Tahun : 1967
Luas Pemanas : 80 m²
Bahan bakar yang digunakan adalah heavy oil (residu) dengan komposisi
sebagai berikut:
Dari data operasional kebutuhan bahan bakar IDO untuk ketel uap, tiap
jamnya rata-rata memerlukan 210 kg/jam (Mbb = 210 kg/jam). Sedangkan debit
airnya rata-rata 50 m3/24 jam = 2,083 m3/jam.
Dengan menggunakan persamaan (4.1a) dan data-data di atas kita dapatkan nilai
kalor pembakaran tinggi (HHV) sebesar:
0,01
HHV = 7986 ×0,856+ 33575(0,097− )+ 2190× 0,023
8
= 10101,192 kcal/kgBB
Dari persamaan (4.1b) maka nilai kalor pembakaran rendah adalah sebagai
berikut:
= 13,247 kg/kgBB
b. Dan dari persamaan (4.2b) didapatkan kebutuhan udara pembakaran sebenarnya
(Us):
Us = Ut (1+ α) (kg/kgBB)
Us = 13,247(1 + 0,18)
= 15,631 kg/kg
Dimana α = faktor kelebihan udara 18%
a. Dari persamaan (4.3b) maka didapatkan berat gas asap teoritis (Gt)
Gt = Ut + (1 – A)(kg/kgBB)
Gt = 13,247 + (1 – 0,00012)
= 14,246 kg/kgBB
b. Berat gas asap hasil pembakaran
W SO2 = 2S
= 2 x 0,0023
= 0,0046 kg/kg BB
W CO2 = 3,666 C
= 3,666 x 0,856
= 3,133 kg/kg BB
W H2O = 9 x H2
= 9 x 0,097
= 0,873 kg/kg BB
W O2 = (23% x 18% )Ut
= 0,23 x 0,18 x 13,246
= 0,545 kg + 0,01
= 0,548 kg/kg BB
W N2 = 77% x Us
= 77% x 15,631
= 12,036 kg/kg BB
Dari persamaan (4.3a) didapatkan berat gas asap (basah) sebenarnya (Gs) adalah
sebagai berikut:
Gs = W CO2 + W SO2 + W H2O + W N2 + W O2
Gs = 0,0046 + 3,133 + 0,873 + 0,548 + 12,036
= 16,636 kg/kg BB
Atau dengan persamaan 4.3c:
Gs = Us + (1 – A)
Gs = 15,631 + (1 – 0,0012)
= 16,629 kg/kg BB
Dari persamaan (4.4a) dan (4.4b) didapatkan massa solid refuse dan prosentase
solid refuse abu sebagai berikut:
mbb + Us = Gs + Msr
Msr = (mbb + Us) - Gs
Msr = (1 + 15,631) – 16,629
= 0,002 kg/kgBB
m bb . A
Ar = ×100 %
M sr
1× 0,0012
Ar = ×100 %
0,002
= 60%
Maka dengan persamaan (4.4c) jumlah karbon yang tidak terbakar dalam
terak/jelaga adalah:
Cr = 100% - Ar
Cr = 100% - 60%
= 40% dari solid refuse
= 40% x 0,002
= 0,0008 kg/kgBB
Jumlah massa refuse yang terjadi tiap jamnya (persamaan 4.4d) adalah:
Mr = Cr.Mbb (kg/jam)
Mr = 0,0008 x 210
= 0,168 kg/jam
Harga kalor jenis gas asap pada temperatur 1900C (463K), yaitu penjumlahan
kalor jenis senyawa penyusun-penyusunnya. Dengan rincian sebagai berikut:
Cgas = kadar gas asap basah x Cp gas
C(CO2) = 0 , 1883 x Cp(CO2)
= 0,1883 x 0,845
= 0,160 kJ/kg K
C(H2O) = 0,0 525 x Cp(H2O)
= 0,0525 x 1,867
= 0,0986 kJ/kg K
C(SO2) = 0,00028 x Cp(SO2)
= 0,00028 x 0,644
= 0,000179 kJ/kg K
C(O2) = 0,0 329 x Cp(O2)
= 0,0329 x 0,917
= 0,0328 kJ/kg K
C(N2) = 0 , 7235 x Cp(N2)
= 0,7235 x 1,038
= 0,75 kJ/kg K
Sehingga Cp gas asap adalah 1,0504 kJ/kg K
Kerugian ini disebabkan karena adanya kandungan air di dalam bahan bakar. Dari
table B-2 dan B-1a buku Termodinamika Teknik, Willian C. Reynold Dan Henry
C. Perkins, didapatkan:
hg = entalpi uap super panas pada temperatur gas buang T = 1900C
= 3740F pada tekanan atmosfer (1 atm), yaitu 1229,714 btu/lb
hf = entalpi pada temperatur udara ruang T = 300C = 860F, yaitu 54
btu/lb
sehingga dari persamaan 4.6a besar kerugian kalor karena kelembaban bahan
bakar didapat:
Q1 ¿ M m .(h g−h f )
Q1 = 0,0028(1229,714 – 54)
= 3,292 btu/lb BB x 0,556 x 4,187
= 7,6637 kJ/kg BB
Dan apabila kerugian ini dinyatakan dalam prosentase (persamaan 4.7), maka:
Q1
Q1* = × 100 %
LHV
7,6637
Q1* = × 100 %
40093,515
= 0,0191%
5.4.3 Kerugian Kalor Untuk Menguapkan Lembab Yang Terjadi Akibat Hidrogen
(H) Yang Terdapat Dalam Bahan Bakar
Q2 = 9Hy(hg – hf)
= 9 x 0,097 (1229,714 – 54)
= 1026,3983 x 0,556 x 4,187 = 2389,4265 kJ/kg
Q2
Q2* = × 100 %
LHV
2389,4265
Q2* = × 100 %
40093,515
= 5,956%
Dengan mengasumsikan bahwa udara yang diserap oleh blower masuk ke dalam
ruang bakar mengalami penguapan sebesar 70% dan dari Table XVIII Buku
Steam Air And Gas Power, Williams Servens untuk T = 300C = 860F diperoleh
berat air dalam udara kering = 0,027586 maka:
Q3 ¿ U s . M v .0,6 (t g−t a )
Q3 = 15,631 x 0,7 x 0,027586 x 0,46(374 – 86)
= 39,71629 btu/lb BB
= 93,0897kJ/kg BB
Bila dinyatakan dalam prosentase:
Q3
Q3* = × 100 %
LHV
93,0897
Q3* = × 100 %
40093,515
= 0,2322%
5.4.6 Kerugian Karena Terdapatnya Unsur Karbon Yang Tidak Ikut Terbakar Dalam
Sisa Pembakaran.
10,833
Q5* = × 100 %
40093,515
= 0,027%
Untuk mengetahui kapasitas produksi uap ini didapatkan dari persamaan 4.9.
Diketahui debit air (Qair) = 2,083 m3/jam dan ρair pada suhu 300C = 995,26 kg/m3
(J.P. Holman, perpindahan kalor, table A-9), sehingga dapat diperoleh kapasitas
uap yang dihasilkan:
Laju air = ρ x Q
= 2073,53 kg/jam
Mu = 2073,52 x 0,93
= 1928,38 kg/jam
Jadi perbandingan jumlah uap yang dihasilkan dengan bahan bakar yang dihabiskan
adalah 1928 : 210 = 9,18 : 1 kg uap/kg BB
Q 1+Q 2
η= × 100 %
Q3
Data:
T1 : 800C
T2 : 3500C
m : 2073,53 kg/jam = 4571,35 lbm/jam
Cp : 1,86 kJ/kgK
Sehingga :
Q 1+Q 2
η = × 100 %
Q3
1041326,766+4012280,55
η = × 100 %
8417612,7
= 60,036%
Dalam sistim pembakaran minyak dan gas, adanya CO atau asap (hanya
untuk sistim pembakaran minyak) dengan udara normal atau sangat berlebih
menandakan adanya masalah pada sistim burner. Terjadinya pembakaran yang
tidak sempurna disebabkan jeleknya pencampuran udara dan bahan bakar pada
burner. Jeleknya pembakaran minyak dapat diakibatkan dari viskositas yang
tidak tepat, ujung burner yang rusak, karbonisasi pada ujung burner dan
kerusakan pada diffusers atau pelat spinner.
Pada boiler yang berbahan bakar minyak dan batubara, jelaga yang
terbentuk pada pipa-pipa bertindak sebagai isolator terhadap perpindahan panas,
sehingga endapan tersebut harusdihilangkan secara teratur. Suhu cerobong yang
meningkat dapat menandakan pembentukan jelaga yang berlebihan. Hasil yang
sama juga akan terjadi karena pembentukan kerak pada sisi air. Suhu gas keluar
yang tinggi pada udara berlebih yang normal menandakan buruknya kineja
perpindahan panas. Kondisi ini dapat diakibatkan dari pembentukan endapan
secara bertahap pada sisi gas atau sisi air. Pembentukan endapan pada sisi air
memerlukan sebuah tinjauan pada cara pengolahan air dan pembersihan pipa
untuk menghilangkan endapan.
Efisiensi maksimum boiler tidak terjadi pada beban penuh akan tetapi
pada sekitar dua pertiga dari beban penuh. Jika beban pada boiler berkurang
terus maka efisiensi juga cenderung berkurang. Pada keluaran nol, efisiensi
boilernya nol, dan berapapun banyaknya bahan bakar yang digunakan hanya
untuk memasok kehilangan-kehilangan. Faktor-faktor yang mempengaruhi
efisiensi boiler adalah:
Ketika beban jatuh, begitu juga halnya dengan nilai laju aliran massa gas buang
yang melalui pipa-pipa. Penurunan dalam laju alir untuk area perpindahan panas
yang sama mengurangi suhu gas buang keluar cerobong dengan jumlah yang
kecil, mengurangi kehilangan panas sensible.
Beban dibawah separuhnya, hampir kebanyakan peralatan pembakaran
memerlukan udara berlebih yang lebih banyak untuk membakar bahan bakar
secara sempurna. Hal ini meningkatkan kehilangan panas sensible.
Umumnya, efisiensi boiler berkurang dibawah 25 persen laju beban dan
operasi boiler dibawah tingkatan ini harus dihindarkan sejauh mungkin.
Karena efisiensi optimum boiler terjadi pada 65-85 persen dari beban
penuh, biasanya akan lebih efisien, secara keseluruhan, untuk mengoperasikan
lebih sedikit boiler pada beban yang lebih tinggi daripada mengoperasikan
dalam jumlah banyak pada beban yang rendah