukum islam adalah pernikahan, yaitu akad yang sangat kuat atau mitsaqon
gholidan untuk menaati perintah Allah dan melaksanakannya merupakan ibadah

UU No. 1 tahun 1974


Pasal 2 Ayat 2
Tiap-tiap perkawinan dicatat menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku
Kompilasi Hukum Perkawinan ( KHI ) Hukum Perkawinan
Pasal 6
(1) Untuk memenuhi katentuan dalam pasal 5, tiap perkawinan harus dilangsungkan
dihadapan dan dibawah pengawasan pegawai pencatat nikah.
(2) Perkawinan yang dilakukan diluar pengawasan pegawai pencatat nikah tidak
mempunyai kekuatan hukum.
Pasal 7
(1). Perkawinan hanya dapat sah dibuktikan dengan AKTE Nikah yang dibuat oleh pegawai
pencatat nikah.
KOMENTAR

Setelh kami cermati dan membandingakan antara UU N0. 1 Tahun 1974 dan KHI tentang
hukum perkawinan, selintas pasal-pasal yang kami cantumkan diatas, maka kami dapat
memberikan komentar secara garis besarnya saja.
1. Misalnya pada UU N0. 1 tahun 1974 tentang dasar-dasar perkawinan mengalami
perkembangan dari segi teks, isi dan pengertiannya. Setelah ditinjau dari sudut
pandang KHI hukumperkawinan, sebagaimana tercantum diatas.
Menurut pengertian yang pertama bahwa sebuah perkawina adalah sebagai
pembentukan keluaga yang sakinah mawaddah warhmah ( bahagia ). Dan
disempurnakan oleh KHI dalam bentuk ibadah kepada tuhan yang maha esa.

2. Perubahan tentang literatur pengaturan dalam praktek suatu pernikahan seperti


tercantum pada UU N0. tahu 1974 yaitu pada pasal 2. dan diperkut perubahannya
oleh KHI Hukum Perkawinan yang tercantum pada pasal 6 ayat 1 dan 2, dan juga
ditambah pada pasal 7 ayat 1.
Kedua sumber dalam dasar suatau pernikahan mengalami penyempurnaan pada KHI
yang tercantum pada UU N0. 1 tahu 1974 masih bersifat klasik, dan pada KHI Hukum
Perkawinan sudah menyesuaikan dengan pembaharuan dan perkrembangan jaman,
seperti keharusan adanaya AKTE Nikah. Pada UU N0. 1 tahun 1974 tidak ada tapi pada
KHI Hukum Perkawinan ada seperti tercantum pada pasal 7 ayat1 diatas.

Anda mungkin juga menyukai