Anda di halaman 1dari 8

6.

Satelit Buatan dan Penerbangan Luar Angkasa


A. Satelit Buatan
Satelit merupakan benda langit yang memiliki orbit serta aktivitas rotasi dan
revolusi tertentu. Satelit buatan telah ada sejak ribuan tahun lalu. Terdapat
beberapa negara yang memiliki satelit sendiri dan ada beberapa negara yang tidak
memiliki satelit buatan. Satelit buatan merupakan satelit buatan manusia yang
bertujuan untuk memudahkan hidup manusia. Hingga saat ini, sudah ada banyak
satelit buatan yang di luncurkan manusia. Berikut ini beberapa macam satelit
buatan yang diklasifikasikan menurut fungsinya, yaitu:
1. Satelit Observasi Bumi
Satelit observasi bumi merupakan jenis satelit bumi yang bertujuan untuk
melakukan observasi atau pengamatan terhadap bumi. Sudah ada banyak negara
yang meluncurkan satelit observasi bumi, berikut beberapa contoh satelit
observasi bumi yang telah di luncurkan, yaitu:
 Explorer 1 (Amerika Serikat) diluncurkan pada 31 Januari 1958
 Landsat 1 (Amerika Serikat) diluncurkan pada 23 Juli 1972
 Viking 1 (Amerika Serikat) diluncurkan pada 20 Agustus 1975 jingga
17 Agustus 1980
 Ranger 1 (Amerika Serikat) diluncurkan pada 23 Agustus 1961
 Vanguard 1 (Amerika Serikat) diluncurkan pada 17 Maret 1958
 Voyager 1 diluncurkan pada 5 September 1977 oleh NASA
 Aist 1 (Rusia) diluncurkan pada 13 Oktober 1994
 Mikhailo Lomonosov (Rusia) diluncurkan pada 28 April 2016
 TabletSat- Aurora (Rusia) diluncurkan pada 19 Juni 2014
 Gaofen 1 (China) diluncurkan pada 26 April 2013

2. Satelit Observasi Lautan


Satelit observasi lautan merupakan jenis satelit yang diluncurkan dengan
tujuan untuk mengamati kondisi lautan yang ada di bumi. Lautan merupakan
bagian dari planet Bumi yang paling luas, sehingga penting untuk dilakukan
pengamatan mengenai kondisi dan keadaan lautan di bumi. Namun jumlah satelit
observasi lautan lebih sedikit jika di bandingkan dengan satelit observasi bumi.
Berikut ini beberapa contoh satelit observasi lautan yang telah di luncurkan, yaitu:
 SEASAT (Amerika Serikat) diluncurkan pada 12 Juni 1978
 Baskhara I dan II oleh India, jenis satelit yang pertama kali membentuk
stasiun pengamatan Bumi

3. Satelit Komunikasi
Satelit komunikasi merupakan jenis satelit buatan yang paling banyak di
luncurkan. Kebutuhan manusia terhadap komunikasi membuat banyak negara
meluncurkan satelit komunikasi bahkan dengan jumlah yang lebih dari satu, salah
satunya dengan Indonesia. Indonesia memiliki banyak sekali satelit buatan yang
hampir semuanya merupakan satelit komunikasi. Berikut ini beberapa contoh
satelit komunikasi yang telah di luncurkan, yaitu:
 Echo 1 & 2 diluncurkan oleh NASA di tahun 1960 dan 1964
 Relay 1 (Amerika Serikat) diluncurkan pada 13 Desember 1962
 Relay 2 (Amerika Serikat) diluncurkan pada 21 Januari 1964
 Syncom (Amerika Serikat) diluncurkan pada 26 Juli 1963
 Nimbus (Amerika Serikat) diluncurkan pada 28 Agustus 1964
 Ekspress (Rusia) diluncurkan pada 13 Oktober 1994
 Ekspress- AM5 (Rusia) diluncurkan pada 26 Desember 2013
 Ekspress- AM6 (Rusia) diluncurkan pada 21 Oktober 2014
 Ekspress- AM8 (Rusia) diluncurkan pada 14 September 2015
 Chinasat (China) diluncurkan pada 9 Juni 2008
 Palapa A1 (Indonesia) diluncurkan pada 8 Juli 1976
 Palapa A2 (Indonesia) diluncurkan pada 10 Maret 1977
 Palapa B1 (Indonesia) diluncurkan pada 18 Juni 1983
 Palapa AB2 (Indonesia) diluncurkan pada 1984
 Palapa B2R (Indonesia) diluncurkan pada 13 April 1990
 Palapa C1 (Indonesia) diluncurkan pada 31 Januari 1996
 Telkom -1 (Indonesia) diluncurkan pada tahun 2001
 Telkom -2 (Indonesia) diluncurkan pada 16 November 2005
 GARUDA -1 (Indonesia) diluncurkan pada 13 Februari 2000

4. Satelit Cuaca
Satelit cuaca merupakan satelit buatan yang bertujuan untuk mengetahui cuaca
di suatu tempat untuk disampaikan ke publik. Biasanya satelit jenis ini digunakan
oleh badan meteorologi, klimatologi dan geofisika. Satelit cuaca dapat
memberikan informasi tentang adanya peringatan tentang suatu kejadian alam
yang terjadi di negara dan lainnya. Hampir di seluruh dunia memiliki satelit
buatan jenis ini, berikut contoh satelit yang di luncurkan, yaitu:
 TIROS -1 (Amerika Serikat) diluncurkan tahun 1960
 Vanguard (Amerika Serikat) diluncurkan pada 17 Februari 1959
 NOAA- 19 (Amerika Serikat) diluncurkan pada 6 Februari 2009
 MetOp- A (Amerika Serikat) diluncurkan pada 19 Oktober 2006
 MetOp- B (Amerika Serikat) diluncurkan pada 17 September 2012
 Elektro- L (Rusia) diluncurkan pada20 Januari 2011
 Interbol (Rusia) diluncurkan pada 29 Agustus 1996
 Meteor (Rusia) yang dikembangkan selama tahun 1960an

5. Satelit Militer
Satelit militer merupakan jenis satelit yang diluncurkan bertujuan untuk
membantuk kekuatan suatu negara agar dapat melindungi diri dari musuh. Berikut
ini beberapa jenis satelit militer yang telah di luncurkan, yaitu:
 Corona (Amerika Serikat) diluncurkan pada Juni 1959 hingga Mei
1972
 Canyon (Amerika Serikat) diluncurkan pada 6 Agustus 1968
 Orion (Amerika Serikat) diluncurkan tanggal 14 Mei 1995
 Magnum (Amerika Serikat) diluncurkan tanggal 24 Januari 1985
 Spuntik (Rusia) merupakan satelit buatan pertama yang diluncurka
pada 4 Oktober 1957
6. Satelit Eksplorasi Luar Angkasa
Satelit eksplorasi luar angkasa merupakan jenis satelit yang diluncurkan
bertujuan untuk mengetahui keadaan dan objek-objek luar angkasa untuk
kepentingan penelitian. Berikut ini beberapa contoh satelit eksplorasi luar angkasa
yang telah di luncurkan, yaitu:
 Salyut (Rusia) sebagai stasiun pertama eksplorasi luar angkasa yang
diluncurkan pada April 1971 – 1986
 Proton yang terdiri dari empat satelit diluncurkan antara tahun 1965 –
1968
B. Penerbangan Luar Angkasa
Penerbangan antariksa atau penerbangan luar angkasa adalah penerbangan
balistik ke atau menuju luar angkasa.
Penerbangan antariksa dapat dilakukan menggunakan wahana antariksa
dengan atau tanpa manusia di dalamnya. Contoh penerbangan antariksa berawak
seperti program Soyuz Rusia, program ulang-alik Amerika Serikat, serta Stasiun
Luar Angkasa Internasional. Contoh penerbangan antariksa nirawak termasuk
wahana antariksa yang meninggalkan orbit Bumi, serta satelit di orbit sekitar
Bumi seperti satelit komunikasi. Wahana seperti ini beroperasi baik dengan
kontrol telerobotik atau sepenuhnya otonom.

Soyuz 19, salah satu penerbangan antariksa

Penerbangan antariksa digunakan dalam eksplorasi luar angkasa, dan juga


dalam kegiatan komersial seperti pariwisata antariksa dan telekomunikasi satelit.
Tambahan penggunaan luar angkasa nonkomersial termasuk observatorium
antariksa, satelit pengintai dan satelit observasi bumi lainnya.
Penerbangan antariksa biasanya dimulai dengan peluncuran roket yang
menyediakan dorongan awal untuk melawan gaya gravitasi dan mendorong
wahana antariksa dari permukaan bumi. Setelah berada di luar angkasa,
pergerakan wahana antariksa--baik saat terbang bebas maupun ketika berada di
bawah propulsi — merupakan ilmu dari bidang studi yang disebut astrodinamika.
Beberapa wahana antariksa tetap berada di luar angkasa, beberapa hancur selama
masuk kembali atmosfer, dan lainnya mencapai permukaan planet atau bulan
untuk mendarat atau benturan.
1. Sejarah Penerbangan Luar Angkasa
Penerbangan antariksa menjadi kemungkinan rekayasa dengan penerbitan
karya Robert H. Goddard pada tahun 1919 kertas A Method of Reaching Extreme
Altitudes. Penerapan nozzle de Laval untuk roket bahan bakar cair meningkatkan
efisiensi yang cukup untuk perjalanan antarplanet menjadi mungkin. Dia juga
membuktikan di laboratorium bahwa roket akan bekerja di ruang hampa udara;
namun, karyanya tidak dianggap serius oleh publik. Usahanya untuk mengamankan
kontrak Angkatan Darat Amerika Serikat untuk senjata roket dalam Perang Dunia
pertama dihentikan oleh gencatan senjata 11 November 1918 dengan Jerman. Bekerja
dengan dukungan keuangan swasta, ia adalah orang pertama yang meluncurkan roket
berbahan bakar cair pada tahun 1926. Makalah Goddard sangat berpengaruh secara
internasional di bidangnya.

Opel RAK.1 - Penerbangan roket berawak publik pertama di dunia pada 30 September 1929.

Program roket eksperimental skala besar pertama di dunia adalah Opel RAK
di bawah kepemimpinan Fritz von Opel dan Max Valier selama akhir 1920-an yang
mengarah ke mobil roket berawak dan pesawat roket pertama, yang membuka jalan
bagi program V2 era Jerman Nazi dan kegiatan AS dan Soviet sejak tahun 1950 dan
seterusnya. Program Opel RAK dan demonstrasi publik yang spektakuler dari
kendaraan darat dan udara menarik banyak orang, serta menyebabkan kegembiraan
publik global yang disebut "Rocket Rumble" dan memiliki dampak jangka panjang
yang besar pada penerbangan antariksa selanjutnya. pionir seperti misalnya Wernher
von Braun.
Selama Perang Dunia II roket berpemandu pertama, V-2, dikembangkan dan
digunakan sebagai senjata oleh Reich Ketiga. Pada penerbangan uji pada bulan Juni
1944, satu roket tersebut mencapai luar angkasa pada ketinggian 189 kilometer (102
mil laut), menjadi objek pertama dalam sejarah manusia yang melakukannya. Pada
akhir Perang Dunia II, sebagian besar tim roket V-2 termasuk kepalanya Wernher von
Braun menyerah ke Amerika Serikat, dan diasingkan untuk bekerja pada program
pengembangan rudal Amerika dalam sebuah institusi yang menjadi Badan Rudal
Balistik Angkatan Darat, memproduksi rudal seperti Juno I dan Atlas.
Saat itu Uni Soviet di bawah Joseph Stalin sedang mengembangkan rudal
balistik antarbenua untuk membawa senjata nuklir sebagai tindakan balasan terhadap
pesawat pengebom Amerika Serikat. Tsiolkovsky mempengaruhi Sergey Korolev
menjadi kepala perancang roket, turunan dari rudal R-7 Semyorka nya digunakan
untuk meluncurkan satelit Bumi buatan pertama di dunia, Sputnik 1, pada 4 Oktober
1957, dan kemudian manusia pertama yang mengorbit Bumi, Yuri Gagarin di Vostok
1, pada 12 April 1961.
Satelit AS pertama adalah Explorer 1, diluncurkan pada 1 Februari 1958, dan
satelit Amerika pertama yang mengorbit, menjadi John Glenn dalam Friendship 7
pada 20 Februari 1962. Sebagai direktur Pusat Penerbangan Luar Angkasa Marshall,
Von Braun mengawasi pengembangan kelas roket yang lebih besar yang disebut
Saturnus, yang memungkinkan AS mengirim dua manusia pertama, Neil Armstrong
dan Buzz Aldrin, ke Bulan dan kembali ke Apollo 11 pada Juli 1969. Pada saat yang
sama, Uni Soviet diam-diam mencoba tetapi gagal mengembangkan roket N1, yang
dimaksudkan untuk memberi mereka kemampuan mendaratkan manusia di Bulan.
Sejak saat itu penerbangan antariksa telah digunakan secara luas untuk
menempatkan satelit ke orbit di sekitar Bumi untuk berbagai tujuan, untuk mengirim
wahana antariksa nirawak menjelajahi luar angkasa lebih jauh dari Bulan dan
memiliki kehadiran berawak terus menerus di luar angkasa dengan serangkaian
stasiun luar angkasa, dari program Salyut hingga Stasiun Luar Angkasa Internasional.

2. Fase-Fase Penerbangan Luar Angkasa


1) Peluncuran
Roket adalah satu-satunya alat yang saat ini mampu mencapai orbit atau lebih
jauh. Teknologi peluncuran antariksa non-roket lainnya belum dibangun, atau
belum dapat mencapai kecepatan orbit. Peluncuran roket untuk penerbangan
antariksa biasanya dimulai dari pelabuhan antariksa (kosmodrom), yang dapat
dilengkapi dengan kompleks peluncuran dan landasan peluncuran untuk
peluncuran roket vertikal dan landasan pacu untuk lepas landas dan mendarat
pesawat pengangkut dan wahana antariksa bersayap. Bandar antariksa terletak
jauh dari tempat tinggal manusia untuk alasan kebisingan dan keamanan. ICBM
memiliki berbagai fasilitas peluncuran khusus.
Peluncuran sering dibatasi pada jendela peluncuran tertentu. Jendela-jendela
ini bergantung pada posisi benda langit dan orbit relatif terhadap lokasi
peluncuran. Pengaruh terbesar sering kali adalah rotasi Bumi itu sendiri. Setelah
diluncurkan, orbit biasanya terletak di dalam bidang datar yang relatif konstan
pada sudut tetap terhadap sumbu Bumi, dan Bumi berputar di dalam orbit ini.
Landasan peluncuran adalah struktur tetap yang dirancang untuk mengirimkan
kendaraan udara. Ini umumnya terdiri dari menara peluncuran dan parit api. Hal
ini dikelilingi oleh peralatan yang digunakan untuk mendirikan, bahan bakar, dan
memelihara kendaraan peluncur. Sebelum diluncurkan, roket dapat memiliki berat
hingga ratusan ton. Space Shuttle Columbia, di STS-1, memiliki berat 2.030 ton
saat lepas landas.
2) Mencapai luar angkasa
Definisi luar angkasa yang paling umum digunakan adalah segala sesuatu di
luar garis Kármán, yaitu 100 kilometer (62 mi) atas permukaan bumi. Amerika
Serikat terkadang mendefinisikan luar angkasa sebagai segala sesuatu di atas
ketinggian 50 mil (80 km).
Mesin roket adalah satu-satunya cara praktis saat ini untuk mencapai luar
angkasa. Mesin pesawat konvensional tidak dapat mencapai luar angkasa karena
kekurangan oksigen. Mesin roket mengeluarkan propelan untuk memberikan
dorongan ke depan yang menghasilkan delta-v (perubahan kecepatan) yang cukup
untuk mencapai orbit.
Untuk sistem peluncuran berawak, sistem pelolosan diri sering dipasang untuk
memungkinkan astronot meloloskan diri dalam keadaan darurat.
Diluncurkan pada tahun 1959, Luna 1 adalah objek buatan pertama yang diketahui mencapai
kecepatan lepas dari Bumi.(foto replika)

3) Meninggalkan orbit
Mencapai orbit denga lintasan tertutup atau penuh tidaklah penting untuk
perjalanan bulan dan antarplanet. Wahana antariksa Soviet generasi awal berhasil
mencapai ketinggian yang sangat tinggi tanpa pergi ke orbit. NASA
mempertimbangkan untuk meluncurkan misi Apollo langsung ke lintasan bulan
tetapi justru mengadopsi strategi lain yaitu pertama-tama memasuki orbit parkir
sementara kemudian melakukan pembakaran mesin terpisah beberapa orbit
kemudian untuk menuju lintasan bulan.
Pendekatan melalui orbit parkir sangat menyederhanakan perencanaan misi
Apollo lewat beberapa cara yang penting. Pendekatan ini bertindak sebagai
"pengulur waktu" dan secara substansial memperluas jendela peluncuran yang
dapat dilakukan. Orbit parkir memberi kru dan pengontrol beberapa jam untuk
memeriksa wahana antariksa secara menyeluruh setelah tekanan akibat peluncuran
sebelum melakukan perjalanan panjang ke Bulan.
Misi Apollo meminimalkan penalti kinerja orbit parkir dengan menjaga
ketinggiannya serendah mungkin. Misalnya, Apollo 15 menggunakan orbit parkir
yang sangat rendah 925 nmi × 915 nmi (1.713 km × 1.695 km) yang tidak
bertahan lama karena gesekan dengan atmosfer bumi, tetapi kru hanya akan
menghabiskan tiga jam sebelum menyalakan kembali tingkat ketiga S-IVB untuk
menempatkan mereka pada lintasan menuju bulan.
Misi robotik tidak memerlukan kemampuan membatalkan peluncuran atau
meminimalkan radiasi, dan karena peluncur modern secara rutin memenuhi
jendela peluncuran "spontan", wahana antariksa ke Bulan dan planet lain
umumnya menggunakan injeksi langsung untuk memaksimalkan kinerja.
Meskipun beberapa wahana mungkin meluncur sebentar selama urutan
peluncuran, mereka tidak menyelesaikan satu atau lebih orbit parkir penuh
sebelum pembakaran mesin yang akan membawa mereka ke lintasan lepas dari
gravitasi Bumi.
Kecepatan lepas dari benda langit berkurang dengan penambahan ketinggian
di atas benda itu. Namun, lebih hemat bahan bakar bagi sebuah wahana untuk
membakar bahan bakarnya sedekat mungkin dengan tanah; lihat efek dan referensi
Oberth. Ini adalah cara lain untuk menjelaskan penalti kinerja yang terkait dengan
penetapan batas aman dari orbit parkir.
4) Astrodinamika
Astrodinamika adalah studi tentang lintasan wahana antariksa, terutama yang
berkaitan dengan efek gravitasi dan propulsi. Astrodinamika memungkinkan
wahana antariksa tiba di tujuannya pada waktu yang tepat tanpa penggunaan
propelan yang berlebihan. Sistem manuver orbital mungkin diperlukan untuk
mempertahankan atau mengubah orbit.
Metode propulsi orbital nonroket termasuk layar surya, layar magnetik, sistem
magnet gelembung plasma, dan menggunakan efek katapel gravitasi.
5) Energi transfer
Istilah "energi transfer" berarti jumlah total energi yang diberikan oleh
tingkatan roket ke muatannya. Ini dapat berupa energi yang diberikan oleh tingkat
pertama kendaraan peluncur ke tingkat atas ditambah muatan, atau oleh sebuah
tingkat atas atau sebuah motor penggerak wahana antariksa ke wahana antariksa.
6) Mencapai stasiun ruang angkasa
Untuk mencapai stasiun luar angkasa, wahana antariksa harus tiba di orbit
yang sama dan mendekati jarak yang sangat dekat (misalnya dalam kontak visual).
Hal ini dilakukan oleh satu set manuver orbital yang disebut pertemuan luar
angkasa.
Setelah bertemu dengan stasiun luar angkasa, wahana antariksa kemudian
berlabuh atau berlabuh dengan stasiun tersebut. Penyandaran mengacu pada
penggabungan dua wahana antariksa yang terbang bebas, sementara penambatan
mengacu pada operasi penempelan di mana wahana yang tidak aktif ditempatkan
pada antarmuka penempelan wahana antariksa lain dengan menggunakan bantuan
lengan robot.
7) Penetrasi atmosfer
Kendaraan di orbit memiliki sejumlah besar energi kinetik. Energi ini harus
dibuang jika wahana ingin mendarat dengan aman tanpa terbakar lalu menguap di
atmosfer. Biasanya proses ini memerlukan metode khusus untuk melindungi dari
pemanasan aerodinamis. Teori di balik penetrasi atmosfer dikembangkan oleh
Harry Julian Allen. Berdasarkan teori ini, wahana penetrasi atmosfer
menggunakan bentuk tumpul yang diarahkan terhadap atmosfer untuk dapat
menembusnya. Bentuk tumpul berarti bahwa kurang dari 1% energi kinetik
berakhir sebagai panas yang mencapai wahana, dan sisanya akan memanaskan
atmosfer.
8) Pendaratan dan pemulihan
Kapsul Merkurius, Gemini, dan Apollo semuanya tercebur di laut. Kapsul ini
dirancang untuk mendarat dengan kecepatan yang relatif rendah dengan bantuan
parasut. Kapsul Soviet/Rusia untuk Soyuz menggunakan parasut besar dan roket
pengereman untuk mendarat di darat. Pesawat luar angkasa seperti Space Shuttle
mendarat seperti pesawat layang.
Setelah berhasil mendaratkan wahana antariksa, penumpang, dan muatannya
dapat dipulihkan. Dalam beberapa kasus, pemulihan telah terjadi sebelum
mendarat: saat wahana antariksa masih turun dengan parasutnya, ia dapat diambil
oleh pesawat yang dirancang khusus. Teknik pengambilan di udara ini digunakan
untuk memulihkan tabung film dari satelit mata-mata Corona.

3. Jenis-Jenis Penerbangan Luar Angkasa


1) Penerbangan Antariksa Nirawak
Penerbangan antariksa nirawak adalah semua aktivitas penerbangan antariksa
tanpa kehadiran manusia yang diperlukan di luar angkasa. Ini termasuk semua
prob antariksa, satelit, serta wahana antariksa dan misi robotik. Penerbangan
antariksa nirawak adalah kebalikan dari penerbangan antariksa berawak.
Subkategori penerbangan antariksa nirawak adalah "wahana antariksa robotik"
(objek) dan "misi antariksa robotik" (kegiatan). Wahana antariksa robotik adalah
wahana antariksa tanpa manusia di dalamnya, yang biasanya berada di bawah
kendali telerobotika. Dalam beberapa kasus, sama dengan helikopter, wahana
antariksa mungkin perlu bertindak secara mandiri untuk waktu yang singkat.
Sebuah wahana antariksa robotik yang dirancang untuk melakukan pengukuran
penelitian ilmiah sering disebut prob antariksa.
Misi antariksa nirawak menggunakan wahana antariksa yang dikendalikan dari
jarak jauh. Misi antariksa nirawak pertama adalah Sputnik, diluncurkan 4 Oktober
1957 untuk mengorbit Bumi. Misi antariksa di mana ada hewan lain tetapi tidak
ada manusia di dalamnya juga dianggap sebagai misi nirawak.
2) Penerbangan Antariksa Berawak
Penerbangan antariksa berawak adalah penjelajahan angkasa dengan awak
manusia. Penerbangan antariksa berawak pertama adalah Vostok 1 pada 12 April
1961, di mana kosmonot Yuri Gagarin dari Uni Soviet melakukan satu orbit
mengelilingi Bumi. Dalam dokumen resmi Soviet, tidak disebutkan fakta bahwa
Gagarin melakukan terjun payung pada tujuh mil terakhir. Pada tahun 2020,
wahana antariksa yang biasa digunakan untuk penerbangan antariksa berawak
adalah Soyuz, Shenzhou, dan Crew Dragon. Armada Pesawat Ulang-Alik AS
beroperasi dari April 1981 hingga Juli 2011. Sementara itu, SpaceShipOne telah
melakukan dua penerbangan antariksa suborbital berawak.

SUMBER:
https://ipa.pelajaran.co.id/satelit-buatan
https://id.wikipedia.org/wiki/Penerbangan_antariksa#:~:text=Penerbangan
%20antariksa%20atau%20penerbangan%20luar%20angkasa%20adalah
%20penerbangan,wahana%20antariksa%20dengan%20atau%20tanpa%20manusia
%20di%20dalamnya.

Anda mungkin juga menyukai