Anda di halaman 1dari 4

ETIKA PELAYANAN KEFARMASIAN

1. Pengertian Etika dan Hukum


Kata etik atau etika berasal dari kata Yunani yaitu 1) Ethos yang berarti
kebiasaan atau adat

2) Ethicos yang berarti perasaan batin atau

kecenderungan batin yang mendorong manusia dalam berperilaku.


Dengan demikian, kode etik (ethics code) adalah tanda tanggung jawab
moralitas, sopan santun dalam melaksanakan suatu profesi, sesuai
dengan keahlian (wewenang) yang dimiliki oleh seseorang.

Hukum dapat diartikan sebagai kaidah-kaidah yang mengatur


kehidupan bersama tentang hak dan kewajiban, yang apabila dilanggar
akan memperoleh suatu sanksi yang tegas dan konkret. Jadi fungsi
hukum adalah mengatur tatanan kehidupan dalam melaksanakan hak
dan kewajiban di masyarakat.
Oleh sebab itu, untuk melindungi kepentingan masyarakat, maka perilaku
seseorang dalam menjalankan profesinya tidak cukup hanya diatur oleh kaidah
etika, tetapi juga perlu adanya kaidah hukum, agar kepentingan yang diatur dan
dilindungi oleh kaidah etika dapat berlaku secara efektif.
2. Tujuan
Tujuannya adalah agar APA dapat memahami dan mengerti mengenai:
1. Apa yang menjadi perbedaan antara kaidah etika dan hukum dalam
menjalankan profesi apoteker di apotek?
2. Bagaimana cara seorang apoteker melaksanakan etika pelayanan
kefarmasian di apotek, baik kepada konsumen ataupun kepada dokter?

3. KAIDAH ETIKA DAN HUKUM


Dalam melakukan penyerahan perbekalan farmasi (obat) kepada konsumen
di apotek diatur oleh 2 macam kaidah yaitu kaidah etika dan kaidah hukum,
sehingga seorang apoteker dapat mengetahui wewenang dan tanggung
jawab apa saja yang dapat dilimpahkan kepadanya dalam pelayanan
kefarmasian kepada masyarakat. Bagaimana seorang apoteker (APA)
melaksanakan tugas dan tanggung jawab pekerjaan kefarmasian di apotek
sesuai dengan kode etik kefarmasian baik kepada konsumen ataupun kepada
profesi lain? Apakah bila seorang apoteker melanggar kode etik pelayanan
kefarmasian akan ada sanksi pidananya?
A. Kode Etik Pelayanan Kefarmasian
Yang menjadi dasar kode etik pelayanan kefarmasian bagi apoteker
dalam melaksanakan fungsinya di apotek dapat dilihat dari dua sudut
yaitu :
1) Batas keilmuan dan wewenang apoteker yaitu hanya sebatas :
membuat, mengolah, meracik, mengubah bentuk, mencampur,
menyimpan dan menyerahkan obat atau bahan obat kepada
konsumen.
2) Tugas dan tanggung jawab moral apoteker yaitu:
a) Menghormati hak-hak konsumen seperti :
Wajib melayani permintaan obat dari dokter, dokter gigi,
dokter hewan sesuai dengan peraturan yang berlaku
Tidak mengurangi jumlah obat artinya bahwa apoteker itu
dilarang untuk menyerahkan jumlah obat yang tidak sesuai
dengan yang diminta di resep tanpa adanya persetujuan dari
dokter atau konsumennya
Tidak menyerahkan obat yang sudah rusak atau melampaui
batas kadaluarsa (expired) artinya bahwa apoteker dilarang
untuk menyerahkan obat yang tidak lagi memenuhi syarat
baku yang ditetapkan oleh Farmakope Indonesia.

Tidak menggan jenis obat artinya bahwa apoteker dilarang


untuk menyerahkan obat yang tidak sesuai dengan yang
diminta di resep atau mengganti dengan obat lain yang
fungsi dan isinya sama (lain merk) tanpa adanya persetujuan
dokter atau dari konsumennya.
Wajib menyimpan resep minimal selama 3 tahun, dan dapat
memberikan informasi kembali tentang resep tersebut,
apabila konsumen atau dokter penulis resep tersebut
memerlukannya.
Wajib memberikan informasi tentang cara dan waktu pakai,
jumlah pemakaian dalam sehari, cara menyimpan obat di
rumah, efek samping yang mungkin akan terjadi dan cara
mengatasinya.
b) Menghormati hak-hak profesi lain (dokter) yaitu :
Tidak melakukan diagnosis penyakit, pengobatan dan
perawatan artinya bahwa apoteker dan petugas apotek
lainnya tidak melakukan suatu diagnosis dan pengobatan
terhadap (gejala) suatu penyakit yang dialami konsumen.
Akan tetapi apabila apoteker memberikan informasi sesuai
dengan keilmuan tentang fungsi obat dan konsumen
menetapkan untuk membeli obat dan mengobati sendiri
penyakitnya (self medication), maka apoteker dan petugas
apotek dapat menyerahkan obat tersebut sesuai dengan etika
dan peraturan yang berlaku.
Tidak mengganti jenis obat artinya bahwa apoteker dan
petugas apotek lainnya dilarang mengganti obat yang
diminta di resep dengan obat lain yang fungsi dan isinya
sama (lain merk) tanpa adanya persetujuan dokternya.
Bial dokter menuylis dosis obat yang melebihi dosis
maksimal, maka apoteker dan petugas apotek lainnya harus

meminta paraf dokter dan :tanda seru dibelakang jumlah


obatnya

sebelum

obat

tersebut

diserahkan

kepada

konsumen.
Tidak menangani efek samping obat yang dialami oleh
konsumen artinya bahwa apoteker dan petugas apotek
lainnya dilarang mengobati (memberi obat)

untuk

mengatasi efek samping yang dialami oleh konsumen tanpa


persetujuan dokter.

Anda mungkin juga menyukai