: 107-06-2
Nomor OHS
: 09390
Nomor EC Index
: 602-012-00-7
Nomor RTECS
: K10525000
Nomor EINECS
: 203-458-1
UN
: 1184
ICSC
: 0250
STCC
: 4909166
Kebakaran 3
Reaktivitas 0
Tidak reaktif
Klasifikasi EC:
F
Mudah menyala
Beracun
Xi
Iritan
Xn
Berbahaya
R 45
R11
R22
R36/37/38
S53
S45
segera
bawa
ke
dokter/rumah
3. Penggunaan
Pelarut untuk lemak, pelumas, lilin, gum, resin dan beberapa jenis karet; proses
pembuatan asetil selulosa dan ekstrak tembakau. Sebagai fumigan serangga dan
tanah.
4. Identifikasi Bahaya
Risiko utama dan sasaran organ
Bahaya utama terhadap kesehatan: iritasi saluran pernafasan, iritasi kulit, iritasi
mata, depresi susunan saraf pusat, dicurigai menyebabkan kanker pada hewan
percobaan.
Organ sasaran: SSP, hati dan ginjal.
Kondisi
medis
yang
diperburuk
oleh
paparan:
masalah
jantung
atau
Rute paparan
Paparan jangka pendek
Terhirup
Iritasi, mual, muntah, diare, denyut jantung tidak teratur, sakit kepala, mengantuk,
gejala seperti mabuk, disorientasi, kulit berwarna kebiruan, kongesti paru,
kerusakan ginjal, kerusakan hati, paralisis, koma.
Kontak dengan kulit
Iritasi, gejala seperti mabuk, kerusakan ginjal, kerusakan hati.
Kontak dengan mata
Iritasi.
Tertelan
Gejala seperti mabuk, kerusakan ginjal, kerusakan hati.
Paparan jangka panjang
Terhirup
Kehilangan pendengaran, gangguan penglihatan, kerusakan ginjal, kerusakan
hati.
Kontak dengan kulit
Sama dengan efek yang dilaporkan pada paparan jangka pendek.
Kontak dengan mata
Sama dengan efek yang dilaporkan pada paparan jangka pendek.
Tertelan
Kanker.
Tancampurkan
Amonia (cair)
Asam nitrat
Dimethylamino-
propylamine
Dinitrogen tetroxide
Kalium
Kaustik (kuat)
Logam
Logam (aktif)
Magnesium
Natrium
Oksidator (kuat)
: Dapat rusak
pelapis
Bahaya dekomposisi
Polimerisasi
: Tidak terpolimerisasi.
6. Penyimpanan
Simpanlah pada sebuah ruangan khusus yang terpisah dari bangunan utama,
simpanlah bersama dengan cairan mudah terbakar lainnya
7. Toksikologi
Data Iritasi
625 mg kulit kelinci yang tidak intak terjadi iritasi ringan; 500 mg/24 jam kulit
kelinci terjadi iritasi ringan; 63 mg mata kelinci terjadi iritasi berat; 500 mg/24
jam mata kelinci terjadi iritasi ringan.
Toksisitas
Data pada manusia:
TCL0 inhalasi laki-laki 1000 ppm/1 jam; LDL0 oral manusia 286 mg/kg; TDL0
oral manusia 428 mg/kg; LDL0 oral laki-laki 714mg/kg.
Data pada hewan:
LD50 oral tikus (rat) 670 mg/kg; LC50 inhalasi tikus (rat) 1000 ppm/7 jam; LD50
intraperitoneal tikus (rat) 807 mg/kg; LD50 subkutan tikus (rat) 1 gm/kg; LDL0
intratekal tikus (rat) 120 mg/kg; LD50 oral tikus (mouse) 413 mg/kg; LCL0
inhalasi tikus (mouse) 5 gm/m3/2 jam; LD50 intraperitoneal tikus (mouse) 470
mg/kg; LDL0 subkutan tikus (mouse) 380 mg/kg; LD50 oral anjing 5700 mg/kg;
LDL0 intravena anjing 175 mg/kg; LC50 inhalasi monyet 3000 ppm/7 jam; LC
inhalasi kucing >3000 ppm/7 jam; LD50 oral kelinci 860 mg/kg; LCL0 inhalasi
kelinci 3000 ppm/7 jam; LD50 kulit kelinci 2800 mg/kg; LDL0 subkutan kelinci
1200 mg/kg; LCL0 inhalasi babi 3000 ppm/7 jam; LCL0 inhalasi guinea pig
1500 ppm/7 jam; LDL0 intraperitoneal guinea pig 600 mg/kg; LC inhalasi
mamalia >3000 ppm/7 jam; TDL0 oral tikus (rat) terus-menerus 21840 mg/kg/13
minggu; TCL0 inhalasi tikus (rat) intermiten 200 ppm/7 jam selama 6 minggu;
TCL0 inhalasi tikus (rat) intermiten 1500 ppm/7 jam selama 5 hari; TDL0 oral
tikus (mouse) terus-menerus 43680 mg/kg/13 minggu; TCL0 inhalasi tikus
(mouse) intermiten 200 ppm/7 jam selama 9 hari; TDL0 oral tikus (mouse)
intermiten 685 mg/kg/14 hari; TCL0 inhalasi anjing intermiten 1500 ppm/7 jam
selama 5 hari; TCL0 inhalasi monyet intermiten 1000 ppm/7 jam selama 9
minggu; TCL0 inhalasi kucing intermiten 1000 ppm/7 jam selama 11 minggu;
TCL0 inhalasi
inhalasi guinea pig intermiten 200 ppm/7 jam selama 25 minggu; TCL0 inhalasi
guinea pig intermiten 1500 ppm/7 jam selama 5 hari.
Karsinogenik
Diantisipasi sebagai karsinogen terhadap manusia. Pada hewan percobaan telah
didapatkan bukti-bukti yang mendukung. IARC grup 2B. ACGIH: A4-tidak
diklasifikasikan sebagai karsinogen terhadap manusia.
Pemberian 1,2-dikloro etana secara oral kepada tikus (mice dan rats)
menyebabkan pertumbuhan tumor pada kedua jenis spesies. Karena tidak
adekuatnya data pada manusia, maka IARC menyarankan agar berhati-hati
terhadap bahan ini karena bersifat karsinogenik terhadap manusia.
Tumorigenik
TDL0 oral tikus (rat) intermiten 5286 mg/kg selama 69 minggu; TCL0 inhalasi
tikus (rat) intermiten 5 ppm/7 jam selama 78 minggu; TDL0 oral tikus (mouse)
intermiten 3536 mg/kg selama 78 minggu; TCL0 inhalasi tikus (mouse)
intermiten 5 ppm/7 jam selama 78 minggu; TDL0 kulit tikus (mouse) intermiten
1120 gm/kg selama 74 minggu; TD oral tikus (rat) intermiten 38 gm/kg selama
78 minggu; TD oral tikus (mouse) intermiten 76 gm/kg selama 78 minggu; TD
oral tikus (rat) intermiten 18 gm/kg selama 78 minggu; TD oral tikus (mouse)
intermiten 38 gm/kg selama 78 minggu.
Mutagenik
Mutasi pada mikroorganisme Salmonella typhimurium 10 umol/cawan (+S9);
mutasi pada mikroorganisme Salmonella typhimurium 10ug/cawan (-S9);
kerusakan DNA Salmonella typhimurium 7060 umol/L; sistem pengujian mutasi
lain Escherichia coli 316 mmol/L; perubahan DNA Escherichia coli 10
mg/cawan; pengujian lokus spesifik oral Drosophila melanogasater 1000 ppm;
pengujian lokus spesifik inhalasi Drosophila melanogasater 250 mg/m3;
hilangnya kromosom seks dan non disjungsi oral Drosophila melanogaster 120
mmol/L; hilangnya kromosom seks dan non disjungsi inhalasi Drosophila
melanogaster 2 ppm/96 jam secara terus-menerus; hilangnya kromosom seks
dan non disjungsi Aspergilus nidulans 2000 ppm; inhibisi DNA limfosit
manusia 5 ml/L; mutasi sel somatik mamalia limfosit manusia 100 mg/L;
kerusakan DNA oral tikus (rat) 150 mg/kg; kerusakan DNA inhalasi tikus (rat)
150 ppm selama 6 jam; sintesis DNA tidak sesuai jadwal hati tikus (rat) 130
umol/L; pengujian lokus spesifik intraperitoneal tikus (mouse) 300 mg/kg;
kerusakan DNA intraperitoneal tikus (mouse) 2 mmol/kg; kerusakan DNA oral
tikus (mouse) 100 mg.kg; inhibisi DNA intraperitoneal tikus (mouse) 29 mg/kg;
mutasi mikroorganisme ovarium hamster 2 mmol/L (+S9); transformasi
morfologis embrio hamster 200 uL/cawan; analisis sitogenik paru-paru
hamster 1 gm/L; mutasi pada sel somatik mammalia ovarium hamster 40
mmol/L.
Data Reproduksi
TCL0 inhalasi tikus (rat) betina hamil/7 jam 6-15 hari, terus-menerus, 300 ppm;
TCL0 inhalasi tikus (rat) /6jam 2 minggu sebelum hamil/1-21 hari betina hamil,
208 mg/m3.
Data Tambahan
Dapat melewati plasenta. Dapat dieksresikan pada air susu. Alkohol dapat
meningkatkan efek toksik.
Informasi Ekologi
Berbahaya terhadap kehidupan perairan.
Toksisitas pada ikan
: LC50
(Mortalitas)
sheepshead
minnow
Toksisitas lain
8. Efek Klinis
Keracunan akut
Terhirup
1,2-dikloro etana: dapat menyebabkan iritasi dari membran mukosa saluran
pernafasan bagian atas, sakit kepala, mual dan muntah, diare, serta kramp usus.
Gejala SSP meliputi rasa seperti melayang, kelemahan, stupor, gangguan
keseimbangan, gemetar, ansietas, mengantuk, delirium, paralisis parsial, kolaps,
dan koma dapat muncul dalam waktu 7 jam setelah paparan. Dapat terjadi suatu
periode laten, dan bila korban mampu bertahan, maka oliguria, jaundice, anemia
akan berangsur hilang. Dalam beberapa hari kemudian dapat saja terjadi
kegagalan hepartorenal dan disertai komplikasi perdarahan saluran cerna,
hipoglikemia, hiperkalsemia, hipoprotrombinemia, menurunnya faktor pembekuan
darah, dan perdarahan serta pembengkakan otak. Gejala lain dapat meliputi
sianosis, penurunan tekanan darah, lemah, nadi cepat, kesulitan bernafas,
edema paru, bronkitis, temperatur yang subnormal, dan aritmia jantung. Kematian
dapat terjadi akibat henti nafas dan henti jantung. Temuan patologis meliputi
kongesti paru, perubahan degeneratif pada miokard, nekrosis kelenjar adrenal,
nekrosis hati, nekrosis tubular ginjal, dan sel saraf pada otak yang menciut.
(1)
dan
lambung.
Toksisitas
sistemik
meliputi
depresi
SSP,
hepatotoksisitas dan nefrotoksisitas, dapat timbul gejala seperti yang dirinci pada
paparan akut secara inhalasi.
Keracunan kronik
Terhirup
1,2-dikloro etana: paparan kronik 10-37 ppm dapat menyebabkan mual, muntah,
pusing, dan efek simpang berbahaya terhadap sistem persarafan dan hati.
Karakteristik gejala paparan akut dapat berlanjut bila mendapatkan paparan 75125 ppm secara berulang. Paparan berulang atau lama dapat menyebabkan
9. Pertolongan Pertama
a. Terhirup
Bila aman memasuki area, segera pindahkan dari area pemaparan. Bila perlu,
gunakan kantong masker berkatup atau pernafasan penyelamatan. Segera
bawa ke rumah sakit atau fasilitas kesehatan terdekat.
10. Penatalaksanaan
Stabilisasi
a. Penatalaksanaan jalan nafas, yaitu membebaskan jalan nafas untuk
menjamin pertukaran udara.
b. Penatalaksanaan fungsi pernafasan untuk memperbaiki fungsi ventilasi
dengan cara memberikan pernafasan buatan untuk menjamin cukupnya
kebutuhan oksigen dan pengeluaran karbon dioksida.
c. Penatalaksanaan sirkulasi, bertujuan mengembalikan fungsi sirkulasi darah.
d. Jika ada kejang, beri diazepam dengan dosis:
Dewasa: 10-20 mg IV dengan kecepatan 2,5 mg/30 detik atau 0,5 mL/30
menit, jika perlu dosis ini dapat diulang setelah 30-60 menit. Mungkin
diperlukan infus kontinyu sampai maksimal 3 mg/kg BB/24 jam.
Anak-anak: 200-300 g/kg BB
Dekontaminasi
a. Dekontaminasi mata
Dilakukan sebelum membersihkan kulit:
Posisi pasien duduk atau berbaring dengan kepala tengadah dan miring
ke sisi mata yang terkena atau terburuk kondisinya.
Secara perlahan bukalah kelopak mata yang terkena dan cuci dengan
sejumlah air bersih dingin atau larutan NaCl 0,9% diguyur perlahan
selama 30 menit atau sekurangnya satu liter untuk setiap mata.
Tutuplah mata dengan kain kassa steril dan segera bawa ke rumah sakit
atau fasilitas kesehatan terdekat dan konsul ke dokter mata.
Cuci segera bagian kulit yang terkena dengan air mengalir yang dingin
atau hangat serta sabun minimal 10 menit.
Jika tidak ada air, sekalah kulit dan rambut pasien dengan kain atau
kertas secara lembut. Jangan digosok.
Olson K.R., Poisoning & Drug Overdose, 5th Edition, McGraw Hill
Companies, Inc., USA, 2004
http://www.pharmco-prod.com/pages/MSDS/ethylene_dichloride.pdf
(diunduh Agustus 2010)
http://www.ilo.org/legacy/english/protection/safework/cis/products/icsc/dtasht
/_icsc02/icsc0250.htm (diunduh Agustus 2010)
------------------------------------------------------------------------------------------------------------Disusun oleh:
Sentra Informasi Keracunan Nasional (SiKer Nas)
Pusat Informasi Obat dan Makanan, Badan POM RI
Tahun 2010
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------