Asma
Asma
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Asma adalah penyakit paru dengan cirri khas yakni saluran napas sangat
mudah bereaksi terhadap berbagai rangsangan atau pencetus dengan
manifestasi berupa serangan asma. Kelainan yang didapatkan adalah otot
bronkus akan mengerut (terjadi penyempitan), selaput lendir bronkus edema,
dan produksi lendir makin banyak, lengket, kental; sehingga ketiga hal
tersebut menyebabkan saluran lubang bronkus menjadi sempit dan anak akan
batuk bahkan dapat sampai sesak napas. Serangan demikian dapat hilang
sendiri atau dapat hilang dengan bantuan obat (Ngastiyah; 2005).
Asma merupakan penyakit keturunan dimana kira-kira 2-20% populasi
anak dilaporkan pernah menderita asma. Di Indonesia belum ada
penyelidikan yang menyeluruh tetapi diperkirakan berkisar antara 5-10%. Di
poliklinik subbagian paru anak FKUI/RSCM Jakarta lebih dari 50%
kunjungan merupakan pasien asma (Ngastiyah; 2005).
Penyebab asma masih belum jelas. Diduga yang memegang peranan utama
ialah reaksi berlebihan dari trakea dan bronkus (hiperaktivitas bronkus), yang
belum jelas diketahui penyebabnya. Diduga karena adanya hambatan dari
sebagian sistem adrenergic, kurangnya enzim adenilsiklase dan meningginya
tonus sistem parasimpatik, lalu ada rangsangan sehingga menghasilkan
spasme bronkus. Banyak faktor yang ikut menentukan derajat reaktivitas atau
iritabilitas tersebt diantaranya faktor genetic, biokimiawi, saraf autonom,
imunologis, infeksi, endokrin, faktor psikologis. Oleh karena itu asma disebut
sebagai penyakit multifaktoral (Ngastiyah; 2005).
Mempertimbangkan hal tersebut perlu kiranya untuk dibahas secara rinci
dalam sebuah makalah mengenai penyakit asma terutama asma pada anak
yang telah diketahui memiliki angka prevalensi yang cukup tinggi di
Indonesia.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini antara lain:
1) Mahasiswa akan memahami konsep teori tentang asma (pengertian,
etiologi, tanda dan gejala, patofiiologi, pengobatan, komplikasi, prognosis,
dan pencegahan asma pada anak)
2) Mahasiswa akan memahami kerangka konseptual (Pathway) dari Asma
3) Mahasiswa akan memahami konsep asuhan keperawatan pada penyakit
asma yang menyerang anak.
2.3 Klasifikasi
Berbagai pembagian asma pada anak, diantaranya adalah:
a. Asma episodik yang jarang
Biasanya terdapat pada anak usia 3-8 tahun. Pencetus utama dari
asma ini yaitu infeksi virus saluran nafas bagian atas, dengan banyaknya
serangan 3-4 kali pertahun. Lamanya serangan dapat beberapa hari, jarang
merupakan serangan yang berat, gejala lebih berat pada malam hari.
2.5 Patofisiologi
Asma ditandai dengan kontraksi spastic dari otot polos bronkhiolus yang
menyebabkan sukar bernafas. Penyebab yang umum adalah hipersensitivitas
bronkhioulus terhadap benda-benda asing di udara. Reaksi yang timbul pada
asma tipe alergi diduga terjadi dengan cara sebagai berikut : seorang yang
alergi mempunyai kecenderungan untuk membentuk sejumlah antibody Ig E
abnormal dalam jumlah besar dan antibodi ini menyebabkan reaksi alergi bila
reaksi dengan antigen spesifikasinya. Pada asma, antibody ini terutama
melekat pada sel mast yang terdapat pada interstisial paru yang berhubungan
erat dengan brokhiolus dan bronkhus kecil. Bila seseorang menghirup alergen
maka antibody Ig E orang tersebut meningkat, alergen bereaksi dengan
antibodi yang telah terlekat pada sel mast dan menyebabkan sel ini akan
mengeluarkan berbagai macam zat, diantaranya histamin, zat anafilaksis yang
bereaksi lambat (yang merupakan leukotrient), faktor kemotaktik eosinofilik
dan bradikinin. Efek gabungan dari semua faktor-faktor ini akan
menghasilkan adema lokal pada dinding bronkhioulus kecil maupun sekresi
mucus yang kental dalam lumen bronkhioulus dan spasme otot polos
bronkhiolus sehingga menyebabkan tahanan saluran napas menjadi sangat
meningkat.
Pada asma, diameter bronkiolus lebih berkurang selama ekspirasi daripada
selama inspirasi karena peningkatan tekanan dalam paru selama ekspirasi
paksa menekan bagian luar bronkiolus. Karena bronkiolus sudah tersumbat
sebagian, maka sumbatan selanjutnya adalah akibat dari tekanan eksternal
yang menimbulkan obstruksi berat terutama selama ekspirasi. Pada penderita
asma biasanya dapat melakukan inspirasi dengan baik dan adekuat, tetapi
sekali-kali melakukan ekspirasi. Hal ini menyebabkan dispnea. Kapasitas
residu fungsional dan volume residu paru menjadi sangat meningkat selama
serangan asma akibat kesukaran mengeluarkan udara ekspirasi dari paru. Hal
ini bisa menyebabkan barrel chest.
2.6 Pengobatan
Tujuan pengobatan anti penyakit asma adalah membebaskan penderita dari
serangan penyakit asma. Hal ini dapat dicapai dengan jalan mengobati
serangan penyakit asma yang sedang terjadi atau mencegah serangan penyakit
asma jangan sampai terjadi.
1) Agonis Reseptor Beta-2 Adrenergik
Merupakan obat terbaik untuk mengurangi serangan penyakit asma yang
terjadi secara tiba-tiba dan untuk mencegah serangan yang mungkin dipicu
oleh olahraga. Bronkodilator ini merangsang pelebaran saluran udara oleh
reseptor beta-adrenergik.
2) Kortikosteroid
Kortikosteroid menghalangi respon peradangan dan sangat efektif dalam
mengurangi gejala penyakit asma. Jika digunakan dalam jangka panjang,
secara bertahap kortikosteroid akan menyebabkan berkurangnya
kecenderungan terjadinya serangan penyakit asma dengan mengurangi
kepekaan saluran udara terhadap sejumlah rangsangan.
3) Cromolin dan Nedocromil
Kedua obat tersebut diduga menghalangi pelepasan bahan peradangan dari
sel mast dan menyebabkan berkurangnya kemungkinan pengkerutan
saluran udara. Obat ini digunakan untuk mencegah terjadinya serangan,
bukan untuk mengobati serangan. Obat ini terutama efektif untuk anakanak dan untuk penyakit asma karena olah raga. Obat ini sangat aman,
tetapi relatif mahal dan harus diminum secara teratur meskipun penderita
bebas gejala.
4) Obat Antikolinergik
Obat ini bekerja dengan menghalangi kontraksi otot polos dan
pembentukan lendir yang berlebihan di dalam bronkus oleh asetilkolin.
Lebih jauh lagi, obat ini akan menyebabkan pelebaran saluran udara pada
penderita yang sebelumnya telah mengkonsumsi agonis reseptor beta2adrenergik. Contoh obat ini yaitu atropin dan ipratropium bromida.
5) Pengubah Leukotrien
Merupakan obat terbaru untuk membantu mengendalikan penyakit asma.
Obat ini mencegah aksi atau pembentukan leukotrien (bahan kimia yang
dibuat oleh tubuh yang menyebabkan terjadinya gejala-gejala penyakit
asma). Contohnya montelucas, zafirlucas dan zileuton.
2.7 Komplikasi
Berbagai komplikasi yang mungkin timbul adalah:
1) Status asmatikus adalah setiap serangan asma berat atau yang
kemudian menjadi berat dan tidak memberikan respon (refrakter)
adrenalin dan atau aminofilin suntikan dapat digolongkan pada status
asmatikus. Penderita harus dirawat dengan terapi yang intensif.
2) Atelektasis adalah pengerutan sebagian atau seluruh paru-paru akibat
penyumbatan saluran udara (bronkus maupun bronkiolus) atau akibat
pernafasan yang sangat dangkal.
3) Hipoksemia adalah suatu kondisi dimana tubuh dapat kekurangan
oksigen secara sistemik akibat inadekuatnya intake oksigen ke paru
oleh serangan asma.
4) Pneumotoraks adalah terdapatnya udara pada rongga pleura yang
menyebabkan kolapsnya paru.
5) Emfisema adalah penyakit yang gejala utamanya adalah penyempitan
(obstruksi) saluran nafas karena kantung udara di paru menggelembung
secara berlebihan dan mengalami kerusakan yang luas.
2.8 Prognosis
Pada umumnya bila segera ditangani dengan adekuat, prognosa
terhadap adalah baik. Mortalitas akibat asma sedikit nilainya. Gambaran yang
paling akhir menunjukkan kurang dari 5000 kematian setiap tahun dari
populasi berisiko yang berjumlah kira-kira 10 juta. Namun, angka kematian
cenderung meningkat di pinggiran kota dengan fasilitas kesehatan terbatas.
Informasi mengenai perjalanan klinis asma mengatakan bahwa prognosis baik
ditemukan pada 50 sampai 80 persen pasien, khususnya pasien yang
penyakitnya ringan timbul pada masa kanak-kanak. Jumlah anak yang
menderita asma 7 sampai 10 tahun setelah diagnosis pertama bervariasi dari
26 sampai 78 persen, dengan nilai rata-rata 46 persen; akan tetapi persentase
anak yang menderita penyakit yang berat relative rendah (6 sampai 19 persen).
Tidak seperti penyakit saluran napas yang lain seperti bronchitis kronik, asma
tidak progresif.
2.9 Pencegahan
Semua serangan penyakit asma harus dicegah. Serangan penyakit asma
dapat dicegah jika faktor pemicunya diketahui dan bisa dihindari. Serangan yang
dipicu oleh olah raga bisa dihindari dengan meminum obat sebelum melakukan
olah raga. Ada usaha-usaha pencegahan yang dapat dilakukan untuk mencegah
datangnya serangan penyakit asma, antara lain :
1. Menjaga Kesehatan
Menjaga kesehatan merupakan usaha yang tidak terpisahkan dari
pengobatan penyakit asma. Bila penderita lemah dan kurang gizi, tidak
saja mudah terserang penyakit tetapi juga berarti mudah untuk mendapat
serangan penyakit asma beserta komplikasinya. Usaha menjaga kesehatan
ini antara lain berupa makan makanan yang bernilai gizi baik, minum
banyak, istirahat yang cukup, rekreasi dan olahraga yang sesuai.
2. Menjaga kebersihan lingkungan
Lingkungan dimana penderita hidup sehari-hari sangat mempengaruhi
timbulnya serangan penyakit asma. Keadaan rumah misalnya sangat
penting diperhatikan. Rumah sebaiknya tidak lembab, cukup ventilasi dan
cahaya matahari. Saluran pembuangan air harus lancar. Kamar tidur
merupakan tempat yang perlu mendapat perhatian khusus. Sebaiknya
kamar tidur sesedikit mungkin berisi barang-barang untuk menghindari
debu rumah. Hewan peliharaan, asap rokok, semprotan nyamuk, atau
semprotan rambut dan lain-lain mencetuskan penyakit asma. Lingkungan
pekerjaan juga perlu mendapat perhatian apalagi kalau jelas-jelas ada
hubungan antara lingkungan kerja dengan serangan penyakit asmanya.
Sumbatan
mukus
Edema
Inflamasi
dinding bronchus
Alveoli tertutup
Hipoksemia
Mk: Gangguan
pertukaran gas
Asidosis metabolik
Mk: Defisit Pengetahuan
Hyperventilasi
Retensi CO2
Asidosis respiratorik
sesak nafas
rasa tidak nyaman
Mk: Gangguan
pola tidur
Pemeriksaan penunjang:
Foto toraks normal diluar serangan, hiperinflasi saat serangan.
Faal paru (spirometri/ PEFR) menilai berat obstruksi,
reversibilitas, variabilitas
Uji provokasi bronkus membantu diagnosa
Status alergi skin prick test, Ig E, eosinofil count
4.2 Diagnosa
1) Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi saluran
nafas (bronchospasme)
2) Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hiperventilasi
3) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan suplai oksigen
(alveoli tertutup mukus)
4) Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan penurunan asupan oral akibat anoreksia
5) Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi
6) Gangguan pola tidur berhubungan dengan gangguan pernafasan/asma
7) Keletihan berhubungan dengan infeksi akut/asma
8) Ketidakefektifan pemilihan kesehatan berhubungan dengan kurang
pendidikan/kurang informasi
4.3 Perencanaan
1) Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi saluran
nafasbronkospasme
Tujuan :
Jalan nafas kembali efektif.
Kriteria hasil :
Sesak berkurang, batuk berkurang, klien dapat mengeluarkan
sputum, wheezing berkurang/hilang, vital dalam batas normal
keadaan umum baik.
Intervensi :
a. Auskultasi bunyi nafas, catat adanya bunyi nafas, misalnya : wheezing,
ronkhi.
Rasional : Beberapa derajat spasme bronkus terjadi dengan obstruksi
jalan nafas. Bunyi nafas redup dengan ekspirasi mengi
(empysema), tak ada fungsi nafas (asma berat).
b. Kaji / pantau frekuensi pernafasan catat rasio inspirasi dan ekspirasi.
Rasional : Takipnea biasanya ada pada beberapa derajat dan dapat
ditemukan pada penerimaan selama strest/adanya proses
infeksi akut. Pernafasan dapat melambat dan frekuensi
ekspirasi memanjang dibanding inspirasi.
c. Kaji pasien untuk posisi yang aman, misalnya : peninggian kepala
tidak duduk pada sandaran.
Rasional : Peninggian kepala tidak mempermudah fungsi pernafasan
dengan menggunakan gravitasi.
PH (7,35 7,45)
PCO2 ( 35 45 mmHg)
BE ( -2 - +2)
b. Kolaborasi
Berikan oksigen tambahan sesuai dengan indikasi hasil AGDA dan
toleransi pasien.
Rasional: Dapat memperbaiki atau mencegah memburuknya
hipoksia.
Berikan sedatif
Rasional : memberikan ketenangan pada pasien setelah proses
penyakit
4) Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan penurunan asupan oral akibat anoreksia
Tujuan :
Kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi.
Kriteria hasil :
Keadaan umum baik, mukosa bibir lembab, nafsu makan baik,
tekstur kulit baik, klien menghabiskan porsi makan yang
disediakan, berat badan dalam batas normal.
Intervensi:
a. Mandiri
Kaji kebiasaan diet, masukan makanan saat ini. Catat derajat
kerusakan makanan.
Rasional: Pasien distress pernafasan akut sering anoreksia karena
dipsnea
Sering lakukan perawatan oral,buang sekret, berikan wadah khusus
untuk sekali pakai.
Rasional: Rasa tak enak, bau menurunkan nafsu makan dan dapat
menyebabkan mual/muntah dengan peningkatan
kesulitan nafas.
Tentukan kebutuhan kalori harian yang realistis dan adekuat
Rasional: untuk mengontrol kebutuhan kalori agar seimbang
Timbang berat badan
Rasional: penurunan berat badan merupakan indikasi asupan yang
tidak seimbang
Ajarkan individu untuk istirahat sebelum makan
Rasional : istirahat dapat membuat pasien lebih tenang
Jelaskan pentingnya nutrisi yang adekuat
Rasional : asupan nutrisi yang adekuat dapat menjaga
keseimbangan nutrisi
Kolaborasi dengan ahli gizi
Rasional : menentukan asupan gizi yang seimbang
b. Kolaborasi
Berikan oksigen tambahan selama makan sesuai indikasi.
Rasional: Menurunkan dipsnea dan meningkatkan energi untuk
makan, meningkatkan masukan.
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Asma adalah penyakit paru obstruktif, difus dengan
hiperreaktivitas jalan napas terhadap berbagai rangsangan dan tingginya tingkat
reversibilitas proses obstruktif, yang dapat terjadi secara spontan atau sebagai
akibat pengobatan. Asma juga dikenal sebagai penyakit jalan napas reaktif. Ada
beberapa hal yang merupakan faktor predisposisi dan presipitasi timbulnya
serangan asma. Factor penyebab terjadinya serangan asma antara lain genetic,
Alergen, Infeksi, Perubahan cuaca, Faktor Psikis, Lingkungan kerja, Olah raga/
aktifitas jasmani. Berbagai pembagian asma pada anak, diantaranya adalah: Asma
episodik yang jarang, Asma episodik sering, dan Asma kronik atau persisten
Asma ditandai dengan kontraksi spastic dari otot polos bronkhiolus yang
menyebabkan sukar bernafas. Pengobatan pada asmaq dengan: Agonis Reseptor
Beta-2 Adrenergik, Kortikosteroid, Cromolin dan Nedocromil, Obat
Antikolinergik, Pengubah Leukotrien. Berbagai komplikasi yang mungkin timbul
adalah: Status asmatikus, Atelektasis, Hipoksemia, Pneumotoraks, Emfisema.
Prognosis asma pada umumnya bila segera ditangani dengan adekuat, prognosa
terhadap adalah baik. Semua serangan penyakit asma harus dicegah. Serangan
penyakit asma dapat dicegah jika faktor pemicunya diketahui dan bisa dihindari.
Serangan yang dipicu oleh olah raga bisa dihindari dengan meminum obat
sebelum melakukan olah raga. Ada usaha-usaha pencegahan yang dapat dilakukan
untuk mencegah datangnya serangan penyakit asma, antara lain : Menjaga
Kesehatan , Menjaga kebersihan lingkungan, Menghindari Faktor Pencetus,
Menggunakan obat-obat antipenyakit asma
5.2 Saran
1) Mahasiswa keperawatan hendaknya selalu update terhadap literatureliteratur terbaru yang membahas tentang asma pada anak
2) Mahasiswa hendaknya selalu merefresh pengetahuannya dengan sering
membaca dan memahami konsep asma
REFERENSI
Anonim. 2010. Nyeri Dada. http://www.totalkesehatananda.com/chestpain6.html.
[diakses tanggal 23 Februari 2011]
Anonim.
2011.
Pencegahan
Asma.
http://medicastore.com/asma/pencegahan_asma.php. [diakses tanggal 23
Februari 2011]
Carpenito-Moyet. 2007. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta: EGC.
Wong, Donna, L. 2009. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Volume 1. Jakarta:
EGC.
NANDA. 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan. Jakarta: Prima Medika
Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit. Jakarta: EGC.
Tanjung, Dudut, S.Kp. 2003. Asuhan Keperawatan Asma Bronkial.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3598/1/keperawatandudut2.pdf [diakses tanggal 20 Februari 2011]