Anda di halaman 1dari 14

BAB 1

PENDAHULUAN
Satelit merupakan benda yang mengorbit benda lain dengan periode revolusi dan rotasi tertentu. Ada dua macam
satelit, yakni satelit alam dan satelit buatan. Satelit alam adalah benda-benda luar angkasa bukan buatan manusia yang
mengorbit sebuah planet atau benda lain yang lebih besar daripada dirinya, seperti misalnya Bulan adalah satelit
alamiBumi. Sebenarnya terminologi ini berlaku juga bagi planet yang mengelilingi sebuahbintang, atau bahkan
sebuah bintang yang mengelilingi pusat galaksi, tetapi jarang digunakan. Bumi sendiri sebenarnya merupakan satelit
alami Matahari. 5 Satelit alami terbesar yang pernah ditemukan manusia
adalah: Ganymede (Jupiter), Titan (Saturnus),Callisto (Jupiter), Io (Jupiter), serta Bulan (Bumi).

Sementara satelit buatan merupakan benda buatan manusia yang diluncurkan ke luar angkasa
untuk keperluan tertentu. Sama seperti satelit alam, satelit buatan tersebut merupakan sebuah
benda diangkasa yang berputar mengikuti rotasi bumi. Satelit dapat dibedakan berdasarkan
bentuk dan keguaananya seperti: satelit cuaca, satelit komonikasi, satelit iptek dan satelit
militer. Untuk dapat beroperasi satelit diluncurkan ke orbitnya dengan bantuan roket. Negara
-negara maju seperti Amerika Serikat, Rusia, Perancis dan belakangan Cina, telah memiliki
stasiun untuk melontarkan satelit ke orbitnya.
Posisi satelit pada orbitnya ada tiga macam yaitu. Low Earth Orbit (LEO): 500-2,000 km
diatas permukaan bumi. Medium Earth Orbit (MEO): 8,000-20,000 km diats permukaan
bumi. Geosynchronous Orbit (GEO): 35,786 km diatas permukaan bumi.
Seluruh pergerakan satelit dipantau dari bumi atau yang lebih dikenal dengan stasiun
pengendali. Cara kerja dari satelit yaitu dengan cara uplink dan downlink. Uplink yaitu
transmisi yang dikirim dari bumi ke satelit, sedangkan downlink yaitu transmisi dari satelit ke
stasiun bumi. Komunikasi satelit pada dasarnya berfungsi sebagai repeater di langit. Satelit
juga menggunakan transponders, yaitu sebuah alat untuk memungkinkan terjadinya
komunikasi 2 arah. Umumnya komunikasi satelit menggunakan banyak tranponders.
Contohnya Intelsat VIII menggunkan 44 transponders dapat mengakomodir 22.500 telepon
sirkuit dan 3 channel TV, pada masa sekarang ini sampai bisa mengakomodir komunikasi di
Asia dan Afrika.
Antena satelit sangat penting peranannya dalam jaringan komunikasi satelit. Karena benda
yang ini berfungsi sebagai penerima transimisi di setiap kawasan di dunia. Sedangkan
satellite spacing (penempatan satelit) digunakan agar dalam melakukan transmisi lebih
mudah berdasarkan kawasannya. Sedangkan power system yang digunakan oleh satelit
diperoleh melalui sinar matahari yang diubah ke bentuk listrik yang menggunakan Sel surya
(Solar cells). Selain itu, satelit juga dilengkapi dengan sumber tenaga yang berdurasi 12 tahun
yang merupakan bahan bakarnya agar dapat beroperasi.
Satelit buatan manusia pertama adalah Sputnik 1, diluncurkan oleh Soviet pada tanggal 4
Oktober 1957, dan memulai Program Sputnik Rusia, dengan Sergei Korolev sebagai kepala
disain dan Kerim Kerimov sebagai asistentnya. Peluncuran ini memicu lomba ruang angkasa
(space race) antara Soviet dan Amerika. Sputnik 1 membantuk mengidentifikasi kepadatan
lapisan atas atmosfer dengan jalan mengukur perubahan orbitnya dan memberikan data dari
distribusi signal radio pada lapisan ionosphere. Karena badan satelit ini diisi dengan nitrogen
bertekanan tinggi, Sputnik 1 juga memberi kesempatan pertama dalam pendeteksian meteorit,
karena hilangnya tekanan dalam disebabkan oleh penetrasi meteroid bisa dilihat melalui data
suhu yang dikirimkannya ke bumi. Sputnik 2 diluncurkan pada tanggal 3 November 1957 dan
membawa awak mahluk hidup pertama ke dalam orbit, seekor anjing bernama Laika.
Amerika menyusul dengan meluncurkan satelit pertamanya pada 31 Juni 1958 yang bernama
Explorer 1. Satelit terbesar buatan manusia ialah International Space Station.
Indonesia pertama kali meluncurkan satelit buatan pada 8 Juli 1976 dengan nama satelit
Palapa A1. Satelit ini diluncurkan dari Keneddy Space Center di Tanjung Canaveral, Amerika
Serikat. Pada saat itu Indonesia masih meminta bantuan beberapa negara pembuat satelit
terdahulu seperti Rusia dan Amerika Serikat. Indonesia baru berhasil meluncurkan satelit

buatan sendiri pada 10 Januari 2007. Satelit mikro yang diberi nama Lapan Tubsat tersebut
diluncurkan di Pusat Ruang Angkasa Sriharikota, India, dengan roket polar (Polar Satelite
Launch Vehicle/PSLV).
Satelit Lapan Tubsat tersebut berbentuk kotak masif berwarna hitam berukuran 450 X 450 X
275 mm, berukuran mikro dengan kriteria berat di bawah 100 kg. Memiliki dua kamera
analog biasa merk Sony. Satu dengan kemampuan resolusi 200 m dengan lebar sapuan 81 km
sedangkan kamera lainnya berkemampuan lebih tinggi dengan resolusi 5 m dan lebar sapuan
3,5 km. Sehingga dapat digunakan sebagai alat penginderaan jarak jauh. Aktifitas satelit
dikendalikan di Rumpin Bogor dan stasiun serupa di Jerman. Perancangan dimulai tahun
2003 dan melibatkan 12 insinyur dari ITB, PT DI, LIPI, LEN dan Lapan.
Tahun ini, rencananya Lapan (Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional) akan
meluncurkan satelit kembar Lapan Twinsat untuk keperluan mitigasi bencana. Satelit ini
memiliki kamera surveillance (pengamatan) yang dapat diarahkan secara mandiri. Dengan
penggunaan satelit kembar, keandalan data yang diperoleh akan lebih tinggi. Banyaknya
bencana alam yang terjadi di Indonesia membuat Lapan tergerak untuk segera meluncurkan
satelit terbarunya. Gempa yang mengguncangkan beberapa wilayah di Indonesia
mengakibatkan banyak kerugian, termasuk di antaranya lumpuhnya jaringan infrastruktur
sistem komunikasi yang darat atau terestrial selama beberapa waktu.
Untuk mendukung komunikasi dalam keadaan darurat, diperlukan infrastruktur, yaitu satelit.
Teknologi ini mampu mendukung komunikasi saat keadaan darurat dalam bentuk voice
(suara) dan data. Selain itu, satelit mampu mengambil citra daerah-daerah bencana dengan
resolusi 5 m. Satelit juga dapat mengirimkan data secara langsung (real time) maupun dengan
revisit (90 menit) dan dalam waktu peliputan yang tinggi (15 menit dalam radius 1000 km)
untuk satu stasiun atau untuk seluruh wilayah Indonesia.
Kedua satelit tersebut saat ini dalam proses integrasi di Rancabungur, Jawa Barat. Satelit
kembar akan diluncurkan dengan menggunakan roket Indian Space Research Organization
(ISRO) pada 2011. Lapan dan ISRO telah menandatangani kontrak kerjasama untuk
peluncuran satelit tersebut. Satelit akan diluncurkan pada ketinggian 650 km dengan sudut
inklinasi yang sesuai dengan posisi geografis Indonesia, yaitu 6-9 derajat.

BAB 2
PEMBAHASAN
1. Sejarah
Satelit buatan manusia pertama adalah Sputnik 1, diluncurkan oleh Soviet pada tanggal 4
Oktober 1957, dan memulai Program Sputnik Rusia, dengan Sergei Korolev sebagai kepala
disain dan Kerim Kerimov sebagai asistentnya. Peluncuran ini memicu lomba ruang angkasa
(space race) antara Soviet dan Amerika.Sputnik 1 membantuk mengidentifikasi kepadatan
lapisan atas atmosfer dengan jalan mengukur perubahan orbitnya dan memberikan data dari
distribusi signal radio pada lapisan ionosphere.Karena badan satelit ini diisi dengan nitrogen
bertekanan tinggi, Sputnik 1 juga memberikesempatan pertama dalam pendeteksian meteorit,
karena hilangnya tekanan dalam disebabkan oleh penetrasi meteroid bisa dilihat melalui data
suhu yang dikirimkannya ke bumi. Sputnik 2 diluncurkan pada tanggal 3 November 1957 dan
membawa awak mahluk hidup pertama ke dalam orbit, seekor anjing bernama Laika.Pada
bulan Mei, 1946, Project Rand mengeluarkan desain preliminari untuk experimen wahana
angkasa untuk mengedari dunia, yang menyatakan bahwa, "sebuah kendaraan satelit yang
berisi instrumentasi yang tepat bisa diharapkan menjadi alat ilmu yang canggih untuk abad ke
dua puluh".Amerika sudah memikirkan untuk meluncurkan satelit pengorbit sejak 1946
dibawah Kantor Aeronotis angkatan Laut Amerika (Bureau of Aeronautics of the United
States Navy). Project RAND milik Angkatan Udara Amerika akhirnya mengeluarkan laporan
diatas, tetapi tidak mengutarakan bahwa satelit memiliki potensi sebagai senjata militer;
tetapi, mereka menganggapnya sebagai alat ilmu, politik, dan propaganda. Pada tahun 1954,
Sekertari PertahananAmerika menyatakan, "Saya tidak mengetahui adanya satupun program
satelit Amerika."Pada tanggal 29 Juli 1955, Gedung Putih mencanangkan bahwa Amerika
Serikat akan mau meluncurkan satelit pada musim semi 1958. Hal ini kemudian diketahui
sebagai Project Vanguard.Pada tanggal 31 July, Soviets mengumumkan bahwa mereka akan
meluncurkan satelit pada musim gugur 1957.
Mengikuti tekanan dari American Rocket Society (Masyarakat Roket America), the National
Science Foundation (Yayasan Sains national), and the International Geophysical Year, interest
angkatan bersenjata meningkat dan pada awal 1955 Angkatan Udara Amerika dan Angkatan
Laut mengerjai Project Orbiter, yang menggunakan wahana Jupiter C untuk meluncurkan
satelit. Proyek ini berlangsung sukses, dan Explorer 1 menjadi satelit Amerika pertama pada
tanggal 31 januari 1958.Pada bulan Juni 1961, tiga setengah tahun setelah meluncurnya
Sputnik 1, Angkatan Udara Amerika menggunakan berbagai fasilitas dari Jaringan Mata
Angkasa Amerika (the United StatesSpace Surveillance Network) untuk mengkatalogkan
sejumlah 115 satelit yang mengorbit bumi.Satelit buatan manusia terbesar pada saat ini yang
mengorbit bumi adalah Station Angkasa Interasional (International Space Station).
2. Jenis Satelit Beserta Fungsinya
Satelit astronomi adalah satelit yang digunakan untuk mengamati planet, galaksi, dan
objek angkasa lainnya yang jauh.
Satelit komunikasi adalah satelit buatan yang dipasang di angkasa dengan tujuan
telekomunikasi menggunakan radio pada frekuensi gelombang mikro. Kebanyakan satelit
komunikasi menggunakan orbit geosinkron atau orbit geostasioner, meskipun beberapa tipe
terbaru menggunakan satelit pengorbit Bumi rendah.

Satelit pengamat Bumi adalah satelit yang dirancang khusus untuk mengamati Bumi
dariorbit, seperti satelit reconnaissance tetapi ditujukan untuk penggunaan non-militer
seperti pengamatan lingkungan, meteorologi, pembuatan peta, dll.
Satelit navigasi adalah satelit yang menggunakan sinyal radio yang disalurkan ke
penerimadi permukaan tanah untuk menentukan lokasi sebuah titik dipermukaan bumi. Salah
satu satelit navigasi yang sangat populer adalah GPS milik Amerika Serikat selain itu ada
juga Glonass milik Rusia. Bila pandangan antara satelit dan penerima di tanah tidak ada
gangguan, maka dengan sebuah alat penerima sinyal satelit (penerima GPS), bisa
diperolehdata posisi di suatu tempat dengan ketelitian beberapa meter dalam waktu nyata.
Satelit mata-mata adalah satelit pengamat Bumi atau satelit komunikasi yang digunakan
untuk tujuan militer atau mata-mata.
Satelit tenaga surya adalah satelit yang diusulkan dibuat di orbit Bumi tinggi yang
menggunakan transmisi tenaga gelombang mikro untuk menyorotkan tenaga surya kepada 3
antena sangat besar di Bumi yang dpaat digunakan untuk menggantikan sumber tenaga
konvensional.
Stasiun angkasa adalah struktur buatan manusia yang dirancang sebagai tempat tinggal
manusia di luar angkasa. Stasiun luar angkasa dibedakan dengan pesawat angkasa lainnya
oleh ketiadaan propulsi pesawat angkasa utama atau fasilitas pendaratan; Dan kendaraan lain
digunakan sebagai transportasi dari dan ke stasiun. Stasiun angkasa dirancang untuk hidup
jangka-menengah di orbit, untuk periode mingguan, bulanan, atau bahkan tahunan.
Satelit cuaca adalah satelit yang diguanakan untuk mengamati cuaca dan iklim Bumi.
Satelit miniatur adalah satelit yang ringan dan kecil. Klasifikasi baru dibuat
untuk mengkategorikan satelit-satelit ini: satelit mini (500200 kg), satelit mikro (di bawah
200kg), satelit nano (di bawah 10 kg).
3.

Prinsip Kerja Satelit


Satelit adalah stasiun relay yang digantung di langit. Disebut stasiun relay karena fungsi utama satelit adalah merelay
sinyal-sinyal yang berasal dari bumi. Sinyal-sinyal yang diterimanya dari bumi itu digeser dulu frekuensinya baru
kemudian dipancarkan kembali ke bumi. Jadi pada dasarnya satelit itu berisi rangkaian translator frekuensi, yaitu
rangkaian elektronik yang terdiri dari penerima, penggeser frekuensi dan pemancar [perhatikan gambar (1) di bawah
ini].
Gambar (1): Diagram blok rangkaian penggeser frekuensi di dalam satelit
Sinyal dari bumi yang sampai ke satelit sangat lah lemah. Sebab sinyal yang dikirim dari bumi hingga mencapai satelit
akan melalui lintasan (path) ruang yang sangat jauh sehingga sinyal akan mengalami redaman (free space path loss)
yang sangat besar. Redaman ini disebabkan karena sifat radiasi gelombang elektromagnetik itu memancar ke segala
arah (seperti bola yang mengembang) sehingga kekuatan sinyal akan melemah sebanding dengan kuadrat dari jarak
yang ditempuhnya. Selain itu jarak tempuh itu akan terasa semakin jauh bagi sinyal yang panjang gelombangnya makin
pendek. Dengan demikian besarnya redaman ini berbanding lurus dengan kuadrat dari jarak dan frekuensi yang
digunakan, dimana secara matematis dituliskan sbb.:
Untuk memudahkan perhitungan, formula di atas bisa disederhanakan menjadi:
L = 32.4 + 20 Log d + 20 Log f
L adalah besarnya Loss atau redaman (dalam satuan dB)
f adalah frekuensi kerja yang digunakan (dalam satuan MHz)
d adalah jarak tempuh antara stasiun bumi dng satelit (dalam satuan km)
Sekedar contoh misalnya frekuensi kerja yang digunakan untuk up-link adalah 6 GHz = 6.000 MHz, dan jarak antara
stasiun bumi ke satelit = 36.000 km, maka besarnya redaman pada arah up-link

L-up = 32.4 + 20 Log 36.000 + 20 Log 6.000 = 32.4 + 91.1 + 75.6 = 199.1 dB
Redaman ini sangat besar sehingga sinyal yang diterima di satelit sangatlah lemah. Maka agar sinyal yang sangat
lemah ini bisa dipancarkan kembali ke bumi dengan daya pancar yang cukup, dibutuhkan rangkaian penguat yang
bertingkat-tingkat. Pada tingkat pertama sinyal diperkuat oleh gain antenna penerima. Output dari antenna yang juga
masih sangat lemah kemudian diperkuat lagi dengan LNA (Low Noise Amplifier). Setelah levelnya cukup, sinyal ini
kemudian dimasukkan ke rangkaian mixer-1 untuk digeser frekuensinya ke frekuensi L-Band.
Penggeseran frekuensi menurunkan level sinyal, sehingga sinyal harus diperkuat lagi pada tahap ini. Setelah levelnya
cukup, sinyal dimasukkan lagi ke mixer-2 untuk digeser lagi frekuensinya ke frekuensi kerjanya (frekuensi down link).
Pada tahap ini sinyal diperkuat lagi oleh driver amplifier dan kemudian diperkuat oleh HPA (High Power Amplifier) agar
diperolah daya pancar yang cukup besar. Pada tahap akhir, sinyal kemudian diperkuat lagi oleh antenna pemancar
untuk menghasilkan apa yang disebut dengan EIRP (Equivalent Isotropic Radiated Power). Besaran EIRP inilah yang
kemudian oleh satelit dipancarkan kembali ke bumi.
Sebagaimana dijelaskan pada bab translasi frekuensi, pergeseran frekuensi sama sekali tidak mengubah nilai
informasi yang terkandung di dalam sinyal tersebut. Jadi meskipun di satelit frekuensi sinyal di geser sebanyak dua kali,
akan tetapi informasi yang terkandung di dalamnya masih tetap utuh (sama sekali tidak berubah). Oleh karena itu
menjadi jelas bahwa fungsi satelit dalam hal ini hanya merelay sinyal yang berasal dari bumi untuk kemudian
dipancarkan lagi kembali ke bumi.
Pergeseran frekuensi sebanyak dua kali dimaksudkan untuk memperoleh gain yang sangat tinggi. Sebab memperkuat
sinyal di satu frekuensi kerja akan menyebabkanamplifier mudah berosilasi (sinyal output masuk kembali ke input).
Untuk menghindari hal ini terjadi maka sinyal harus diperkuat pada frekuensi kerja yang berbeda-beda. Dalam gambar
(3) diperlihatkan sebuah contoh bahwa gain total satelit adalah sekitar 170 dB. Gain sebesar ini akan sangat sulit
diperoleh bila amplifier bekerja pada satu frekuensi kerja. Oleh karena itu penguatan sinyal dilakukan di 3 frekuensi
yang berbeda. Pertama sinyal diperkuat pada frekuensi Rx (dengan menggunakan LNA). Kemudian frekuensinya
digeser ke L-Band dan penguatan kedua dilakukan pada frekuensi ini. Selanjutnya frekuensi sinyal di geser lagi ke
frekuensi Tx dan diperkuat lagi (oleh HPA) hingga mencapai daya pancar sesuai yang diinginkan. Dengan cara ini maka
akan diperoleh gain total yang sangat tinggi.
Penguatan sinyal mulai dari antenna penerima, LNA, HPA hingga antenna pemancar disebut dengan Gain Satelit
[perhatikan gambar (1) di atas]. Besarnya Gain Satelit telah didesain sedemikian rupa sehingga sinyal yang diterima
dari bumi mampu menghasilkan daya pancar maksimum sesuai kapasitas HPA yang terpasang di satelit. Daya output
dari HPA selanjutnya diperkuat lagi oleh antenna sehingga diperoleh EIRP yang tinggi. Sebab sinyal yang dipancarkan
oleh satelit ke bumi akan mengalami redaman yang sangat besar. Sekedar gambaran misalnya frekuensi down link
yang digunakan adalah 4 GHz = 4.000 MHz, maka besarnya redaman pada arah Down Link adalah:
L-down = 32.4 + 20 Log 36.000 + 20 Log 4.000 = 32.4 + 91.1 + 72.0 = 195.5 dB
Redaman down-link ini sangat besar, sehingga sinyal yang diterima di bumi juga sangat lemah. Itulah sebabnya
dibutuhkan gain yang cukup besar di stasiun penerima di bumi agar informasi yang terkandung dalam sinyal dapat
dideteksi kembali. Apabila kualitas sinyal yang diterima belum sesuai dengan kebutuhan, maka daya pancar di sisi
pengirim perlu diperbesar. Dengan cara ini maka secara otomatis daya yang dipancarkan oleh satelt juga ikut
membesar. Kenaikan daya pancar di satelit merupakan fungsi linier dari kenaikan daya pancar di pengirim. Sebagai
contoh misalnya, bila daya pancar di sisi pengirim dinaikkan 3 dB, maka daya pancar satelit juga akan naik 3 dB. Jika
dinaiikan lagi 10 dB maka daya pancar di satelit juga akan naik 10 dB. Demikian seterusnya hingga pada suatu titik
dimana kenaikan daya pancar di satelit tidak lagi linier. Pada titik ini daya pancar satelit sudah melampaui batas
liniernya. Oleh karena itu penambahan daya di sisi pengirim tidak boleh sembarangan. Ada batas tertentu yang tidak
boleh dilampaui. Inilah yang disebut dengan istilah Power Limitted, artinya satelit memiliki daya pancar yang terbatas.
Apabila daya pancar di sisi pengirim sudah tidak bisa lagi dinaikkan, sedangkan sinyal yang diterima masih belum
sesuai dengan kebutuhan, maka jalan satu-satunya adalah dengan memperbesar diameter antena penerima. Makin
besar diameter antena penerima akan semakin baik, karena sistem penerima akan menjadi lebih sensitif, artinya lebih
mampu menerima sinyal-sinyal yang lemah. Namun makin besar diameter antena akan memerlukan lahan yang lebih
besar, ukuran yang besar jelas tidak praktis dan harganya pun juga pasti lebih mahal. Oleh karena itu perhitungan daya
pancar di sisi pengirim maupun besarnya diameter antena di sisi penerima harus dihitung dengan benar. Untuk itu ada
beberapa paremeter yang perlu diketahui. Parameter satelit seperti G/T, Saturated Field Density (SFD) dan EIRP serta
peta contour atau foot print umumnya diberikan oleh operator/pemilik satelit kepada para pelanggannya, sehinga
masing-masing pelanggan dapat menghitung sendiri apa-apa yang dibutuhkannya.
Gambar (2): Illustrasi redaman up-link dan down-link

Satelit merupakan sebuah benda diangkasa yang berputar mengikuti rotasi bumi. Satelit dapat dibedakan berdasarkan
bentuk dan keguaananya seperti: satelit cuaca, satelit komonikasi, satelit iptek dan satelit militer.
Untuk dapat beroperasi satelit diluncurkan ke orbitnya dengan bantuan roket. Negara -negara maju
seperti Amerika Serikat, Rusia, Perancis dan belakangan Cina, telah memiliki stasiun untuk melontarkan satelit ke
orbitnya.
Posisi satelit pada orbitnya ada tiga macam yaitu. Low Earth Orbit (LEO): 500-2,000 km diatas permukaan bumi.
Medium Earth Orbit (MEO): 8,000-20,000 km diats permukaan bumi. Geosynchronous Orbit (GEO): 35,786 km diatas
permukaan bumi.
Seluruh pergerakan satelit dipantau dari bumi atau yang lebih dikenal dengan stasiun pengendali. Cara kerja dari satelit
yaitu dengan cara uplink dan downlink. Uplink yaitu transmisi yang dikirim dari bumi ke satelit, sedangkan downlink
yaitu transmisi dari satelit ke stasiun bumi.
Komunikasi satelit pada dasarnya berfungsi sebagai repeater di langit. Satelit juga menggunakan transponders, yaitu
sebuah alat untuk memungkinkan terjadinya komunikasi 2 arah.
Umumnya komunikasi satelit menggunakan banyak tranponders. Contohnya Intelsat VIII menggunkan 44 transponders
dapat mengakomodir 22.500 telepon sirkuit dan 3 channel TV, pada masa sekarang ini sampai bisa mengakomodir
komunikasi di Asia dan Afrika.
Antena satelit sangat penting peranannya dalam jaringan komunikasi satelit. Karena benda yang ini berfungsi sebagai
penerima transimisi di setiap kawasan di dunia. Sedangkan satellite spacing (penempatan satelit) digunakan agar
dalam melakukan transmisi lebih mudah berdasarkan kawasannya.
Sedangkan power system yang digunakan oleh satelit diperoleh melalui sinar matahari yang diubah ke bentuk listrik
yang menggunakan Sel surya (Solar cells). Selain itu, satelit juga dilengkapi dengan sumber tenaga yang berdurasi 12
tahun yang merupakan bahan bakarnya agar dapat beroperasi.

4. Jenis Orbit
Banyak satelit dikategorikan atas ketinggian orbitnya, meskipun sebuah satelit
bisa mengorbit dengan ketinggian berapa pun.
Orbit Rendah (Low Earth Orbit, LEO): 300 1500 km di atas permukaan bumi.
Orbit Menengah (Medium Earth Orbit, MEO): 1500 - 36000 km.
Orbit Geosinkron (Geosynchronous Orbit, GSO): sekitar 36000 km di atas permukaan
Bumi.
Orbit Geostasioner (Geostationary Orbit, GEO): 35790 km di atas permukaan Bumi.
Orbit Tinggi (High Earth Orbit, HEO): di atas 36000 km.Orbit berikut adalah orbit khusus
yang juga digunakan untuk mengkategorikan satelit:
Orbit Molniya, orbit satelit dengan perioda orbit 12 jam dan inklinasi sekitar 63.
Orbit Sunsynchronous, orbit satelit dengan inklinasi dan tinggi tertentu yang selalu melintas
ekuator pada jam lokal yang sama.
Orbit Polar, orbit satelit yang melintasi kutub
5. Perkembangan Satelit di Indonesia
Sejarah perkembangan satelit di Indonesia sendiri dimulai pada saat Presiden Soeharto
membuka Stasiun Bumi Jatiluhur pada 27 September 1969. Pembangunan ini dimaksudkan
untuk komunikasi Indonesia dengan negara lain. Pada kurun waktu antara 1970-awal hingga
memasuki tahun 1976 dimulai suatu pengembangan lebih lanjut dari proses pembuatan satelit

bagi Indonesia. Pada masa tersebut pula terdapat campur tangan Amerika sebagai negara
yang turut membantu mengembangkan satelit di Indonesia.
Beberapa tahun setelah itu, pada 29 Juli 1976, diluncurkan Palapa A1 dengan roket Delta2149 di Florida, Amerika Serikat. Hal itu kemudian berlanjut pada 16 Agustus 1976 dengan
diresmikannya Sistem Komunikasi Satelit Domestik (SKSD) Palapa.
Dengan diresmikannya SKSD PALAPA dan diluncurkannya satelit Palapa pada 9 Juli 1976 di
Florida dapat dikatakan sebagai langkah awal penggunaan satelit di Indonesia.
Penamaan Palapa pada satelit yang digunakan Indonesia tersebut merujuk pada suatu
peristiwa sumpah hamukti palapa oleh Mahapatih Gajah Mada.
Beliau bersumpah tidak akan menikmati buah pala sebelum dapat mempersatukan nusantara.
Atas dasar itulah satelit milik Indonesia dinamakan Palapa. Dengan maksud agar dapat
menyatukan seluruh wilayah di Nusantara dalam era informasi maupun komunikasi digital
seperti saat ini.
Pada 16 Agustus 1976 bersamaan dengan peresmian SKSD PALAPA, menjadi suatu tonggak
sejarah era perkembangan telematika di Indonesia dan suatu kebanggan tersendiri, karena
Indonesia merupakan negara ke tiga di dunia yang menggunakan satelit sendiri khusus
komunikasi setelah Amerika dan Kanada.
Memang pada awalnya penggunaan satelit di Indonesia lebih difokuskan pada komunikasi.
Mengingat pula Indonesia sendiri merupakan negara kepulauan, yang mungkin pula
ditujukan pada suatu konsep wawasan nusantara.
Sesuai dengan tuntutan kebutuhan manusia, maka dalam segi kegunaan atau fungsi, para
ilmuan juga terus mengembangkan satelit palapa. Generasi ke dua satelit palapa kemudian
diluncurkan kembali pada 11 Maret 1977. Satelit ini dinamakan dengan Palapa A2.
Generasi ke dua dari satelit Palapa ini hanya memiliki fungsi sebagai pendukung dan apabila
Palapa A1 mengalami disfungsi pada sirkuit komunikasinya. Umur kedua satelit ini hanyalah
delapan tahun saja. Permasalahan ini pula yang menuntut para ilmuan dibidang telematika
dan astronomi untuk kemudian mengembangkan lagi satelit palapa selanjutnya.
Sehubungan dengan habisnya masa penggunaan satelit Palapa A1 dan satelit Palapa A2, maka
diluncurkan satelit Palapa B1 pada 19 Juni 1983. Cakupan dari satelit B1 ini lebih luas. Yaitu
sudah mencakup pada kawasan Asia Tenggara, dibanding generasi Palapa sebelumnya yang
hanya mencakup wilayah Indonesia saja
Seiring dengan permintaan yang tinggi akan kebutuhan komunikasi, maka satelit Palapa B2
juga diluncurkan pada 3 februari 1984 di Kennedy Sapce Center, Cape Canavarel pada 20.00
WIB. Peluncuran ini mengalami kegagalan, sehingga tidak berhasil mencapai orbitnya. Hal
tersebut disebabkan kerusakan pada perigee kick motor.
Untuk mengganti Palapa B2, kemudian diluncurkan satelit Palapa B3 yang kemudian dinamai
dengan Palapa B2-P (pengganti) yang diluncurkan pada 21 Maret 1987 dengan bantuan roket
Delta-3920.
Peluncuran satelit memang tidak pernah lepas dari penggunaan roket. Dengan pemasangan
satelit pada punggung roket atau bagian atas roket. Satelit kemudian melakukan
perjalanannya di luar angkasa. Roket kemudian membawa satelit pada sebuah rute berbentuk
elips yang juga sudah dikendalikan dari setasiun peluncurannya dibumi . Lintasan seperti

itulah yang secara umum menjadi suatu lintasan dalam peluncuran sebuah satelit dengan
menggunakan roket. Amerika memang menjadi sebuah negara pengembang roket pada awal
era penggunaan satelit di dunia. Maka dari itulah, pada masa awal perkembangan satelit,
Amerika menjadi negara pendukung maupun membantu mengembangkan satelit bagi negaranegara lain termasuk Indonesia.
Palapa B yang pernah mengalami kerusakan tersebut, kemudian ditemukan oleh NASA dan
dibawa kembali ke bumi. Setelah terjadi perbaikan , satelit tersebut kemudian dibeli oleh
PT.Telkom.
Pada April 1990 satelit ini diluncurkan kembali dengan nama B2-R sebagai pengganti dari B1
yang masa penggunaannya sudah habis.
Generasi terakhir dari Satelit Palapa B adalah Palapa B4. Diluncurkan pada 14 Mei 1992.
Satelit ini diluncurkan menggunakan roket tiga tingkat dari Launch Pad 17 B Cape
Canavarel, Amerika. Setelah B4 diluncurkan, semakin meningkat pula kebutuhan akan jasa
telekomunikasi di Indonesia. Sehubungan dengan hal tersebut, maka diluncurkan Satelit
Palapa C.
Satelit ini diklaim memiliki kelebihan bila dibandingkan dengan generasi sebelumnya. Hal
tersebut dibuktikan dengan jumlah transponder maupun kekuatannya. Satelit ini disebut juga
dengan Satelit Palapa C1. Beroperasi selama 3 tahun, dari 13 januari 1996 hingga
pertengahan 1999. Satelit yang dikelola oleh Satelindo ini juga pernah disewakan kepada
negara Pakistan sebelum akhirnya diambil alih dan menjadi Pakissat. Pada dasarnya berbeda
dengan pengelola Satelit lain seperti Perumtel, pengelola dari satelindo lebih banyak
melakukan kerjasama maupun jual beli penggunaan satelit dengan negara lain.
Sehubungan dengan pembelian Satelit Palapa C1 oleh Pakistan, maka pada 15 Mei 1996
diorbitkan Satelit Palapa C2. Ini merupakan generasi terakhir juga dari Palapa seri C.
Diorbitkan dari Perancis. Setelah beberapa satelit sebelumnya yang diorbitkan dari Amerika,
peluncuran satelit ini juga menjadi bukti adanya suatu kerjasama dalam hal telekomunikasi
dengan berbagai negara yang tidak hanya terfokus pada Amerika saja. Orbitnya pun
dipindahkan dari 113 Bujur Timur ke 105,5 Bujur Timur. Karena kelak 113 Bujur Timur
akan ditempati oleh Satelit Palapa D. . Penggeseran ini dimaksudkan untuk memeperluas
cakupan dari Satelit Palapa D yang dipersiapkan untuk pemenuhan kebutuhan dalam rangka
mewabahnya globalisasi.
Pada 31 Agustus 2009, dalam rangka memepringati Hari Ulang Tahun Republik Indonesia
yang ke-64 , maka diluncurkan Satelit Palapa D pada pukul 16.28 dari Xichang Satellite
Launch Center (XSLC) di China. Satelit ini dikelola oleh Indosat yang juga diketahui
memiliki banyak kerjasama dengan berbagai negara sebagai mana dijelaskan sebelumnya.
Satelit Palapa D memiliki cakupan yang lebih luas dan kekuatan signal yang lebih bila
dibandingkan dengan generasi sebelumnya. Hal tersebut dipersiapkan untuk menghadapi
globalisasi dalam berbagai aspek, termasuk teknologi dan komunikasi.
6. Dampak Penggunaan Satelit di Indonesia
Berbicara mengenai dampak pasti akan didapati pula dua buah hasil. Pertama dampak positif
dan yang kedua ialah dampak negatif. Begitu pula dengan penggunaan satelit di Indonesia.
Terlebih dahulu dalam makalah pada bagian 2.2 ini akan dibahas mengenai dampak positif
penggunaan satelit di Indonesia. Meskipun secara umum perkembangan maupun penggunaan
satelit memberikan dampak positif berupa kemudahan dalam aspek komunikasi, informasi
hingga beberapa bidang lain termasuk ekonomi dan militer, penggunaan satelit juga
berpotensi

menimbulkan dampak negatif.


Seperti diketahui bahwa siaran radio maupun televisi dan telephon membutuhkan satelit
sebagai suatu media dalam menyampaikan informasi. Perkembangan Satelit Palapa yang
terus dilakukan guna menutupi berbagai kekurangannya, juga berimbas pada perkembangan
alat-alat komunikasi seperti televisi, radio, maupun telephon. Itulah salah satu dari sekian
dampak dari adanya ataupun digunakannya Satelit Palapa di Indonesia. Pembangunan pada
bidang telekomunikasi menjadi semakin maju. Sebagai contoh, dunia pertelevisian Indonesia
yang dulunya dipegang oleh sektor pemerintah, kini sudah mulai dipenuhi oleh sektor-sektor
swasta. Bahkan dari yang bersekala regional seperti JTV (Jawa Timur Televisi) di wilayah
regional Jawa Timur, bersekala nasional seperti SCTV (SURYA CITRA Televisi), ANTV
(Andalas Televisi), hingga yang bersekala Internasional seperti Metro TV dan MNC Sport 1
dan 2 milik Media Nusantara Citra. Hal ini tentunya dilatar belakangi oleh semaikin
meningkatnya kebutuhan manusia akan informasi, disamping berkembangnya teknologi
satelit di Indonesia.
Pada periode sesudah tahun 1990, PT.Telkom lebih banyak melakukan optimisasi
penggunaan stasiun bumi. Permintaan lalulintas di kawasan Indonesia timur dapat dipenuhi
melalui relokasi stasiun-stasiun bumi dari Jawa atau Sumatra. Saat digunakan untuk lalulintas
yang rendah, antena parabola dengan ukuran lebih kecil banyak digunakan demi mengurangi
pemakaian tempat selain untuk lebih memudahkan upaya relokasi dan transportasi ke daerahdaerah terpencil. Tambahan lagi, PT.Telkom juga mengganti sistem transmisi satelit analog
menjadi sistem digital. Sistem FDM/FM digantikan dengan TDMA Medium Bit Rate dan
Low Bit Rate pada awal tahun 1990-an. Sistem TDMA Medium Bit Rate digunakan di
keseluruhan 36 stasiun bumi sementara TDMA Low Bit Rate dipakai di 30 stasiun bumi.
Pada tahun 1995 suatu sistem digital baru untuk komunikasi point-to-point telah lahir,
sehingga PT.Telkom menggantikan hubungan-hubungan dengan lalu lintas tinggi antar kota
yang sebelumnya menggunakan TDMA dengan Intermediate Data Rate (dengan kecepatan 2
Mbps). FDMA akhirnya sepenuhnya dihentikan pemakaiannya pada akhir 1996. Untuk
keperluan penyiaran televisi, PT.Telkom mulai menggunakan sistem digital MPEG-2 pada
tahun 1996, dan kesemua fasilitas distribusi televisi analog pada satelit-satelit PT.Telkom
telah selesai didigitalisasikan pada tahun 2000. Dengan demikian, PT.Telkom mampu untuk
mengurangi kebutuhan transponder televisi sampai setidaknya dengan kualitas yang sama
baiknya bila dibandingkan dengan persyaratan transponder sistem analog.
Dengan Peluncuran Satelit Palapa A1, Indonesia sejatinya menjadi negara pertama untuk
kawasan Asia Tenggara yang memiliki dan menggunakan satelit sebagai pemersatu. Untuk
itulah pada 2010 sudah digagas pula mengenai ICT Leading Nation. Hal tersebut bertujuan
untuk memajukan penggunaan teknologi informasi bagi masyarakat. Tingkat penggunaan
TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi) di Indonesia yang lebih moderat dibandingkan
negara-negara lain di kawasan Asia Tenggara, dapat menjadi sebuah potensi untuk mengejar
ketertinggalan dalam bidang TIK. Meskipun tingkat penggunaanya masih relative rendah bila
dibandingkan dengan negara Asia Tenggara lainnya seperti Singapura dan Malaysia.
Namun dengan tingkat kemajuan dalam perkembangan satelit di kawasan Asia Tenggara,
Indonesia dapat dikatakan juga memberikan dampak positif bagi negara-negara Asia
Tenggara lainnya. Seperti Filiphina dan Thailand yang menggunakan jasa satelit dari
Indonesia untuk keperluan di negerinya masing-masing.

Dengan demikian tentunya berimbas pula pada pemasukan kas negara dari penyewaan satelit
maupun penggunaan secara bersama.
Mempercepat komunikasi dan informasi, merupakan suatu dampak yang sangat
menguntungkan dari digunakannya Satelit Palapa di Indonesia. Akan tetapi tidak dapat
dipungkiri pula bahwa saat ini manusia sendiri justru seakan dikuasai oleh teknologi yang
dikembangkan oleh manusia. Perkembangan satelit sendiri juga diikuti dengan perkembangan
internet. Tidak dipungkiri lagi bahwa keduanya sangat berkaitan. Dalam permasalahan
internet sendiri, dewasa ini sangat member dampak yang buruk meskipun ada pula dampak
positif lainnya. Mulai dari penipuan dalam transaksi jual beli via on line hingga penyebaran
gambar berbau pornografi maupun kekerasan. Hal tersebut ditakutkan akan memberi
pengaruh buruk, terutama pada anak-anak, khususnya para pelajar.
Maka dengan kata lain, penggunaan jasa komunikasi satelit yang berdampak pada globalisasi
informasi, juga diharapkan mampu memberika pemerataan informasi secara menyeluruh bagi
wilayah-wilayah di Indonesia. Perubahan sosial di suatu negara tidak selalu membawa
perkembangan positif, namun ada yang negative yang mempengaruhi tingkah laku serta pola
pikir masyarakat, dimana sudah disinggung pada pembahasan di atas. Hal tersebut menjadi
sebuah tantangan bagi Indonesia untuk merekayasa pergeseran nilai zaman tersebut sehingga
menjadi cirri bangsa moderat, tanpa mengabaikan nilai dan prisnsip kepribadian bangsa
sendiri, yaitu Pancasila.
7. Daftar negara peluncur satelit
Negara-negara yang mampu meluncurkan satelit sendiri, termasuk pembuatan kendaraan
peluncur.
Catatan: banyak negara yang dapat mendisain dan membuat satelit -yang mana bisa dibiliang
tidak memerlukan kapasitas ekonomi, ilmu dan industri yang tinggi -- tetapi tidak mampu
untuk meluncurkannya, dan mereka menggunakan peluncur asing. Daftar dibawah tidak
menempatkan berbagai negara tersebut, dan hanya mencantumkan negara yang mampu
meluncurkan satelitenya sendiri, ditambah tanggal dimana negara tersebut menunjukan
kemampuannya. Seterusnya juga tidak mencantumkan konsorsium satelit atau satelite
multinasional.
Peluncuran pertama dari berbagai negara
Urutan
Negara
Tahun Peluncuran Pertama
Roket
Satelit
1
Uni Soviet
1957
Sputnik-PS
Sputnik 1
2
Amerika Serikat
1958
Juno I
Explorer 1
3
Perancis
1965
Diamant
Astrix
4
Jepang
1970
Lambda-4S sumi
5
Tiongkok
1970
Long March 1 Dong Fang Hong I
6
Britania Raya
1971
Black Arrow Prospero X-3
7
India
1980
SLV
Rohini
8
Israel
1988
Shavit
Ofeq 1
[1]

Russia
1992
Soyuz-U
Templat:Kosmos
[1]

Ukraina
1992
Tsyklon-3
Strela (x3, Russian)
9
Iran
2009
Safir-2
Omid 1
8. Daftar negara yang meluncurkan satelit dengan dibantu negara lain

Peluncuran pertama menurut negara termasuk bantuan dari pihak lain [1]
Tahun
Payloads di orbit pada tahun
Negara
Satelit pertama
peluncuran
2008[2]
Uni Soviet
1957
Sputnik 1
1,398
( Russia)
(1992)
(Cosmos-2175)
Amerika Serikat 1958
Explorer 1
1,042
Kanada
1962
Alouette 1
25
Italia
1964
San Marco 1
14
Perancis
1965
Astrix
44
Australia
1967
WRESAT
11
Jerman
1969
Azur
27
Jepang
1970
sumi
111
Tiongkok
1970
Dong Fang Hong I
64
Britania Raya 1971
Prospero X-3
25
Intercosmos Kopernikus
Polandia
1973
?
500
Belanda
1974
ANS
5
Spanyol
1974
Intasat
9
India
1975
Aryabhata
34
Indonesia
1976
Palapa A1
10
Cekoslowakia 1978
Magion 1
5
Intercosmos Bulgaria
Bulgaria
1981
1300
Brasil
1985
Brasilsat A1
11
Meksiko
1985
Morelos 1
7
Swedia
1986
Viking
11
Israel
1988
Ofeq 1
7
Luksemburg
1988
Astra 1A
15
Argentina
1990
Lusat
10
Pakistan
1990
Badr-1
5
Korea Selatan 1992
Kitsat A
10
Portugal
1993
PoSAT-1
1
Thailand
1993
Thaicom 1
6
Turki
1994
Turksat 1B
5
Ukraina
1995
Sich-1
6
Chili
1995
FASat-Alfa
1
Malaysia
1996
MEASAT
4
Norwegia
1997
Thor 2
3
Philippines
1997
Mabuhay 1
2
Mesir
1998
Nilesat 101
3
Singapura
1998
ST-1
1
Taiwan
1999
ROCSAT-1
Denmark
1999
rsted
3

Peluncuran pertama menurut negara termasuk bantuan dari pihak lain [1]
Tahun
Payloads di orbit pada tahun
Negara
Satelit pertama
peluncuran
2008[2]
Afrika Selatan 1999
SUNSAT
1
Arab Saudi
2000
Saudisat 1A
12
Uni Emirat Arab 2000
Thuraya 1
3
Maroko
2001
Maroc-Tubsat
1
Aljazair
2002
Alsat 1
1
Yunani
2003
Hellas Sat 2
2
Nigeria
2003
Nigeriasat 1
2
Iran
2005
Sina-1
4
Kazakhstan
2006
KazSat 1
1
Belarus
2006
BelKA
1
Kolombia
2007
Libertad 1
1
Vietnam
2008
VINASAT-1
1
Venezuela
2008
Venesat-1
1
9.
Daftar Satelit di Indonesia
Pioneer 0. Satelit orbiter pertama yang diluncurkan untuk mengorbit pada Bulantapi tidak
berhasil. Satelit ini diluncurkan pada tanggal 17 Agustus 1958.
Luna 10. Satelit orbiter pertama yang berhasil mengorbit pada Bulan. Satelit ini buatan Uni
Sovyet.
Mariner 9. Satelit orbiter pertama yang berhasil mengorbit pada Planet Mars.
Sputnik 1. Satelit pertama Uni Sovyet.
Explorer 1. Satelit pertama Amerika Serikat.
International Space Station.
Satelit cuaca Geostationary Operational Environmental Satellite
Satelit pengamat Bumi, European Remote-Sensing Satellite

Satelit GPS Rusia GLONASS.


Deploy of PALABA-B1 Satellite durig Shuttle Mission STS-7

BAB 3
PENUTUP
1. Simpulan
A. Ada dua jenis satelit yaitu satelit alami dan satelit buatan:
a. Satelit alami adalah benda-benda luar angkasa bukan buatan manusia yang mengorbit sebuah
planet atau benda lain yang lebih besar daripada dirinya, seperti bulan yang merupakan satelit
alami bumi. Sebenarnya, terminologi ini berlaku juga bagi planet yang mengelilingi sebuah
bintang, atau bahkan sebuah bintang yang mengelilingi galaksi, tetapi jarang digunakan.
Bumi sendiri sebenarnya merupakan satelit alami matahari.
b. Satelit buatan adalah benda buatan manusia yang beredar mengelilingi benda lain, misalnya
satelit Palapa yang mengelilingi bumi.
B. Palapa ialah nama bagi sejumlah satelit telekomunikasi geostasioner Indonesia. Nama ini
diambil dari "Sumpah Palapa", yang pernah dicetuskan oleh Patih Gajah
Mada dariMajapahit pada tahun 1334.
C. Satelit mempunyai 5 peran bagi kehidupan manusia, sehingga satelit dibagi menjadi 5 yakni
Satelit Cuaca, Satelit Komunikasi, Satelit Navigasi, Sattelit Biologi, dan Satelit Militer.

DAFTAR PUSTAKA
http://dc337.4shared.com/doc/Mn01QpO2/preview.html
http://auditsu.blogspot.com/2009/11/perkembangan-satelit.html
http://www.scribd.com/doc/71518328/Sejarah-dan-Perkembangan-Satelit
http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2010/04/sejarah-dan-perkembangan-satelit-palapaindonesia/
http://hardware.infogue.com/perkembangan_satelit_menurut_nasa
http://labsky2012b.blogspot.com/2012/09/tugas-5-perkembangan-satelit.html
http://www.2wijaya.com/Gambar/Satelit_4.pdf
http://orbitdigital.net/article/cara-kerja-satelit
http://hermawayne.blogspot.com/2009/02/cara-kerja-satelit.html

Anda mungkin juga menyukai