Optimasi Mesin Sangrai Tipe Silinder Horizontal Untuk Penyangraian Biji Kakao
Optimasi Mesin Sangrai Tipe Silinder Horizontal Untuk Penyangraian Biji Kakao
Summary
The secondary process of cocoa is one of the promising alternatives to
increase the value added of dried cocoa beans. One the other hand, the development for secondary cocoa process requires an appropriate technology that is not
available yet for small or medium scale business. Cocoa roaster is a basic equipment
1) Peneliti, Ahli Peneliti dan Teknisi (Researcher, Senior Researcher and Technician); Pusat Penelitian Kopi dan Kakao
Indonesia, Jl. P.B. Sudirman 90, Jember 68118, Indonesia.
136
Optimasi mesin sangrai tipe silinder horizontal untuk penyangraian biji kakao
to produce good and competitive secondary cocoa products for chocolate industry. The Indonesian Coffee and Cocoa Research Institute has, therefore, designed and tested a horizontal cylinder type roaster for drying cocoa cotyledon.
The cylinder has 405 mm diameter, 520 mm long and is rotated by a 1 HP (0.75 kW),
220 V, single phase and 1400 rpm electric motor. Assisted with a gear reducer,
the final cylinder rotation is adjusted at approximately 6 rpm. The heat for roasting
process is generated from kerosene burner. At the end of roasting, the roasted
beans are cooled down by ambient air inside a cooling platform by natural air
flow. The raw material used in this optimizing test was dried fine cocoa cotyledon. Field tests showed that the optimum performance of the roaster was 7 kg
dried fine cocoa cotyledon loaded with roasting temperature 120 OC and 25.57
kg/h optimum capacity. The organoleptic test showed that score of aromatic,
flavour, acidity, bitterness, astringency and burnt were 4.8, 5.2, 5.4, 5.2, 4.8
and 0.8 with 10 scale, also 4.2 with 5 scale for likely. The roasting time was
1525 minutes to get 2.53% final water content depend on roasting temperature and cocoa cotyledon loaded.
Key words : cocoa, roasting, horizontal cylinder, quality.
PENDAHULUAN
Cokelat merupakan produk kakao
sekunder yang sesungguhnya banyak
digemari, baik oleh penduduk pedesaan
maupun perkotaan. Selain faktor daya beli
penduduk Indonesia yang masih sangat
rendah, faktor ketersediaan produk cokelat
yang hanya terdapat di perkotaan menyebabkan cokelat hanya dapat dinikmati oleh
masyarakat dengan tingkat ekonomi
menengah ke atas. Hal tersebut menjadi
salah satu sebab konsumsi cokelat domestik
saat ini masih sangat rendah, yaitu hanya
0,05 kg/orang/tahun (Sri-Mulato et al.,
2005). Nilai tersebut jauh lebih rendah jika
dibandingkan dengan tingkat konsumsi
cokelat negara-negara di benua Eropa,
Amerika, maupun Jepang.
Industri makanan dan minuman cokelat
skala besar umumnya juga didukung oleh
manajemen, modal dan sumber daya manusia
yang memadai, sehingga industri golongan
137
138
Optimasi mesin sangrai tipe silinder horizontal untuk penyangraian biji kakao
139
2
4
0.60 m
9
0
7
6
1
m
Keterangan (Remark) :
1. Silinder sangrai (cylinder roaster)
2. Cerobong asap (chimney)
3. Selimut (insulation jacket)
4. Corong pengumpan (input hoper)
5.
6.
7.
8.
Gambar 1. Sketsa mesin sangrai tipe silinder horizontal tampak samping dan depan (Sri-Mulato, 2002).
Figure 1. Design of a horizontal cylinder type cocoa roaster (Sri Mulato, 2002).
140
Optimasi mesin sangrai tipe silinder horizontal untuk penyangraian biji kakao
Pelaksanaan Penelitian
Perlakuan
Kinerja mesin dievaluasi pada level
kecepatan putar silinder sangrai 10 rpm dan
dikenakan dengan tiga level beban
penyangraian, yaitu 5 kg, 7 kg dan 9 kg
141
Tolok Ukur
Tolok ukur dalam penentuan kondisi
optimum pengoperasian mesin sangrai tipe
silinder horisontal ditentukan berdasarkan
beberapa hasil analisis teknis dan uji
organoleptik sebagai berikut :
A. Analisis Teknis
1. Kapasitas kerja mesin
Kapasitas kerja mesin sangrai tipe
silinder horizontal (Km) dihitung dengan
menggunakan persamaan sebagai berikut ;
bahan yang diumpankan, kg
weight, kg
Km, kg/jam =
kg/h
....... 1
2. Kadar air
Kadar air bahan (Ka) ditentukan dengan
menggunakan metode gravimetri, yaitu
pengurangan bobot air selama 16 jam
pengeringan oven yang terkontrol pada suhu
103 O C + 2 O C dan perhitungannya
dilakukan dengan menggunakan persamaan
Badan Agribisnis Departemen Pertanian
(1998) :
berat air, kg
Ka, % =
weight of water, kg
berat total bahan, kg
total weight, kg
x 100% ........... 2
Suhu penyangraian, O C
Roasting temperature, O C
5 kg
O
7 kg
9 kg
110 C
A1
B1
C1
120 O C
A2
B2
C2
A3
B3
C3
130 C
3. Densitas kamba
5. Kebutuhan Daya
D, kg/m3
berat bahan, kg
weight, kg
volume bahan, m
P, Watt = I x V ................................... 4
3
........... 3
volume, m3
142
Optimasi mesin sangrai tipe silinder horizontal untuk penyangraian biji kakao
B. Uji organoleptik
Uji Organoleptik berupa uji cita rasa,
dilakukan di Laboratorium Pasca Panen,
dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh
suhu dan lama penyangraian terhadap cita
rasa pasta kakao yang dihasilkan.
110C
450
450
400
400
Suhu, OC
Temperatur, OC
350
350
300
300
250
250
200
200
150
150
100
100
50
50
0
00
55
10
15
20
10
15
20
Waktu sangrai, menit (Roasting time, minute)
25
25
D
D
EE
Keterangan (Notes):
A = suhu bahan, OC (temperature of dried cocoa cotyledon, OC)
B = suhu ruang sangrai, OC (roasting chamber temperature, OC)
C = suhu tempering, OC (tempering temperature, OC)
D = suhu tungku, O C (furnace temperature, OC)
E = suhu asap, O C (smoke temperature, OC).
Gambar 2. Profil suhu dari 5 titik pengamatan mesin sangrai pada suhu ruang sangrai terjaga stabil
110C.
Figure 2. Temperature profile from five set points at 110C constant roasting temperature.
143
120C
450
400
Suhu, OC
Temperatur, OC
350
300
250
200
150
100
50
0
0
0
5
5
10
15
20
10
15
20
Waktu sangrai, menit
time, minute
Waktu sangrai,Roasting
menit [roasting
time, minute ]
A
A
BB
C
C
DD
25
25
Gambar 3. Profil suhu dari 5 titik pengamatan mesin sangrai pada suhu ruang sangrai terjaga stabil 120OC.
Figure 3.
Temperature profile from fifth set points at 120OC constant roasting temperature.
130C
450
400
Suhu, OC
Temperatur, OC
350
300
250
200
150
100
50
0
00
55
110
0
15
15
Waktu sangrai, menit
Waktu sangrai,Roasting
menit [time,
roasting
time, minute ]
minute
A
BB
C
C
D
D
20
20
EE
Gambar 4. Profil suhu dari 5 titik pengamatan mesin sangrai pada suhu ruang sangrai terjaga stabil 130OC.
Figure 4.
Temperature profile from five set points at 130OC constant roasting temperature.
144
Optimasi mesin sangrai tipe silinder horizontal untuk penyangraian biji kakao
145
Densitas Bahan
Densitas merupakan salah satu sifat
dasar setiap bahan pangan yang selain sangat
tergantung pada karakteristik ukuran bahan
juga berhubungan dengan porositas bahan
tersebut (Wirakartakusumah et al., 1988).
Biji kakao merupakan salah satu produk
perkebunan yang memiliki sifat higroskopis,
yaitu mudah menyerap uap air dalam kondisi
lembab dan melepas uap air dalam kondisi
suhu tinggi. Sebelum proses penyangraian,
bahan uji berupa biji kakao mulia memiliki
nilai densitas kamba sekitar 0,45 g/ml. Pada
Gambar 8, 9 dan 10 terlihat bahwa pada
suhu penyangraian yang sama, nilai densitas
kamba bahan uji akan semakin rendah
seiring dengan lamanya waktu penyangraian.
Bersamaan dengan proses penguapan air,
146
Optimasi mesin sangrai tipe silinder horizontal untuk penyangraian biji kakao
88
77
66
55
44
33
22
11
00
0
55
10
10
15
15
20
20
25
25
30
30
Waktu
sangrai,
[roastingtime,
time,
minute ]
Waktu
sangrai,menit
menit (Roasting
minute)
55kg
kg
77kg
kg
99kg
kg
Gambar 5. Kadar air biji kakao sebagai fungsi waktu sangrai (suhu ruang sangrai 1100 C).
Figure 5. Moisture content of cocoa bean as function of roasting time (at 1100C)
7
6
5
4
3
2
1
0
00
55
10
10
15
15
20
20
25
25
30
30
Waktu
sangrai,
[roastingtime,
time,
minute ]
Waktu
sangrai,menit
menit (Roasting
minute)
kg
55kg
kg
7 7kg
kg
99kg
Gambar 6. Kadar air biji kakao sebagai fungsi waktu sangrai (suhu ruang sangrai 1200 C).
Figure 6.
147
7
6
5
4
3
2
1
0
00
55
10
10
15
15
20
20
25
25
30
30
Waktu
[roastingtime,
time,minute)
minute ]
Waktusangrai,
sangrai,menit
menit (Roasting
55 kg
77kg
kg
99 kg
Gambar 7. Kadar air biji kakao sebagai fungsi waktu sangrai (suhu ruang sangrai 130 C).
Figure 7.
Moisture content of cocoa bean as function of roasting time (at 1300 C).
148
Optimasi mesin sangrai tipe silinder horizontal untuk penyangraian biji kakao
0.450
0.445
0.440
0.435
0.430
0.425
0.420
0.415
0.410
0.405
0.400
55
10
10
15
15
20
20
25
25
Waktu
sangrai,
menit (Roasting
Waktu
sangrai,
menit
[roastingtime, minute)
time, minute ]
5 5kg
kg
77kg
kg
9 9kg
kg
Gambar 8. Densitas biji kakao sebagai fungsi waktu sangrai (suhu ruang sangrai 110OC).
Figure 8. Bulk density of cocoa bean as function of roasting time (at 110OC).
149
0.45
0.44
0.43
0.42
0.41
0.40
0.39
0.38
55
10
10
15
15
20
20
25
25
Waktu
sangrai, menit (Roasting
minute)
Waktu
sangrai,menit
[roastingtime,
time, minute ]
kg
55kg
7 7kgkg
9 9kgkg
Gambar 9. Densitas biji kakao sebagai fungsi waktu sangrai (suhu ruang sangrai 120OC).
Figure 9. Bulk density of cocoa bean as function of roasting time (at 120OC).
0.45
0.44
0.43
0.42
0.41
0.40
0.39
0.38
0.37
0.36
5
5
10
10
15
15
20
20
25
25
Waktu
sangrai,menit
menit (Roasting
Waktu
sangrai,
[roastingtime,
time,minute)
minute ]
55kg
kg
77kg
kg
99kg
kg
Gambar 10. Densitas biji kakao sebagai fungsi waktu sangrai (suhu ruang sangrai 130OC).
Figure 10. Bulk density of cocoa bean as function of roasting time (at 130OC).
150
Optimasi mesin sangrai tipe silinder horizontal untuk penyangraian biji kakao
35
30
25
20
15
10
5
0
105
105
110
110
115
120
125
130
115
120
125
130
Waktu sangrai, menit (Roasting time, minute)
Suhu sangrai, C [roasting temperature, C ]
55 kg
kg
77kg
kg
135
135
99kg
kg
Gambar 11.Kapasitas kerja mesin sangrai tipe silinder horizontal untuk penyangraian biji kakao.
Figure 11. Capacity of a horizontal cylinder type cocoa roaster for dried cocoa bean roasting.
151
P , kW
2. . .n
6000.
.............................. 6
Tabel 2.
Table 2.
Linier regression equations for predicting of a horizontal cylinder type cocoa roaster capacity
Beban sangrai, kg
Roasting charge, kg
Koefisien korelasi, r
Correlation coef, r
Y = 0.1577X + 3.9064
0.9984
Y = 0.3596X - 17.151
0.9894
Y = 0.2936X - 8.2766
0.9998
Keterangan (Notes) :
X adalah suhu sangrai (OC) dan Y adalah kapasitas kerja mesin (kg/jam).
X is roasting temperature (OC) and Y is capacity (kg/h).
152
Optimasi mesin sangrai tipe silinder horizontal untuk penyangraian biji kakao
digunakan sebagai sumber panas penyangraian adalah minyak tanah yang memiliki
nilai panas sebesar 40.071 kJ/kg.
Kebutuhan bahan bakar minyak tanah
untuk proses sangrai dengan beberapa
perlakuan suhu penyangraian ditampilkan
pada Gambar 13. Kebutuhan bahan bakar
minyak sebagai sumber panas akan semakin
meningkat dengan semakin tingginya suhu
ruang sangrai dan beban penyangraian.
Tabel 3 menunjukkan persamaan regresi linier
dan koefisien korelasi hubungan antara suhu
di dalam silinder sangrai dengan kebutuhan
bahan bakar. Persamaan regresi linier tersebut
berguna untuk memprediksi bahan bakar
yang dibutuhkan untuk satu kali proses
penyangraian jika mesin sangrai beroperasi
pada kisaran suhu sangrai antara 110130OC
dengan beban sangrai antara 59 kg dan
700
600
500
400
300
200
100
0
0
Gambar 12. Daya yang dibutuhkan mesin sangrai pada beberapa beban penyangraian.
Figure 12. Power consumption from several roasting charge treatments.
153
Mutu Produk
Kualitas cita rasa cokelat dapat diketahui melalui uji cita rasa (organoleptic
Koefisien korelasi, r
Corelation coef, r
Y = 0.004X 0.2433
0.9796
Y = 0.0045X 0.2033
0.9959
Y = 0.0025X + 0.0767
0.9868
Keterangan (Note) : X adalah suhu sangrai (OC) dan Y adalah kebutuhan bahan bakar (liter).
X is roasting temperature (O C) and Y is kerosene consumption (litre).
154
Optimasi mesin sangrai tipe silinder horizontal untuk penyangraian biji kakao
0.45
0.40
0.35
0.3
0.25
0.2
0.15
0.1
0.05
0
11110
0
120 120
O
130
130
7 kg
9 kg
Gambar 13. Kebutuhan bahan bakar minyak untuk satu kali proses penyangraian.
Figure 13. Kerosene consumption for a time roasting process.
155
Tabel 4. Hasil uji cita rasa pasta cokelat dari beberapa perlakuan penyangraian
Table 4. Organoleptic score of chocolate paste from several roasting treatments
Nilai [Score]
Kode
Code
Flavour
A1
5.2
5.4
4.8
1.8
A2
4.4
4.8
4.4
5.2
4.4
2.2
5.8
5
5.6
5.4
2.4
3.4
A3
4.8
Acidity
Bitterness
Astrigency
Burnt
Kesukaan
Likely
Aroma
2.6
B1
4.6
4.6
5.2
4.6
3.8
B2
4.8
5.2
5.4
5.2
4.8
0.8
4.2
B3
4.6
4.8
3.2
0.8
3.2
C1
4.6
4.6
5.8
5.2
0.7
3.2
C2
4.6
5.6
0.8
C3
3.8
3.8
4.6
5.8
4.8
0.6
3.2
KESIMPULAN
Kinerja optimum untuk memperoleh
tingkat kesukaan pasta cokelat terbaik
156
Optimasi mesin sangrai tipe silinder horizontal untuk penyangraian biji kakao
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, U.; I D.M. Subrata & S. Gunayanti
(2004). Pemutuan buah mangga
berdasarkan penampakannya menggunakan pengolahan citra. Jurnal
Keteknikan Pertanian, 18, 18.
Badan Agribisnis Departemen Pertanian (1998).
Standar Prosedur Operasional (SPO)
Biji Kakao di Tingkat Hilir. Badan
Agribisnis Departemen Pertanian,
Jakarta.
Budiastra, I.W.; D. Saputra & H.K. Purwadaria
(1995). Pengkajian sifat fisik mangga
gedong dengan image processing.
Prosiding Seminar Peranan Penelitian
Teknik Pertanian dalam Menunjang Era
Industrialisasi Pertanian, Bogor.
Clapperton, J.F. (1994). A review of research
to identify the origins of cocoa flavour
characteristics. Cocoa Growers
Bulletin, 48, 716.
Davids, K. (1996). Home Coffee Roasting.
St. Martins Griffin, New York.
Dewan Standarisasi Nasional (2002). Standar
Nasional Indonesia : Biji Kakao. SNI
No. 01-2323-2002. Departemen
Pertanian, Jakarta.
Henderson, S.M. & Perry (1970). Agricultural
Process Enginering. Second Edition.
The AVI Publishing, Westpot,
Conneticut.
Jinap, S. (1994). Organic acids in cocoa beans :
review. (Abstracts) Cocoa Growers Bulletin, 48, 6566.
Jinap, S.; W.I. Wan Rosli ; A.R. Russly &
L.M. Nordin (1998). Effect roasting
time and temperature on volatile component profiles during nib roasting of
cocoa beans (Theobroma cacao). J. Sci.
Food. Agric., 77, 441448.
157
***********
158