Anda di halaman 1dari 177

Abstrak

DIYAH RAUHILLAH HASNI. Pengaruh Model Problem Based Learning (PBL)


Terhadap Hasil Belajar Kimia Siswa Pada Konsep LAju Reaksi. Skripsi. Jakarta:
Program Studi Pendidikan kimia, Jurusan Pendidikan IPA, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hasil belajar melalui penerapan model
Problem Based Learning (PBL) pada konsep Laju Reaksi. Penelitian ini dilakukan sejak
bulan Agustus Oktober 2010 di SMAN 1 Sukatani. Adapun objek penelitian adalah
siswa kelas XI IPA 4 dan XI IPA 5 masing-masing 32 siswa. Metode yang digunakan
adalah quasi eksperiment. Instrumen yang digunakan untuk mengukur hasil belajar
berupa tes uraian (subjektif). Hasil belajar siswa kelompok eksperimen lebih tinggi
(rata-rata pretest = 22,25 dan rata-rata posttest = 61,25) dari pada kelompok kontrol
(rata-rata pretest = 18,5 dan rata-rata posttest= 36,125) dan dari hasil perhitungan uji-t
diperoleh nilai thit sebesar 5,8 dan ttab sebesar 1,38 atau thit > ttab. Maka dapat
disimpulkan H1 menyatakan adanya perubahan yang signifikan terhadap hasil belajar
kimia siswa pada konsep laju reaksi diterima atau disetujui. Hal ini menunjukan bahwa
penggunaan model Problem Based Learning (PBL) memberikan pengaruh yang
signifikan terhadap hasil belajar kimia siswa pada konsep laju reaksi.

Kata kunci : model Problem Based Learning (PBL), Hasil Belajar siswa, Laju Reaksi

Abstract
DIYAH RAUHILLAH HASNI. Effect of Model Problem Based Learning (PBL)
Against Chemical Student Learning Outcomes At the rate of reaction concept. Thesis.
Jakarta: Chemical Education Studies Program, Department of Educational Science,
Faculty of Science and Teacher Training Tarbiyah, Syarif Hidayatullah State Islamic
University Jakarta.
This study aims to determine learning outcomes through the application of the model
Problem Based Learning (PBL) on the concept of reaction rate. This research was
conducted from August until October 2010 at SMAN 1 Sukatani. The research object is
a class student XI IPA 4 and 5 each 32 students. The method used is a quasi experiment.
The instrument used to measure learning values description of the test (subjective).
Results learn student experimental group was higher (average pretest = 22.25 and
posttest mean = 61.25) than in the control group (average pretest = 18.5 and an
average posttest = 36.125) and from the results t-test calculations t-count values
obtained by 5.8 and amounted to 1.38 or t-count > t-table. Then it can be concluded H1
stated that there were significant changes to the chemistry student learning outcomes on
the concept of reaction rate received or approved. This shows that the use of Problem
Based Learning model (PBL) have a significant influence on student learning outcomes
on the concept of chemical reaction rate.

Keywords: Model Problem Based Learning (PBL), The Learning students, Reaction
Rate

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL)


TERHADAP HASIL BELAJAR KIMIA SISWA PADA KONSEP
LAJU REAKSI
(Quasi Eksperiment di Kelas XI IPA SMAN 1 Sukatani)

SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

OLEH
DIYAH RAUHILLAH HASNI
106016200595

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2011 M/1432 H

LEMBAR PEI\GESAHAN
PENGARUH MODBL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED
LEARNING (PBL)TERHADAP HASIL BELAJAR KIMIA SISWA
PADA KONSEP LAJU REAKSI
(Quasi Eksperiment diKelas XI IPA SMAN

Sukatani)

SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Salah Satu
Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh

DIYAH RAUHILLAH HASNI


106016200s9s

Dibawah Bimbingan

Pembimbing

Pembimbing 2

W
Burhanudin Milama. M.Pd
NIP.19770201 200801 1 001

NrP. 19681228 200003 1 004

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURTJAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH


JAKARTA
2010

LE,MBAR PENGESAHAN PANITTA UJIAN


Skripsi berjudul: '(Pengaruh Model Problem Based Learning (PBL)
'I'erhadap I{asil Belajar Kimia Siswa pada. Konsep Laju Reaksi" diajukan kepada
oleh
Fakultas llmr-r Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
dalam ujian
Diyah Rauhillah Hasni, NIM. 106016200595 dan telah dinyatakan lulus
Karena itu, penulis
munaqasyah pada tanggal 08 April 2011 dihadapan dewan penguji'

kimia'
berhak memperoleh gelar sarjana S1 (S'Pd) dalam bidang pendidikan

Juli

Jakarta,

Tanda Tangan

Tanggal

Ketua Panitia (Ketua Jurusan Pendidikan IPA)

Baiq Hana Susanti. M. Sc


NrP. 19700209 200003 2 001

t'/;ou

Sekretaris (Sekretaris Jurusan Pendidikan IPA)

Penguji I

e.,

Dedi Irwaqdi-lv!-S-i
NIP. 19710528 200003 1002
Penguji II

l'onih Feronika. M.Pd


NIP. 19760107 200501 I 007

tt

f/,**r

Nengsih Juanengsih. M.Pd


NrP. 19790510 200604 2 00r

f AF;l

2011

t'

t^

],.1..1.

Mengetahui
Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

SURAT PBRNYATAAN SENDIRI

Penulis yang bertanda tangan di bawah ini,


Nama

DIYAH RAUHILLAH HASNI

TempaVtgl. Lahir

Bekasi/06 Juni i988

NIM

106016200s95

Jurusan/Prodi

Pendidikan IPA/Kirnia

Judul Skripsi

Pengaruh Model Problem Based Learning (PBL) Terhadap

Hasil Belajar Kimia Siswa Pada Konsep Laju Reaksi

Dosen Pembimbing

1.

Dr. Sujio Miranto, M.Pd

2. Burhanudin Milama, M.Pd

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang penulis buat benar-benar hasil karya sen<liri
dan penulis bertanggung jawab secara akademis atas apa yang penulis tulis.

Pemyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh Ujian Munaqasah.

Jak-arta,

Mahasiswa Ybs.

Diyah Rauhillah Hasni


106016200595

Abstrak

DIYAH RAUHILLAH HASNI. Pengaruh Model Problem Based Learning (PBL)


Terhadap Hasil Belajar Kimia Siswa Pada Konsep LAju Reaksi. Skripsi. Jakarta:
Program Studi Pendidikan kimia, Jurusan Pendidikan IPA, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hasil belajar melalui penerapan model
Problem Based Learning (PBL) pada konsep Laju Reaksi. Penelitian ini dilakukan sejak
bulan Agustus Oktober 2010 di SMAN 1 Sukatani. Adapun objek penelitian adalah
siswa kelas XI IPA 4 dan XI IPA 5 masing-masing 32 siswa. Metode yang digunakan
adalah quasi eksperiment. Instrumen yang digunakan untuk mengukur hasil belajar
berupa tes uraian (subjektif). Hasil belajar siswa kelompok eksperimen lebih tinggi
(rata-rata pretest = 22,25 dan rata-rata posttest = 61,25) dari pada kelompok kontrol
(rata-rata pretest = 18,5 dan rata-rata posttest= 36,125) dan dari hasil perhitungan uji-t
diperoleh nilai thit sebesar 5,8 dan ttab sebesar 1,38 atau thit > ttab. Maka dapat
disimpulkan H1 menyatakan adanya perubahan yang signifikan terhadap hasil belajar
kimia siswa pada konsep laju reaksi diterima atau disetujui. Hal ini menunjukan bahwa
penggunaan model Problem Based Learning (PBL) memberikan pengaruh yang
signifikan terhadap hasil belajar kimia siswa pada konsep laju reaksi.

Kata kunci : model Problem Based Learning (PBL), Hasil Belajar siswa, Laju Reaksi

Abstract
DIYAH RAUHILLAH HASNI. Effect of Model Problem Based Learning (PBL)
Against Chemical Student Learning Outcomes At the rate of reaction concept. Thesis.
Jakarta: Chemical Education Studies Program, Department of Educational Science,
Faculty of Science and Teacher Training Tarbiyah, Syarif Hidayatullah State Islamic
University Jakarta.
This study aims to determine learning outcomes through the application of the model
Problem Based Learning (PBL) on the concept of reaction rate. This research was
conducted from August until October 2010 at SMAN 1 Sukatani. The research object is
a class student XI IPA 4 and 5 each 32 students. The method used is a quasi experiment.
The instrument used to measure learning values description of the test (subjective).
Results learn student experimental group was higher (average pretest = 22.25 and
posttest mean = 61.25) than in the control group (average pretest = 18.5 and an
average posttest = 36.125) and from the results t-test calculations t-count values
obtained by 5.8 and amounted to 1.38 or t-count > t-table. Then it can be concluded H1
stated that there were significant changes to the chemistry student learning outcomes on
the concept of reaction rate received or approved. This shows that the use of Problem
Based Learning model (PBL) have a significant influence on student learning outcomes
on the concept of chemical reaction rate.

Keywords: Model Problem Based Learning (PBL), The Learning students, Reaction
Rate

ii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanierrahiem

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, karena dengan Rahmat-Nyalah
penulis dapat menyelesaikan tugas akhir yaitu, Skripsi. Shalawat beserta salam tercurah
kepada baginda Muhammad SAW, selaksa cahya yang terus menerangi hingga saat ini.
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana pendidikan
(S.Pd) pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
penelitian skripsi berlangsung selama kurang lebih 2 bulan pada tanggal 23 Agustus
02 Oktober 2010.
Laporan ini berisi tentang hasil penelitian pendidikan dengan judul Pengaruh
Model Problem Based Learning (PBL) Terhadap Hasil Belajar Kimia Siswa Pada
Konsep Laju Reaksi. Dengan berbagai banyak dukungan laporan inipun dapat
terselesaikan dengan baik, maka beribu terimaksih penulis ucapkan kepada:
1.

Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan.

2.

Ibu Baiq Hana Susanti, M.Sc selaku ketua Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Alam.

3.

Ibu Nengsih Juanengsih, M.Pd selaku sekretaris jurusan Pendidikan Ilmu


Pengetahuan Alam, semoga Allah SWT melimpahkan rahmat-Nya kepada ibu.

4.

Bapak Dedi Irwandi, M.Si, selaku Ketua Program Studi Kimia Jurusan
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam, semoga bapak selalu dalam keberkahanNya.

5.

Bapak Dr. Sujiyo Miranto, M.Pd dan Bapak Burhanudin Milama, M.Pd selaku
pembimbing 1 dan 2, terimakasih atas keikhlasan bapak selama membimbing.
Semoga Allah SWT mencurahkan Rahmat-Nya kepada bapak.

6.

Dosen Jurusan pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam yang tidak bisa penulis
sebutkan satu persatu, terimakasih atas semua ilmu yang diberikan kepada
penulis. Semoga Allah SWT memberikan keberkahan disetiap langkah
Ibu/Bapak semua.

iii

7.

Bapak Dadang M.Pd selaku Kepala Sekolah SMAN 1 Sukatani, terimakasih


atas izin yang diberikan hingga penulis dapat melaksanakan penelitian di
SMAN 1 Sukatani.

8.

Ibu Oktri Lestari, S.Pd selaku guru pamong selama penelitian. Terimakasih
atas masukan yang membuat penulis lebih termotivasi. Semoga keberkahan
selalu ada pada Ibu dan keluarga.

9.

Bapak Usman, Ibu Dewi S.Pd, Ibu Neni Suryani, S.Pd, Ibu Erva, S.Pd, Ibu
Vera, dan guru guru SMAN 1 Sukatani yang tidak bisa penulis sebutkan satu
persatu terimaksih atas semua dukungannya, semoga Allah membalas kebaikan
yang terindah buat Bapak dan Ibu.

10. Bapak Drs. Moh. Sayuti, M.Pd dan Ibu Jubaedah, S.PdI selaku orang tua yang
memberikan dorongan secara materi dan moril. Terimaksih telah membesarkan
penulis hingga saat ini dan kasih sayang yang tercurah untuk penulis, semoga
Allah dapat merangkul kita dan mempertemukan di firdaus-Nya.
11. Kak Yasir Asmez Fauzi, S.Pd dan Kak Ida Kholida, S.Pdi selaku kakak
terimakasih atas suport yang diberikan kepada penulis.
12. Jenal Abidin S.S, Mba Yani SE, Kang Syauqi, Kang Imran, Lakhsita F
(Mami), Abi S. Nugroho, Mohammad Yazid, Eliawati Addawiyah, Dede Fitroh
Handayani, Memi Malihah, Lin Suciani Astusti, Eviana Ayu Nugroho, Teman
Kajian Piramida Circle, dan teman Pendidikan Kimia angkatan 2006
terimakasih atas doanya, semoga semangat selalu dan kesuksesan ada pada
kita semua.
13. Serta pihak-pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan laporan skripsi
ini.
Dengan keterbatasan yang dimiliki, penulis menyadari bahwa laporan skripsi ini
jauh dari sempurna, meskipun demikian penulis berharap laporan ini dapat bermanfaat
dan dapat memberikan tambahan ilmu bagi penulis, dan bagi pembaca pada umumnya,
serta mendapatkan Karunia dari Allah SWT.
Jakarta,

November 2010

Penulis

iv

DAFTAR ISI

Halaman
Lembar pengesahan ............................................................................................... i
Lembar pengesahan panitia Ujian .......................................................................... ii
Abstrak ................................................................................................................... iii
Abstract ................................................................................................................... iv
Kata pengantar ....................................................................................................... v
Daftar isi ................................................................................................................ vii
Daftar Tabel ............................................................................................................ ix
Daftar Bagan .......................................................................................................... x
Daftar Gambar ....................................................................................................... xi
Daftar Lampiran ..................................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................................ 1
B. Identifikasi Masalah .................................................................................... 5
C. Batasan Masalah .......................................................................................... 5
D. Perumusan Masalah ..................................................................................... 5
E. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 5
F. Manfaat penelitian ....................................................................................... 6
BAB II DESKRIPSI DAN KERANGKA PIKIR
A. Desktipsi Teoritis ........................................................................................ 7
1. Model Pembelajaran Berbasis Masalah ..................................................... 7
2. Langkah langkah Model Berbasis Masalah ............................................ 9
3. Karakteristik dan Tujuan Model Berbasis Masalah .................................. 11
4. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Berbasis Masalah ................... 14
5. Hakikat Pembelajaran dan Hasil Belajar .................................................. 16
a. Pengertian Pembelajaran ........................................................................ 16
b. Hasil belajar ........................................................................................... 19
B. Ilmu kimia ................................................................................................... 22
C. Laju Reaksi .................................................................................................. 23
D. Penelitian Relevan ...................................................................................... 33
v

E. Kerangka Berpikir ....................................................................................... 36


F. Hipotesis Penelitian ..................................................................................... 38
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian ..................................................................... 39
B. Metode Penelitian dan Desain Penelitian .................................................... 39
C. Populasi Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel .................................... 40
D. Variabel Penelitian ...................................................................................... 41
E. Teknik Pengumpulan Data .......................................................................... 43
F. Instrument Penelitian ................................................................................... 43
G. Validasi Instrumen ...................................................................................... 44
H. Teknik Analisis Data ................................................................................... 47
I. Hipotesis Statistik ......................................................................................... 50
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data ............................................................................................. 51
1. Perbandingan Hasil Pretest Siswa Kelas Ekspeimen Dan Kontrol ........... 51
2. Perbandingan Hasil Posttest Siswa Kelas Eksperimen Dan Kontrol ........ 52
B. Pengujian Prasyarat Pengambilan Sampel ................................................... 54
1. Uji Normalitas ........................................................................................... 54
2. Uji Homogenitas ....................................................................................... 55
3. Pengujian hipotesis Sampel ....................................................................... 56
C. Pengujian Prasyarat Analisis ....................................................................... 57
1. Uji Normalitas ........................................................................................... 57
2. Uji Homogenitas ........................................................................................ 58
3. Uji Hipotesis .............................................................................................. 59
D. Pembahasan ................................................................................................. 60
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ................................................................................................. 64
B. Saran ............................................................................................................ 64
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 65

vi

DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 2.1 Tahapan Pengajaran Berbasis Masalah .................................................... 10
Tabel 3.1 Nonequivalent Control Group Design ...................................................... 39
Tabel 3.2 Definisi Konsep dan Operasional Variabel X dan Y ................................ 41
Tabel 3.3 Kisi-kisi Instrumen .................................................................................... 44
Tabel 4.1 Perbandingan hasil pretest siswa kelas ekspeimen dan kontrol ............... 51
Tabel 4.2 Distibusi frekuesni nilai pretest siswa kelas ekspimen dan kontrol .......... 52
Tabel 4.3 Perbandingan hasil posttest siswa kelas ekspeimen dan konrol ............... 53
Tabel 4.4 Distrbusi frekuensi nilai posttest siswa kelas ekspeimen dan kontrol ....... 53
Tabel 4.5 Data uji normalitas pretest pada kelas eksperimen.................................... 54
Tabel 4.6 Data uji normalitas pretest pada kelas kontrol .......................................... 55
Tabel 4.7 Data uji homogenitas pretest pada kelas eksperimen dan konrol .............. 55
Tabel 4.8 Uji hipotesis sampel kelas eksperimen dan kontrol .................................. 56
Tabel 4.9 Data uji normalitas posttest pada kelas eksperimen .................................. 57
Tabel 4.10 Data uji normalitas posttest pada kelas kontrol ....................................... 58
Tabel 4.11 Data uji homogenitas posttest pada kelas eksperimen dan kontrol ......... 58
Tabel 4.12 Uji Hipotesis penelitian kelas eksperimen dan kontrol .......................... 59

vii

DAFTAR BAGAN

Halaman
Bagan 2.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar ...................................... 22
Bagan 2.2 Kerangka berpikir .................................................................................... 38

viii

DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 3.1 Hubungan Populasi dengan Sampel ...................................................... 40

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran kelas Eksperimen ......................... 66
Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran kelas Kontrol ................................ 82
Lampiran 3 Lembar Kerja Siswa .............................................................................. 98
Lampiran 4 Kisi kisi Instrumen dan pedoman penilaian ....................................... 117
Lampiran 5 Rekap Analisis Butir Soal Subjektif ...................................................... 124
Lampiran 6 Rekap Analisis Butir Melalui ANATES ............................................... 125
Lampiran 7 Pretest Posttest Laju Reaksi ............................................................... 126
Lampiran 8 Statistik Uji Pretset Kelas Eksperimen dan Kontrol ............................. 128
Lampiran 9 Persiapan Uji Normalitas Pretest Kelas Eksperimen dan Kontrol ......... 132
Lampiran 10 Perhitungan Uji Normalitas Pretest Kelas Eksperimen ...................... 133
Lampiran 11 Perhitungan Uji Normalitas Pretest Kelas Kontrol .............................. 134
Lampiran 12 Perhitungan Uji Homogenitas Pretest .................................................. 135
Lampiran 13 Perhitungan Uji Hipotesis Pretest ........................................................ 136
Lampiran 14 Statistik Uji Posttest Kelas Eksperimen dan Kontrol........................... 137
Lampiran 15 Persiapan Uji Normalitas Posttest Kelas Eksperimen dan Kontrol ..... 141
Lampiran 16 Perhitungan Uji Normalitas Posttest Kelas Eksperimen ...................... 142
Lampiran 17 Perhitungan Uji Normalitas Posttest Kelas Kontrol............................. 143
Lampiran 18 Perhitungan Uji Homogenitas Posttest................................................. 144
Lampiran 19 Perhitungan Uji Hipotesis Posttest ...................................................... 145
Lampiran 20 Uji Referensi ........................................................................................ 146
Lampiran 21Tabel Nilai Kritis L untuk Uji Liliefors ................................................ 151
Lampiran 22 Tabel Distribusi F ................................................................................. 152
Lampiran 23 Tabel Distribusi t .................................................................................. 156
Lampiran 24 Surat Izin Penelitian ............................................................................. 157
Lampiran 25 Surat Keterangan Penelitian ................................................................. 158
Lampiran 26 Surat Pernyatan sendiri ........................................................................ 159

Kamu tahu motto hidupku?


aku mau!
Dan dua kata sederhana ini telah membawaku melewati gemunung kesulitan. aku
tidak mampu menyerah!.
aku mau! mendaki gunung itu.
Aku tipe orang penuh harapan, penuh semangat, jagalah selalu api itu. Jangan
biarkan padam. Buatlah selalu bergelora, biarkan aku bersinar, kumohon. Jangan
biarkan aku terlepas....
(RA. Kartini dalam suratnya untuk Stella Zeehandelaar, Jepara 13 Jan 1900)

Dengan penuh rasa syukur kepada Allah SWT,


Kupersembahkan Kado Kecil ini untuk Mamah & Bapak
tercinta, kakak dan keluarga kecilnya, serta semua orang-orang
yang Menyayangiku dengan ikhlas.
Semoga Allah mempertemukan kita kembali dalam Rahmat-Nya,
walau bukan Firdaus Sekalipun. Amien.

xi

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pendidikan idealnya berorientasi pada masa lalu dan masa kini, tetapi
sudah seharusnya merupakan proses yang mengantisipasi dan membicarakan
masa depan. Pendidikan hendaknya melihat jauh kedepan dan memikirkan apa
yang akan dihadapi peserta didik dimasa yang akan datang. Menurut Buchori,
bahwa pendidikan yang baik adalah pendidikan yang tidak hanya
mempersiapkan para siswanya untuk sesuatu profesi atau jabatan, tetapi untuk
menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapinya dalam kehidupan seharihari.1
Melalui pendidikan manusia memperoleh ilmu pengetahuan yang dapat
dijadikan tuntunan dalam kehidupan dan dengan pendidikan orang menjadi
maju serta mampu bersaing dengan negara lain dalam segala bidang. Hal-hal
tersebut

sesuai

dengan

tujuan

pendidikan

nasional

yaitu

"untuk

mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban yang


bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
betaqwa kepada Tuhan YME, berakhlak mulia sehat, beilmu, cakap, kreatif,
mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggungjawab "2
Salah satu masalah pokok dalam pendidikan formal (sekolah) dewasa
ini adalah masih rendahnya daya serap peserta didik. Hal ini terlihat dari hasil
belajar peserta didik yang senantiasa masih memprihatinkan. Prestasi ini
tentunya merupakan hasil kondisi pembelajaran yang masih bersifat
konvesional dan tidak menyentuh ranah dimensi peserta didik itu sendiri, yaitu
bagaimana sebenarnya pembelajaran itu. Dalam arti yang substansial, bahwa
1

Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivisti, jakarta:


Prestasi Pustaka Publisher. 2007. h. 1.
2
Sukardjo dan Ukim Komarudin, Landasan Pendidikan Konsep dan Aplikasunya,
(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2009), h.14

proses pembelajaran hingga dewasa ini masih memberikan dominasi guru dan
tidak memberikan akses bagi anak didik untuk berkembang secara mandiri
melalui penemuan dan proses berpikirnya.3
Secara empiris berdasarkan hasil penelitian terhadap rendahnya hasil
belajar pesertadidik, hal tersebut disebabkan proses pembelajaran yang
didominasi oleh pembelajaran tradisional. Pada pembelajaran ini suasana kelas
cenderung teacher-centered sehingga siswa menjadi pasif.4
Proses pembelajaran siswa kurang didorong untuk mengembangkan
kemampuan berpikir kritis. Proses pembelajaran di kelas diarahkan kepada
kemampuan anak untuk menghafal informasi. Otak anak dipaksa untuk
mengingat dan menimbun berbagai informasi tanpa dituntut memahami
informasi yang diingatnya itu untuk menghubungkan dengan kehidupan seharihari. Akibatnya, ketika anak didik lulus dari sekolah, mereka pintar teoritis
tetapi mereka miskin aplikasi.5 Sebagian besar siswa kurang mampu
menghubungkan antara apa yang mereka pelajari dengan bagaimana
pengetahuan tersebut akan dimanfaatkan atau diaplikasikan dalam kehidupan
sehari-hari.
Rendahnya hasil belajar kimia siswa, karena siswa menganggap bahwa
kimia merupakan pelajaran yang sulit dan abstrak, siswa tidak hanya
memecahkan masalah matematis, teori, melainkan pembuktian teori melalui
praktikum. Maka diperlukan pembelajaran yang inovatif dimana siswa dituntut
untuk belajar secara mandiri serta mampu mengkonstruk kognitifnya, hingga
mampu meningkatkan hasil belajar kimia.
Kurangnya siswa dalam menemukan pengetahuan dan keterampilan
dalam memecahkan masalah yang dihadapi. Untuk menghasilkan siswa yang
memiliki kompetensi yang andal dalam pemecahan masalah, maka diperlukan
serangakain strategi pembelajaran pemecahan masalah. Berdasarkan kajian

Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivisti, (Jakarta:


Prestasi Pustaka Publisher. 2007), h. 1.
4
Ibid
5
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorentasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta:
Fajar Interpratama. 2006), h. 1.

beberapa literatur terdapat banyak strategi pemecahan masalah yang kiranya


dapat diterapkan dalam pembelajaran.
Model Problem based learning dikembangkan terutama untuk
membantu kemampuan berpikir, pemecahan masalah, dan keterampilan
intelektual dan belajar menjadi pembelajar yang otonom. Keuntungan
pembelajaran berbasis masalah adalah mendorong kerja sama dalam
menyelesaikan tugas. Pembelajaran berbasis masalah melibatkan siswa dalam
menyelidiki pilihan sendiri, yang memungkinkan siswa menginterpretasikan
dunia nyata dan membangun pemahaman tentang fenomena tersebut.6
Penerapan model problem based learning dimaksudkan untuk
meningkatkan partisipasi

dan prestasi

belajar siswa

karena

melalui

pembelajaran ini siswa belajar bagaimana menggunakan konsep dan proses


interaksi untuk menilai apa yang mereka ketahui, mengidentifikasi apa yang
ingin diketahui, mengumpulkan informasi dan mengevaluasi hipotesisnya
berdasarkan data yang telah dikumpulkan.
Dalam belajar IPA peserta didik diarahkan untuk membandingkan hasil
peserta didik dengan teori melalui eksperimen dan metode ilmiah.
Pembelajaran

IPA

menekankan

pada

pengalaman

langsung

untuk

mengembangkan kompetensi agar peserta didik mampu memahami alam


sekitar melalui proses mencari tahu dan berbuat, hal ini akan membantu
peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam. 7 Sesuai
dengan cabang ilmu pengetahuan alam yaitu kimia pada konsep laju reaksi,
dimana siswa dapat mendeskripsikan pengertian laju reaksi dengan melakukan
percobaan tentang faktor faktor yang mempengaruhinya, selain dekat dengan
kehidupan sehari hari, anak dapat membuktikan apa yang ada pada teori
dengan melakukan praktikum sehingga hal inilah yang mampu membentuk

Sudarman, Problem Based learning suatu mode pembelajaran untuk mengembangkan


dan meningkatkan kemampuan memecahkan masalah, Jurnal pendidikan Universitas
Muawarman samarinda Vol. 2 No 2,(Maret, 2007).
7
Zulfiani dkk, Strategi Pembelajaran Sains, (Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009),
h.46

kognitif anak serta anak dapat menganalisis setip kejadian dalam masalah yang
akan dihapainya.
Model problem based learning memiliki ciri-ciri pembelajaran, seperti:
pembelajaran dimulai dengan pemberian masalah, biasanya masalah yang
diberikan memiliki konteks dengan dunia

nyata, pembelajar secara

berkelompok aktif merumuskan masalah dan memeberikan solusi. Inilah yang


mendorong peneliti untuk menerapkan dalam konsep laju reaksi pada model
ini, pada konsep ini siswa tidak hanya mengetahui keguanaanya lebih jauh
(semisal dalam bidang industri) atau memecahkan masalah secara numerik,
tetapi laju reaksi sangatlah dekat dengan konteks dunia nyata.
Persoalan sekarang adalah bagaimana menemukan cara yang terbaik
untuk menyampaikan berbagai konsep yang diajarkan sehingga siswa dapat
menggunakan dan mengingat lebih lama konsep tersebut. Bagaimana guru
dapat berkomunikasi baik dengan siswanya. Bagaimana guru dapat membuka
wawasan berpikir yang beragam dari seluruh siswa, sehingga dapat
mempelajari berbagai konsep dan cara mengkaitkannya dalam kehidupan
nyata.
Model problem based learning dapat memperkuat dan mendorong
siswa untuk mengambil manfaat dari kegiatan serta berusaha untuk mengetahui
kegagalanya, kemudian mencari solusinya. Karena aktivitas pembelajaran tidak
hanya mendapatkan pengetahuan sebanyak-banyaknya, melainkan juga
bagaimana

menggunakan

segenap

pengetahuan

yang

didapat

untuk

mengahadapi situasi baru atau memecahkan masalah-masalah khusus yang ada


kaitannya dengan bidang studi yang dipelajari. Hal ini cocok jika diterapkan
pada materi yang melibatkan banyak faktor, bukan hanya kemampuan kognitif
saja melainkan faktor psikomotorik, dan dapat ditemukan masalahnya dalam
kehidupan sehari-hari dan membutuhkan pembuktian dari teori-teori yang
didapat, materi tersebut sesuai dengan pokok bahasan Laju Reaksi. Dengan
demikian dalam pembelajaran berbasis masalah setiap siswa memiliki peluang
untuk melakukan klarifikasi, mengelaborasi, mendiskripsi, membandingkan
dan mengasosiasikan konsep yang diperoleh. Hal inilah yang mendorong

penulis melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Model Problem Based


Learning (PBL) Terhadap Hasil Belajar Kimia pada Konsep Laju
Reaksi.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang terdapat beberapa pokok masalah yang
dapat dikemukakan antara lalin:
1. Proses pembelajaran cenderung berpusat pada guru (teacher centered).
2. Masih rendahnya daya serap peserta didik dalam proses belajar mengajar.
3. Rendahnya hasil belajar kimia karena siswa menganggap bahwa kimia
merupakan pelajaran yang sulit dan abstrak.
4. Kurangnya siswa dalam berpikir kritis pada proses pembelajaran.
5. Kurangnya siswa dalam kemampuan memecahkan masalah.

C. Batasan Masalah
Untuk menghindari terlalu luasnya pembahasan masalah dan identifikasi
masalah, maka peneliti berusaha membatasi masalah sebagai berikut:
1. Adapun proses pembelajaran yang akan dibahas merupakan pembelajaran
model berbasis masalah (problem based learning).
2. Hasil belajar kimia yang diukur adalah hasil belajar dalam ranah kognitif
pada kosep Laju Reaksi.

D. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar identifikasi dan pembatas masalah diatas, maka
Rumusan Masalah penelitian sebagai berikut Bagaimana pengaruh model
Problem Based Learning (PBL) terhadap hasil belajar kimia pada konsep laju
reaksi?.

E. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model problem based
learning (PBL) terhadap hasil belajar kimia siswa.

F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat :
1. Bagi siswa, dapat memberikan motivasi siswa, melatih keterampilan
siswa,

mengembangkan

kemampuan

berpikir

siswa

dan

dapat

meningkatkan hasil belajar kimia siswa.


2. Bagi guru, dapat dijadikan salah satu alternatif pembelajaran dalam proses
belajar mengajar.
3. Bagi peneliti, menambah wawasan dan pengalaman, serta membantu
menyumbangkan dalam memecahkan masalah pembelajaran kimia.
4. Bagi pembaca, memberikan informasi tentang pengaruh model Problem
Based Learning (PBL) terhadap hasil belajar kimia siswa pada konsep laju
reaksi.

BAB II
DESKRIPSI TEORITIS DAN KERANGKA PIKIR

A. Deskripsi Teoritis
1. Model Pembelajaran Berbasis Masalah
Model pembelajaran berbasis masalah merupakan suatu model
pembelajaran yang didasarkan pada banyaknya permasalahan

yang

membutuhkan penyelidikan autentik yakni penyelidikan yang membutuhkan


penyelesaian nyata dari permasalahan yang nyata. 1
Menurut Arends, pengajaran berbasis masalah merupakan suatu
pendekatan pembelajaran dimana siswa mengerjakan permasalahan yang
autentik dengan maksud untuk menyusun pengetahuan mereka sendiri,
mengembangkan inkuiri dan keterampilan berpikir tingkat lebih tinggi,
mengembangkan kemandirian dan percaya diri. Model pembelajarn ini juga
mengacu pada model pembelajaran yang lain, seperti pembelajaran berbasis
proyek

(Projek-based

intruction),

pembelajaran

berbasis

pengalaman

(experience-based intruction), belajar autentik (authentic learning), dan


pembelajaran bermakna atau pembelajaran berakar pada kehidupan (anchored
intruction).2
Menurut Donald Woods menyebutkan bahwa pembelajaran berbasis
masalah lebih dari sekedar lingkungan yang efektif untuk mempelajari
pengetahuan tertentu. Melainkan dapat membantu pembelajar membangung
kecakapan sepanjang hidupnya dalam memecahkan masalah, kerja sama tim,
dan berkomunikasi.3
Menurut Lynda Wee proses pembelajaran berbasis masalah sangat
menunjang membangun kecakapan mengatur diri sendiri (self directed),

Trianto, Mendisain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, (Jakarta: Prenada Media


Group, 2010), cet. Ke-2. h. 90
2
Ibid, h. 92
3
Taufiq Amir, Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning, (Jakarta:
Prenada Media Group, 2009), cet. Ke-1. h. 13.

kolaboratif, berpikir secara metakognitif, cakap menggali informasi, yang


semuanya relatif perlu dalam kehidupan sehari hari.4
Menurut

Dutch

pembelajaran

berbasis

masalah

merupakan

pembalajaran yang menantang siswa agar belajar untuk belajar, bekerja sama
dengan kelompok untuk mencari solusi bagi masalah yang nyata, masalah ini
digunakan untuk mengaitkan rasa keingintahuan serta kemampuan analisis
siswa dan inisiatif atas materi pelajaran. Pembelajaran berbasis masalah
mempersiapkan mahasiswa untuk berpikir kritis dan analitis, serta mencari dan
menggunakan sumber pembelajaran yang sesuai.5
Pembelajaran berbasis masalah tidak dirancang untuk membatu guru
memberikan informasi sebanyak-banyaknya kepada siswa. Pengajaran berbasis
masalah dikembangkan untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan
berpikir, pemecahan masalah, dan keterampilan intelektual. Belajar berbagai
peran orang dewasa melalui pelibatan mereka dalam pengalaman nyata atau
simulasi dan pembelajaran yang otonom dan mandiri.6
Model

berbasis

masalah

memfokuskan

kepada

siswa

dengan

mengarahkan siswa menjadi pembelajar yang mandiri dan terlibat langsung


secara aktif dalam pembelajaran kelompok. Model ini membantu siswa untuk
mengembangkan berpikir siswa dalam pemecahan masalah (problem solving)
melalui pencarian data sehingga diperoleh solusi untuk suatu masalah dengan
rasional dan autentik.7
Model berbasis masalah membuat pelajaran lebih bermakna ketika
diterapkan ke dunia nyata. Dengan memilih masalah yang melibatkan peserta
didik. Biasanya masalah diajukan dan dikembangkan dalam kelas, jika
diperlukan siswa dapat membedakan dengan masalah lain sebagai pembanding.
Siswa dapat meminta saran dan masukan tentang proses dan prosedur yang
akan mereka gunakan untuk memecahkan masalah atau pertanyaan penting.
4

Ibid
Ibid, h. 21
6
Trianto, Model-model pembelajaran Inovatif dan berorientasi Konstruktifistik,
(Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher, 2007), h. 70
7
Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran, (Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, 2009), cet. Ke-1. h.288
5

peserta didik menjadi detektif proaktif, peneliti, ilmuwan, atau penemu ketika
mereka memainkan peran dalam proses pengambilan keputusan.8
Dari beberapa penjelasan mengenai model berbasis masalah, bahwa
pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan berpikir kritis siswa, serta
menuntut siswa dapat memecahkan masalah dengan mengumpulkan informasi
dan menstimulus informasi yang didapat untuk membentuk sebuah solusi dari
masalah yang diberikan. Siswa belajar sebagai peran dewasa, diaman siswa
dilibatkan untuk mencari, pengambilan keputusan dan pembelajaran secara
otonom. Pada pembelajaran model berbasis masalah ini siswa juga aktif dalam
proses pembelajaran dan masalah yang diberikan sangat sesuai dengan
kehidupan sehari-hari.

2. Langkah-langkah Model Berbasis Masalah


Pembelajaran berbasis masalah merupakan pembelajaran dengan
menghadapkan siswa pada permasalahan-permasalahan praktis sebagai pijakan
dalam belajar atau dengan kata lain siswa belajar melalui permasalahanpermasalahan. Menurut Boud dan Felleti dan Forgaty pembelajaran berbasis
masalah merupakan suatu pendekatan pembelajaran dengan membuat berpikir
kritis kepada siswa-siswa dengan masalah-masalah parktis, berbentuk illstructured (kemampuan berstruktur) atau open-ended (membuka pemikiran)
melalui stimulasi belajar.9
Pada model pembelajaran berbasis masalah, kelompok-kelompok kecil
siswa bekerja sama memecahkan suatu masalah yang telah disepekati oleh
siswa dan guru. Ketika guru sedang menerapkan model pembelajaran tersebut,
seringkali siswa menggunakan bermacam-macam keterampilan, prosedur
pemecahan masalah dan berpikir kritis. Model pembelajaran berbasis masalah
dilandasi oleh teori belajar konstruktivis. Pada model ini pembelajaran dimulai
dengan menyajikan permasalahan nyata yang penyelesaiannya membutuhkan
8

Carolyn Chapman, Differentiated Assessment Strategies, (California: Corwin Press,


2005), h. 142
9
Made Wena, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer Suatu Tinjauan
Konseptual Operasional, (Jakarta: Sinar Grafika Offest, 2009), cet ke-1. h,91.

10

kerjasama diantara siswa-siswa. Dalam model pembelajaran ini guru memandu


siswa menguraikan rencana pemecahan masalah menjadi tahap-tahap
kegiatan.10
Pada dasarnya model berbasis masalah siswa harus terlebih dahulu
dikondisikan baik melalui kelompok, atau cara penyampaian masalah pada
siswa. Pembelajaran berbasiskan masalah ini sangatlah dekat dengan
kontekstual, hal-hal yang dapat ditemui dalam kehidupan sehari-hari dan inilah
yang menjadi topik bahasan bagi model tersebut.
Tahapan Pengajaran Berbasis Masalah biasanya terdiri dan lima
tahapan utama yang dimulai dengan guru memperkenalkan siswa dengan
sesuatu situasi masalah dan diakhiri dengan penyajian dan analisis hasil kerja
siswa. Tahapan pengajaran berbasis masalah adalah:
Tabel 2.1. Tahapan Pengajaran Berbasis Masalah11

Tahapan

Guru

Tahap 1: Orientasi siswa terhadap Guru menjelaskan tujuan pembelajaran,


menjelaskan kepada masalah logistik
masalah
yang dibutuhkan, memotivasi siswa
agar terlibat pada aktivitas pemecahan
masalah yang dipilihnya.
Tahap 2: Mengorganisir siswa untuk Guru membantu mendefinisikan dan
mengorganisasikan tugas belajar yang
belajar
berhubung dengan masalah tersebut.
Tahap 3: Membimbing penyelidikan Guru mendorong untuk mengumpulkan
informasi yang sesuai, melaksanakan
individual dan kelompok
eksperimen,
untuk
mendapatkan
kelompok penjelasan dan pemecahan
masalahnya.

10

Trianto, Mendisain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, (Jakarta: Prenada


Media Group, 2010), cet. Ke-2. h.92
11
Richard I Arends, Learning To Teaching, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008), cet
Ke-1. hal 57

11

Tahap 4: Mengembangkan
menyajikan hasil karya karya.

dan Guru menbantu siswa merencanakan


dan menyiapkan yang sesuai seperti
laporan. video, dan model, serta
membantu siswa berbagi tugas dengan
temannya.

Tahap
5:
Menganalisis
mengevaluasi proses.

dan Guru membantu siswa melakukan


refleksi
atau
evaluasi
terhadap
penyidikan mereka dan proses-proses
yang pemecahan masalah digunakan

Model

pembelajaran

berbasis

masalah

sengaja

dibuat

untuk

mengarahakan siswa dengan menjadi pembelajar yang mandiri dan terlibat


langsung secara aktif, mengembangkan berpikir siswa dalam pemecahan
masalah melalui pencarian data sehingga diperoleh solusi untuk suatu masalah
dengan rasional dan autentik, pada model pembelajaran ini siswa dapat
berinteraksi dengan individu-individu lain dalam kelompok kecil. Dalam
model pembelajaran inipun mengacu pada pembelajaran yang bersifat
konstruktivis, dimana anak benar-benar membangun pemahamanya sendiri,
dan guru hanya sebagai fasilitator dan mediator dalam proses pembelajaran
tersebut.

3. Karakteristik dan Tujuan Model Berbasis Masalah


Pada umumnya guru menerapkan model ini lebih menjurus pada
pemecahan suatu masalah kehidupan nyata yang dihadapi siswa sehari-hari
dengan menggunakan keterampilan problem solving. Model pembelajaran
berbasis masalah pada umunya berbentuk suatu proyek untuk diselesaikan oleh
sekelompok siswa dengan bekerjasama.12
Karakteristik yang dikemukakan oleh Tan, bahwa pembelajaran
berbasis masalah adalah:13
12

Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran, (Jakarta: Kencana Prenada Media


Group, 2009), cet. Ke-1. h.288
13
Taufiq Amir, Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning, (Jakarta:
Prenada Media Group, 2009), cet. Ke-1. h. 22

12

a. Masalah digunakan sebagai awal pembelajaran.


b. Biasanya, masalah yang digunakan merupakan masalah dunia nyata yang
disajikan secara ill-structured.
c. Masalah biasanya menuntut perspektif majemuk (multiple perspective).
Solusinya menuntut pembelajar menggunakan dan mendapatkan konsep
dari beberapa bab atau lintasan ilmu dibidang lainnya.
d. Masalah membuat pembelajar tertantang untuk mendapatkan pembelajaran
di ranah pembelajaran yang baru.
e. Masalah membuat pembelajar merasa tertantang untuk mendapatkan
pembelajaran diranah pembelajaran yang baru.
f. Sangat mengutamakan pembelajaran mandiri (self directed learning).
g. Memanfaatkan sumber yang bervariasi, tidak dari satu sumber saja.
Pencarian, evaluasi serta penggunaan pengetahuan ini menjadi kunci
penting.
Pembelajaran kolaboratif, komunikatif dan kooperatif. Pembelajaran
bekerja dalam kelompok, berinteraksi, saling mengajarkan (peer teaching), dan
melakukan presentasi. Menurut karakter tersebut, pembelajaran berbasis
masalah memiliki tujuan seperti dibawah ini:14
a. Keterampilan berpikir dan keterampilan mengatasi masalah
Pembelajaran berbasis masalah memberikan dorongan kepada peserta
didik untuk tidak hanya sekedar berpikir sesuai yang bersifat konkret,
tetapi lebih dari itu berpikir terhadap ide-ide yang abstrak dan kompleks.
Dengan kata lain pembelajaran berbasis masalah melatih kepada peserta
didik untuk memiliki keterampilan berpikir tingkat tinggi.
1) Berpikir adalah sebuah proses yang melibatkan operasi-operasi mental,
seperti induksi, deduksi, klarifikasi, dan penalaran.
2) Berpikir adalah sebuah proses reprentasi secara simbolis (melalui
bahasa) berbagai objek dan kejadian riil dan menggunakan reprentasi
simbolis itu untuk menemukan prinsip-prinsip esensial objek dan
kejadian tersebut.
14

Ibid, h. 43 -45.

13

3) Berpikir adalah kemampuan untuk menganalisis, mengkritik, dan


mencapai kesimpulan berdasarkan inferesi atau judgement yang baik.
b. Belajar peranan orang dewasa yang autentik.
Menurut Resnick, bahwa model pembelajaran berbasis masalah amat
penting dalam membantu siswa untuk performance diberbagai situasi
orang dewasa yang penting.
c. Menjadi pembalajaran yang mandiri.
Pembelajaran berbasis masalah berusaha membantu siswa menjadi
pembelajaran yang independen dan self-regulated. Dibimbing oleh guru yang
senantiasa memberikan semangat dan reward ketika mereka mengajukan
pertanyaan dan mencari sendiri solusi untuk berbagai masalah riil, kelak siswa
belajar untuk melaksanakan tugasnya secara mandiri.
Pembelajaran berbasis masalah mampu mendorong siswa untuk
memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari, menyelidiki dan memberi
solusi pada masalah tertentu. Di bawah ini merupakan sebagian besar alasan
pembelajaran berbasis masalah dianggap penting:15
a. Tingginya tingkatan proses pembelajaran dalam memahami informasi,
sebagaimana sama dengan problem solving: berpikir kritis, adanya strategi
inquiri, adanya refleksi dan terbentuknya pemahaman yang lebih dalam
serta kemampuan berkomunikasi.
b. Proses pembelajaran untuk memahami ilmu pengetahuan yang komplek
dengan menggunakan model berbasis masalah, maka siswa mampu
menganalisis masalah dan mendeskripsikan hasilnya.
c. Siswa akan lebih tertantang dan termotivasi dengan pemahaman yang
lebih tinggi dan mengkomunikasikannya kepada yang lain.

15

John Barell, Problem Based Learning an inqury approach, (A Sage Publications


Company, London. 2007), h. 1-2.

14

4. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Berbasis Masalah


a. Kelebihan pembelajaran berbasis masalah, adalah16 :
1) Realistis dengan kehidupan siswa
2) Konsep sesuai dengan kebutuhan siswa
3) Memupuk sifat inquiri siswa
4) Retensi konsep jadi kuat
5) Memupuk kemampuan problem solving
Sebagai suatu pembelajaran berdasarkan masalah memiliki beberapa
kelebihan, seperti17:
1) Merupakan tenik yang cukup bagus untuk memahami isi pelajaran.
2) Dapat menantang kemampua siswa serta memberikan kepuasan untuk
menemukan pengetahuan baru bagi siswa.
3) Dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran siswa.
4) Dapat membantu siswa bagaimana mentransfer pengetahuan mereka
untuk memahami masalah dalam kehidupan nyata.
5) Dapat membantu siswa untuk mengembangkan pengetahuan barunya
dan bertanggung jawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan.
6) Dapat memperilhatkan kepada siswa setiap mata pelajaran (matematika,
IPA, Sejarah, dan lainya), pada dasarnya merupakan cara berpikir, dan
sesuatu yang harus dimengerti oleh siswa, bukan hanya sekedar belajar
dari guru atau dari buku-buku saja.
7) Dianggap lebih menyenangkan dan disukai siswa.
8) Dapat

mengembangkan

mengembangkan

kemampuan

kemampuan

mereka

berpikir
untuk

kritis

dan

menyesuaikan

pengetahuan baru.
9) Dapat memberikan kesempatan pada siswa untuk mengaplikasikan
pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyata.

16

Trianto, Mendisain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, (Jakarta: Prenada


Media Group, 2010), cet. Ke-2. h. 96-97
17
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,
(Jakarta: Pernada Media. 2009), cet. Ke-6 h. 218-219.

15

10) Dapat mengembangkan minat siswa untuk secara terus-menerus belajar


sekalipun belajar pada pendidikan formal telah berakhir.
Tidak seperti lingkungan belajar yang terstruktur secara ketat yang
dibutuhkan dalam pengajaran langsung atau penggunaan yang hati-hati
kelompok kecil dalam pembelajaran kooperatif, lingkungan belajar dan
sistem manajemen dalam pengajaran berbasis masalah dicirikan oleh
sifatnya yang terbuka, ada proses demokrasi, dan peranan siswa yang aktif
Meskipun guru dan siswa melakukan tahapan pembelajaran yang terstruktur
dan dapat diprediksi dalam pengajaran berbasis masalah, norma di sekitar
pelajaran adalah norma inkuiri terbuka dan bebas mengemukakan pendapat.
Lingkungan belajar menekankan peranan sentral siswa, bukan guru yang
ditekankan.

b. Kekurangan
Disamping kelebihan

pembelajaran

berbasis

masalah

memiliki

kekurangan, diantaranya 18:


1) Persiapan pembelajaran yang kompleks
2) Sulitnya mencari problem yang relevan
3) Sering terjadi miss-konsepsi
4) Membutuhkan waktu yang cukup dalam proses penyelidikan.
Kekurangan pembelajaran berbasis masalah lainya, adalah19:
1) Manakala siswa tidak memiliki minat atau tidak mempunyai kepercayaan
bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka
akan merasa enggan untuk mencoba.
2) Membutuhkan cukup waktu untuk mempersiapkan.
3) Tanpa pemahaman mengapa mereka berusaha untuk memecahkan
masalah yang sedang dipelajari, maka mereka tidak akan belajar apa
yang mereka pelajari.
18

Trianto, Mendisain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, (Jakarta: Prenada


Media Group, 2010), cet. Ke-2. h. 96-97
19
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,
(Jakarta: Pernada Media. 2009), cet. Ke-6 h. 218-219.

16

5. Hakikat Pembelajaran dan Hasil Belajar


a. Pengertian Pembelajaran
Kata pembelajaran merupakan terjemah dari kata instruction, yang
banyak dipakai dalam dunia pendidikan di Amerika Serikat. Istilah ini banyak
dipengaruhi oleh aliran psikologi kognitif holistik, yang menempatkan siswa
sebagai sumber dari kegiatan. Selain itu, istilah ini juga dipengaruhi oleh
perkembangan teknologi yang diasumsikan dapat mempermudah siswa
mempelajari segala sesuatu lewat berbagai macam media, seperti bahan
bahan media cetak, program televisi, gambar, audio dan lain sebagainya,
sehingga semua itu mendorong terjadinya perubahan peranan guru dalam
mengelola proses belajar mengajar, dari guru sebagai sumber belajar menjadi
guru sebagai fasilitator dalam belajar mengajar. Hal ini seperti yang
diungkapkan Gagne, yang menyatakan bahwa instruction is a set of event
that effect learners in such a way that earning is facilitated. Oleh karena itu
menurut

Gagne,

mengajar

atau

teaching

merupakan

bagian

dari

pembelajaran, dimana guru lebih ditekankan kepada bagaimana merancang


atau mengaransemen berbagai sumber dan fasilitas yang tersedia untuk
digunakan atau dimanfaatkan siswa dalam mempelajari sesuatu.20
Istilah pembelajaran yang lebih dipengaruhi oleh perkembangan hasil
hasil teknologi yang dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan belajar, siswa
diposisikan sebagai subjek belajar yang memegang peranan yang utama,
sehingga dalam setting proses belajar mengajar siswa dituntut beraktivitas
secara penuh, bahkan secara individual mempelajari bahan pelajaran. Dengan
demikian, istilah mengajar atau pengajaran atau teaching menempatkan
guru sebagai pemeran utama dalam memberikan informasi, maka dalam
pembelajaran guru lebih banyak berperan sebagai fasilitator, mengatur
berbagai sumber dan fasilitas untuk dipelajari siswa.21
Pembelajaran pada dasarnya merupakan interaksi antara guru dan
peserta didik. Kualitas hubungan antara guru dan peserta didik dalam proses
20

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,


(Jakarta: Pernada Media, 2008), cet. Ke-5 h.102
21
Ibid 103

17

pembelajaran sebagian besar ditentukan oleh peserta didik dalam mengajar


(teaching) dan peserta didik belajar (learning). Hubungan tersebut
mempengaruhi kesediaan murid untuk melibatkan diri dalam kegiatan ini.
Jadi, bila terjadi hubungan yang positif antara guru dan peserta didik, peserta
didik akan berusaha sungguh-sungguh masuk kedalam kegiatan ini. Hal ini
terjadi karena selain murid memiliki insting peniruan, juga karena murid
memiliki rasa senang yang diperolehnya dari hubungan positif dengan
gurunya. Semakin besar keterlibatan murid pada kegiatan ini tentu semakin
besar pula kemungkinan murid memahami dan menguasai bahan pelajaran
yang disajikan, begitu pula sebaliknya. Dengan kata lain kualitas hubungan
antara guru dan peserta didik menentukan keberhasilan proses pembelajaran
yang efektif.22
Menurut Gagne belajar merupkan kegiatan yang kompleks. Hasil
belajar merupakan kapabilitas. Setelah belajar siswa memiliki keterampilan,
pengetahuan, sikap dan nilai. Timbulnya capability tersebut dari simulasi
dengan lingkungan dan proses kognitif yang dilakukan oleh pembelajar.
Dengan demikian belajar adalah seperangkat proses kognitif yang mengubah
sifat stimulasi lingkungan, melewati pengolahan informasi, menjadi
kapabilitas baru.23
Kegiatan belajar mengajar selalu melibatkan dua pelaku aktif, yaitu
guru dan siswa. Guru sebagai pengajar merupakan pencipta kondisi belajar
siswa yang didisain secara sengaja, sistematis dan berkesinambungan.
Sedangkan anak sebagai subjek pembelajaran merupakan pihak yang
menikmati kondisi belajar yang diciptakan guru. 24
Belajar dan mengajar merupakan dua aktivitas yang berlangsung secara
bersamaan, simultan dan memiliki fokus yang difahami bersama. Sebagai
suatu aktivitas yang terencana, belajar memilik tujuan yang bersifat

22

Udin Syaefudin dkk, Pembelajaran Terpadu, (Bandung: UPI Press 2006), h. 3.


Ibid
24
Pupuh Fatuhrrahman, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung: Refika Aditama,
2007), h. 8.
23

18

permanen, yakni terjadinya perubahan pada anak didik. Ciri ciri perubahan
dalam pengertian belajar menurut Slameto, meliputi:25
1) Perubahan yang terjadi berlangsung secara sadar, sekurang kurangnya
sadar

bahwa

pengetahuannya

bertambah,

sikapnya

berubah,

kecakapannya berkembang, dan lain lain.


2) Perubahan dalam belajar bersifat berkelanjutan dan fungsional. Belajar
bukan proses yang statis karena terus berkembang secara gradual dan
setiap hasil belajar memiliki makna dan guna yang praktis.
3) Perubahan belajar bersifat positif dan aktif. Belajar senantiasa menuju
perubahan yang lebih baik.
4) Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara, bukan hasil belajar jika
perubahan itu hanya sesaat.
5) Perubahan dalam belajar bertujuan dan terarah. Sebelum belajar, seseorang
hendaknya sudah menyadari apa yang akan berubah pada dirinya melalui
belajar.
6) Perubahan mencangkup seluruh aspek tingkah laku, bukan bagian bagian
tertentu secara parsial.
Perubahan perilaku pada siswa, dalam konteks pengajaran jelas
merupakan produk dan usaha guru melalui kegiatan mengajar. Hal ini dapat
dipahami karena mengajar merupakan suatu aktivitas khusus yang dilakukan
guru untuk menolong dan membimbing anak didik memperoleh perubahan
dan pengembangan skill (keterampilan), attitude (sikap), appreciation
(penghargaan), dan knowledge (pengetahuan).26
Dari uraian tentang belajar dan mengajar sebagaimana dibahas di atas,
akhirnya dapat diketahui bahwa kegiatan belajar mengajar memiliki ciri ciri
sebagai berikut:27
1) Memiliki tujuan, yaitu untuk membentuk anak dalam suatu perkembangan
tertentu.

25

Ibid, h. 10
Ibid
27
Ibid, h. 11
26

19

2) Terdapat mekanisme, prosedur, langkah langkah, metode dan teknik


yang direncanakan dan didisain untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.
3) Fokus materi jelas, terarah dan terencana dengan baik.
4) Adanya aktivitas anak didik merupakan syarat mutlak bagi berlangsungnya
kegiatan belajar mengajar.
5) Aktor guru yang cermat dan tepat.
6) Terdapat pola aturan yang ditaati guru dan anak didik dalam proporsi
masing masing.
7) Limit waktu untuk mencapai tujuan pembelajaran.
8) Evaluasi, baik evaluasi proses maupun evaluasi produk.
Dari beberapa teori diatas pembelajaran dapat disimpulkan sebagai
suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu
perubahan perilaku yang baru secara keseluruahan, sebagai hasil dari
pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

b. Hasil Belajar
Hasil belajar adalah suatu istilah yang digunakan untuk menunjukan
sesuatu yang dicapai seseorang setelah melakukan usaha. Bila dikaitkan
dengan belajar berarti hasil menunjukkan sesuatu yang dicapai oleh seseorang
yang belajar selang waktu tertentu. Hasil belajar termasuk dalam kelompok
atribut kognitif yang respon hasil pengukurannya tergolong pendapat atau
judgment, yaitu respon yang dapat dinyatakan benar atau salah.
Hasil belajar merupakan hadiah dari pembelajaran agar melihat
seberapa besarkah siswa mampu menguasai pengetahuan, hal inipun
menunjukan refleksi dari berpikir kritis. Penilaian hasil belajar merupakan
penguasaan materi bertujuan untuk mengukur penguasaan dan pemilihan
konsep dasar keilmuan (content objectives) berupa materi-materi esensial
sebagai konsep kunci dan prinsip utama. Konsep kunci dan prinsip utama
keilmuan tersebut harus dimiliki dan dikuasai siswa secara tuntas, bukan
hanya dalam bentuk hafalan. Ranah kognitif merupakan ranah yang lebih

20

banyak melibatkan kegiatan mental/otak. Pada ranah kognitif terdapat enam


jenjang proses berfikir, mulai dari yang tingkat rendah sampai tinggi, yakni:
pengetahuan

(knowledge),

pemahaman

(comperhension),

penerapan

(application), analisis (analysis), sintesis (synthensis), dan evaluasi


(evaluation).28
Belajar adalah suatu proses yang menimbulkan terjadinya suatu
peruabahan atau pembaharuan dalam tingkah laku atau kecakapan. Berhasil
atau tidaknya belajar itu tergantung pada macam-macam faktor, adapun
faktor-faktor tersebut adalah:29
Faktor-faktor yang mempengaruhi dibagi menjadi tiga, yaitu faktor dari
internal, eksternal dan instrumen:30
1. Faktor internal
a) Faktor fisiologis
Secara umum faktor fisiologis, seperti kesehatan yang prima, tidak
dalam keadaan lelah dan capek, tidak dalam keadaan cacat jasmani,
dan sebagainya, semuanya akan membantu dalam proses dan hasil
belajar siswa.
b) Faktor psikologis
Setiap manusia atau anak didik pada dasarnya memiliki kondisi
psikologi yang berbeda-beda, terutama dalam hal kadar bukan dalam
hal jenis, tentunya perbedaan ini akan mempengaruhi pada proses dan
hasil

belajarnya

masing-masing.

Beberapa

faktor

psikologis

diantaranya:
(1) Intelegensi menurut C. P Chaplin, merupakan kemampuan
mengahadapi dan menyesuaikan diri terhadap situasi baru secara
cepat dan efektif.

28

Ahmad Sofyan, dkk, Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi, (UIN


Jakarta Press: Jakarta, 2006), h.14
29
Abdul Rahman Shaleh, Psikologi Suatu Pengantar Dalam Perspektif Islam,(Jakarta:
Prenada Media, 2005), cet. Ke-2. h. 224
30
Sumadi Suryabarata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Raja Grfindo Persada, 2008)
cet. V. h. 233-237.

21

(2) Perhatian, adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi, jiwa sematamata tertuju kepada suatu obyek ataupun sekumpulan obyek.
(3) Minat dan bakat menurut Hilgard, sebagai kecenderungan yang
tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan.
Bakat adalah kemampuan untuk belajar.
(4) Motif dan motivasi, adalah sebagai uapaya yang mendorong
seseorang untuk melakukan sesuatu.
(5) Kognitif dan daya nalar. Kognitif merupakan berfikir dan
penalaran merupakan dasar yang paling menentukan dari
kemampuan berpikir analitis dan sintesis.
2. Faktor eksternal
a) Lingkungan
Kondisi lingkungan juga mempengaruhi proses dan hasil belajar.
Lingkungan ini dapat berupa lingkungan fisik atau alam dan dapat pula
berupa lingkungan sosial. Lingkungan alam misalnya keadaan suhu ,
kelembaban, kepengapan udara dan sebagainya. Lingkungan sosial
misalnya lalu lintas, gemuruhnya pasar dan lain-lain.
3. Faktor instrumental
Faktor instrumental adalah faktor yang keberadaan penggunanya
dirancang sesuai

dengan hasil

belajar yang diharapkan. Faktor

instrumental ini dapat berupa kurikulum, sarana dan fasilitas, dan guru.
Hal ini dapat disimpulkan melalui bagan 2.1, dibawah ini:31

31

Yudi Munadi, Media Pembelajaran Sebuah Pendekatan Baru, (Jakarta: Gaung


Persada, 2008), h. 24-35

22

Kondisi fisiologis umum


Fisiologis
Kondisi panca indera
Internal
Intelegensi
Psikologis

Perhatian
Minat dan bakat

Faktor-faktor yang
mempengaruhi
belajar

Motif dan motivasi


Kognitif dan daya nalar

Alam
Lingkungan
Eksternal

Sosial
Kurikulum

Instrumental

Sarana dan fasilitas


Guru

Bagan 2.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar

B. Ilmu Kimia
Ilmu yang mempelajarai alam semesta disebut dengan Ilmu Pengetahuan
Alam (IPA) dan kimia merupakan salah satu ilmu-ilmu IPA. Ilmu kimia ialah
salah satu cabang sains yang mengkaji komposisi dan perubahan yang berlaku
dalam semua benda di dunia ini, termasuk benda hidup dan bukan benda hidup.
Ringkasnya, pengkajian kimia merupakan pengkajian tentang tenaga.
Ilmu kimia sebagai ilmu yang berlandaskan praktik dan eksperimen. Siswa
tidak cukup dengan merasa mengerti tetapi sungguh-sungguh harus dapat
mempraktikannya dalam menyelesaikan soal, memecahkan masalah, atau
melakukan suatu keterampilan ilmiah. Perkembangan ilmu kimia dapat
dirasakan dalam kehidupan sehari-hari.32
32

h. v.

Micheal Purba, Buku Kimia Siswa untuk SMA Kelas XI, (Jakarta: Erlangga, 2006),

23

Pengkajian dan praktek kimia memainkan peranan penting dalam


membentuk peradaban kita. Konsep-konsep falsafah kita mengenai sifat dasar
kehidupan, produksi makanan, obat dan senjata, pengaruh pada lingkungan yang
memberi makan dan mendukung kita. Semuanya ini dan praktis telah
dipengaruhi oleh perkembangan kimia. Dipihak lain, ahli-ahli kimia membantu
menciptakan dan memproduksikan kebanyakan bahan yang dinikmati oleh
masyarakat modern.33
Ilmu kimia merupakan ilmu rekayasa materi, yaitu mengubah suatu materi
menjadi materi yang lain. Untuk dapat melakukan rekayasa tersebut diperlukan
pengetahuan mengenai susunan, struktur, sifat dan perubahan materi, serta
energi yang menyertai perubahan tersebut.
Kimia sering disebut sebagai "central science" karena menghubungkan
berbagi ilmu lain, seperti fisika, ilmu bahan nanoteknologi, biologi, farmasi,
kedokteran, bioinformatika, dan geologi. Koneksi ini timbul melalui berbagai
subdisiplin yang memanfaatkan konsep-konsep dari berbgai disiplin ilmu.
Dari pendapat-pendapat diatas dapat dikatakan bahwa ilmu kimia adalah
ilmu yang mempelajari tentang perubahan dan energi. Untuk memperoleh hasil
belajar yang maksimal dalam proses pembelajraan kimia, keterampilan dasar
seperti mengobservasi, membuat hipotesis, merencanakan penelitian, dan lain
sebagianya harus ditumbuhakan dalam diri siswa.

C. Laju Reaksi
Bahan-bahan kimia yang mengandung kalium klorat, besi, kalsium,
stronsium, litium, tembaga, barium, dan kalium dicampurkan dalam tabung yang
terbuat dari kertas. Ketika api dinyalakan, campuran itu terbakar menyembur
kan pijar pijar api. Langit gelap dimalam hari seketika menjadi terang
benderang dihiasi warna warni kembang api. Itulah proses terjadinya reaksi
kembang api. Kembang api merupakan salah satu contoh reaksi kimia.34
33

Kenan dkk, Kimia Untuk Universitas Jilid 2, (Jakarta: Gelora Aksara Pratama,
1992), cet. Ke-2. h. x.
34
Nana Sutresna, Cerdas Belajar Kimia untuk kelas XI, (Bandung: Garfindo Media
Utama, 2007), h. 93

24

Setiap rekasi kimia memiliki kecepatan yang berbeda beda. Ada


reaksi kimia yang berlangsung cepat, adapula yang bereaksi lambat. Reaksi
pembakaran bensin dalam mesin berlangsung sangat cepat, sedangkan reaksi
pengkaratan besi dan pembentukan beton dari semen, air dan pasir berlangsung
lambat. Apa yang dimaksud dengan laju reaksi?35
Dalam fisika, istilah laju digunakan untuk menyatakan besar
perpindahan suatu benda tiap satuan waktu. Akan tetapi, dalam kimia, laju reaksi
didefinisikan sebagai ukuran yang menyatakan berkurangnya jumlah zat-zat
pereaksi tiap satuan waktu atau bertambahnya zat-zat hasil reaksi tiap satuan
waktu. Karena jumlah zat-zat yang terlibat dalam suatu reaksi kimia biasanya
dinyatakan dalam konsentrasinya, maka laju reaksi juga didefinisikan sebagai
ukuran yang menyatakan perubahan konsentrasi zat-zat pereaksi atau zat-zat
hasil reaksi tiap satuan waktu. Jika suatu reaksi kimia dinyatakan dengan: 36
A B
Keterangan:
A = zat-zat pereaksi
B = zat-zat hasil reaksi.
Maka laju reaksinya dapat dinyatkan dengan persamaan sebagai
berikut.

A
A
atau v = +
t
t
keterangan:
v=-

= laju reaksi

[A] = perubahan konsentrasi


[B] = perubahan konsentrasi zat-zat hasil reaksi
Nilai positif laju reaksi dinyatakan dalam konsentrasi zat-zat hasil
reaksi menunjukkan bahwa konsentrasi zat tersebut bertambah. Sementara itu,

35

Ibid
Sunardi, Kimia Bilingual Untuk SMA/MA Kelas XI Semester 1 dan 2, (Bandung:
Yrama Widya. 2008), h. 153
36

25

nilai negatif laju reaksi yang dinyatakan dengan konsentrasi zat-zat pereaksi
menunjukkan bahwa konsentrasi zat tersebut berkurang.37
Kadang-kadang, suatu reaksi kimia melibatkan beberapa zat yang
perbadingan jumlah molnya dinyatakan dengan koefisien reaksi, sehingga
persamaan kimianya dapat dituliskan sebgai berikut.38
pA + qB rC + sD
Keterangan:
A, B

= zat-zat pereaksi

C,D

= zat-zat hasil reaksi

p, q, r, s = koefisien reaksi
Laju reaksi untuk reaksi yang dinyatakan dengan menggunakan
persamaan kimia di atas dapat ditentukan sebagai berikut.
v=-

1 B
1 A
1 C
1 D
==+
=+
q t
p t
r t
s t

Pada dasarnya, terdapat beberapa cara sederhana dalam mengukur laju


reaksi. Salah stunya seperti yang telah anda pelajari dalam pembahasan
sebelumnya. Akan tetapi, cara tersebut hanya dapat mengukur laju reaksi ratarata. Untuk penggunaan yang lebih normal, laju reaksi diukur pada waktu
tertentu, sehingga dinamakan laju reaksi sesaat. Dalam hal ini, konsep laju reaksi
sesaat diperlukan karena perhitungan laju reaksi rata-rata seringkali mengalihkan
nilai yang tidak akurat. Jadi, persamaan laju reaksi digunakan untuk menyatakan
laju reaksi sesaat dari suatu rekasi kimia.
Persamaan laju reaksi hanya dapat dinyatakan dalam percobaan.
Berdasarkan data tersebut, kita dapat menemukan orde reaksi dan konstanta laju
rekasi. Persamaan laju reaksi ditentukan berdasarkan konsentrasi awal setiap zat,
dipagkatkan orde reaksinya. Orde reaksi bukanlah koefisien reaksi (walaupun
keduanya mungkin memiliki nilai yang sama). Orde reaksi hanya dapat dilihat
dari percobaan.

37
38

Ibid, h. 154
Ibid

26

Laju reaksi dapat dinyatakan dalam bentuk persamaan laju reaksi


berdasarkan konsentrasi zat-zat pereaksi. Pada umumya, laju reaksi hanya
bergantung pada konsentrasi awal zat-zat pereaksi yang dapat ditentukan melalui
percobaan. Lihat gambar dibawah ini:
Jumlah molekul
A+BC+D

C+D
Hasil reaksi

A+B
Pereaksi

Waktu/s

Untuk reaksi A + B C + D, maka persamaan laju reaksinya dapat


dinyatakan sebagai berikut.39
v = k [A]m [B]n
Keterangan:
v

= laju reaksi

= tetapan laju reaksi

[A]

= konsentrasi perekasi A

[B]

= konsentrasi pereaksi B

= orde reaksi terhadap A

= orde reaksi terhadap B

m + n = orde reaksi total


Setiap laju reaksi memiliki nilai k tertentu yang bergantung pada sifat
pereaksi. Semakin besar nilai k semakin cepat reaksi berlangsung. Sebaliknya,
reaksi berlangsung lambat jika nilai k kecil. Nilai k dipengaruhi oleh suhu, dan
tidak akan berubah jika suhu tidak berubah. Tetapan laju ini merupakan bilangan
positif.40

39

Ibid, h. 155
Nana Sutresna, Cerdas Belajar Kimia untuk kelas XI, (Bandung: Garfindo Media
Utama, 2007), h. 101
40

27

a. Orde Reaksi
Dalam suatu reaksi kimia, penambahan konsenrasi zat-zat pereaksi
dapat meningkatkan laju reaksi. Berkaitan penambahan konsentrasi zat
pereaksi, maka dalam persamaan laju reaksi dikenal suatu bilangan yang
disebut dengan orde reaksi. Dalam hal ini, orde reaksi didefinisikan sebagai
bilangan pangkat (eksponen) yang menyatakan penambahan laju reaksi karena
penambahan konsentrasi zat-zat pereaksi. Sebagai contoh, jika konsentrasi
suatu pereaksi dinaikkan m kali semula dapat menyebabkan laju reaksi
meningkat n kali, maka hubungan penambahan konsentrasi dengan laju reaksi
zat tersebut dapat dinyatakan sebagai berikut. 41
mq = n
Keterangan:
q = orde reaksi
m = kenaikan konsentrasi
n = kenaikan laju reaksi
Orde reaksi dapat ditentukan berdasaran tahapan-tahapan reaksi. Jika,
tahapan-tahapan reaksi dapat dengan mudah diketahui dan diamati, maka orde
reaksi terhadap masing-masing zat pereaksi adalah koefisien dari tahapan
reaksi yang paling lambat. Akan tetapi, jika tahapan-tahapan reaksi sukar untuk
diketahu dan diamati, maka orde reaksi terhadap masing-masing zat pereaksi
dapat ditentukan berdasarkan percobaan.42
1) Orde reaksi nol.
Jika orde suatu reaksi terhadap pereaksi tertentu adalah nol, hal ini berarti
bahwa konsentrasi perekasi tersebut tidak mempengaruhi laju reaksi. Secara
matematis, bilanganya yang dipangkatkan nol selalu sama dengan satu,
sehingga laju reaksi suatu zat yang orde nol adalah tetap pada konsentrasi
berapapun dan nilainya sama dengan laju reaksi (k).43
v = k [A]m = k
41

Sunardi, Kimia Bilingual Untuk SMA/MA Kelas XI Semester 1 dan 2, (Bandung:


Yrama Widya. 2008), h.161
42
Ibid, h. 163
43
Ibid, h. 164

28

Laju reaksi

Konsentrasi

2) Orde reaksi Satu


Jika orde reaksi suatu zat sama dengan satu, berarti penambahan konsentrasi
akan berbanding lurus (linier) dengan kenaikan laju reaksi.44
v = k [A]1 = k [A]
Laju reaksi

Konsentrasi

3) Orde reaksi dua


Jika orde reaksi zat sama dengan dua, berarti penambahan konsentrasi akan
meningkatkan reaksi, dimana laju reaksi sebanding dengan kuadrat
konsentrasi zat tersebut.45
v = k [A]2
Laju reaksi

Konsentrasi

b. Teori Tumbukan
Kita telah mengetahui bahwa zat-zat di alam ini terdiri atas partikelpartikel (atom, molekul, atau ion). Secara teoritis, partikel-partikel suatu zat
selalu bergerak secara acak atau tidak teratur. Selain itu, kita juga telah
mengetahui bahwa suatu zat dapat bereaksi dengan zat lain yang membentuk

44
45

Ibid, h. 165
Ibid, h. 166

29

zat baru. Bagaimanakah hubungan gerakan partikel-partikel zat dengan reaksi


kimia zat tersebut?46
Alasan bagaimana zat-zat tersebut dapat mengalami reaksi kimia dapat
dijelaskan dengan menggunakan teori tumbukan. Menurut tumbukan satu sama
lain dengan energi yang cukup untuk belangsungn reaksi tersebut. Dengan kata
lain, agar suatu reaksi kimia dapat berlangsung, maka harus terjadi tumbukan
yang efektif antara partikel-partikel zat-zat yang bereaksi. Tumbukan yang
efektif tersebut dapat terjadi apabila partikel-partikel tersebut mempunyai
energi kinetik yang cukup besar, sehingga memungkinkan terjadinya
perombakan (perubahan) pada struktur ikatan antar atom zat.47
Energi

kinetik

minimun

yang

harus

dimiliki

partikel

untuk

menghasilkan tumbukan efektif yang dapat mengahsilkan suatu reaksi kimia


disebut energi aktivasi. Jika partikel-partikel suatu zat memiliki energi aktivasi
(Ea) yang kecil, maka zat tersebut mudah bereaksi, sebaliknya jika partikelpartikel suatu zat memiliki energi aktivasi yang besar, maka zat tersebut sukar
bereaksi.48
Efektivitas tumbukan diantara dua buah molekul juga dipengaruhi oleh
posisi molekul-molekul tersebut saat bertumbukan. Bila posisi ruang atomatom dari moleku-molekul yang bertumbukan tepat, maka akan terjadi
pemutusan ikatan antar atom dalam molekul-molekul tersebut, sehingga
terbentuk ikatan baru, yaitu dalam molekul hasil reaksi. Perhatikan gambar
dibawah ini.49
1) Dua molekul yang bertumbukkan dalam posisi yang ruang kurang tepat,
tumbukkan keduanya tidak menghasilkan reaksi.
A

Tumbukan molekul-molekul yang tepat mengahsilkan reaksi

46

Ibid, h. 172
Ibid, h. 173
48
Ibid
49
Ibid, h. 174
47

30

2) Dua buah molekul yang bertumbukan dalam posisi ruang yang tepat,
tumbukan keduanya menghasilkan reaksi.
B

+
B

A
A

Tumbukan molekul-molekul yang tepat mengahsilkan reaksi

c. Faktor-faktor yang mempengaruhi Laju reaksi


Pada dasarnya, laju suatu reaksi kimia dipengaruhi oleh beberapa
faktor, diantaranya luas permukaan, suhu, konsentrasi, tekanan, dan katalis.
1) Luas permukaan
Pada reaksi-reaksi zat padat, luas permukaan zat padat tersebut akan
mempengaruhi laju reaksi. Oleh karena itu, luas permukaan zat padat akan
mempengaruhi seberapa cepat reaksi tersebut berlangsung. Zat padat yang
berbentuk

serbuk

mempunyai

luas

permukaan

yang

lebih

besar

dibandingkan dengan zat padat dalam bentuk batangan atau kepingan untuk
massa zat padat yang sama. Terdapat cara yang sederhana untuk memahami
pernyataan ini. Ambil sebuah roti dan potonglah menjadi irisan-irisan.
Setiap kali anda memtong irisan baru, maka anda akan memperoleh
permukaan tambahan yang diatasnya dapat anda taburkan mentega atau
selai. Semakin tipis anda memotong irisan-irisan tersebut, maka semakin
banyak irisan yang anda peroleh, sehingga semakin banyak juga mentega
dan selain yang dapat anda tempatkan pada irisan-risan tersebut.50
Tinjuan reaksi antara besi dengan asam sulfat (H2SO4). Besi dalam
bentuk serbuk akan bereaksi lebih cepat dengan asam sulfat dibandingkan
dengan besi dalam bentuk batangan (misalnya paku).51

50
51

Ibid, h. 175
Ibid

31

2) Suhu
Perubahan suhu akan mempengaruhi laju suatu reaksi kimia. Pada
umumnya, kenaikan suhu akan meningkatkan laju reaksi. Jika suhu naik,
maka partikel-partikel zat-zat yang terlibat dalam reaksi akan menyerap
kalor (energi), sehingga energi kinetik partikel-partikel tersebut meningkat
oleh karena itu, dengan meningkatnya suhu, maka semakin banyak patikel
yang mempunyai energi kinetik lebih besar dari energi aktivasi. Keadaan ini
memungkinkan terjadinya lebih banyak tumbukan efektif antara partikelpartikel, sehingga reaksi berlangsung dengan lebih cepat.52
Berdasarkan hasil eksperimen, setiap kenaikan suhu sebesar 100 0C,
maka laju reaksi akan meningkat dua kali. Hubungan laju reaksi dengan
peningkatan suhu dapat dinyatakan secara matematis. 53
T

v = 2 10 v0
Keterangan:
V = laju reaksi pada suhu tertentu
v0 = laju reaksi mula-mula
T = kenaikan suhu
3) Konsentrasi
Kandunga O2 di udara terbuka hanya 20%. Jika serabut besi dibakar di
udara terbuka, akan dihasilkan nyala merah sedikit demi sedikit. Ketika
serabut besi yang memerah itu dimasukan kedalam labu Erlenmeyer berisi
oksigen murni, serabut besi akan terbakar dengan hebat dan teroksidasi
menjadi Fe3O4 dengan cepat. Reaksi di labu Erlenmeyer berlangsung lebih
cepat karena konsentrasi O2 di udara terbuka. Bagaimanakah konsentrasi
mempengaruhi laju suatu reaksi?54
Dalam hal ini, meningkatan konsenrasi zat-zat pereaksi (dalam bentuk
larutan) akan meningkatkan frekuensi tumbukan antara partikel-partikel zat

52

Ibid, h. 176
Ibid
54
Nana Sutresna, Cerdas Belajar Kimia untuk kelas XI, (Bandung: Garfindo Media
Utama, 2007), h. 114.
53

32

pereaksi tersebut. Hal ini karena dalam larutan pekat, jarak antara dua
partikel yang berdekatan relatif rapat, sehingga muda bertumbukkan. Oleh
karena itu, semakin besar konsentrasi suatu larutan, maka semakin banyak
partikel yang terdapat dalam larutan. Jadi, apabila suatu larutan direaksikan
dengan zat tertentu, maka zat tersebut akan mudah bereaksi ada larutan yang
pekat.55
4) Tekanan
Anda harus tahu bahwa partikel-partikel (atom atau molekul) dalam
suatu

gas

sangat

berjauhan

(tersebar).

Pada

dasarnya,

tekanan

mempengaruhi reaksi-reaksi yang melibatkan gas. Semakin besar tekanan


semakin cepat laju reaksinya dan semakin kecil tekanan gas semakin lambat
laju reaksinya. Agar dua buah zat kimia bereaksi, maka harus terdapat
tumbukan diantara partikel-partikelnya. Dengan demikian meningkatkan
tekanan, maka kita menekan partike-partikel tersebut bersama-sama
sehingga kita akan meningkatkan frekuensi tumbukan diantara partikelpartikel tersebut. Hal ini terjadi semakin besar tekanan gas, maka volume
gas semakin kecil, sehingga jarak antara partikel-partikelnya menjadi lebih
rapat dan partikel-prtikel tersebut lebih mudah bertumbukan.56
5) Katalis
Katalis merupakan zat yang meningkatkan laju suatu reaksi kimia tanpa
mengalami perubahan apapun. Hanya dalam beberapa saat, katalis dapat
menghasilkan perubahan dalam laju reaksi. Hal ini karena adanya katalis
dalam suatu reaksi akan menyebabkan reaksi tersebut berlangsung dengan
cara yang berbeda. Lebih jauh, kemampuan katalis dalam mempercepat
reaksi kimia disebabkan oleh kemampuan katalis dalam menurunkan harga
energi aktivasi, sehingga reaksi zat dengan menggunakan katalis dapat
berlangsung lebih cepat dibandingkan dengan reaksi zat tanpa katalis.57

55

Sunardi, Kimia Bilingual Untuk SMA/MA Kelas XI Semester 1 dan 2, (Bandung:


Yrama Widya. 2008), h. 178.
56
Ibid
57
Ibid, h. 179

33

Salah satu reaksi dengan menggunkan katalis adalah reaksi pembuatan


gas oksigen melalui pemanasan kalium klorat (KClO3). Pada kondisi normal
(tanpa katalis), reaksi pemanasan KClO3 tersebut berlangsung lambat. Akan
tetapi, dengan penambahan katalis mangan dioksida (MnO2) atau batu kawi
reaksi tersebut berlangsung lebih cepat pada suhu yang tidak terlalu tinggi,
dan pada akhir reaksi, katalis MnO2 tersebut diperoleh kembali.58
Tanpa katalis

2 KClO3 (s)
2 KClO3 (s)

Menggunakan katalis MnO2

2KCl(s) + O3 (g)
2KCl(s) + O3 (g)

Katalis banyak digunakan dalam industri, misalnya vanadium


pentoksida (V2O5) digunakan sebagai katalis dalam industri asam sulfat
(H2SO4) melalui proses kontak dan serbuk besi (Fe) digunakan sebagai
katalis dalam industri amonia (NH3) melalui proses Haber-Bosch.59
Disadari atau tidak, reaksi-reaksi kimia dalam tubuh manusia juga
dipercepat oleh katalis yang disebut dengan enzim. Dalam hal ini, enzim
nerupakan suatu protein kompleks yang dihasilkan oleh sel-sel hidup yang
dapat meningkatkan laju suatu reaksi biokimia tertentu dengan bertindak
sebagai katalis. Oleh karena itu, enzim disebut juga dengan biokatalisator.
Sebagai contoh amilase yang terdapat pada ludah berperan dalam
mempercepat pengubahan zat tepung dan glikogen menjadi gula sederhana,
misalnya glukosa.60

D. Penelitian Relevan
I Gusti Agung Nyoman Setiawan, dengan judul penelitian Penerapan
Pengajaran Kontekstual Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Hasil Belajar
Biologi Siswa Kelas X2 SMA Laboratorium Singaraja Jurusan Pendidikan
Biologi Fakultas MIPA Undiksha. Berdasarkan hasil penelitian dapat

58

Ibid, h. 180
Ibid
60
Ibid
59

34

disimpulkan terjadinya peningkatan hasil belajar siswa, keaktifan siswa dalam


proses dan pemahaman disetiap siklusnya.61
Susriyati Mahanal dkk, Judul Penerapan Pembelajaran Masalah dengan
Strategi Kooperatif Model STAD pada Mata Pelajaran Sains Untuk
Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas V MI jenderal
Sudirman Malang, yang dikaji dalam penelitian ini adalah metode STAD pada
pembelajaran

berbasis

masalah

meningkatkan berpikir kritis.


Elsa

Krisanti

dengan

pendekatan

kooperatif

untuk

62

Mulia

dan

Dainursanti

Judul

Mengembangkan

Kecakapan Skill (process skill) melalui Penerapan Metode Belajar Berbasis


Masalah (Problem Based Learning) pada Mata Ajaran Kimia Analitik, dapat
dismpulkan bahwa model ini mampu meningkatnya keterampilan proses dalam
mata kuliah kimia Analitik.63
Ni Made Suci dengan judul penelitian Penerapan Model Problem Based
Learning (PBL) Untuk Meningkatkan Partisipasi Belajar dan Hasil Belajar
Teori Akutansi Mahasiswa Jurusan Ekonomi Undiskha. Berdasarkan data yang
didapat model pembelajaran berbasis masalah dengan pendekatan kooperatif
dapat meningkatkan hasil belajar mahasiswa dalam mata kuliah teori akutansi
yang ditunjukkan oleh nilai-nilai pretest sebesar 56 meningkat setelah
selesainya pelaksanaan tindakan menjadi rata-rata 82,04. Penerapan model
pembelajaran berbasis masalah mendapat respon (tanggapan) yang positif dari

61

I Gusti Agung Nyoman Setiawan, Penerapan Pengajaran Kontekstual Berbasis


Masalah Untuk meningktakan Hasil belajar Biologi Siswa Kelas X 2 SMA Laboratorium
Singaraja, (Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan Undiksha April, 2008), h. 57
62
Susriyati Mahanal, Penerapan Pembelajaran Berdasarkan Masalah dengan
Strategi Kooperatif Model STAD pada Mata Pelajaran Sains untuk Meningkatkan Kemampuan
Berpikir Kritis Siswa Kelas V MI JenderalSudarman Malang, (Jurnal pendidikan Universitas
Negeri Malang, 2007 ), h. 47
63
Elsa Krisanti Mulia dan Dianursanti, Mengembangkan Kecakapan Proses (Process
skill) melalui Penerapan Metode Belajar Berbasis Masalah, (Problem Based Learning) pada
Mata Ajaran Kimia Analitik, (Jurnal Penelitian Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006),
h.8.

35

mahasiswa karena dengan model ini mahasiswa dapat mengeksploitasi


pengetahuan awalnya.64
Jackie O'kelly, dengan judul penelitian Designing a Hibrid Problem
Based Learning (PBL) Course: a Case Study of First Year Computer Science
in NUI, MAYNOOTH. Model Problem Based Learning (PBL) dapat
diimplementasikan oleh siswa hingga dapat berdampak baik bagi lingkungan.
Model ini menyediakan cara yang mampu membantu siswa dalam masalah
yang abstrak. Masalah yang diberikan dapat menumbuhkan pemikiran kritis,
keterampilan berkomunikasi secara verbal maupun tertulis dan kemampuan
mereka untuk bekerja dalam kelompok. Hal ini membantu siswa dalam
membentuk sifat menerima dan menghindari individualis. 65
Abd. Qohar dkk, dengan judul Penelitian Upaya Meningkatkan
Kemampuan

Bernalar

Mahasiswa

dalam

Pembelajaran

Pemrograman

Komputer melalui Penekatan Masalah, dapat disimpulkan pembelajaran dasardasar komputer dengan metode diskusi dapat meningkatkan kemampuan
mahasiswa dalam pembuatan alogaritma.66
Orhan Akinoglu dan zkardes Tandongan, dengan judul penelitian The
Effets of Problem Based Active Learning in Science Education on Stdents
Academic Acievement, Attiutde and Concept Learning, dapat dismpulkan
bahwa pembelajaran berbasis masalah pada ilmu sains meningkatkan prestasi
belajar, sikap dan penguasaan konsep.67
Hyo-Jeong So dan Bosung Kim, dengan judul penelitian Learning
About Problem Based Learning: Student Teachers Integrating Technology,

64

Ni Made Suci, Penerapan Model Problem Based Learning Untuk Meningkatkan


Partisipasi Belajar dan Hasil Belajar Teori Akuntansi Mahasiswa, (Jurnal Penelitian dan
Pengembangan Pendidikan Jurusan Ekonomi Undiksha April, 2008), h. 85.
65
Jackie OKelly, Designing A Hybrid Problem-Based Learning (PBL) Course: A
Case Study Of First Year Computer Science In NUI, Maynooth. fallon, (h.galway: celt,2005),
hal. 51
66
Abd. Qohar dkk, Upaya Meningktakan Kemampuan Bernalar Mahasiswa dalam
Pembelajaran Pemrograman Komputer melalui Pendekatan Pemecahan Masalah, (Jurusan
Matematika FMIPA Universitas Negeri Malang, 2007), h. 12.
67
Orhan Akinolu and Ruhan zkarde Tandoan, The Effects of Problem-Based Active
Learning in Science Education on Students Academic Achievement, Attitude and Concept
Learning, (Eurasia Journal of Mathematics, Science & Technology Education, 2007), h. 78.

36

Pdagogy and Content Knowledge, dapat disimpulkan bahwa Problem Based


Learning

mampu

meningkatkan

kemampuan

calon

guru

dalam

mengintegrasikan tekhnologi dan kontent pengetahuannya dalam pendidikan. 68


Yuswanti Ariani Wirahayu dan Marhadi Slamet Kristianto dengan judul
penelitian Peningkatan Pemahaman Geografi dengan Strategi Pembelajaran
Berbasis Masalah dalam Kerangka Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) di
Kelas X SMAN I Batu, dapat disimpulkan pembelajaran berbasis masalah
dapat menigkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran serta meningkatkan
pemahaman siswa dalam mata pelajaran geografi khususnya pada materi
sejarah terbentuknya bumi dan tata surya. 69
Wafroturrohmah dan Suyatmini dengan judul penelitian Penggunaan
Metode Problem Base Learning Untuk Meningkatkan Kemempuan Belajar
Mandiri Mahasiswa Jurusan Pendidikan Akutansi pada Matakuliah Akutansi
Perpajakan, dapat disimpulkan bahwa metode Problem Based Learning dapat
meningkatkan kemampuan belajar mandiri mahasiswa jurusan pendidikan
Akutansi perpajakan.70

E. Kerangka Berpikir
Dalam pencapaian hasil belajar, dapat dilihat dari dua kegiatan yaitu
kegiatan penyajian bahan dari pihak pengajar dan kegiatan belajar siswa. Dua
kegiatan tersebut merupakan kegiatan interaksi dalam satu situasi tertentu. Tiap
situasi tertentu akan dihadapi secara utuh oleh individu yang belajar, dan setiap
pesan yang disampaikan oleh pengajar akan diolah secara berbeda-beda oleh
tiap individu yang belajar tersebut, sesuai minat, keinginan, metode, maupun

68

Hyo-Jeong So dan Bosung Kim, Learning About Problem Based Learning: Student
Teachers Integrating Technology, Pdagogy and Content Knowledge, (Journal of Educational
Technology from Nahayang Technological Universitas, 25 Jan 2009), h. 111.
69
Yuswanti Ariani Wirahayu, Peningkatan Pemahaman Geografi dengan Strategi
Pembelajaran Berbasis Masalah dalam Kerangka Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) di
Kelas X SMAN I Batu, (Jurnal pendidikan Universitas Negeri Malang, 2007 ), h. 30.
70
Wafroturrohman dan Suyatmini, Penggunaan Metode Problem Based Learning
Untuk meningkatkan kemampuan Belajar Mandiri Mahasiswa Jurusan Pendidikan Akuntansi
Pada Mata Kuliah Akutansi Perpajakan, (Jurnal Pendidikan FKIP Universitas Muhamadiyah
Surakarta Desember, 2008), h. 162.

37

gaya belajarnya. Inilah yang dapat mempengaruhi pembelajaran baik secara


internal (dalam diri siswa) maupun ekternal (lingkungan).
Pembelajaran model Probel Based Learning (PBL) menuntut anak
dapat berperan aktif dan memecahkan masalah, hal ini akan membantu anak
dalam kemampuan berpikir, itu semua dapat dilihat dari hasil belajar anak
(secara kognitif). Hal inilah model problem based learning (PBL) sangat
membantu dalam proses belajar mengajar kimia.
Pada model Problem Based Learning (PBL) tidak hanya melatih anak
dalam memecahan masalah dan berpikir kreatif, melainkan menuntun anak
untuk lebih aktif serta dapat memiliki keterampilan berkomunikasi. Dengan
model PBL ini diharapkan siswapun terdorong dalam keilmuan baik sains
maupun umum. Hal ini sudah ditemukan dari beberapa penelitian sebelumnya,
bahwa PBL sangatlah berengaruh baik pada sistem kognitif maupun motivasi
anak, seperti penelitian Ni Made Suci mengalamai kenaikan hasil belajar pada
pretest rata-rata 56 sedangkan setelah diadakan treatment meningkat menjadi
82,04. Seperti di gambarkan pada bagan 2.2 dibawah ini:

38

Karakteristik :
1. Dapat memecahkan
masalah.
2. Dapat berkerjasama
3. Studen center.
4. Belajar mandiri
5. Pengumpulan
informasi-informasi.

Kognitif

Afektif

Psikomotorik

PBL

Hasil Belajar

Faktor yang
mempengaruhi Hasil
Belajar

INTERNAL

1. Faktor biologis
2. Faktor psikologis, antar
lain:
a. Intelejensi
b.Minat
c. Bakat
d. Daya ingat
e. Daya konsentrasi

EKSTERNAL

1. Faktor lingkungan
keluarga
2. Faktor lingkungan
sekolah
3. Faktor lingkungan
masyarakat
4. Faktor waktu

Instrumental

Penetapan Model

Lingkungan Sekolah

Bagan 2.2 Kerangka Berpikir

F. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kajian teoritis yang telah diuraikan, maka dapat dirumuskan
hipotesis sebagai berikut:
Ho : Tidak terdapat pengaruh yang signifikan dalam penggunaan model
Problem Based Learning (PBL) terhadap hasil belajar kimia pada konsep Laju
Reaksi.
H1 : Terdapat pengaruh yang signifikan dalam penggunaan model Problem
Based Learning (PBL) terhadap hasil belajar kimia pada konsep Laju Reaksi.

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian model Problem Based Learning (PBL) dilaksanakan di
SMAN I Sukatani Bekasi pada semester ganjil kelas XI IPA tahun ajaran
2010/2011. Waktu penelitian dilaksanakan pada tanggal 23 Agustus 02
Oktober 2010.

B. Metode Penelitian dan Desain Penelitian


1. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah metode quasi eksperimen,
yaitu penelitian yang mempunyai kelompok-kelompok kontrol, tetapi tidak
dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang
mempengaruhi pelaksanaan eksperimen. 1
2. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah desain
jenis Pretest-posttest Nonequivalent Design. Dimana desain ini, kelompok
eksperimen maupun kelompok kontrol tidak dipilih secara random. Desain ini
menggunakan pretest-posttest pada kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol.2
Tabel 3.1 Pretest-posttest Nonequivalent Design

Ke

O1

X1

O2

Kk

O1

X2

O2

Keterangan :
Ke = Kelompok eksperimen
Kk = Kelompok kontrol
1

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta,


2009), h. 77.
2
Nurul Zuriah, Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara,
2007), h. 66.

39

40

O1 = Pretest (hasil sebelum dilaksanakan treatment)


O2 = Posttest (hasil setelah dilaksanakan treatment)
X1 = Treatment Model Problem Based Learning (PBL)
X2 = Menggunakan metode yang sering digunakan (konvensional)

C. Populasi sampel dan Teknik Pengambilan Sampel


Populasi penelitian adalah seluruh siswa SMAN I Sukatani Bekasi dan
populasi target adalah siswa kelas XI SMAN 1 Sukatani

tahun ajaran

2010/2011. Adapun sampel yang diambil adalah siswa kelas XI IPA SMAN 1
Sukatani Bekasi.
Teknik pengambilan sampel dilakukan secara Purposive sample, karena
dilakukan dengan cara mengambil subjek bukan didasarkan strata, random atau
daerah, tetapi didasarkan atas adanya tujuan tertentu.3 Maka, diperoleh kelas XI
IPA 4 sebagai kelas eksperimen dan XI IPA 5 sebagai kelas kontrol, karena
memiliki kemampuan yang sama sebagai sampel penelitian.
Sebagian dari jumlah populasi yang dipilih untuk sumber data disebut
sampel atau cuplikan. Syarat yang harus dipenuhi di antaranya bahwa sampel
harus diambil dari bagian populasi. Yang dapat diambil sebagai sampel dalam
hal ini adalah populasi akses, yaitu jumlah anggota kelompok yang dapat
ditemui di lapangan dan bukan populasi target.
Syarat yang paling penting untuk diperhatikan dalam pengambilan
sampel ada dua macam, yaitu jumlah sampel yang mencukupi dan profil sampel
yang dipilih harus mewakili. Berikut adalah gambar diagram alur pemikiran
antara populasi dengan sampel:4
Sampel

Populasi Akses

Populasi Target

Hasil temuan
Gambar 3.1 Hubungan populasi dan sampel
3

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta:


Rineka Cipta, 2006), h. 139.
4
Sukardi, Metode Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya, (Jakarta: Bumi
aksara, 2003), h. 54.

41

Dari gambar 3.1 menunjukan bahwa hasil penelitian merupakan didapat


dari sampel, dan sampel bagian dari populasi akses, sedangkan populasi akses
merupakan bagian dari populasi target.

D. Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang
diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang
hal tersebut kemudian ditarik kesimpulannya. Kerlinger menyatakan bahwa
variabel adalah konstruk atau sifat yang akan dipelajari.

Jadi Variabel

penelitian dapat disimpulkan yaitu segala sesuatu yang menjadi objek


pengamatan penelitian atau sebagai faktor-faktor yang berperan dalam peristiwa
atau gejala yang akan diteliti.
Terdapat dua variabel dalam penelitian ini, yaitu:
X = Model Problem Based Learning sebagai variabel bebas.
Y = Hasil belajar kimia sebagai variabel terikat.

Tabel 3.2 Definisi Konsep dan Operasional Variabel X dan Y

Variabel

Konseptual

Oprasional

Model
Problem
Based
Learning (PBL) adalah model
dimana siswa dituntut dapat
menstimulus suatu kejadian
yang dianggap masalah hingga
dapat menyelesaikan kejadian
tersebut serta mengahsilkan
produk (baik secara prodak
maupun ide), model tersebut
biasanya dilakukan secara
berkelompok
guna
memaksimalkan kemampuan
dalam belajarnya.

Model
Problem
Based
Learning (PBL) menuntut
siswa dapat memecahkan
masalah pada materi tertentu
dengan
pembentukkan
kelompok, kelompok tersebut
akan terjadi konflik dalam
berpikir hingga siswa dapat
menentukan solusi terbaik.

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta,


2009), h. 38.

42

Hasil belajar atau achievement


merupakan
realisasi
dari
kecakapan-kecakapan potensi
atau kepastian yang dimiliki
oleh seseorang dapat dilihat
dari perilakunya, baik perilaku
dalam bentuk penguasaan
pengetahuan,
keterampilan
berfikir maupun keterampilan
motorik

Merupakan
kemampuan
kognitif
yang
diperoleh
dengan
memberikan
tes
uraian (subjektif).

Dari tabel 3.2 menunjukan definisi konsep dan oprasional dari kedua variabel.
Variabel bebas yaitu model Problem Based Learning (PBL) dan varaibel
terikatnya yaitu hasil belajar.
Model Problem Based Learning (PBL) adalah salah satu model yang
beradasrkan konstruktivisme, siswa dituntut dapat menyelesaikan masalah,
berpikir kritis dan menemukan solusi dengan mengevaluasi masalah yang
diberikan. Adapun langkah-langkah model Problem Based Learning (PBL)
biasanya dilakuakn secara berkelompok dengan menggunakan lima tahapan
menurut Arends. Pertama, siswa dapat dikondisikan dengan mengorentasikan
masalah yang akan dipecahkan secara bersama. Kedua, mengorganisir siswa
baik secara kelompok maupun individu dan guru membantu mendefinisikan
masalah yang akan dipecahkan oleh siswa. Ke-tiga, guru membimbing
penyelidikan siswa terhadap masalah, disini guru sebagai fasilitator dan
moderator. Ke-empat, mengembangkan atau mengeksplor hasil karya siswa
(berupa ide atau prodak) yang sudah didapat baik dengan cara berdiskusi atau
mempraktikumkan dan hasil tersebut dipaparkan kepada kelompok atau siswa
yang lain. Ke-lima, menganalisis dan mengevaluasi proses, hasil tersebut
dipaparkan dengan teman atau kelompok lain hingga adanya sanggahan atau
tambahan dari temuan siswa tersebut dan siswapun dapat menyimpulkan hasil
diskusinya, sedangkan guru menambahkan kesimpulan yang sudah diberikan
oleh anak.

43

Hasil belajar secara konseptual merupakan hasil dari proses belajar


mengajar dan berupa Achivment atau penilaian. Pada umumnya hasil belajar
dapat dilihat tidak hanya pada nilai pelajaran yang diujikan, tetapi dapat berupa
nilai apektif atau aplikasi dari teori dan kognitif.

E. Teknik Pengumpulan Data


Pada pelaksanaan pengumpulan data, peneliti terlibat langsung, baik
dalam mengolah maupun menarik kesimpulan dari data yang diperoleh.
Pengumpulan data diambil dengan Test.
Test yang digunakan adalah

pretest-posttest anak pada proses

pembelajaran. Sebelum treatment anak diberikan pretest pada kelas eksperimen


dan kontrol untuk mengetahui kemampuan awal dari kedu kelas tersebut,
sehingga kelas eksperimen dan kontrol pantas atau tidak untuk dijadikan sampel
penelitian. Setelah itu diadakannya

treatment

bagi kelompok eksperimen

sedangkan kelompok kontrol dengan konvensional barulah diberi posttest pada


kedua kelas tersebut, posttest untuk mengetahui seberapa besar pengaruh
penerapan model Problem Based Learning (PBL) dengan pembelajaran secara
konvensional. Data dalam penelitian yang digunakan untuk mengukur adalah
keberhasilan belajar siswa secara kognitif.

F. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan untuk memperoleh data tentang pengaruh
penerapan model Problem Based Learning (PBL) dalam hasil belajar adalah
pretest-posttest pada materi yang diberikan. Instrumen berupa soal subjektif
yang terdiri dari pemahaman, penerapan, dan analisis.
Penilaian terhadap hasil belajar bertujuan untuk mengukur penguasaan
dan pemilihan konsep dasar keilmuan (content objectives) berupa materi-materi
esensial sebagai konsep kunci dan prinsip utama. Konsep kunci dan prinsip
utama keilmuan tersebut harus dimiliki dan dikuasai siswa secara baik, bukan

44

hanya dalam bentuk hafalan.

Adapun kisi kisi instrumen dapat dilihat pada

tabel dibawah ini:


Tabel 3.3 Kisi-kisi Instrumen
No
1

Indikator
Menjelaskan pengertian laju
reaksi
Menghitung laju reaksi dari
faktor-faktor yang
mempengaruhinya.
Menjelaskan hubungan
antara laju reaksi dengan
ordenya
Mampu menjelaskan teori
tumbukan untuk
menjelaskan faktor penentu
laju reaksi.
Mampu menghitung
persamaan laju reaksi dan
orde reaksi
Menyebutkan manfaat laju
reaksi dalam kehidupan
sehari-hari.

C1

C2

Taksonomi Bloom
C3
C4

2*, 3

C6

11

12

1
4, 5

C5

8*

6*

10*
13, 14*,
15
18

16,
17*

Keterangan :
Dipakai sebagai alat test (pretest-posttest)
Pada tabel 3.3 menunjukan bahwa instrumen yang divalidasi sebanyak 18 soal
(subjektif), dengan 6 indikator. Setelah diujikan di kelas XII IPA 1 SMAN 1
Sukatani dan dihitung melalui program ANATES maka instrumen tersebut
mendapatkan 8 instrumen valid dan invalid 10 instrumen dengan reabilitas 0,54
serta instrumen yang diambil sebagai alat test (pretest posttest) pada penelitian
sebanyak 6 instrumen.

G. Validasi Instrumen
Sebelum menentukan valid dan reliabel tidaknya suatu butir soal,
terlebih dahulu dilakukan pengukuran tingkat kesukaran, daya beda, vaiditas
dan reabilitas instrumen yang diujikan.

Ahmad Sofyan, dkk, Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi, (UIN


Jakarta Press: Jakarta, 2006), h. 14.

45

1. Tingkat kesukaran
Tingkat kesukaran merupakan salah satu analisis kuantitatif konvensional
paling sederhana dan mudah. Hasil hitungnya merupkan proposri atau
perbandingan antara siswa yang menjawab benar dengan keseluruhan siswa
yang mengikuti test.7
Rumus tingkat kesukaran:
P = B/N
Keterangan:
P

= Proporsi (indeks kesukaran)

= Jumlah siswa yang menjawab benar

= Jumlah peserta test

2. Daya beda
Daya beda digunakan untuk mengetahui kemampuan butir dalam
membedakan kelompok-kelompok siswa antara kelompok siswa yang
pandai dengan kelompok siswa yang kurang pandai. 8
Rumus daya beda:
D = (Ba-Bb)/ 0,5 N
Keterangan

Ba

= Jumlah yang menjawab benar pada kelompok atas

Bb

= Jumlah yang menjawab benar pada kelompok bawah

= Jumlah peserta tes

3. Validitas dan reabilitas instrumen


a) Validitas dan reabilitas butir untuk skor kontinum (soal uraian)
Validitas berasal dari kata validity, dapat diartikan tepat atau sahih, yakni
sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan
fungsi ukurnya.9
rit =

xixt
xi 2 xt 2

Ibid, h. 103.
Ibid, h. 104.
9
Ibid, h. 105-108.
8

46

Keterangan :
rit

= koofisien korelasi antara skor butir dengan skor total

ax i2

= jumlah kuadrat devisi skor dari xi2

axt2

= jumlah kuadrat deviasi skor dari xt2

axi xt = jumlah deviasi skor dari xi xt


Reabilitas (rely + ability = reability) bermakna: keterpercayaan, keajegan,
kestabilan atau konsisten. Sejauh ini dapat diartikan hasil suatu
pengukuran yang dapat dipercaya.
Rumus reabilitas :
rii=

k Si 2
1 2
k 1
St

Keterangan

rii

= koefisien reabilitas tes

= jumlah butir

Si2

= varians skor butir

St2

= varians skor total

b) Validasi dan reabilitas butir skor dikotomi (soal objektif)


Rumus validasi10 :
Xi Xt
St
Keterangan :

rbis i =

pi
qi

rbis i

= koefisien biserial antara skor butir soal nomor i dengan skor total

Xi

= rata-rata skor total responden menjawab benar butir soal nomor i

St

= standar deviasi skor total semu responden

pi

= proporsi jawaban benar untuk butir soal nomor i

qi

= proporsi jawaban salah untuk butir nomor i

Rumus reabilitas :
rii =
10

k piqi
1
k 1
St 2
Ibid, h. 109-113.

47

Keterangan :
rii

= koefisien reliabilitas tes

= jumlah butir

piqi

= varians skor butir

pi

= proporsi jawaban benar untuk butir nomor i

qi

= proporsi jawaban salah untuk butir i

St2

= varaians skor total

H. Teknik Analisis Data


1. Pengujian Prasyarat Analisis
a. Uji normalitas data
Uji normalitas secara parametrik dengan menggunakan penaksiran ratarata dan simpangan baku. Uji normalitas data ini dilakukan untuk
mengetahui apakah sampel yang diteliti berdistribusi normal atau tidak.
Uji normalitas yang digunakan adalah uji Lielifors dengan taraf
signifikan = 0.05
Pengujian normalitas dilakukan dengan langkah-langkah sebagai
berikut:11
1) Urutkan data sampel dari yang terkecil hingga terbesar
Tentukan nilai

Zi

Xi X
S

dengan:
Zi = skor baku

X = nilai rata-rata
Xi = skor rata-rata
S = simpangan baku
2) Tentukan besar peluang untuk masing-masing nilai Zi berdasarkan
tabel Zi dan sebut dengan F(Zi) dengan aturan:
Jika Zi > 0, maka F(Zi) = 0.05 + nilai tabel
Jika Zi < 0, maka F(Zi) = 1- (0.5 + nilai tabel)
11

Sudjana, Metode Statistik, (Bandung: Tarsito, 2005), cet. Ke-6. h. 466.

48

3) Hitung proporsi Z1,Z2,..,Zn yang lebih kecil atau sama dengan Zi,
maka proporsi ini dinyatakan oleh S(Zi), maka:
S(Zi) =banyaknya Z1, Z2, .Zn yang Zi dibagi n
4) Hitung selisih F(Zi) S(Zi), kemudian tentukan harga mutlaknya.
5) Ambil nilai terbesar antara harga-harga mutlak selisih tersebut, nilai
ini dinamakan Lo.
6) Memberikan interpretasi, Lo dengan membandingkan dengan Lt. Lt
adalah harga yang diambil dari tabel harga kritis uji lielifors.
7) Mengambil kesimpulan berdasarkan harga Lo dan Lt, yang telah
didapat. Apabila Lo < Lt, maka sampel berasal dari distribusi normal.
b. Uji homogenitas
Untuk menentukan rumus t-test, maka harus menemukan kehomogenan
sampel tersebut dengan uji homogenitas. Uji homogenitas dilakukan
dengan uji Fischer, yaitu dengan menguji varians dari kedua sampel
homogen atau tidak, adapun langkah-langkahnya sebagai berikut:12
1) Tentukan simpangan baku dari masing-masing kelompok.
2) Tentukan F hitung dengan
Fhitung =

Variansterbesar
Variansterkecil

3) Tentukan taraf nyata yang digunakan.


4) Tentukan db pembilang (varians terbesar) dan db penyebut (varians
terkecil).
5) Tentukan kriteria pengujian
Jika Fhitung Ftabel, maka Ho diterima, yang berarti varians kedua
populasi homogen.
Jika Fhitung > Ftabel, maka Ho ditolak, yang berarti varains kedua
populasi tidak homogen.

12

Sugiono, Statistik Untuk Penelitian, (Bandung: Alfabeta, 2009), cet. Ke-4. h. 140.

49

2. Pengujian hipotesis
Bila jumlah anggota sampel n1 = n2 dan varians homogen, maka dapat
digunakan rumus t-test Polled Varians. Jika yang digunakan derajat
kebebasannya (dk) yang digunakan sebesar n1 + n2 2 pada taraf
signifikansi = 0.05 dengan rumus sebagai berikut:13

X1 X 2
dsg n11

1
n2

dengan dsg =

n1 1v1 n2 1v2
n1 n2 2

Keterangan:
X 1 rata-rata data kelompok eksperimen
X 2 rata-rata data kelompok kontrol

dsg = nilai deviasi standar gabungan


n1 = banyaknya data kelompok eksperimen
n2 = banyaknya data kelompok kontrol
v1 = varians data kelompok eksperimen
v2 = varians data kelompok kontrol.

I. Hipotesis Statistik
Pengujian penelitian ini, merupakan pengujian hipotesis komparatif. Uji
hipotesis komparatif berarti menguji parameter populasi yang berbentuk
perbandingan melalui ukuran sampel yang juga berbentuk perbandingan. Hal ini
juga dapat menguji kemampuan generalisasi (signifikansi hasil penelitian) yang
berupa perbandingan keadaan variabel dari dua sampel atau lebih. Bila Ho atau
H1 dalam pengujian diterima, berarti nilai perbandingan dua sampel atau lebih
tersebut dapat digeneralisasikan untuk seluruh populasi, dimana sampel-sampel
yang diambil berada pada taraf kesalahan tertentu. Rumusan hipotesis komparasi
satu pihak dapat dilihat, di bawah ini:14

13
14

121 .

Sugiono, Statistik Untuk Penelitian, (Bandung: Alfabeta, 2009), cet. Ke-4. h. 138.
Sugiono, Statistik Untuk Penelitian, (Bandung: Alfabeta, 2009), cet. Ke-4. h.117

50

Ho : 1 < 2
H1 : 1 > 2
Ho : Tidak terdapat pengaruh yang signifikan dalam penggunaan model Problem
Based Learning (PBL) terhadap hasil belajar kimia pada konsep Laju
Reaksi.
H1 : Terdapat pengaruh yang signifikan dalam penggunaan model Problem
Based Learning (PBL) terhadap hasil belajar kimia pada konsep Laju
Reaksi.
Dengan:
1= rata-rata nilai hasil belajar kimia siswa menggunakan model Problem Based
Learning (PBL) dalam pembelajaran.
2 = rata-rata nilai hasil belajar kimia siswa tanpa menggunakan model Problem
Based Learning (PBL) dalam pembelajaran.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian ini adalah hasil data pretest dan posttest dari dua kelas,
yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Sebelum menerapakan pembelajaran
model Problem Based Learning (PBL), kedua kelas masing-masing diberikan
pretest. Pretest ini bertujuan untuk mengukur pengetahuan awal peserta didik
mengenai kosep Laju Reaksi. Setelah masing-masing kelas melakukan proses
belajar dengan perlakuan yang berbeda, setelah itu pada masing-masing kelas
dilakukan posttest yang bertujuan untuk mengukur sejauh mana peningkatan hasil
belajar peserta didik.

A. Hasil penelitian
1. Perbandingan hasil pretest siswa kelas eksperimen dan kontrol
Sebelum melakukan penelitian terhadap kelas eksperimen (XI IPA 4)
dan kelas kontrol (XI IPA 5) dilakukan pretest untuk mengetahui kemampuan
awal siswa. Dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 4.1 Perbandingan hasil pretest kelas eksperimen dan kontrol

Data

Kelas eksperimen

Kelas kontrol

Nilai maksimum

38

50

Nilai minimum

12

22,25

18,5

Median

21

17,7

Modus

17,9

19,1

Rentang kelas (R)

26

47

Interval (I)

6,6

11

Mean

Standar Deviasi (SD)

Berdasarkan tabel 4.1 dari pretest diketahui nilai rata-rata 22,25 untuk
kelas eksperimen (XI IPA 4) dan nilai rata-rata 18,5 untuk kelas kontrol (XI
IPA 5), masing-masing memiliki standar deviasi 6,6 untuk kelas eksperimen
dan 11 untuk kelas kontrol, median 21 untuk kelas eksperimen dan 17,7 untuk

51

52

kelas kontrol, sedangkan modus 17,9 untuk kelas eksperimen dan 19,1 untuk
kelas kontrol.
Distribusi frekuensi biasanya dipakai sebagai data persiapan untuk uji
selanjutnya. Adapun data distribusi frekuensi dapat dilihat pada tabel dibawah
ini:
Tabel 4.2 Distribusi frekuensi Nilai pretest siswa kelas eksperimen dan kontrol

No

Interval
kelas
eksperimen

Frekuensi
Absolute

Relative
(%)

Interval
kelas
kontrol

Frekuensi
Absolute

Relative
(%)

12 15

15,625

3 10

28,125

16 19

25

11 18

25

20 23

18,75

19 26

10

31,25

24 27

21,875

27 34

6,25

28 31

6,25

35 42

3,125

32 35

9,375

43 50

6,25

36 39

3,125

Jumlah

32

100 %

32

100%

Jumlah

Berdasarkan tabel 4.2 dapat dilihat bahwa kelas eksperimen interval


kelas yang banyak diperoleh siswa yaitu pada skor 16 19 dan kelas kontrol
pada skor 19 26, sedangkan interval pada skor 36 39 adalah frekuensi
terendah pada kelas eksperimen, dan kelas kontrol pada interval 3 10. Dapat
dilihat pada lampiran 8.
2. Perbandingan hasil posttest siswa kelas eksperimen dan kontrol
Setelah melakukan penelitian terhadap kelas eksperimen (XI IPA 4) dan
kelas kontrol (XI IPA 5) dilakukan posttest untuk mengetahui kemampuan
setelah dilakukannya perlakuan dari kedua kelas. Dapat dilihat pada tabel
dibawah ini:

53

Tabel 4.3 Perbandingan hasil posttest kelas eksperimen dan kontrol

Data

Kelas eksperimen

Kelas kontrol

Nilai maksimum

97

60

Nilai minimum

22

20

Mean

61,25

36,125

Median

63,7

33,5

Modus

64,7

30

Rentang kelas (R)

75

40

Interval (I)

12

14,4

10

Standar Deviasi (SD)

Berdasarkan tabel 4.3 dari posttest diketahui nilai rata-rata 61,25 untuk
kelas eksperimen (XI IPA 4) dan nilai rata-rata 36,125 untuk kelas kontrol (XI
IPA 5), masing-masing memiliki standar deviasi 14,4 untuk kelas eksperimen
dan 10 untuk kelas kontrol, median 63,7 untuk kelas eksperimen dan 33,5
untuk kelas kontrol, sedangkan modus 64,7 untuk kelas eksperimen dan 30
untuk kelas kontrol.
Distribusi frekuensi biasanya dipakai sebagai data persiapan untuk uji
selanjutnya. Adapun data distribusi frekuensi dapat dilihat pada tabel dibawah
ini:
Tabel 4.4 Distribusi frekuensi Nilai posttest siswa kelas eksperimen dan kontrol

Interval
No

kelas
eksperimen

Frekuensi
Absolute

Relative
(%)

22 33

3,125

34 45

46 57

Interval
kelas
kontrol

Frekuensi
Absolute

Relative
(%)

20 26

15,625

9,375

27 33

11

34,375

21,875

34 40

15,625

58 69

14

43,75

41 47

21,875

70 81

15,625

48 54

6,25

82 93

3,125

55 61

6,25

94 100

3,125

Jumlah

32

100 %

32

100%

Jumlah

Berdasarkan tabel 4.4 dapat dilihat bahwa kelas eksperimen interval


kelas yang banyak diperoleh siswa yaitu pada skor 58 69 dan kelas kontrol
pada skor 27 33, sedangkan interval pada skor 22 3 adalah frekuensi

54

terendah pada kelas eksperimen, dan kelas kontrol pada interval 20 26. Dapat
dilihat pada lampiran 14.

B. Pengujian Prasyarat Pengambilan Sampel


Berdasarkan data yang telah dipaparkan sebelumnya, pada pengujian
prasyarat sampel ini membutuhkan data pretest dari kelas eksperimen maupun
kelas kontrol. Rata-rata pretest kelas eksperimen sebesar 22,25 dan kelas kontrol
18,5. Pretest diujiakan pada kelas eksperimen dan kontrol sebelum dilakukan
perlakuan. Untuk melakukan uji prasyarat sampel maka, data tersebut harus
dihitung, normalitas dan homogenitas, setelah keduanya dihitung dapat
dilanjutkan pada uji parametrik atau nonparametrik.
1. Uji Normalitas
Uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan uji Liliefors. Uji
normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal
atau tidak, dengan ketentuan data berdistribusi normal bila memenuhi Lhit <
Ltab dengan derajat kebebasan masing-masing kelas eksperimen dan kontrol
sebesar 32 pada taraf signifikan 95%.
a) Uji normalitas pretest kelas eksperimen
Hasil uji normalitas pretset kelas eksperimen dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 4.5 Data Uji Normalitas Pretest pada kelas eksperimen

Keterangan

Test

Lhit

Ltab

Kesimpulan data

Kelompok
eksperimen

Pretest

32

0,1449

0,1560

Berdistribusi normal

Dari tabel 4.5 diketahui Lhit = 0,1449 sedangkan Ltab = 0,1560 pada taraf
signifikan 95% dengan derajat kebebasan 32, dengan ketentuan Lhit < Ltab
atau 0,1449 < 0,1560 maka dapat disimpulkan bahwa kelas tersebut
berdistribusi normal. Perhitungan dapat dilihat pada lampiran 10.
b) Uji normalitas pretest kelas kontrol
Hasil uji normalitas pretest kelas kontrol dapat dilihat pada tabel
berikut:

55

Tabel 4.6 Data Uji Normalitas Pretest pada kelas kontrol

Keterangan

Test

Lhit

Ltab

Kesimpulan data

Kelompok
eksperimen

Pretest

32

0,1285

0,1560

Berdistribusi normal

Pada tabel 4.6 diketahui Lhit = 0,1285 sedangkan Ltab = 0,1560 pada taraf
signifikan 95% dengan derajat kebebasan 32, dengan ketentuan Lhit < Ltab
atau 0,1285 < 0,1560 maka dapat disimpulkan bahwa kelas tersebut
berdistribusi normal. Perhitungan dapat dilihat pada lampiran 11.

2. Uji Homogenitas
Setelah kedua sampel dinyatakan berdistribusi normal, selanjutnya
dicari nilai homogenitas. Dalam penelitian ini didapat dengan menggunakan
uji Fisher. Kriteria pengujian yang digunakan, yaitu kedua kelas dinyatakan
homogen apabila Fhit < Ftab. Uji homogen dengan derajat kebebasan 62 pada
taraf signifikan 95%.
Hasil uji homogenitas pretest kedua sampel penelitian dapat dilihat
pada tabel berikut :
Tabel 4.7 Data Uji Homogen Pretest kelas Eksperimen dan Kontrol

Data
N
SD

Pretest
Eksperimen

Kontrol

64

64

112

6,6

Fhit

1,66

Ftab

1,77

Kesimpulan

Berdistribusi homogen

Dari data tabel 4.7 uji homogenitas pada data pretest kelas eksperimen dan
kontrol berdistribusi homogen, maka kedua kelas memiliki kemampuan awal
yang sama atau homogen, karena memenuhi kriteria yaitu Fhit < Ftab. Nilai Fhit
= 1,66 dan Ftab = 1,77 atau 1,66 < 1,77 pada derajat kebebasan 62 dari n1+n2
2 sedangkan n1 dan n2 masing-masing 32. Perhitungan dapat dilihat pada
lampiran 13.

56

3.

Pengujian hipotesis sampel


Setelah dilakukan prasyarat analisis sampel pada data pretest, diketahui

bahwa hasil pretest berdistribusi normal dan homogen. Sehingga pengujian


data pretetst kedua kelas dilanjutkan pada uji hipotesis sampel berikutnya,
yaitu uji-t dengan kriteria:
Ho

: 1 < 2

Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata skor pretest kelas
eksperimen dengan kelas kontrol
H1

: 1 > 2

Terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata skor pretets kelas


eksperimen dengan kelas kontrol.
Hasil uji hipotesis sampel kedua kelas penelitian dapat dilihat pada
tabel berikut :
Tabel 4.8 Uji hipotesis sampel kelas Eksperimen dan Kontrol

Data

Pretest
Kelas eksperimen

Kelas control

32

32

SD

6,6

11

thit

1,18

ttab

1,38
Ho diterima, tidak terdapat perbedaan yang

Keterangan

signifikan antara rata-rata skor pretest kelas


eksperimen dengan control

Dari data tabel 4.8 Bahwa data pretset kedua kelas berada pada daerah
penerimaan H0 karena nilai thit = 1,18 dengan ttab = 1,38 pada taraf signifikan
95% dan derajat kebebasan 62 dari n1+n2 2 dengan n1 dan n2 masing-masing
32, memenuhi kriteria thit < ttab atau 1,18 < 1,38 sehingga kedua kelas baik
kelas eksperimen dan kontrol pantas dijadikan sampel penelitian, karena
mewakili populasi sampel dan memiliki kemampuan yang sama, maka kelas
eksperimen dan kontrol dapat dilanjutkan pada pemberian tindakan atau
treatment. Perhitungan dapat dilihat pada lampiran 14.

57

C. Pengujian Prasyarat Analisis


Berdasarkan data yang sudah dipaparkan, pada pengujian prasyarat
analisis dibutuhkan data posttest dari kelas eksperimen dan kontrol. Posttest ini
diambil setelah dilakukanya perlakuan, rata-rata kelas eksperimen sebesar 61,26
dan kelas kontrol 36,125. Perlakuan pada kelas eksperimen menggunakan
pembelajaran model Problem Based Learning (PBL) dan pada kelas kontrol
menggunakan pembelajaran konvensional. Untuk melakukan uji prasyarat
hipotesis, data terlebih dahulu harus dihitung normalitas dan homogenitasnya,
setelah itu dapat dilanjutkan pada uji parametrik atau non parametrik untuk uji
hipotesis.
1. Uji Normalitas
Uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan uji Liliefors. Uji
normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal
atau tidak, dengan ketentuan data berdistribusi normal bila Lhit < Ltab dengan
derajat kebebasan masing-masing 32 untuk kelas eksperimen dan kontrol
pada taraf signifikan 95%.
a) Uji normalitas posttest kelas eksperimen
Hasil uji normalitas posttest kelas eksperimen dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 4.9 Data Uji Normalitas Posttest pada kelas eksperimen

Keterangan

Test

Lhit

Ltab

Kesimpulan data

Kelompok
eksperimen

Posttest

32

0,1040

0,1560

Berdistribusi normal

Pada tabel 4.9 diketahui Lhit = 0,1040 sedangkan Ltab = 0,1560 pada taraf
signifikan 95% dengan derajat kebebasan 32, dengan ketentuan Lhit < Ltab
atau 0,1040 < 0,1560 maka dapat disimpulkan bahwa kelas tersebut
berdistribusi normal. Perhitungan dapat dilihat pada lampiran 16.
b) Uji normalitas posttest kelas kontrol
Hasil uji normalitas posttest kelas kontrol dapat dilihat pada tabel
berikut:

58

Tabel 4.10 Data Uji Normalitas Posttest pada kelas kontrol

Keterangan

Test

Lhit

Ltab

Kesimpulan data

Kelompok
eksperimen

Posttest

32

0,1217

0,1560

Berdistribusi normal

Pada tabel 4.10 diketahui Lhit = 0,1217 sedangkan Ltab = 0,1560 pada taraf
signifikan 95% dengan derajat kebebasan 32, dengan ketentuan Lhit < Ltab
atau 0,1217 < 0,1560 maka dapat disimpulkan bahwa kelas tersebut
berdistribusi normal. Perhitungan dapat dilihat pada lampiran 17.

2. Uji Homogenitas
Setelah kedua sampel dapat dinyatakan berdistribusi normal pada
data posttest baik kelas eksperimen dan kontrol, maka selanjutnya dicari nilai
homogenitas. Dalam penelitian ini didapat dengan menggunakan uji Fisher.
Kriteria pengujian yang digunakan, yaitu kedua kelas dinyatakan homogen
apabila Fhit< Ftab. Homogenitas setelah dilakukannya perlakuan menyatakan
bahwa kedua kelas memeiliki kemampuan yang homogen.
Hasil uji homogenitas posttest kedua sampel penelitian dapat dilihat
pada tabel berikut :
Tabel 4.11 Data Uji Homogen Posttest kelas Eksperimen dan Kontrol

Data
N
SD

Posttest
Eksperimen

Kontrol

64

64

14,4

102

Fhit

1,44

Ftab

1,77

Kesimpulan

Berdistribusi homogen

Pada tabel 4.9 data homogenitas posttest kelas eksperimen dan kontrol pada
derajat kebebasan 62 didapat dari n1+n2 2 dengan n1 dan n2 masing-masing
32 pada taraf signifikan 95%, didapat nilai Fhit = 1,44 dan Ftab = 1,77 kedua
sampel berdistribusi homogen, karen memenuhi kriteria Fhit < Ftab, atau 1,44 <
1,77. Perhitungan dapat dilihat pada lampiran 18.

59

3. Uji hipotesis
Setelah dilakukan prasyarat analisis data, diketahui bahwa hasil posttest
berdistribusi normal dan homogen, sehingga pengujian data hasil belajar
kedua kelas dialnjutkan pada analisis berikutnya, yaitu uji hipotesis. Untuk
hasil posttest menggunakan uji-t dengan kriteria:
Ho

: 1 < 2

Ho

: Tidak terdapat pengaruh yang signifikan dalam penggunaan model

Problem Based Learning (PBL) terhadap hasil belajar kimia pada konsep laju
reaksi.
H1

: 1 > 2

H1

: Terdapat pengaruh yang signifikan dalam penggunaan model Problem

Based Learning (PBL) terhadap hasil belajar kimia pada konsep laju reaksi.
Dengan:
1 < 2 : Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata skor
posttest kelas eksperimen dengan kelas kontrol
1 > 2 : Terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata skor posttest
kelas eksperimen dengan kelas kontrol
Hasil uji hipotesis penelitian kedua sampel dapat dilihat pada tabel
berikut :
Tabel 4.12 Uji hipotesis penelitian kelas Eksperimen dan Kontrol

Data

Posttest
Kelas eksperimen

Kelas kontrol

32

32

SD

14,4

10

thit

5,80

ttab

1,38

Keterangan

H1 diterima, Terdapat Pengaruh Yang Signifikan


Dalam Penggunaan Model Problem Based
Learning (PBL) Terhadap Hasil Belajar Kimia
Siswa pada Konsep Laju Reaksi

Pada tabel 4.10 uji hipotesis penelitian kelas eksperimen dan kontrol bahwa
hasil uji-t berada pada daerah penerimaan H1 dan menolak Ho pada taraf
signfikan 95% dan derjat signifikan 62 dari n1+n2 2 dengan n1 dan n2 masing-

60

masing 32. Dengan kriteria thit > ttab untuk penerimaan H1, Nilai thit = 5,8 dan
ttab = 1,38 maka 5,8 > 1,38 sehingga dari penelitian ini adanya pengaruh hasil
belajar kimia siswa dengan menggunakan model Problem Based Learning
(PBL), yang dilihat dari terdapatnya perbedaan rata-rata hasil belajar kimia
siswa pada kelas eksperimen dan kontrol. Perhitungan dapat dilihat pada
lampiran 19.

D. Pembahasan
Pada dasarnya belajar merupakan aktifitas positif yang mendorong
siswa lebih kreatif dan berpikir kritis, hingga tidak hanya pemahaman melainkan
adanya perubahan sikap. Pada penelitian inipun model Problem Based Learning
menuntut siswa belajar mandiri (student centered) dengan memberikan
masalahmasalah yang tidak jauh pada kehidupan seharihari, dan siswa mampu
memberikan solusi dari masalah tersebut.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, kelas eksperimen dan kontrol
sebelum dilakukan perlakuan pada kelas tersebut, maka peneliti harus
mengambil data pretest untuk mengetahui kecocokan kelas tersebut untuk
dijadikan sampel penelitian. Data yang sudah didapat dihitung normalitasnya
dan homogenitasnya, barulah diujikan pada uji hipotesis pengambilan sampel.
Data tersebut berdistribusi normal, terbukti pada hasil uji prasyarat menyatakan
bahwa Lhit < Ltab pada taraf signifikan 95%. Selain itu bersifat homogen karena
Fhit < Ftab, terbukti berdasarkan hasil uji pretest bahwa pada F1

hit

= 1, 66

sedangkan Ftab = 1, 77 atau 1,66 < 1,77 pada taraf signifikan 95%. Maka
dilanjutkan kepada uji hipotesis pengambilan sampel dengan menggunakan uji-t,
pada taraf signifikan 95%. Dari hasil perhitungan pretest yang dilakukan,
diperoleh nilai thit = 1,18 dan ttab = 1,38. Menunjukan thit < ttab atau 1,18 < 1,38.
Dengan demikian bahwa H1 ditolak dan menerima Ho, dapat disimpulkan kedua
kelas tersebut tidak berbeda nyata. Dari kedua sampel yang sudah dihitung baik
normalitas, homogenitas dan uji hipotesisi atau uji-t, bahwa sampel tersebut
dapat digunakan sebagai sampel penelitian dan dapat diberi perlakuan, karena
kedua sampel memiliki kemampuan yang sama dan mewakili populasi sampel.

61

Setelah dilakukan perlakuan sampel diujikan dengan posttest, data


posttest yang sudah ada dihitung normalitasnya dan homogenitasnya, barulah
pada uji hipotesis. Data yang didapat bahwa kedua kelas baik kelas eksperimen
dan kontrol berdistribusi normal, karena memenuhi Lhit < Ltab pada taraf
signifikan 95%. Selain itu bersifat homogen didapat nilai Fhit = 1,44 dan Ftab =
1,77, karena memenuhi syarat homogenitas yaitu Fhit < Ftab atau 1,44 < 1,77 pada
taraf signifikan 95%, setelah data tersebut bersifat normalitas dan homogenitas,
maka data tersebut dapat dilanjutkan pada uji hipotesis dengan uji-t. Data yang
diperoleh pada kedua kelas tersebut yaitu thit = 5,8 dan ttab = 1,38 menunjukan
bahwa thit > ttab atau 5,8 > 1,38. Dengan demikian Ho ditolah dan menerima H1,
bahwa adanya pengaruh yang signifikan pada kelas eksperimen dibanding kelas
kontrol dengan menggunakan model Problem Based Learning pada hasil belajar
kimia siswa.
Peneliti menggunakan model Problem Based Learning pada proses
pembelajaran dengan langkah awal, guru dapat mengkondisikan siswa terlebih
dahulu, baik memberikan apersepsi pada pembelajaran, motivasi atau membagi
kelompok terdiri dari 5 siswa. Setelah itu memberikan masalah pada siswa
dengan membagikan Lembar Kerja Siswa pada tiap kelompok, agar dapat
didiskusikan dengan yang lain, barulah masalah yang ada pada LKS tersebut
dapat dikemukakan jawabannya baik secara lisan, tulisan maupun praktikum
sehingga timbulah pertanyaan, saran dan solusi dari kelompok lainya. Dalam
proses pembelajaran ini guru hanya sebagai fasilitator dan mediator, hal ini
tentunya akan mendorong siswa dalam pembelajaran yang mandiri.
Pembelajaran Problem Based Learning ini tidak dirancang untuk
membatu guru memberikan informasi sebanyak-banyaknya kepada siswa.
Pengajaran Problem Based Learning dikembangkan untuk membantu siswa
mengembangkan kemampuan berpikir, pemecahan masalah, dan keterampilan
intelektual. Belajar berbagai peran orang dewasa melalui pelibatan mereka

62

dalam pengalaman nyata atau simulasi dan pembelajaran yang otonom dan
mandiri.1
Pembelajaran Problem Based Learning menjadikan siswa terampil dalam
memecahkan masalah, siswa diberikan kesempatan untuk mengeksplor apa yang
mereka ketahui dengan informasi-informasi yang sudah mereka cari dan
membuktikan melalui praktikum. Hal baru yang didapat siswa secara langsung
tentunya akan memberikan kesan dan memebentuk sebuah kesimpulan dari
masalah yang diberikan oleh siswa. Tentunya siswa akan lebih tertantang pada
pembelajaran seperti ini, karena pembelajaran Problem Based Learning
sangatlah erat dengan hal yang relevan pada dunia nyata.
Model Problem Based Learning membuat pelajaran lebih bermakna
ketika diterapkan ke dunia nyata. Dengan memilih masalah yang melibatkan
peserta didik. Biasanya masalah diajukan dan dikembangkan dalam kelas, jika
diperlukan siswa dapat membedakan dengan masalah lain sebagai pembanding.
Siswa dapat meminta saran dan masukan tentang proses dan prosedur yang akan
mereka gunakan untuk memecahkan masalah atau pertanyaan penting. peserta
didik menjadi detektif proaktif, peneliti, ilmuwan, atau penemu ketika mereka
memainkan peran dalam proses pengambilan keputusan.2
Dengan menerapkan pembelajaran yang menggunakan model Problem
Based Learning telah menciptakan pembelajaran yang komunikatif, dimana
dalam proses pembelajran siswa diberi kesempatan untuk mengkonstruk
pengetahuannya. Artinya siswa dilibatkan secara aktif dalam kegiatan belajar
serta berkontribusi dalam membangun pengetahuannya, serta bertanggung jawab
terhadap apa yang ia konstruksikan. Guru harus menciptakan suasana yang
memberikan

kesempatankesempatan

kepada

siswa

untuk

bekerjasama

menyelesaikan masalah. Dalam kelas siswa dapat bertukar pikiran secara bebas
tanpa rasa malu pada teman sekelasnya, dan terbuka bagi siswa untuk
1

Trianto, Model-model pembelajaran Inovatif dan berorientasi Konstruktifistik,


(Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher, 2007), h. 70
2
Carolyn Chapman, Differentiated Assessment Strategies, (California: Corwin Press,
2005), h. 142

63

berinteraksi mengajukan pertanyaanpertanyaan, membahas ideide, belajar dari


siswa lainnya, serta mengemukakan kritikan yang membangun. Hal inilah yang
memungkinkan terjadinya peningkatan hasil belajar kimia siswa pada konsep
laju reaksi dengan menggunakan model Problem Based Learning.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, maka dapat
disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan model Problem Based
Learning (PBL) terdapat pengaruh yang signifikan. Hal ini dapat dilihat dari
hasil perhitungan uji hipotesis melalui uji-t pada taraf signifikan 95%, didapat
hasil thit > ttab atau 5,8 > 1,38 data tersebut dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak
dan menerima H1 atau adanya pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar
kimia siswa melalui model Problem Based Learning (PBL) pada konsep laju
reaksi. Dari hasil tersebut membuktikan bahwa hasil belajar kimia siswa
dengan menggunakan pembelajaran model Problem Based Learning (PBL)
lebih tinggi dari siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional.

B. Saran
Berdasarkan kesimpulan dan pembahasan sebelumnya, berikut ini
beberapa saran yang diharapkan dapat membantu penelitian selanjutnya:
1. Guru diharapkan mempunyai kemampuan dalam memilih modelmodel
sesuai dengan materi yang diajarkan terutama pendekatan yang melibatkan
situasi lingkungan kelas sehingga tujuan dapat tercapai.
2. Model Problem Based Learning (PBL) dapat diterapkan pada pembelajaran
kimia khususnya IPA.
3. Model Probem Based Learning (PBL) disarankan dapat dikembangkan pada
cabang ilmu lainya selain IPA, agar perkembangan model tersebut lebih
variatif.

64

65

DAFTAR PUSTAKA

Amir, Taufiq, Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning,


Jakarta: Prenada Media Group, 2009, cet. Ke-1.
Arends, Richard I, Learning To Teaching, Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2008. cet Ke-1.
Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik,
Jakarta: Rineka Cipta, 2006.
Barell, John, Problem Based Learning an inqury approach, A Sage
Publications Company, London. 2007.
Bosung Kim, Hyo-Jeong So, Learning About Problem Based Learning:
Student Teachers Integrating Technology, Pdagogy and Content
Knowledge, Journal of Educational Technology from Nahayang
Technological Universitas, 25 Jan 2009.
Chapman, Carolyn, Differentiated Assessment Strategies, California:
Corwin Press, 2005.
Dianursanti, Elsa Krisanti Mulia, Mengembangkan Kecakapan Proses
(Process skill) melalui Penerapan Metode Belajar Berbasis
Masalah, (Problem Based Learning) pada Mata Ajaran Kimia
Analitik, Jurnal Penelitian Fakultas Teknik Universitas Indonesia,
2006.
Mahanal, Susriyati, Penerapan Pembelajaran Berdasarkan Masalah
dengan Strategi Kooperatif Model STAD pada Mata Pelajaran
Sains untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas
V MI JenderalSudarman Malang, Jurnal pendidikan Universitas
Negeri Malang, 2007 .
Munadi, Yudi, Media Pembelajaran Sebuah Pendekatan Baru, Jakarta,
Gaung Persada, 2008.
OKelly, Jackie, Designing A Hybrid Problem-Based Learning (PBL)
Course: A Case Study Of First Year Computer Science In NUI,
Maynooth. fallon, h.galway: celt,2005.
Qohar, Abd, Upaya Meningktakan Kemampuan Bernalar Mahasiswa dalam
Pembelajaran Pemrograman Komputer melalui Pendekatan

66

Pemecahan Masalah, Jurusan Matematika FMIPA Universitas


Negeri Malang, 2007.
Riyanto, Yatim, Paradigma Baru Pembelajaran, Jakarta: Kencana Prenada
Media Group, 2009, cet. Ke-1.
Ruhan zkarde Tandoan, Orhan Akinolu, The Effects of Problem-Based
Active Learning in Science Education on Students Academic
Achievement, Attitude and Concept Learning, Eurasia Journal of
Mathematics, Science & Technology Education, 2007.
Sanjaya, Wina, Strategi Pembelajaran Berorentasi Standar Proses
Pendidikan, Jakarta: Fajar Interpratama. 2009. Cet. Ke-6.
Setiawan, I Gusti Agung Nyoman, Penerapan Pengajaran Kontekstual
Berbasis Masalah Untuk meningktakan Hasil belajar Biologi Siswa
Kelas X2 SMA Laboratorium Singaraja, Jurnal Penelitian dan
Pengembangan Pendidikan Undiksha April, 2008.
Shaleh, Abdul Rahman, Psikologi Suatu Pengantar Dalam Perspektif Islam,
Jakarta: Prenada Media, 2005, cet. Ke-2.
Sudarman, Problem Based learning suatu mode pembelajaran untuk
mengembangkan dan meningkatkan kemampuan memecahkan
masalah, Jurnal pendidikan Universitas Muawarman samarinda
Vol. 2 No 2,Maret, 2007.
Suci, Ni Made, Penerapan Model Problem Based Learning Untuk
Meningkatkan Partisipasi Belajar dan Hasil Belajar Teori
Akuntansi Mahasiswa, Jurnal Penelitian dan Pengembangan
Pendidikan Jurusan Ekonomi Undiksha April, 2008.
Sofyan, Ahmad, dkk, Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi,
UIN Jakarta Press: Jakarta, 2006.
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Bandung:
Alfabeta, 2009.
Sukardi, Metode Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya,
Jakarta: Bumi aksara, 2003.
Sunardi, Kimia Bilingual Untuk SMA/MA Kelas XI Semester 1 dan 2,
Bandung: Yrama Widya. 2008.
Suryabarata, Sumadi, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Raja Grfindo
Persada.2008. cet. Ke-5.

67

Sutardi, Didin dkk, Pembelajaran dalam PBM di SD, Bandung: UPI Press
2007 cet. Ke-1.
Suyatmini, Wafroturrohman, Penggunaan Metode Problem Based Learning
Untuk meningkatkan kemampuan Belajar Mandiri Mahasiswa
Jurusan Pendidikan Akuntansi Pada Mata Kuliah Akutansi
Perpajakan, Jurnal Pendidikan FKIP Universitas Muhamadiyah
Surakarta Desember, 2008.
Syaefudin, Udin dkk, Pembelajaran Terpadu, Bandung: UPI Press 2006.
Trianto, Mendisain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, Jakarta:
Prenada Media Group, 2010, cet. Ke-2.
Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivisti,
jakarta: Prestasi Pustaka Publisher. 2007.
Ukim

Komarudin, Sukardjo, Landasan Pendidikan Konsep


Aplikasunya, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2009.

dan

Wena, Made, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer Suatu Tinjauan


Konseptual Operasional, Jakarta: Sinar Grafika Offest, 2009, cet
ke-1.
Wirahayu, Yuswanti Ariani, Peningkatan Pemahaman Geografi dengan
Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah dalam Kerangka
Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) di Kelas X SMAN I Batu,
Jurnal pendidikan Universitas Negeri Malang, 2007.
Zulfiani dkk, Strategi Pembelajaran Sains, Lembaga Penelitian UIN
Jakarta, 2009.
Zuriah, Nurul, Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan, Jakarta: Bumi
Aksara, 2007.

68
Lampiran 1

RPP
(Rencana Pelaksanaan Pembelajaran)
KIMIA SEMESTER 1 KELAS XI
Kelas Eksperimen

Nama Sekolah
Mata Pelajaran
Kelas/Semester
Alokasi Waktu
Pertemuan
Standar Kompetensi

Kompetensi Dasar

Indikator

: SMAN 1 Sukatani
: Kimia
: X1.1/1
: 2 x 45 menit
: ke-1
: Memahami kinetika reaksi, kesetimbangan kimia, dan faktorfaktor yang mempengaruhinya, serta penerapannya dalam
kehidupan sehari-hari.
: Mendeskripsikan pengertian laju reaksi dengan melakukan
percobaan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi laju
reaksi.
: 1. Menjelaskan pengertian dari laju reaksi
2. Mampu menghitung melalui definisi laju reaksi
3. Menjelaskan hubungan antara laju reaksi dengan ordenya

1. Model, Pendekatan dan Metode


a. Model
: Problem Based Learning (PBL)
b. Pendekatan : Kooperatif
c. Metode
: Ceramah bermakna, Tanya Jawab dan Kerja kelompok
2. Materi Ajar
Bab IV Kinetika Kimia
Sub Bab: - Definisi Laju Reaksi
- Orde Reaksi
Ringkasan Materi:
-

Laju reaksi dalam kimia, didefinisikan sebagai ukuran yang menyatakan berkurangnya
jumlah zat-zat pereaksi tiap satuan waktu atau bertambahnya zat-zat hasil reaksi tiap
satuan waktu. Karena jumlah zat-zat yang terlibat dalam suatu reaksi kimia biasanya dinyatakan
dalam konsentrasinya, maka laju reaksi juga didefinisikan sebagai ukuran yang menyatakan
perubahan konsentrasi zat-zat pereaksi atau zat-zat hasil reaksi tiap satuan waktu.

Jika suatu reaksi kimia dinyatakan dengan:


A B
Keterangan:
A = zat-zat pereaksi

69
B = zat-zat hasil reaksi.
Maka laju reaksinya dapat dinyatkan dengan persamaan sebagai berikut.
v=atau v = +
keterangan:
v
= laju reaksi
[A] = perubahan konsentrasi
[B] = perubahan konsentrasi zat-zat hasil reaksi
Laju reaksi untuk reaksi yang dinyatakan dengan menggunakan persamaan kimia di atas
dapat ditentukan sebagai berikut.
v===+
=+
Laju reaksi dapat dinyatakan dalam bentuk persamaan laju reaksi berdasarkan konsentrasi
zat-zat pereaksi. Pada umumya, laju reaksi hanya bergantung pada konsentrasi awal zatzat pereaksi yang dapat ditentukan melalui percobaan. Untuk reaksi A + B C + D,
maka persamaan laju reaksinya dapat dinyatakan sebagai berikut.
v = k [A]m [B]n
Keterangan:
v = laju reaksi
K = tetapan laju reaksi
[A]
= konsentrasi perekasi A
[B]
= konsentrasi pereaksi B
m
= orde reaksi terhadap A
n
= orde reaksi terhadap B
m + n = orde reaksi total
a.
Order Reaksi
Dalam hal ini, orde reaksi didefinisikan sebagai bilangan pangkat (eksponen) yang
menyatakan penambahan laju reaksi karena penambahan konsentrasi zat-zat pereaksi. mq
=n
Keterangan:
q = orde reaksi
m = kenaikkan konsentrasi
n = kenaikan laju reaksi
3. Alat dan Bahan Ajar
White board, Makker , LKS dan Buku ajar
4. Langkah-langkah KBM
No

Aktifitas

Tahapan dan waktu

Guru

Tahapan awal

Fase 1
Orientasi siswa terhadap masalah
5 menit

Berdoa
Mengkondisikan kelas
Memberikan beberapa pertanyaan
berkenaan laju reaksi:
1. Apakah ada yang tahu definisi
dari laju reaksi?
2. Lalu bagaimana untuk
menghitung persamaan laju
reaksi, ada yang tahu?
3. Bagaimana dengan definis orde

Siswa

Berdoa

Menjawab ertanyaa, jawaban


yang diharapkan:
a. Kecepatan untuk bereaksi.
b. Belum tahu bu.

c. Belum tahu bu.

70
reaksi?

Tahapan inti
Fase 2
Mengorganisisr siswa untuk
belajar
10 menit
Fase 3
Membimbing
penyelidikanindividual dan
kelompok
30 menit

Menjelaskan tujuan dari


pembelajaran kita hari ini adalah;
- Dapat mendefinisikan laju
reaksi.
- Mampu menghitung definisi
laju reaksi dan hubungan orde
dengan laju reaksi.

Menyimak penjelasan guru


mengenai tujuan dari
pembelajaran hari ini.

Ibu sudah membagikan LKS


kepada kalian tentang laju reaksi
dan beberapa pertanyaan yang
harus kalian pecahkan.
Guru mengelompokkan siswa.

Menyimak penjelasan dari guru


mengenai pembelajaran hari ini.

Meminta agar mendiskusikan LKS


yang sudah diberikan dan
memcahkan soal yang ada.
Meminta agar mengumpulkan
informasi yang sudah diketahui
oleh siswa.

Berkelompok sesuai dengn


kelompok yang sudah
ditentukan.
Mendiskusikan LKS dan
mengumpukan informasiinformasi yang diketahui oleh
siswa serta memecahkan
masalah yang diberikan oleh
siswa.

Fase 4
Mengembangkan dan
menyajikan hasil karya
25 menit

Meminta agar hasil diskusi dicatat.

Meminta tiap perwakilan dari


kelompok untuk memaparkan hasil
diskusinya.

Fase 5
Menganalisis dan
mengevaluasi proses
10 menit

Meminta setiap kelompok untuk


memberi pertanyaan, tambahan,
atau sanggahan.
Menambahkan jawaban yang
diberikan oleh tiap kelompoknya
dan menjelaskan kembali hal yang
kurang difahami oleh siswa.
Menanyakan kefahaman siswa.

Tahapan akhir

10 menit

Meminta siswa untuk


menyimpulkan pembelajaran hari
ini.
Melengkapi kesimpulan yang
sudah dibuat oleh siswa.
Memberikan tugas individual untuk
membuat rangkuman hasil diskusi.
Berdoa.

Mencatat hasil diskusi.


Menjelaskan didepan kelas hasil
diskusi kelmpok.

Menjawab pertanyaan atau


sanggahan.

Menyimak peneyempurnaan
jawaban dari guru.

Jawaban yang diharapkan


faham.
Menyimpulkan materi yang
sudah diberikan.
Menyimak kesimpulan yang
diengkapi oleh guru.
Menyimak tugas yang diberikan
oleh guru.
Berdoa.

71
Bekasi,
Guru Bidang Studi
SMAN I Sukatani

Oktri Lestari, S. Pd
1985 1004 200902 2 002

Agustus 2010

Guru Bidang Studi

Diyah Rauhillah Hasni


106016200595

72

RPP
(Rencana Pelaksanaan Pembelajaran)
KIMIA SEMESTER 1 KELAS XI
Kelas Eksperimen

Nama Sekolah
Mata Pelajaran
Kelas/Semester
Alokasi Waktu
Pertemuan
Standar Kompetensi

Kompetensi Dasar

Indikator

: SMAN 1 Sukatani
: Kimia
: X1.1/1
: 2 x 45 menit
: ke-2
: Memahami kinetika reaksi, kesetimbangan kimia, dan faktorfaktor yang mempengaruhinya, serta penerapannya dalam
kehidupan sehari-hari.
: Memahami Teori Tumbukkan (Tabrakan) untuk menjelaskan
faktor-faktor penentu laju dan orde reaksi, dan terapannya
dalam kehidupan sehari-hari.
: 1. Mampu menghitung orde reaksi dan memecahkan soal
secara berkelompok.
2. Mampu menjelaskan teori tumbukan melalui faktor penentu
laju reaksi.

1. Model, Pendekatan dan Metode


a. Model
: Problem Based Learning (PBL)
b. Pendekatan
: Kooperatif
c. Metode
: Ceramah bermakna, Tanya Jawab, Kerja kelompok dan make a match
2. Materi Ajar
Bab IV Kinetika Kimia
Sub Bab: - Persamaan Laju Reaksi dan Teori Tubukan
Ringkasan Materi:
a. Order Reaksi
Dalam hal ini, orde reaksi didefinisikan sebagai bilangan pangkat (eksponen) yang
menyatakan penambahan laju reaksi karena penambahan konsentrasi zat-zat pereaksi. mq
=n
Keterangan:
q = orde reaksi
m = kenaikkan konsentrasi
n = kenaikan laju reaksi
1) Orde reaksi nol.
Jika orde suatu reaksi terhadap pereaksi tertentu adalah nol, hal ini berarti bahwa
konsentrasi perekasi tersebut tidak mempengaruhi laju reaksi. Secara matematis,
bilanganya yang dipangkatkan nol selalu sama dengan satu.
v = k [A]m = k
2) Orde reaksi Satu

73
Jika orde reaksi suatu zat sama degan satu, berarti penambahan konsentrasi akan
berbanding lurus (linier) dengan kenaikan laju reaksi.
v = k [A]1 = k [A]

3) Orde reaksi dua


Jika orde reaksi zat sama dengan dua, berarti penambahan konsentrasi akan
meningkatkan reaksi, dimana laju reaksi sebanding dengan kuadrat konsentrasi zat
tersebut.
Contoh soal :
a) Laju.
X + Y Z. jika konsentrasi awal Y = 0,5 M dan setelah bereaksi dengan X
selama satu menit konsentrasnya menjadi 0,2 M, maka tentukan laju reaksi
tersebut terhadap Y.
Penyeesaian:
Vy = = - (0,2 0,5) = 0,005 M/s
60 s
b) Orde.
Dalam suatu percobaan untuk mengamati reksi A(g) + B(g) C(g) diperoleh data
sebagai berikut:
No
[A] M
[B] M
V (M/s)
1
0,1
0,1
2
2
0,1
0,2
8
3
0,2
0,2
16
- Orde reaksi terhdap A
Penyelesaiannya:
Orde reaksi A ditentukan berdasarkan konsentrasi B.
v = k [A]m [B]n
v2 = k2 [A2]m [B2]n
v3 = k2[A3]m [B3]n
8 = k2 [0,1]m [0,2]n
16 = k2 [0,2]m [0,2]n
8 = [0,1]
16 = [0,2]
1=1
4 2
n=2
jadi orde pada A adalah 2
b. Teori Tumbukan
Alasan bagaimana zat-zat tersebut dapat mengalami reaksi kimia dapat djelaskan dengan
menggunakan teori tumbukan. Menurut tumbukan satu sama lain dengan energi yang
cukup untuk belangsungn reaksi tersebut. Dengan kata lain, agar suatu reaksi kimia dapat
berlangsung, maka harus terjadi tumbukan yang efektif antar partikel-partikel zat-zat

74
yang bereaksi. Tumbukan yang efektif tersebut dapat terjadi apabila partikel-partikel
tersebut mempunyai eneri kinetik yang cukup besar, sehingga memungkinkan terjadinya
perombakan (perubahan) pada struktur ikatan antaratom zat.
Energi kinetik minimun yang harus dimiliki partikel untuk menghasilkan tumbukan
efektif yang dapat mengahsilkan suatu reaksi kimia disebut energi aktivasi. Jika partikelpartikel suatu zat memeilik energi aktivasi (E a) yang kecil, maka zat tersebut mudah
bereaksi, sebaliknya jika partikel-partikel suatu zat memiliki energi aktivasi yang besar,
maka zat tersebut sukar bereaksi.
3. Alat dan Bahan Ajar
White board, Makker , LKS dan Buku ajar
4. Langkah-langkah KBM
No

Aktifitas

Tahapan dan waktu


Tahapan awal

Guru

Berdoa
Mengkondisikan kelas
Menjelaskan tujuan dari
pembelajaran kita hari ini adalah;
- Kalian dapat menghitung laju
reaksi dan orde.
- Sebelumnya ibu menanyakan
kembali apa yang sudah kalian
ketahui dari laju reaksi:
a. Apa definisi laju reaksi?
b. Mengapa terjadi reaksi?
c. Apa pengertian dari orde
reaksi?
d. Lalu bagaimana dengan
perhitungan laju reaksi dan
orde reaksi?

Fase 1
Orientasi siswa terhadap masalah
5 menit

Tahapan inti
Fase 2
Mengorganisisr siswa untuk
belajar
15 menit

Tujuan pembalajaran kita hari ini


adalah mampu menghitung laju
reaksi dan orde reaksi serta
menjelaskan faktor teori
tumbukan..
Disini ibu memiliki 8 amplop yang
berisi beberapa soal yang harus
pecahkan secara bersama, dan
setelah selesai semua tiap
kelompok harus menjelaskan
kepada teman yang lain, semakin
banyak soal yang diselesaikan dan
dijelaskan maka akan semakin
bertambah point kalin dalam
kelompok.

Siswa

Berdoa

Menyimak ujuan yang


dipaparkan oleh guru, dan
menjawab pertanyaan yang
diberkan oleh guru. Jawaban
yang diharapkan:
a. Ukuran dalam menyatakan
perubahan konsentrasi zatzat pereaksi atau zat hasil
reaksi tiap satuan waktu.
b. Tidak tahu bu.
c. Orde adalah eksponen yang
menyatakan penambahan
laju reaksi karena
penambahan-penambahan
konsentrasi zat pereaksi.
d. Tidak tahu bu.
Anak menyimak tujuan dari
guru.

Menyimak penjelasan guru


mengenai aktifitas
pembelajaran.

75

Guru mengelompokkan siswa.

Meminta perwakilan tiap


kelompokkan untuk mengambil
amplop yang sudah disediakan.

Fase 3
Membimbing penyelidikan
individual dan kelompok
35 menit

Meminta agar menyelesaiakan


masalah yang diberkan dan
mendiskusikan.
Meminta siswa mengumpulkan
informasi yang sudah diketahui
oleh siswa.

Fase 4
Mengembangkan dan
menyajikan hasil karya
20 menit

Meminta agar hasil diskusi dicatat.


Meminta setiap jawaban yang
sudah di dapat, agar di samakan
dengan kartu yang sudah di
tentukan dan menaruhnya di no
soal.
Meminta setiap kelompok yang
sudah menjawab agar dapat
dijelaskan kepada kelompok lain.

Mencatat hasil diskusi.


Mengambil kartu jawaban yang
sudah didapat dan menaruhnya
di no soal pada papan tulis.

menjelaskan didepan kelas hasil


diskusi kelmpok.

Meminta setiap kelompok untuk


memberi pertanyaan, tambahan,
atau sanggahan.
Menambahkan jawaban yang
diberikan oleh tiap kelompoknya
dan menjelaskan kembali hal yang
kurang difahami oleh siswa.
Menanyakan kefahaman siswa.

Menjawab pertanyaan atau


sanggahan.

Menyimak peneyempurnaan
jawaban dari guru.

Fase 5
Menganalisis dan
mengevaluasi proses
10 menit

Tahapan akhir

5 menit

Berkelompok sesuai dengn


kelompok yang sudah
ditentukan.
Mengmabil amplop yang berisi
soal yang sudah disediakan oleh
guru.

Mendiskusikan dan
menyelesaikan soal yang
diberikan.
Mengumpukan informasiinformasi yang diketahui oleh
siswa.

Jawaban yang diharapkan


faham.
Menyimpulkan materi yang
sudah diberikan.

Meminta siswa untuk


menyimpulkan pembelajaran hari
ini.
Melengkapi kesimpulan yang
sudah dibuat oleh siswa.
Berdoa.

Menyimak kesimpulan yang


diengkapi oleh guru.
Berdoa.

Bekasi,
Guru Bidang Studi
SMAN I Sukatani

Oktri Lestari, S. Pd
1985 1004 200902 2 002

Agustus 2010

Guru Bidang Studi

Diyah Rauhillah Hasni


1060162005

76

RPP
(Rencana Pelaksanaan Pembelajaran)
KIMIA SEMESTER 1 KELAS XI
Kelas Eksperimen

Nama Sekolah
Mata Pelajaran
Kelas/Semester
Alokasi Waktu
Pertemuan
Standar Kompetensi

Kompetensi Dasar

Indikator

: SMAN 1 Sukatani
: Kimia
: X1.1/1
: 3 x 45 menit
: ke-3
: Memahami kinetika reaksi, kesetimbangan kimia, dan faktorfaktor yang mempengaruhinya, serta penerapannya dalam
kehidupan sehari-hari.
: Memahami Teori Tumbukan untuk menjeaskan faktor-faktor
penentu laju reaksi, orde reaksi dan terapannya dalam kehidupan
sehari-hari.
: 1. Membuat uji coba/praktikum dari LKS mengenai
faktor yang mempengaruhi laju reaksi.

1. Model, Pendekatan dan Metode


a. Model
: Problem Based Learning (PBL)
b. Pendekatan
: Kooperatif
c. Metode
: Ceramah bermakna, Tanya Jawab, Kerja kelompok, dan praktikum
2. Materi Ajar
Bab IV Kinetika Kimia
Sub Bab: Faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi
Rangkuman Materi.
a. Faktor-faktor yang mempengruhi Laju reaksi
Pada dasarnya, laju suatu reaksi kimia dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya
luas permukaan, suhu, konsentrasi, tekanan, dan katalis.
1) Luas permukaan
Pada reaksi-reaksi zat padat, luas permukaan zat padat tersebut akan mempengaruhi
laju reaksi. Oleh karena itu, luas permukaan zat padat akan mempengaruhi seberapa cepat
reaksi tersebut berlangsung. Zat padat yang berbentuk serbuk mempunyai luas permukaan
yang lebih besar dibandingkan dengan zat padat dalam bentuk batangan atau kepingan
untuk massa zat padat yang sama.
2) Suhu
Perubahan suhu akan mempengaruhi laju suatu reaksi kimia. Pada umumnya, kenaikan
suhu akan meningkatkan laju reaksi. Jika suhu naik, maka partikel-partikel zat-zat yang
terlibat dalam reaksi akan menyerap kalor (energi), sehingga energi kinetetik ppartikelpartikel tersebut meningkat oleh karena itu, dengan meningkatnya suhu, maka semkain
banyak patikel yang mempunyai energi kinetik lebih besar dari energi aktivasi.

77

v0
v=
Keterangan:
V = laju reaksi pada suhu tertentu
v0 = laju reaksi mula-mula
T = kenaikan suhu
3) Konsentrasi
Pada reaksi-reaksi yang melibatkan larutan, konsentrasi larutan mempengaruhi laju
reaksi suatu zat dengan larutan tersebut. Dalam hal ini, meningkatan konsenrasi zat-zat
pereaksi (dalam bentuk larutan) akan meningkatkan frekuensi tumbukkan antara partikelpartikel zat pereaksi tersebut. Hal ini karena dalam larutan pekat, jarak antara dua partikel
yang berdekatan relatif rapat, sehingga muda bertumbukkan. Oleh karena itu, semakin
besar konsentrasi suatu larutan, maka semakin banyak partikel yang terdapat dalam larutan.
Jadi, apabia suatu larutan direaksikan dengan zat tertentu, maka zat tersebut akan mudah
bereaksi ada larutan yang pekat.
4) Tekanan
Anda harus tahu bahwa partikel-partikel (atom atau molekul) dalam suatu gas sangat
berjauhan (tersebar). Pada dasarnya, tekanan mempengaruhi reaksi-reaksi yang melibatkan
gas. Semakin besar tekanan semakin cepat laju reaksinya dan semakin kecil tekanan gas
semakin lambat laju reaksinya. Agar dua buah zat kimia bereaksi, maka harus terdapat
tumbukan diantara partike-partikenya. Dengan demikan meningkatkan tekanan, maka kita
menekan partikel-partikel tersebut bersama-sam sehingga kita akan meningkatkan
frekuensi tumbukan diantara partikel-partikel tersebut. Hal ini terjadi semakin besar
tekanan gas, maka volume gas semakin kecil, sehingga jarak antara partikel-partikelnya
menjadi lebih rapat dan partikel-prtikel tersebut lebih mudah bertumbukan.
5) Katalis
Katalis merupakan zat yang meningkatkan laju suatu reaksi kimia tanpa mengalami
perubahan apapun. Hanya dalam beberapa saat, katalis dapat menghasilkan perubahan
dalam laju reaksi. Hal ini karena adanya katalis dalam suatu reaksi akan menyebabkan
reaksi tersebut berlangsung dengan cara yang berbeda. Lebih jauh, kemampuan katalis
dalam mempercepat reaksi kimia disebabkan oleh kemampuan katalis dalam menurunkan
harga energi aktivasi, sehingga reaksi zat dengan menggunakan katalis dapat berlangsung
lebih cepat dibandingkan dengan reaksi zat tanpa katalis.
Disadari atau tidak, reaksi-reaksi kimia dalam tubuh manusia juga dipercepat oleh
katalis yang disebut dengan enzim. Dalam hal ini, enzim nerupakan suatu protein
kompleks yang dihasilkan oleh sel-sel hidup yang dapat meningkatkan laju suatu reaksi
biokimia tertentu dengan bertindak sebagai katalis. Oleh karena itu, enzim disebut juga
dengan biokatalisator. Sebagai contoh amilase yang terdapat pada ludah berperan dalam
mempercepat pengubahan zat tepung dan glikogen menjadi gula sederhana, misalnya
glukosa.
3. Alat dan Bahan Ajar
Peralatan Praktikum, White board, Makker , LKS dan Buku ajar

78
4. Langkah-langkah KBM
No

Aktifitas

Tahapan dan waktu

Guru

Tahapan awal

Fase 1
Orientasi siswa terhadap masalah
5 menit

Tahapan inti
Fase 2
Mengorganisisr siswa untuk
belajar
20 menit

Fase 4
Mengembangkan dan
menyajikan hasil karya
25 menit

Berdoa
Mengkondisikan kelas
Memberikan beberapa pertanyaan
berkenaan laju reaksi:
1. Apakah kalian sudah
mengetahui faktor apa saja
yang mempengaruhi laju
reaksi?

Berdoa

Menjawab ertanyaa, jawaban


yang diharapkan:
1. Belum tahu bu.

Menjelaskan tujuan dari


pembelajaran kita hari ini adalah;
- Kalian mampu menjelaskan
faktor apa saja yang
mempengaruhi laju reaksi.
- Mampu membuat uji coba
praktikum dari LKS.

Menyimak penjelasan guru


mengenai tujuan dari
pembelajaran hari ini.

Disini ibu memiliki 8 LKS yang

brkenaan dengan faktor-faktor laju


reaksi dan beberapa pertanyaan
yang harus kalian pecahkan.
Guru mengelompokkan siswa.

Menyimak penjelasan dari guru


tetang pembelajaran hari ini.

Berkelompok sesuai dengn


kelompok yang sudah
ditentukan.
Mengmabil LKS yang sudah
disediakan oleh guru.

Meminta perwakilan tiap


kelompokkan untuk mengambil
LKS.

Meminta agar didiskusikan LKS


yang sudah diberikan dan
memcahkan soal yang ada.
Meminta agar mengumpulkan
informasi yang sudah diketahui
oleh siswa.

Mendiskusikan LKS dan


mengumpukan informasiinformasi yang diketahui oleh
siswa serta memecahkan
masalah yang diberikan oleh
siswa.

Meminta setiap kelompok untuk


mempraktikumkan hasil diskusi
tersebut.

Siswa mempraktikumkan hasil


diskusi yang didapat dari LKS.

Meminta perwakilan dari


kelompok untuk memaparkan hasil
diskusi dan praktikumnya.

Meminta tiap perwakilan untuk


bertanya.

Fase 3
Membimbing penyelidikan
individual dan kelompok
60 menit

Siswa

Menjelaskan didepan kelas hasil


diskusi kelmpok.
Setiap perwakilan bertanya.

79
Fase 5
Menganalisis dan
mengevaluasi proses
20 menit

Tahapan akhir

5 menit

Menambahkan jawaban yang


diberikan oleh tiap kelompoknya
dan menjelaskan kembali hal yang
kurang difahami oleh siswa.
Menanyakan kefahaman siswa.
Meminta siswa untuk
menyimpulkan pembelajaran hari
ini.
Melengkapi kesimpulan yang
sudah dibuat oleh siswa.
Memberikan tugas individual untuk
membuat laporan dari praktikum.
Berdoa.

Menyimak peneyempurnaan
jawaban dari guru.

Jawaban yang diharapkan


faham.

Menyimpulkan materi yang


sudah diberikan.
Menyimak kesimpulan yang
diengkapi oleh guru.
Menyimak tugas yang diberikan
oleh guru.
Berdoa.

Bekasi,
Guru Bidang Studi
SMAN I Sukatani

Oktri Lestari, S. Pd
1985 1004 200902 2 002

September 2010

Guru Bidang Studi

Diyah Rauhillah Hasni


106016200595

80

RPP
(Rencana Pelaksanaan Pembelajaran)
KIMIA SEMESTER 1 KELAS XI
Kelas Eksperimen

Nama Sekolah
Mata Pelajaran
Kelas/Semester
Alokasi Waktu
Pertemuan
Standar Kompetensi

Kompetensi Dasar

Indikator

: SMAN 1 Sukatani
: Kimia
: X1.1/1
: 2 x 45 menit
: ke-4
: Memahami teori tumbukan untuk menjelaskan faktor-faktor
penentu laju dan orde reaksi, dan terapannya dalam
kehidupan sehari-hari.
: Memahami Teori Tumbukan untuk menjeaskan faktor-faktor
penentu laju reaksi, orde reaksi dan terapannya dalam
kehidupan sehari-hari.
: 1. Menyebutkan manfaat laju reaksi dalam kehidupan seharihari.

1. Model, Pendekatan dan Metode


a. Model
: Problem Based Learning (PBL)
b. Pendekatan
: Kooperatif
c. Metode
: Ceramah bermakna, Tanya Jawab, Kerja kelompok dan Talking Stik
2. Materi Ajar
Bab IV Kinetika Kimia
Sub Bab : - Laju reaksi dalam kehidupan sehari-hari
Diambil dari LKS yang sudah disediakan.
3. Alat dan Bahan Ajar
White board, Makker, kartu dan Buku ajar
4. Langkah-langkah KBM
No

Aktifitas

Tahapan dan waktu


Tahapan awal
Fase 1
Orientasi siswa terhadap masalah
5 menit

Guru

Berdoa
Mengkondisikan kelas
Memberikan beberapa pertanyaan
berkenaan laju reaksi:
1. Apakah kalian tahu laju reaksi
dalam kehidupan sehari-hari ?
2. Apakah kalian sudah tahu
manfaat laju reaksi dalam
kehidupan sehari-hari dengan

Siswa

Berdoa

Menjawab pertanyaa, jawaban


yang diharapkan:
d. Sudah bu, salah satunya
perbedaan antara larutan
gula pasir dengan gula batu.
e. Belum bu.

81

Tahapan inti
Fase 2
Mengorganisisr siswa untuk
belajar
10 menit

Fase 3
Membimbing penyelidikan
individual dan kelompok
35 menit

Fase 4
Mengembangkan dan
menyajikan hasil karya
25 menit

manfaat yang lebih bsar atau


dalam industri?
Menjelaskan tujuan dari

pembelajaran kita hari ini adalah;


- Mampu mengetahui manfaat
dari laju reaksi.

Memotivasi siswa dengan


memberikan contoh laju reaksi
pada kehidupan sehar-hari.
- Manfaat laju reaksi dalam
kehidupan sehari-hari biasanya
dipakai dalam bidang industri
contohnya mempercepat suatu
reaksi untuk mendapatkan
prodak tertentu.
Disini ibu memiliki 8 amplop yang
brkenaan dengan laju reaksi dan
beberapa pertanyaan yang harus
kalian pecahkan.
Guru mengelompokkan siswa.

Menyimak penjelasan dari guru.

Berkelompok sesuai dengn


kelompok yang sudah
ditentukan.
Mengmabil LKS yang sudah
disediakan oleh guru.

Meminta perwakilan tiap


kelompokkan untuk mengambil
LKS.

Meminta agar didiskusikan LKS


yang sudah diberikan dan
memcahkan soal yang ada.
Meminta agar mengumpulkan
informasi yang sudah diketahui
oleh siswa.

Mendiskusikan LKS dan


mengumpukan informasiinformasi yang diketahui oleh
siswa serta memecahkan
masalah yang diberikan oleh
siswa.

Meminta agar hasil diskusi dicatat.


Meminta tiap perwakilan dari
kelompok untuk memaparkan hasil
diskusinya.
Meminta setiap kelompok untuk
memberi pertanyaan, tambahan,
atau sanggahan.
Menambahkan jawaban yang
diberikan oleh tiap kelompoknya
dan menjelaskan kembali hal yang
kurang difahami oleh siswa.

Mencatat hasil diskusi.


Menjelaskan didepan kelas hasil
diskusi kelmpok.

Menjawab pertanyaan atau


sanggahan.

Menyimak peneyempurnaan
jawaban dari guru.

Menanyakan kefahaman siswa


dengan pertanyaan melalui
pemberian stik dari tiap kelompok

Menjawab pertanyaan yang


diberikan oleh guru dengan
menerima stik yang diberikan
dari tiap kelompok.

Fase 5
Menganalisis dan
mengevaluasi proses

Menyimak penjelasan guru


mengenai tujuan dari
pembelajaran hari ini.
Termotivasi pada pembelajaran
laju reaksi.

82
10 menit
Tahapan akhir

5 menit

Meminta siswa untuk


menyimpulkan pembelajaran hari
ini.
Melengkapi kesimpulan yang
sudah dibuat oleh siswa.
Berdoa.

Menyimpulkan materi yang


sudah diberikan.
Menyimak kesimpulan yang
diengkapi oleh guru.
Berdoa.

Bekasi,
Guru Bidang Studi
SMAN I Sukatani

Oktri Lestari, S. Pd
1985 1004 200902 2 002

September 2010

Guru Bidang Studi

Diyah Rauhillah Hasni


106016200595

83
Lampiran 2

RPP
(Rencana Pelaksanaan Pembelajaran)
KIMIA SEMESTER 1 KELAS XI
Kelas Kontrol

Nama Sekolah
Mata Pelajaran
Kelas/Semester
Alokasi Waktu
Pertemuan
Standar Kompetensi

: SMAN 1 Sukatani
: Kimia
: X1.2/1
: 2 x 45 menit
: ke-1
: Memahami kinetika reaksi, kesetimbngan kimia, dan faktorfaktor yang mempengaruhinya, serta penerapannya dalam
kehidupan sehari-hari.
: Mendeskripsikan pengertian laju reaksi dengan melakukan
percobaan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi laju
reaksi.
: 1. Menjelaskan pengertian dari laju reaksi
2. Mampu menghitung persamaan laju reaksi
3. Menjelaskan hubungan antara laju reaksi dengan ordonya

Kompetensi Dasar

Indikator

1. Metode
a.Pendekatan
b.Metode

: Konsep
: Ceramah bermakna dan Tanya Jawab

2. Materi Ajar
Bab IV Laju Reaksi
Sub Bab: - Definisi Laju Reaksi
- Orde Reaksi
Ringkasan Materi:
-

Laju reaksi dalam kimia, didefinisikan sebagai ukuran yang menyatakan berkurangnya
jumlah zat-zat pereaksi tiap satuan waktu atau bertambahnya zat-zat hasil reaksi tiap
satuan waktu. Karena jumlah zat-zat yang terlibat dalam suatu reaksi kimia biasanya dinyatakan
dalam konsentrasinya, maka laju reaksi juga didefinisikan sebagai ukuran yang menyatakan
perubahan konsentrasi zat-zat pereaksi atau zat-zat hasil reaksi tiap satuan waktu.

Jika suatu reaksi kimia dinyatakan dengan:


A B
Keterangan:
A = zat-zat pereaksi
B = zat-zat hasil reaksi.
Maka laju reaksinya dapat dinyatkan dengan persamaan sebagai berikut.

84
atau v = +
v=keterangan:
v
= laju reaksi
[A] = perubahan konsentrasi
[B] = perubahan konsentrasi zat-zat hasil reaksi
Laju reaksi untuk reaksi yang dinyatakan dengan menggunakan persamaan kimia di atas
dapat ditentukan sebagai berikut.
v===+
=+
Laju reaksi dapat dinyatakan dalam bentuk persamaan laju reaksi berdasarkan konsentrasi
zat-zat pereaksi. Pada umumya, laju reaksi hanya bergantung pada konsentrasi awal zatzat pereaksi yang dapat ditentukan melalui percobaan. Untuk reaksi A + B C + D,
maka persamaan laju reaksinya dapat dinyatakan sebagai berikut.
v = k [A]m [B]n
Keterangan:
v = laju reaksi
K = tetapan laju reaksi
[A]
= konsentrasi perekasi A
[B]
= konsentrasi pereaksi B
m
= orde reaksi terhadap A
n
= orde reaksi terhadap B
m + n = orde reaksi total
b.
Order Reaksi
Dalam hal ini, orde reaksi didefinisikan sebagai bilangan pangkat (eksponen) yang
menyatakan penambahan laju reaksi karena penambahan konsentrasi zat-zat pereaksi. mq
=n
Keterangan:
q = orde reaksi
m = kenaikkan konsentrasi
n = kenaikan laju reaksi
3. Alat dan Bahan Ajar
White board, Makker dan Buku ajar
4. Langkah-langkah KBM
No

Aktifitas

Tahapan dan waktu


Tahapan awal
- Apersepsi
- Memberi tahu tujuan dari
pembelajaran
- Motivasi
10 menit

Guru

Berdoa
Mengkondisikan kelas
Memberikan beberapa pertanyaan
berkenaan laju reaksi:
2. Ketik berbicara laju reaksi,
apakah ada yang mau
mendefinisikan pengertiannya?
3. Ada yang tahu contoh dari laju
reaksi?
Menjelaskan tujuan dari
pembelajaran kita hari ini adalah;
- Dapat mendefinisikan laju
reaksi.

Siswa

Berdoa

Menjawab ertanyaa, jawaban


yang diharapkan:
f. Kecepatan untuk bereaksi.

g. Belum tahu bu.

Menyimak penjelasan guru


mengenai tujuan dari
pembelajaran hari ini.

85
- Menghitung persamaan Laju
reaksi.

Tahapan inti
- Menjelaskan
20 menit

Termotivasi pada pembelajaran


laju reaksi.

Menjelaskan definisi laju reaksi,

mungkin ketika mendengar laju


reaksi yang terpikikan oleh kita
adalah kecepatan, atau sebuah
perpindahan dengan waktu tertentu.
Namun dalam kimia laju ini
didefinisikan sebagai ukuran yang
menyatakan perubahan konsentrasi
zat-zat pereaksi atau zat-zat hasil
reaksi tiap satuan waktu.

Menyimak penjelasan dari guru


mengenaidefinisi laju reaksi.

Memotivasi siswa dengan


memberikan contoh laju reaksi
pada kehidupan sehar-hari.
- Dalam kehidupan sehari-hari,
kita dapat mengetahui mengapa
gula pasir akan lebih larut
dibandingkan dengan gula batu.

Sedangkan ordo adalah eksponen


(pangkat) yang menyatakan
penambahan laju reaksi karena
penambahan konsentrasi zat-zat
pereaksi.

Memberikan salah satu contoh

pada laju reaksi.


- X + Y Z. Jika konsentrasi
awal Y= 0,5 M dan setelah
bereaksi dengan X selama sayu
menit konsentrasinya menjadi
0,2 M, maka tentukan laju reaksi
tersebut terhadap Y!
Jawab.
v==-

- Memberikan tugas
30 menit

Menyimak dan mencatat materi


yang dianggap penting.

= 0,005 M/s

Menanyakan kefahaman siswa.

Membrikan tugas kepada siswa.


1. Apa yang dimaksud dengan laju
reaksi?
2. Apa yang dimaksud dengan
ordo?
3. Apa hubungan ordo dengan laju
reaksi?
4. Hitunglah laju reaksi dari A

Jawaban yang diharapkan


faham.
Mengerjakan tugas yang
diberikan oleh guru, dan
mencoba untuk menyelesaikan.
Jawaban yang diharapkan.
1. Berkurangnya jumlah zatzat pereaksi tiap satuan
waktu atau bertambahnya
zat-zat hasil reaksi tiap

86
C. pada awalnya [A]= 0,6 M
setelah 10 detik menjadi [A]=
0,2 M!
5. Bila pada suhu tertentu laju
penguraian N2O5 menjadi NO2
dan O2 adalah 2,5 10-6 mol/L
det, maka hitunglah laju
pembentukan O2!

- Mengevaluasi
20 menit

Tahapan akhir

10 menit

satuan waktu.
2. Eksponen atau pangkat pada
pereaksi.
3. Semakin tinggi eksponen
pada pereksi maka akan
memeprcepat laju reaksi
karena berteambahnya
konsentrasi zat-zat
pereaksinya.
4. 0,04M/s
5. 1,25 10-6 mol/L det

Siswa diminta menuliskan jawaban


pada tugas yang sudah diberikan.
Meminta siswa lain untuk
menkoreksi hasil jwaban yang
diberikan oleh temannya di papan
tulis.

Siswa menuiskan jawaban dari


soal yang diberikan.
Siswa lain mengkoreksi
jawaban yang diberikan oleh
temannya.

Meminta siswa untuk


menyimpulkan pembelajaran hari
ini.
Melengkapi kesimpulan yang
sudah dibuat oleh siswa.
Memberikan tugas kepada siswa:
Dari LKS sekolah yang sudah ada

Menyimpulkan materi yang


sudah diberikan.

Berdoa.

Berdoa.

Menyimak kesimpulan yang


diengkapi oleh guru.
Menyimak tugas yang diberikan
oleh guru.

Bekasi,
Guru Bidang Studi
SMAN I Sukatani

Oktri Lestari, S. Pd
1985 1004 200902 2 002

Agustus 2010

Guru Bidang Studi

Diyah Rauhillah Hasni


106016200595

87

RPP
(Rencana Pelaksanaan Pembelajaran)
KIMIA SEMESTER 1 KELAS XI
Kelas Kontrol

Nama Sekolah
Mata Pelajaran
Kelas/Semester
Alokasi Waktu
Pertemuan
Standar Kompetensi

Kompetensi Dasar

Indikator

: SMAN 1 Sukatani
: Kimia
: X1.2/1
: 2 x 45 menit
: ke-2
: Memahami kinetika reaksi, kesetimbngan kimia, dan faktorfaktor yang mempengaruhinya, serta penerapannya dalam
kehidupan sehari-hari.
: Memahami Teori Tumbukkan (Tabrakan) untuk menjelaskan
faktor-faktor penentu laju dan orde reaksi, dan terapannya
dalam kehidupan sehari-hari.
: 1. Mampu menghitung orde reaksi dan memecahkan soal
yang diberikan.
2. Mampu menjelaskan Teori Tumbukkan untuk menjelaskan
faktor penentu laju reaksi.

1. Model, Pendekatan dan Metode


a. Pendekatan
: konsep
b. Metode
: Ceramah bermakn, Tanya Jawab dan the real soal-soal.
2. Materi Ajar
Bab IV Laju Reaksi
Sub Bab: - Persamaan Laju Reaksi dan Teori Tubukan
Ringkasan Materi:
a. Order Reaksi
Dalam hal ini, orde reaksi didefinisikan sebagai bilangan pangkat (eksponen) yang
menyatakan penambahan laju reaksi karena penambahan konsentrasi zat-zat pereaksi. mq
=n
Keterangan:
q = orde reaksi
m = kenaikkan konsentrasi
n = kenaikan laju reaksi
4) Orde reaksi nol.
Jika orde suatu reaksi terhadap pereaksi tertentu adalah nol, hal ini berarti bahwa
konsentrasi perekasi tersebut tidak mempengaruhi laju reaksi. Secara matematis,
bilanganya yang dipangkatkan nol selalu sama dengan satu.
v = k [A]m = k
5) Orde reaksi Satu

88
Jika orde reaksi suatu zat sama degan satu, berarti penambahan konsentrasi akan
berbanding lurus (linier) dengan kenaikan laju reaksi.
v = k [A]1 = k [A]

6) Orde reaksi dua


Jika orde reaksi zat sama dengan dua, berarti penambahan konsentrasi akan
meningkatkan reaksi, dimana laju reaksi sebanding dengan kuadrat konsentrasi zat
tersebut.
Contoh soal :
c) Laju.
X + Y Z. jika konsentrasi awal Y = 0,5 M dan setelah bereaksi dengan X
selama satu menit konsentrasnya menjadi 0,2 M, maka tentukan laju reaksi
tersebut terhadap Y.
Penyeesaian:
Vy = = - (0,2 0,5) = 0,005 M/s
60 s
d) Orde.
Dalam suatu percobaan untuk mengamati reksi A(g) + B(g) C(g) diperoleh data
sebagai berikut:
No
[A] M
[B] M
V (M/s)
1
0,1
0,1
2
2
0,1
0,2
8
3
0,2
0,2
16
- Orde reaksi terhdap A
Penyelesaiannya:
Orde reaksi A ditentukan berdasarkan konsentrasi B.
v = k [A]m [B]n
v2 = k2 [A2]m [B2]n
v3 = k2[A3]m [B3]n
8 = k2 [0,1]m [0,2]n
16 = k2 [0,2]m [0,2]n
8 = [0,1]
16 = [0,2]
1=1
4 2
n=2
jadi orde pada A adalah 2
c. Teori Tumbukan
Alasan bagaimana zat-zat tersebut dapat mengalami reaksi kimia dapat djelaskan dengan
menggunakan teori tumbukan. Menurut tumbukan satu sama lain dengan energi yang
cukup untuk belangsungn reaksi tersebut. Dengan kata lain, agar suatu reaksi kimia dapat
berlangsung, maka harus terjadi tumbukan yang efektif antara partikel-partikel zat-zat

89
yang bereaksi. Tumbukan yang efektif tersebut dapat terjadi apabila partikel-partikel
tersebut mempunyai eneri kinetik yang cukup besar, sehingga memungkinkan terjadinya
perombakan (perubahan) pada struktur ikatan antaratom zat.
Energi kinetik minimun yang harus dimiliki partikel untuk menghasilkan tumbukan
efektif yang dapat mengahsilkan suatu reaksi kimia disebut energi aktivasi. Jika partikelpartike suatu zat memeilik energi aktivasi (E a) yang kecil, maka zat tersebut mudah
bereaksi, sebaliknya jika partikel-partikel suatu zat memiliki energi aktivasi yang besar,
maka zat tersebut sukar bereaksi.
3. Alat dan Bahan Ajar
White board, Makker , dan Buku ajar
4. Langkah-langkah KBM
No

Aktifitas

Tahapan dan waktu


Tahapan awal

Guru

Berdoa
Mengkondisikan kelas
Menjelaskan tujuan dari
pembelajaran kita hari ini adalah;
- Kalian dapat menghitung laju
reaksi dan orde rekasinya.
- Sebelumnya ibu akan meriview
kembali. Dengan memberikan
pertanyaan.
e. Apa definisi laju reaksi?
f. Mengapa terjadi reaksi?
g. Apa pengertian dari orde
reaksi?
h. Lalu bagaimana dengan
rumusnya?

5 menit

Siswa

Berdoa

Menyimak tujuan yang


dipaparkan oleh guru, dan
menjawab pertanyaan yang
diberkan oleh guru. Jawaban
yang diharapkan:
e. Ukuran dalam menyatakan
perubahan konsentrasi zatzat pereaksi atau zat hasil
reaksi tiap satuan waktu.
f. Tidak tahu bu.
g. Ordo adalah eksponen yang
menyatakan penambahan
laju reaksi karena
penambahan-penambahan
konsentrasi zat pereaksi.
h. Persamaan Laju reaksi :

Vy = Orde reaksi:

v = k [A]m [B]n
Tahapan inti
-

Menjelaskan
25 menit

Menjelaskan aplikasi rumus laju


reaksi dan orde reaksi.
Laju reaksi adalah kecepatan atau
sebuah perbahan antara zat
pereaksi dengan zat tereaksi.
Rumusnyapun sudah kalian
ketahui, yaitu:

Vy = Contoh:
X + Y Z. jika konsentrasi awal

Menyimak penjelasan dari guru


mengenai perhitungan laju reksi
dan orde reaksi.

90
Y = 0,5 M dan setelah bereaksi
dengan X selama satu menit
konsentrasnya menjadi 0,2 M,
maka tentukan laju reaksi tersebut
terhadap Y.
Penyeesaian:
Vy = = - (0,2 0,5) = 0,005 M/s
60 s
Orde adalah eksponen (pangkat)
yang menyatakan penambahan laju
reaksi karena penambahan
konsentrasi zat-zat pereaksi. Orde
pada laju reaksi terdiri dari 3, yaitu
orde 0, orde 1, dan orde 2.
Dengan rumus yang sudah
diketahui adalah:

v = k [A]m [B]n
contoh:
Dalam suatu percobaan untuk
mengamati reksi A(g) + B(g) C(g)
diperoleh data sebagai berikut:
V
No [A] M
[B] M
(M/s)
1
0,1
0,1
2
2
0,1
0,2
8
3
0,2
0,2
16
- Orde reaksi terhdap A
Penyelesaiannya:
Orde reaksi A ditentukan
berdasarkan konsentrasi B.
v = k [A]m [B]n
v2 = k2 [A2]m [B2]n
v3 = k2[A3]m [B3]n
8 = k2 [0,1]m [0,2]n
16 = k2 [0,2]m [0,2]n
8 = [0,1]
16 = [0,2]
1=1
4 2
n=2
jadi orde pada A adalah 2
v = k2 [A]2 [B]x

Memberi soal
30 menit

Menanyakan kefahaman siswa.

Memberikan soal yang harus


diselesaikan.

Jawaban yang diharapkan


faham.
Mencatat soal yang diberikan
oleh guru.
Jawaban yang diharapkan:

91
1. Buatlah grafik dari orde 0, 1,
dan 2!
2. Mengapa orde 0 selalu tetap
baik laju reaksinya maupun
konsentrasinya?
3. Suatu prcobaan dilakukan untuk
mengamati reaksi:
2NO + 2H2 N2 + 2H2O
Dari data tersebut didapat
sebagai berikut:
No [NO] M [H2] M V
1
0,1
0,1
2
2
0,1
0,2
32
3
0,4
0,1
64
Tentukan:
a. Total orde reaksi
b. Tetapan laju reaksi (K)
4. Apakah pada energi aktivasi
partikel jika diperbesarkan
akan mempengaruhi laju
reaksi? Jelaskan!
5. Apa yang dimaksud dengan
teori tumbukan?

1.

Orde 0

Mengevaluasi
25 menit

Tahapan akhir

5 menit

Meminta siswa untuk menuliskan


jawaban.
Meminta siswa lain untuk
mengkoreksi jawaban yang
diberikan oleh temannya.
Menanyakan kefahaman siswa
kembali. Jika ada yang kurang
dalam pengerjaan makan
ditambahkan oleh guru.
Meminta siswa untuk
menyimpulkan pembelajaran hari
ini.
Melengkapi kesimpulan yang
sudah dibuat oleh siswa.
Berdoa.

Oktri Lestari, S. Pd
1985 1004 200902 2 002

Orde 2
2. Secara matematis pangkat
nol selalu sama dengan satu,
sehingga laju reaksi suatu
zat ordenya nol selalu tetap
pada konsentrasi berapapun
dan nilainya sama dengan
satu.
3. a. 9/2 b. 6,32 104 M-7/2 s-1
4. ya, karena semakin besar
energi aktivasi maka akan
membuatu sebuah reaksi
semakin lamban.
5. Merupakan teori tabrakan,
karena dua zat yang berbeda
akan saling bertumbukan
karena efektifitasny zat.
Siswa menuliskan jawaban.
Siswa lain mengkoreksi jawaban
yang dituis oleh temannya di
depan.
Jawaban yang di harapkan
faham dan menyimak
penambahan dari guru.

Menyimpulkan materi yang


sudah diberikan.
Menyimak kesimpulan yang
diengkapi oleh guru.
Berdoa.

Bekasi,
Guru Bidang Studi
SMAN I Sukatani

Orde 1

Agustus 2010

Guru Bidang Studi

Diyah Rauhillah Hasni


106016200595

92

RPP
(Rencana Pelaksanaan Pembelajaran)
KIMIA SEMESTER 1 KELAS XI
Kelas Kontrol

Nama Sekolah
Mata Pelajaran
Kelas/Semester
Alokasi Waktu
Pertemuan
Standar Kompetensi

Kompetensi Dasar

Indikator

: SMAN 1 Sukatani
: Kimia
: X1.2/1
: 3 x 45 menit
: ke-3
: Memahami kinetika reaksi, kesetimbngan kimia, dan faktorfaktor yang mempengaruhinya, serta penerapannya dalam
kehidupan sehari-hari.
: Memahami Teori Tumbukan untuk menjeaskan faktor-faktor
penentu laju reaksi, orde reaksi dan terapannya dalam kehidupan
sehari-hari.
: 1. Menjelaskan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi
laju reaksi.
2. Mempraktikumkan faktor-faktor yang mempengaruhi laju
rekasi.

1. Model, Pendekatan dan Metode


a. Pendekatan
: Kooperatif
b. Metode
: Ceramah bermakna, Tanya Jawab, Kerja kelompok, diskusi dan
parktikum
2. Materi Ajar
Bab IV Laju Reaksi
Sub Bab: - faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi
Rangkuman Materi.
b. Faktor-faktor yang mempengruhi Laju reaksi
Pada dasarnya, laju suatu reaksi kimia dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya
luas permukaan, suhu, konsentrasi, tekanan, dan katalis.
6) Luas permukaan
Pada reaksi-reaksi zat padat, luas permukaan zat padat tersebut akan mempengaruhi
laju reaksi. Oleh karena itu, luas permukaan zat padat akan mempengaruhi seberapa cepat
reaksi tersebut berlangsung. Zat padat yang berbentuk serbuk mempunyai luas permukaan
yang lebih besar dibandingkan dengan zat padat dalam bentuk batangan atau kepingan
untuk massa zat padat yang sama.
7) Suhu
Perubahan suhu akan mempengaruhi laju suatu reaksi kimia. Pada umumnya, kenaikan
suhu akan meningkatkan laju reaksi. Jika suhu naik, maka partikel-partikel zat-zat yang
terlibat dalam reaksi akan menyerap kalor (energi), sehingga energi kinetetik partikel-

93
partikel tersebut meningkat oleh karena itu, dengan meningkatnya suhu, maka semkain
banyak patikel yang mempunyai energi kinetik lebih besar dari energi aktivasi.
v=
v0
Keterangan:
V = laju reaksi pada suhu tertentu
v0 = laju reaksi mula-mula
T = kenaikan suhu
8) Konsentrasi
Pada reaksi-reaksi yang melibatkan larutan, konsentrasi larutan mempengaruhi laju
reaksi suatu zat dengan larutan tersebut. Dalam hal ini, meningkatan konsenrasi zat-zat
pereaksi (dalam bentuk larutan) akan meningkatkan frekuensi tumbukkan antara partikelpartikel zat pereaksi tersebut. Hal ini karena dalam larutan pekat, jarak antara dua partikel
yang berdekatan relatif rapat, sehingga muda bertumbukkan. Oleh karena itu, semakin
besar konsentrasi suatu larutan, maka semakin banyak partikel yang terdapat dalam larutan.
Jadi, apabia suatu larutan direaksikan dengan zat tertentu, maka zat tersebut akan mudah
bereaksi ada larutan yang pekat.
9) Tekanan
Anda harus tahu bahwa partikel-partikel (atom atau molekul) dalam suatu gas sangat
berjauhan (tersebar). Pada dasarnya, tekanan mempengaruhi reaksi-reaksi yang melibatkan
gas. Semakin besar tekanan semakin cepat laju reaksinya dan semakin kecil tekanan gas
semakin lambat laju reaksinya. Agar dua buah zat kimia bereaksi, maka harus terdapat
tumbukan diantara partikel-partikelnya. Dengan demikan meningkatkan tekanan, maka kita
menekan partike-partikel tersebut bersama-sam sehingga kita akan meningkatkan frekuensi
tumbukan diantara partikel-partikel tersebut. Hal ini terjadi semakin besar tekanan gas,
maka volume gas semakin kecil, sehingga jarak antara partikel-partikelnya menjadi lebih
rapat dan partikel-prtikel tersebut lebih mudah bertumbukan.
10)
Katalis
Katalis merupakan zat yang meningkatkan laju suatu reaksi kimia tanpa mengalami
perubahan apapun. Hanya dalam beberapa saat, katalis dapat menghasilkan perubahan
dalam laju reaksi. Hal ini karena adanya katalis dalam suatu reaksi akan menyebabkan
reaksi tersebut berlangsung dengan cara yang berbeda. Lebih jauh, kemampuan katalis
dalam mempercepat reaksi kimia disebabkan oleh kemampuan katalis dalam menurunkan
harga energi aktivasi, sehingga reaksi zat dengan menggunakan katalis dapat berlangsung
lebih cepat dibandingkan dengan reaksi zat tanpa katalis.
Disadari atau tidak, reaksi-reaksi kimia dalam tubuh manusia juga dipercepat oleh
katalis yang disebut dengan enzim. Dalam hal ini, enzim nerupakan suatu protein
kompleks yang dihasilkan oleh sel-sel hidup yang dapat meningkatkan laju suatu reaksi
biokimia tertentu dengan bertindak sebagai katalis. Oleh karena itu, enzim disebut juga
dengan biokatalisator. Sebagai contoh amilase yang terdapat pada ludah berperan dalam
mempercepat pengubahan zat tepung dan glikogen menjadi gula sederhana, misalnya
glukosa.
3. Alat dan Bahan Ajar
Peralatan Praktikum, White board, Makker , Artikel dan Buku ajar

94
4. Langkah-langkah KBM
No

Aktifitas

Tahapan dan waktu


Tahapan awal
- Pemberian Orientasi
- Memberi tahukan tujuan
dari pembelajaran

Guru

15 menit

Berdoa
Mengkondisikan kelas
Memberikan beberapa pertanyaan
berkenaan laju reaksi:
1. Dari materi sebelumnya apakah
kalian sudah mengetahui faktor
apa saja yang mempengaruhi
laju reaksi?

Menjelaskan tujuan dari


pembelajaran kita hari ini adalah;
- Kalian mampu menjelaskan
faktor apa saja yang
mempengaruhi laju reaksi dan
mempraktikumkan
Guru mengelompokan siswa
terlebih dahulu.

Tahapan inti
- Mengelompokkan
25 menit

Mendiskusikan
45 menit

Membuat laporan
perkelompok.
35 menit

Berdoa

Menjawab ertanyaa, jawaban


yang diharapkan:
2. Belum tahu bu.

Menyimak penjelasan guru


mengenai tujuan dari
pembelajaran hari ini.

Guru menjelaskan faktor-faktor apa


saja yang memepngaruhi laju
rekasi.

Meminta perwakilan tiap


kelompokkan untuk mengambil
langkah kerja praktikum.

Meminta anak untuk


mempraktikumkan.

Meminta anak membuat laporan

dan menjawab beberapa pertanyaan


sesuai dengan yang
dipraktikumkan dan
mendiskusikanya.

Menanyakan kefahaman siswa

Tahapan akhir

Siswa

15 menit

Meminta siswa untuk


menyimpulkan pembelajaran hari
ini.
Melengkapi kesimpulan yang
sudah dibuat oleh siswa.
Berdoa.

Menyimak penjelasan dari guru.

Berkelompok sesuai dengn


kelompok yang sudah
ditentukan dan mengambil
lembar langkah praktikum
Mempraktikumkan langkahlangkah praktikum.

Membuat laporan dan


mendiskusikan pertanyaan yang
diberikan oleh guru.

Jawaban yang diharapkan


faham
Menyimpulkan materi yang
sudah diberikan dan hasil
praktikum dari tiap kelompok.
Menyimak kesimpulan yang
diengkapi oleh guru.
Berdoa.

95
Bekasi,
Guru Bidang Studi
SMAN I Sukatani

Oktri Lestari, S. Pd
1985 1004 200902 2 002

September 2010

Guru Bidang Studi

Diyah Rauhillah Hasni


106016200595

96

RPP
(Rencana Pelaksanaan Pembelajaran)
KIMIA SEMESTER 1 KELAS XI
Kelas Kontrol

Nama Sekolah
Mata Pelajaran
Kelas/Semester
Alokasi Waktu
Pertemuan
Standar Kompetensi

Kompetensi Dasar
Indikator

: SMAN 1 Sukatani
: Kimia
: X1.2/1
: 2 x 45 menit
: ke-4
: Memahami teori tumbukan untuk menjelaskan faktor-faktor
penentu laju dan orrde reaksi, dan terapannya dalam kehidupan
sehari-hari.
: Menjelaskan penerapan prinsip keseimbangan dalam
kehidupan sehari-hari.
: 1. Menyebutkan laju reaksi dalam kehidupan sehari-hari dan
manfaatnya.

1. Model, Pendekatan dan Metode


a. Pendekatan
: Konsep
b. Metode
: Ceramah bermakna, Tanya Jawab dan studi pustaka
2. Materi Ajar
Bab IV Laju Reaksi
Sub Bab : - Laju reaksi dalam kehidupan sehari-hari
Diambil dari artikel yang sudah disediakan.
3. Alat dan Bahan Ajar
White board, Makker , Artikel dan Buku ajar
4. Langkah-langkah KBM
No

Aktifitas

Tahapan dan waktu


Tahapan awal
- Apersepsi
- Memotivasi
15 menit

Guru

Berdoa
Mengkondisikan kelas
Memberikan beberapa pertanyaan
berkenaan laju reaksi:
3. Apakah kalian tahu laju reaksi
dalam kehidupan sehari-hari ?
4. Apakah alian sudah tahu
manfaat laju reaksi dalam
kehidupan sehari-hari dengan
manfaat yang lebih bsar atau
dalam industri?

Siswa

Berdoa

Menjawab ertanyaa, jawaban


yang diharapkan:
3. Sudah bu, salah satunya
perbedaan natara larutan
gula pasir dengan gula batu.

4. Belum bu.

97

Menjelaskan tujuan dari


pembelajaran kita hari ini adalah;
- Mampu mengetahu manfaat
dari laju reaksi.

Menyimak penjelasan guru


mengenai tujuan dari
pembelajaran hari ini.

Memotivasi siswa dengan


memberikan contoh laju reaksi
pada kehidupan sehar-hari.
- Manfaat laju reaksi dalam
kehidupan sehari-hari biasanya
dipakai dalam bidang industri
contohnya mempercepat suatu
reaksi untuk mendapatkan
prodak tertentu.
Mengelompokkan siswa

Termotivasi pada pembelajaran


laju reaksi.

Siswa berkelompok sesuai


dengan kelompoknya.

Menjelaskan kegunaan laju rekasi


dengan manfaat lebih besar.

Menyimak penjelasan dari guru.

Meminta agar setiap kelompok


untuk stady pustaka dan
mendikusikanya. Dengan tema
yang berbeda-beda.
1. Manfaat laju rekasi dalam
kehidupan sehari-hari
khususnya dalam bidang
industry.
2. Manfaat laju rekasi dalam
kehidupan sehari-hari
khususnya faktor katalis.
3. Manfaat laju reaksi dalam
kehidupan sehari-hari
khususnya dalam faktor suhu.
4. Sebutkan dan jelaskanlah jenisjenis katalis, apa kekurangan
dan kelebihanya.

Setiap kelompok study pustaka


dan mendiskusikanya dengan
tema yang sudah ditentukan
oleh guru.

Menjawab pertanyaan atau


sanggahan.

Menyimak peneyempurnaan
jawaban dari guru.

Meminta agar hasil studi pustaka


dan diskusi, dicatat perorang.

Mencatat hasil studi pustaka dan


hasil diskusi.

Meminta siswa untuk


menyimpulkan pembelajaran hari
ini.
Melengkapi kesimpulan yang
sudah dibuat oleh siswa.
Berdoa.

Menyimpulkan materi yang


sudah diberikan.

Tahapan inti
- Mengelompokkan
10 menit

Studi pustaka dan diskusi


30 menit

Mencata hasil studi


pustaka dan diskusi
25 menit

Tahapan akhir
10 menit

Menyimak kesimpulan yang


diengkapi oleh guru.
Berdoa.

98
Bekasi,
Guru Bidang Studi
SMAN I Sukatani

Oktri Lestari, S. Pd
1985 1004 200902 2 002

September 2010

Guru Bidang Studi

Diyah Rauhillah Hasni


106016200595

99
Lampiran 3

LEMBAR KERJA SISWA


(pertemuan ke-1)
Tujuan pembelajaran:
1. Menjelaskan pengertian dari laju reaksi
2. Mampu menghitung definisi laju reaksi
3. Menjelaskan hubungan antara laju reaksi dengan ordenya
Kelompok
Nama

: ______
: 1. ________
4. ________

2. _______
5. _______

3. _________
6. Dst .

Kinetika Kimia
Kinetika kimia adalah bagian dari ilmu kimia yang mempelajari
laju dan mekanisme reaksi kimia. Gula pasir akan mudah larut
dibandingkan dengan gula batu. Besi lebih cepat berkarat ketika
terkena air hujan dibandingkan dengan air sumur. Agar-agar
yang sudah dimasak akan cepat membeku dalam keadaan
dingin dibanding pada keadaan suhu kamar. Ini merupakan tiga contoh yang lazim dari
perubahan kimia yang kompleks dengan laju yang beraneka menurut kondisi reaksi. Kinetika
kimia mengkaji mengenai laju reaksi, tentang bagaimana cara molekul bergabung membentuk
produk.
Lihatlah grafik jumlah moleku terhadap waktu dibawah ini dari reaksi A + B C + D:
A) Reaktan
B) Prodak
Jumlah molekul
A+B

Jumlah molekul
C+D

Waktu

Waktu

100
B) Reaktan prodak
C+D
Hasil reaksi

Jumlah molekul
A+BC+
D

A+B
Pereaksi

Waktu/s
Orde Reaksi
Pangkat perubahan konsentrasi terhadap perubahan laju disebut orde reaksi. Lihatlah Grafik
hubungan perubahan konsentrasi terhadap laju reaksi
Laju reaksi
Reaksi Orde 0
V

1
1

Konsentrasi

Laju reaksi
Reaksi Orde 1
V

3
2
1
Konsentrasi
1

101
Laju reaksi
Reaksi Orde 2
4

V
3
2
1

Konsentrasi
1

Jawablah pertanyaan dibawah ini!


1. Definisikan grafik A pada jumlah molekul terhadap waktu!

2. Definiskan grafik B pada jumlah molekul terhadap waktu!

.
3. Definisikan grafik C pada jumlah molekul terhadap waktu!

4. Jelaskan pengertian dari V = + M / s!

.
5. Jeaskan pengertian dari V = - M / s!

6. Hitunglah laju dari reaksi D + R Z + Y dalam waktu 100 detik. Konsentrasi zat R
berkurang 2,5 M menjadi 1,75 M hitunglah laju dari konsentrasi Y!

102

7. Jelaskanlah hubungan orde reaksi terhadap laju reaksi dari grafik orde reaksi!

8. Jelaskanlah orde 0, 1 dan 2 dari gafik orde reaksi!

103

LEMBAR KERJA SISWA


(pertemuan ke-2)
Tujuan pembelajaran:
1. Mampu menghitung orde reaksi dan memecahkan soal secara berkelompok.
2. Mampu menjelaskan teori tumbukan melalui faktor penentu laju reaksi.
Kelompok
Nama

: ______
: 1. ________
4. ________

2. _______
5. _______

3. _________
6. Dst .

Perhitungan Laju Reaksi

Untuk reaksi
A+B
C
Rumusan laju reaksi adalah :
V = k [A]m [B]n
Dimana :
k = tetapan laju reaksi
m = orde reaksi untuk A
n = orde reaksi untuk B

Orde reakasi total = m + n

Rumusan laju reaksi tersebut diperoleh dari percobaan.


Misalkan diperoleh data percobaan untuk reaksi :
NO(g) + Cl2(g)
NOCl2(g)
Diperoleh data sebagai berikut :
Perc
[NO] M
[Cl2] M
1
0,1
0,1
2
0,1
0,2
3
0,2
0,1
4
0,3
0,3

V M/s
4
16
8
108

Rumusan laju reaksi untuk reaksi tersebut adalah :


- Hitunglah jumlah orde!
- Tulisalah persamaan reaksi!
- Hitung konstantanya!

104
Jawab
V = k [NO]m [Cl2]n
Orde NO = m
Percobaan 1 dan 3

Orde Cl2 = n
Percobaan 1 dan 2

[ NO ] m V

[ NO ] 3

[ NO ] 1

[ Cl 2 ] n V
n

[ Cl 2 ] 2
V

2
V1
[ Cl 2 ] 1

V
3
V1

8
0 ,2


4
0 ,1
m
2 2
m 1

16
0 ,2


4
0 ,1
n
2 4
n 2

Jumlah orde reaksi m + n = 1 + 2 = 3


Maka rumusan laju reaksinya adalah :
V = k [NO]1 [Cl2]2
Harga k diperoleh dengan memasukan salah satu data percobaan
k

V
[ NO ].[ Cl 2 ] 2

4
0,1.0,12

k 4.10 3 M

s 1

Teori Tumbukan
Teori tumbukkan terhadap laju reaksi dan faktor-faktor yang mempengaruhinya:
KONSENTRASI
Gambar konsentrasi A terhadap jumlah molekul

1M

3M

5M

105
SUHU
1)
Suhu

2)
Ea

Ek

Dipanaska 400C
n

Ea
H

Waktu
Grafik 1. Pengaruh suhu terhadap satuan waktu

Dipanaska 400C
n
Ea

Ek

0
Didinginka -2 C
n

0
Didinginka -2 C
n

KATALIS

Grafik. Energi aktifasi terhadap


waktu
TEKANAN
Gambar perubahan gerak molekul terhadap tekanan
50 atm

100 atm

150 atm

106
Jawablah pertanyaan dibawah ini!
1. Hitunglah data pecobaan dibawah ini!
Reaksi 2A + 2B C + 2D
No

[A] M

[B] M

2p

4s

2q

8s

Hitunglah :
a. Jumlah orde reaksi!
b. Tulisalah rumus reaksinya!
c. Tetapan laju reaksi!

2. Dari data percobaan 2 NO(g) + 2Br2(g) 2NOBr(g) + Br2. Hitunglah berapa kecepatan
percobaan no. 4!
No
[NO] M
[Br2] M
V
1

4 10-3

1,5 10-3

32 10-7

4 10-3

3 10-3

64 10-7

4 10-3

610-3

128 10-7

2 10-3

4 10-3

2 10-3

6 10-3

32 10-7

3. Jelaskanlah grafik 1 yang mempengaruhi laju reaksi yaitu suhu melalui teori tumbukan!

107

4. Jelaskanlh grafik katalis (energi aktifasi terhadap waktu) melalui teori tumbukan!

5. Mana yang akan lebih cepat terbentuknya reaksi dengan tekanan 50 atm atau 100 atm?
Jelaskan melalui teori tumbukan bagaimana energi kinetiknya?

6. Bagaimana jika terbentuknya reaksi menurut teori tumbukan dan bagaimana jika energi
aktifasi pada reaksi besar?

108

LEMBAR KERJA SISWA


(pertemuan ke-3)
Tujuan pembelajaran :
1. Membuat uji coba/praktikum dari sebuah LKS mengenai faktor yang mempengaruhi laju
reaksi.
Kelompok

: ______

Nama

: 1. ________

2. _______

3. _________

4. ________

5. _______

6. Dst .

Faktor-Faktor Yang Mepengaruhi Laju Reaksi


Luas Permukaan Sentuhan
Suatu reaksi mungkin banyak melibatkan pereaksi dalam bentuk padatan, maupuan
serbuk. Suatu zat padat yang berbentuk serbuk mempunyai permukaan yang lebih luas, jika
dibandingkan dengan zat tersebut dalam bentuk kepingan yang besar. Dalam suatu reaksi, bentuk
serbuk memiliki bidang sentuhan yang lebih luas bertabrakan dengan suatu zat lain. Akibatnya,
reaksi zat dalam bentuk serbuk akan lebih cepat bereaksi dari reaksi zat dalam bentuk kepingan,
sebab molekul-molekul dibagian dalam kepingan harus menunggu sebelum bagian luar habis
bereaksi, sedangkan molekul-molekul dari serbuk banyak yang bertabrakan dalam waktu yang
bersamaan.
Pada percobaan yang dilakukan oleh seorang analis, untuk mengetahui seberapa cepat
laju reaksi pita Mg masing-masing 1cm dalam 2 M asam klorida 10 mL, dengan:
1. Pita Mg dengan panjang untuh 1 cm
2. Pita Mg panjang 1 cm dipotong menjadi 3 bagian
Jawablah pertanyaan dibawah ini !
1. Diskusikanlah untuk membuat percobaan dari praktikum dengan artikel diatas. Tentukan
alat dan bahannya! Bahan tidak harus sesuai dengan artikel diatas, carilah bahan yang ada
pada kehidupan sehari-hari.

109
2. Praktikumkanlah hasil diskusi kalian dengan membuat langakah-langkah percobaan, alat
dan bahan!

.
3. Diskusikanlah mengapa luas permukaan sentuhan mampu mempercepat laju reaksi!

.
4. Isilah tabel hasil praktikum dibawah ini!
No

Bahan
Waktu
HCl

Pita Mg

2M

Utuh

2M

Dipotong 3 bagian

Kesimpulan

110

LEMBAR KERJA SISWA


(pertemuan ke-3)
Tujuan pembelajaran :
1. Membuat uji coba/praktikum dari sebuah LKS mengenai faktor yang mempengaruhi laju
reaksi.
Kelompok

: ______

Nama

: 1. ________

2. _______

3. _________

4. ________

5. _______

6. Dst .

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Laju Reaksi


Konsentrasi
Suatu larutan yang pekat (konsentrasi besar) sudah tentu mengandung molekul-molekul
yang lebih rapat (letaknya lebih berdekatan), jika dibandingkan dengan larutan encer
(konsentrasi kecil). Molekul-molekul yang letaknya berdekatan memiliki kemungkinan yang
lebih besar (lebih mudah dan lebih sering) untuk saling bertabrakan daripada molekul yang
letaknya berjauhan. Itu sebabnya, makin besar konsentrasi suatu larutan yang kita reaksikan,
makin besar pula kecepatan reaksinya.
Seorang analis mencoba seberapa cepat reaksi pita Mg dalam larutan asam klorida
dengan volume masing-masing 10 mL dan panjang pita Mg masing-masing 1 cm, pada
konsentrasi:
1. 0,5 M larutan asam klorida.
2. 1 M larutan asam klorida.
3. 2 M larutan asam klorida.
Jawablah pertanyaan dibawah ini!
1. Diskusikanlah untuk membuat percobaan dari praktikum dengan artikel diatas. Tentukan
alat dan bahannya! Bahan tidak harus sesuai dengan artikel diatas, carilah bahan yang ada
pada kehidupan sehari-hari.

..

111
2.

Praktikumkanlah hasil diskusi kalian dengan membuat langakah-langkah percobaan, alat dan
bahan!

..

3.

Diskusikanlah mengapa konsentrasi mampu mempercepat laju reaksi!

..

4.

Buatlah grafik konsentrasi terhadap waktu!


waktu

Konsentrasi

112

LEMBAR KERJA SISWA


(pertemuan ke-3)
Tujuan pembelajaran :
1.

Membuat uji coba/praktikum dari sebuah LKS mengenai faktor yang mempengaruhi laju
reaksi.

Kelompok

: ______

Nama

: 1. ________

2. _______

3. _________

4. ________

5. _______

6. Dst .

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Laju Reaksi


Suhu
Umumnya kenaikan suhu mempercepat reaksi, dan sebaliknya penurunan suhu
memperlambat reaksi. Bila kita memasak nasi dengan api besar akan lebih cepat dibandingkan
api kecil. Bila kita ingin mengawetkan makanan (misalnya ikan) pasti kita pilih lemari es,
mengapa? Karena penurunan suhu memperlambat proses pembusukan.
Laju reaksi kimia bertambah dengan naiknya suhu. Bagaimana hal ini dapat terjadi?
Ingat, laju reaksi ditentukan oleh jumlah tumbukan. Jika suhu dinaikkan, maka kalor yang
diberikan akan menambah energi kinetik partikel pereaksi. Sehingga pergerakan partikel-partikel
pereaksi makin cepat, makin cepat pergerakan partikel akan menyebabkan terjadinya tumbukan
antar zat pereaksi makin banyak, sehingga reaksi makin cepat.
Dari percobaan seorang analis ingin mengetahui seberapa cepat perubahan warna yang
terjadi pada sampel dengan suhu kamar dibandingkan sampel yang dipanasakan pada suhu 40 0C,
dengan:
1. Campuran 10 mL asam oksalat 0,2 M dan 4 mL asam sulfat 0,2 M (tanpa adanya
pemanasan) lalu penambahan 0,2 M KMnO4 2 mL (ketiga campuran tersebut diaduk sampai
terjadi perubahan warna menjadi cokelat).
2. Campuran 10 mL asam oksalat 0,2 M dan 4 mL asam sulfat 0,2 M (adanya pemanasan
400C) lalu penambahan 0,2 M KMnO4 2 mL (ketiga campuran tersebut diaduk sampai
terjadi perubahan warna menjadi cokelat).
Suhu (karena tumbukan antar partikel bertambah energi kinetiknya) jika dinaikan suhu
100C. laju reaksi menjadi a kali. Untuk kenaikan n 100 maka:

113
Dik:
V
A
t
X

= kecepatan
= kenaikan
= perubahan waktu
= setiapa kenaikan suhu 100C
Jika reaksi berlangsung dalam waktu awal t1 dan berakhir pada suhu akhir t2, maka:

Jawablah pertanyaan dibawah ini !


1. Diskusikanlah untuk membuat percobaan dari praktikum dengan artikel diatas. Tentukan
alat dan bahannya! Bahan tidak harus sesuai dengan artikel diatas, carilah bahan yang ada
pad kehidupan sehari-hari.

.
2. Praktikumkanlah hasil diskusi kalian dalam membuat percobaan dengan alat, bahan dan
langkah-langkahnya!

.
3. Jelaskanlah hasil praktikum kalian, mengapa suhu mampu mempercepat laju reaksi!

.
4. Buatlah grafik parktikum kalian. Grafik suhu terhadap waktu!

.
5. Hitunglah jika:
a. Suatu reaksi berangsung pada suhu 300C, tiap kenaikan suhu 100C kecepatan reaksi
meningkat 2 kali tentukan kecepatan reaksi hingga suhu mencapai 120 0C!

114
b. Tentukan waktu yang diperlukan untuk beraksi suatu zat pada suhu 850C. pada saat
suhu 350C suatu zat membutuhkan waktu 32 detik. Dan diketahui setiap kenaikan
100C laju reaksi menjadi 2 kali lebih cepat

115

LEMBAR KERJA SISWA


(pertemuan ke-3)

Tujuan pembelajaran :
1. Membuat uji coba/praktikum dari sebuah LKS mengenai faktor yang mempengaruhi laju reaksi.

Kelompok

: ______

Nama

: 1. ________

2. _______

3. _________

4. ________

5. _______

6. Dst .

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Laju Reaksi


Katalis
Salah satu cara lain untuk mempercepat laju reaksi adalah dengan jalan menurunkan
energi pengaktifan suatu reaksi. Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan katalis.Katalis
adalah zat yang dapat meningkatkan laju reaksi tanpa dirinya mengalami perubahan kimia secara
permanen. Katalis dapat bekerja dengan membentuk senyawa antara atau mengabsorpsi zat yang
direaksikan. Suatu reaksi yang menggunakan katalis disebut reaksi katalis dan prosesnya disebut
katalisme. Katalis suatu reaksi biasanya dituliskan di atas tanda panah, misalnya.
2 KClO3 (g) MnO 2 KCl (s) + 3 O2 (g)
H2 (g) + Cl2 (g) arang 2 HCl (g)
Ada dua macam katalis, yaitu katalis positif (katalisator) yang berfungsi mempercepat
reaksi, dan katalis negatif (inhibitor) yang berfungsi memperlambat laju reaksi. Katalis positif
berperan menurunkan energi pengaktifan, dan membuat orientasi molekul sesuai untuk
terjadinya tumbukan.
Sedangkan katalisator dibedakan atas katalisator homogen dan katalisator heterogen.
a.

Katalisator homogen

Katalisator homogen adalah katalisator yang mempunyai fasa sama dengan zat yang
dikatalisis. Contohnya adalah besi (III) klorida pada reaksi penguraian hidrogen peroksida
menjadi air dan gas oksigen menurut persamaan : 2 H2O2 (l)FeCl2 H2O (l) + O2 (g).
b.

Katalisator heterogen

Katalisator heterogen adalah katalisator yang mempunyai fasa tidak sama dengan zat
yang dikatalisis. Umumnya katalisator heterogen berupa zat padat. Banyak proses industri yang

116
menggunakan katalisator heterogen, sehingga proses dapat berlangsung lebih cepat dan biaya
produksi dapat dikurangi.
Banyak logam yang dapat mengikat cukup banyak molekul-molekul gas pada
permukannya, misalnya Ni, Pt, Pd dan V. Gaya tarik menarik antara atom logam dengan molekul
gas dapat memperlemah ikatan kovalen pada molekul gas, dan bahkan dapat memutuskan ikatan
itu. Akibatnya molekul gas yang terabsorpsi pada permukaan logam ini menjadi lebih reaktif
daripada molekul gas yang tidak terabsorbsi. Prinsip ini adalah kerja dari katalis heterogen, yang
banyak dimanfaatkan untuk mengkatalisis reaksi-reaksi gas.
Di beberapa negara maju, kendaraan bermotor telah dilengkapi dengan katalis dari
oksida logam atau paduan logam pada knalpotnya sehingga dapat mempercepat reaksi antara gas
CO dengan udara. Dalam industri banyak dipergunakan nikel atau platina sebagai katalis pada
reaksi hidrogenasi terhadap asam lemak tak jenuh. Katalis platina, digunakan pada proses
Oswald dalam industri asam nitrat, pengubah katalitik pada knalpot kendaraan bermotor ?
Katalisator enzim
Katalis sangat diperlukan dalam reaksi zat organik, termasuk dalam organisme. Reaksireaksi metabolisme dapat berlangsung pada suhu tubuh yang realtif rendah berkat adanya suatu
biokatalis yang disebut enzim. Dalam tubuh kita terdapat ribuan jenis enzim karena setiap enzim
hanya dapat mengkatalisis satu reaksi spesifik dalam molekul (substrat) tertentu, Dalam proses
katalisis enzim yang digunakan harus sesuai dengan substratnya. Salah satu contoh adalah enzim
protease yang dapat digunakan sebagai katalis dalam proses penguraian protein, namun tidak
dapat mengkatalisis penguraian skharosa.
Seorang analis ingin mengetahui seberapa cepat enzim pada hati ayam, jantung dan hati
sapi mampu mempercepat suatu reaksi dengan masa hati ayam yang sudah dihancurkan masingmasing 10g, pada:
1. Suhu 350C (3 menit) lalu penambahan peroksida (H2O2) 5 mL dengan konsentrasi 0,2 M.
Jawablah pertanyaan dibawah ini!
1. Diskusikanlah untuk membuat percobaan dari praktikum dengan artikel diatas. Tentukan
alat dan bahannya! Bahan tidak harus sesuai dengan artikel diatas, carilah bahan yang ada
pad kehidupan sehari-hari.

..

117
2. Praktikumkanlah hasil diskusi kalian dalam membuat percobaan dengan alat, bahan dan
langkah-langkahnya!

.
3. Jelaskanlah hasil praktikum kalian, bagaimana pengaruh katalis terhadap laju reaksi!

.
4. Amatilah kenaikan suhu dengan banyaknya gelembung! Buatlah tabel dari pengamatan
kalian!

..

118

LEMBAR KERJA SISWA


(Pertemuan ke-4)
Tujuan pembelajaran :
1. Menyebutkan manfaat laju reaksi dalam kehidupan sehari- hari.

Sebutkan manfaat katalis homogen dalam kehidupan seharihari!

Sebutkan manfaat biokatalis dalam kehidupan sehari-hari!

Sebutkan manfaat pengaruh suhu terhadap laju reaksi pada


kehidupan sehari-hari!

Sebutkan manfaat laju reaksi dalam bidang industri!

119
Lampiran 4

KISI-KISI INSTRUMEN DAN PEDOMANA PENILAIAN


Pedoman Penilaian
0
1
2

= tidak mengisi sama sekali


= kata kunci yang berkaitan dengan jawaban
= seperempat memenuhi jawaban yang diharapkan

3
4

= sebagian memenuhi jawaban yang diharapkan


= jawaban yang diharapkan

Indikator

Menjelaskan
pengertian laju

Taksonomi
C4

Instrumen
Dari data percobaan
X Y didapat:
No
1
2
3
4
5

reaksi

Time/waktu
0
50
100
150
200

Konsentrasi X(M)
0,01200
0,01010
0,00846
0,00710
0,00596

Dengan grafik
V

s
jelaskanlah grafik laju terhadap waktu
dan buktikanlah dengan data
percobaan!
C2

Apa yang membedakan antara laju


secara fisika dan laju secara kimia?
Jelaskan!

Jawaban

Skor

Kecepatan terhadap waktu

Semakin besar waktu yang dibutuhkan


maka kecepatan semakin kecil

Perubahan konsentrasi reaksi dalam


satuan waktu

Berkurangnya konsentrasi pereaksi


dalam satuan waktu. Dapat dibuktikan
dari data tersebut tiap kenaikan waktu
maka kecepatan akan berkurang.
Contoh:
Karena laju penguraian
V1= - M
S
= - (0,012 0,01010)
50
= 38 10-6

-Laju secara fisika perubahan yang


dilihat dari faktor fisiknya.
-Laju reaksi secara kimia perubahan
yang dilihat dari faktor kimianya.

-Laju secara fisika dapat dilihat proses


perubahannya.

-Laju secara kimia tidak dapat dilihat


proses perubahannya.

120
-Laju secara fisika perubahan jarak yang
mampu dilihat proses perubahannya,
perubahan jarak dengan satuan
waktu.
-Laju secara kimia perubahan reaksi
yang tidak dapat dilhat proses

pembentukkannya
- Laju secara fisika hanya berdasarkan
pada sifat fisik seperti konduktifitas
listrik, tekanan, perubahan jarak yang
mampu mempengaruhi perubahan
laju.
- Laju secara kimia diliht dari jumlah

molekul yang berkurang atau


bertambah
(konsentrasi
dari
pereaksi/prodak) dalam satuan waktu
secara fisik proses perubahannya
tidak dapat dilihat.
C2

Jika laju reaksi A B (Vb = + M/s)


manakah yang konsentrasinya
bertambah? Jelaskan!

Karena konsentrasi produknya

bertambah
Karena arah laju kekanan pada hasil
reaksi

Berkurangnya konsentrasi pereaksi


kearah hasil reaksi.

Konsentrasi yang bertambah adalah

prodak/hasil reaksi, karena laju tersebut


merupakan laju pembentukkan.

Menghitung laju
reaksi dari faktorfaktor yang
mempengaruhi-

C3

Reaksi kimia P Q terjadi selama 330


detik. Konsentrasi zat P berkurang dari
1,00 M menjadi 0,75 M. hitunglah laju
raksi Q!

nya.

Dik.
PQ
S = 330 detik M1= 1,00 M2 = 0,75
Dit laju reaksi Q?

Vq = M
S

Vq = M
S

C3

Laju reaksi W 256 M/s, suhu awal


200C samapi 1000C, berapa kalikah

= 1,00 - 0,75
330

Vq = M = 1,00 - 0,75
S
330
= 0,25 = 0,00075 = 75 10-5 M/s
330
-

Dik

121
kenaikanya tiap 100C?

Vw = 256 T1 = 200C
C3Tx = 100C
Dit A (kenaiakanya)?

T2 = 1000C

V = AT/Tx

T/Tx

256= A
= A100-20/10

256= AT/Tx
= A100-20/10 = A80/10
A =
= 2 kali
-

C4
Lihatlah grafik dibawah ini!

4
= A8
0

Katalis meningkatkan laju reaksi

Katalis mampu menurunkan energi


aktivasi

Eneri aktivasi berbanding lurus dengan


waktu reaksi.

bahwa katalis menurunkan energi


aktivasi sehingga reaksi cepat
berlangsung.

Eksponen/pangkat pada pereaksi

Penambahan konsentrasi pada pereaksi

Laju berbanding lurus dengan


konsentrasi.
Semkin besar laju dikarenakan adanya
penambahan konsentrasi.

Penambahan laju karena adanya


penambahan konsentrasi zat-zat pereaksi.

Eksponen nol hasilnya akan selalu 1

Konsentrsi dengan eksponen 0 maka


lajunya akan konstan.

Penambahan konsentrasi tidak


mempengruhi laju

Karena pada orde nol penambahan


konsentrasi tidak mempengaruhi laju
(laju selalu konstan/laju selalu 1).
v

jelaskanlah pengaruh katalis pada


grafik diatas!
Menjelaskan
hubungan antara
laju reaksi dengan
ordenya

C1

C2

Jelaskanlah pengertian orde reaksi!

Jelaskanlah mengapa laju dan


konsentrasi orde nol selalu konstan!
Buatlah grafik orde nol!

4 s

122

C4

Jelaskanlah grafik hubungan laju


dengan konsentrasi dibawah ini!

4
3
2
1
1

Mampu
menjelaskan teori

C2

tumbukan untuk
menjelaskan faktor
penentu laju reaksi

Orde reaksi 1

Konsentrasi ditambahkan maka laju akan


meningkat.
Jumlah pereaksi berbanding lurus dengan
laju reaksinya
Bahwa penambahan konsentrasi akan
berbanding lurus dengan kenaikan laju
reaksinya.Semakin besar konsentrasi,
maka semin besar lajunya.

Teori tabrakan antar partikel

Partikel suatu zat selalu bergerak acak


dan saling bertumbukan.

Partikel suatu zat selalu bergerak acak


dan memiliki energi hingga terjadi
tumbukan.

Partikel-partikel suatu zat selalu bergerak

3
4

Konsentrasi
Jelaskanlah bagaimana mekanisme
terjadinya reaksi kimia berdasarkan
teori tumbukan!

acak dan tdak teratur. Ketika dua zat


kimia bereaksi maka partikelnya harus
bertumbukan satu sama lain dengan
energi kinetik yang cukup besar,
sehingga memungkinkan perombakan
(perubahan) pada struktur ikatan antara
atom.
C5

C6

Hati ayam dan daging ayam yang


sudah dihancurkan pada masa tertentu,
ketika dipanaskan dan ditambahkan
peroksida, hati ayam lebih cepat
bereaksi dan menghasilkan gelembung
dibandingkan dengan daging ayam,
dari kasus tersebut apakah yang
mempercepat terjadinya reaksi?

Enzim

Katalis

Katalis berupa enzim

Yang mempercepat laju adalah katalis,


karena dalam hati terdapat enzim.

Salah satu cara untuk dapat


mempercepat jalannya suatu reaksi
adalah melalui penggunaan katalis,
maka hal apa sajakah yang dapat
membuat anda lebih memilih reaksi
tanpa katalis, seandainya pada proses
reaksi dengan menggunakan katalis
dapat membentuk dampak tertentu

katalis membutuhkan biaya yang mahal

Katalis membutuhkan peralatan yang


mahal

Katalis yang relatif murah memiliki


dampat tertentu pada hasil reaksi

yang tidak dihasilkan oleh reaksi tanpa


katalis!

a. Karena katalis mahal


b. Membutuhkan biaya (peralatan)
yang mahal.
c. Jika menggunakan katalis homogen

123
(katalis yang relatif murah) memiliki
dampak tertentu, seperti: proses 1
fase dengan reaktan sehingga dalam
hasil reaksi/prodact mengandung
katalis.
Mampu
menghitung
persamaan laju
reaksi dan orde
reaksi

C3
Didapat dari data percobaan sebagai
berikut:
No M [NO] M [Br2] V (M/s)
1
0,1
0,05
6
2
0,1
0,10
12
3
0,1
0,20
24
4
0,2
0,05
24
5
0,3
0,05
54
Hitunglah :
a. Tulislah persamaan laju reaksi
tersebut
b. Total orde reaksi
c. Tetapan laju reaksi

Dit:
a. Tulisalah persamaan laju reaksi
b. Total orde reaksi
c. Tetapan laju reaksi

Orde dapat dicari dengan V1/V2


V = k [NO] [Br2]
Yang sama V1/V2 dan V1/V4
1.

2.

Untuk mencari Orde Br2


V1/V2
V1 = k [NO] [Br2]
V2 = k [NO] [Br2]
6 = k [0,1] [0,05]
12 = k [0,1] [0,10]

=
Orde nn = 2n =2 maka n = 1
Untuk mencari Orde NO
V1/V4
V1 = k [NO] [Br2]
V4 = k [NO] [Br2]
6 = k [0,1] [0,05]
24 = k [0,2] [0,05]
=
Orde nn = 2n = 4 maka n = 2
Total orde [NO] + [Br2] = 2+1 = 3

V = k [NO]2 [Br2]
V1
6
6
6
K
C3

Hitunglah laju reaksi pada percobaan


no. 3 pada data praktikum dibawah ini!
Dengan reaksi: A + B C + D
No
1
2

M [A]
0,4
0,8

M [B]
0,1
0,1

V (M/s)
76
152

= k [NO] [Br2]

3
4

= k [0,1] [0,05]
= k [0,01] [0,05]
= k 5 10-4
= 6 / 5 10-4 = 12000

Dit. Laju pada percobaan no. 3

a.

Untuk mencari Orde A


V1/V2
V1 = k [A] [B]
V2 = k [A] [B]

124
3
4
5

1,2
0,4
0,4

0,1
0,2
0,4

?
152
152

b.

76 = k [0,4] [0,1]
152 = k [0,8] [0,1]
=
Orde nn = 2n =2 maka n = 1
Untuk mencari Orde B
V4/V5

V4 = k [A] [B]
V5 = k [A] [B]
152 = k [0,4] [0,2]
152 = k [0,4] [0,4]
1 =
Orde nn = 2n = 1 maka n = 0
Total orde [A] + [B] = 1+0 = 1

C3

Menyebutkan
manfaat laju reaksi
dalam kehidupan
sehari-hri

C2

Hitunglah jumlah orde reaksi dari


persamaan reaksi v = k [A]2x [B]3/4 y!

Jelaskanlah apa yang dimaksud dengan


biokatalis? Sebutkan 3 contohnya!

Mencari k.
Menstubtitusikan. V = k [A]1 [B]0
Pada V1= k [0,4]1 [0,1]0
76 = k [0,4] [1]
76 = k 0,4
K = 76/0,4 = 190

V3 = k [1,2]1 [0,1]0
V3 = 190 [1,2]
V3 = 228 M/s

0
n

V = k [A] [B]

n + m dijumlahkan

n + m disubstitusikan pada persamaan

Laju reaksi
V = k [A]n [B]m
Untuk menghitung jumlah orde, maka n
+ m.
n + m (disubtitusikan) = 2x + y

0
Pemercepat dalam makhluk hidup

Bio = makhluk hidup

Katalis = yang mampu mempercepat


reaksi
Contohnya : enzym
Zat yang mampu mempercepat reaksi
dalam makhuk hidup. Contohnya :
enzym, amylase/ludah

Zat yang mampu meningkatkan laju

reaksi kimia tanpa mengalami perubahan


apapun pada makhluk hidup.
Contoh:

125
Enzym, amylase, glikogen
C2

C1

Sebutkanlah manfaat laju reaksi dalam


kehidupan sehari-hari!

Sebutkanlah 2 manfaat biokatalis!

-nasi akan lebih cepat masak pada suhu


yang tinggi/panas
-Gula akan lebih cepat larut pada bentuk
serbuk.
-Nasi akan lebih cepat masak pada suhu
yang tinggi/panas
-Nasi dalam keadaan hangat akan lama
membasi dibandingkan pada suhu
kamar.
-Buah akan lebih tahan lama pada
keadan dingin.
- Nasi akan lebih cepat masak
dengan suhu yang lebih tinggi
dibandingkan dengan suhu yang
lebih rendah.
- Gula akan lebih cepat larut bila
berbentuk serbuk dibanding gula
pada bentuk batangan.
- Buah akan lebih tahan lama (tidak
cepat membusuk) pada suhu yang
lebih dingin dibandingkan pada
suhu kamar.
-

1
2

Mempercepat reaksi dalam tubuh

Dalam pencrnaan

Penguraian protein

Proses metabolisme
Penguraian protein

126
Lampiran 6

Rekap Analisis Butir Melalui ANATES

No butir soal
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
Rata rata

T
0,53
2,69
1,28
2,17
0,24
2,01
2,46
2,48
2,52
2,32
0,76
0,99
1,53
0,78
3,94
3,01
3,17
2,00

Dp %
4,55
22,73
11,36
25,00
2,27
20,45
20,45
25,00
25,00
20,45
6,82
6,82
18,18
6,82
31,82
29,55
29,55
18,18

T. kesukaran
Sangat sukar
sedang
sukar
Sedang
Sangat mudah
Sangat mudah
sedang
sedang
sukar
Sangat sukar
sukar
Sangat sukar
sukar
sukar
Sukar
Sukar
Sukar
Sangat sukar

= 16.78

Korelasi
0,028
0,474
0,324
0,464
0,058
0,427
0,395
0,453
0,366
0,477
0,122
0,470
0,134
0,072
0,398
0,449
0,438
0,423

Sig.korelasi
Signifikan
signifikan
signifikan
signifikan
Signifikan
Signifikan
Signifikan
Signifikan
-

Keterangan
Pakai
Pakai
Pakai
Pakai
Validasi isi
Pakai
-

Reliabilitas Tes

= 0.54

Simpang Baku = 5.69

Butir Soal

= 18

KorelasiXY

Jumlah Subyek

= 40

= 0.37

Catatan: Batas signifikansi koefisien korelasi sebagaai berikut:


df (N-2)
10
15
20
25
30
40
50

P=0,05
0,576
0,482
0,423
0,381
0,349
0,304
0,273

P=0,01
0,708
0,606
0,549
0,496
0,449
0,393
0,354

df (N-2)
60
70
80
90
100
125
>150

Bila koefisien = 0,000 berarti tidak dapat dihitung.

P=0,05
0,250
0,233
0,217
0,205
0,195
0,174
0,159

P=0,01
0,325
0,302
0,283
0,267
0,254
0,228
0,208

127
Lampiran 7

PRETEST LAJU REAKSI


SMAN I SUKATANI

Nama
Kelas
Hari/tgl

: ___________________________
: ___________________________
: ___________________________

Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan baik dan benar!


1. Apa yang membedakan antara laju secara fisika dan laju secara kimia? Jelaskan!

2.
3.
4.
5.

Jelaskanlah pengaruh katalis pada grafik diatas!


Jelaskanlah mengapa laju dan konsentrasi orde nol selalu konstan! Buatlah grafik orde nol!
Jelaskanlah bagaimana mekanisme terjadinya reaksi kimia berdasarkan teori tumbukan!
Hitunglah laju reaksi pada percobaan no. 3 pada data praktikum dibawah ini!
Dengan reaksi: A + B C + D
No M [A]
M [B]
V (M/s)
1

0,4

0,1

76

0,8

0,1

152

1,2

0,1

0,4

0,2

152

0,4

0,4

152

6. Sebutkanlah 3 manfaat laju reaksi dalam kehidupan sehari-hari!

Hasil tidak selalu baik, tetapi selalu mempunyai kepuasan


Kerjakan dengan Teliti dan Jujur

128

POSTTEST LAJU REAKSI


SMAN I SUKATANI

Nama
Kelas
Hari/tgl

: ___________________________
: ___________________________
: ___________________________

Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan baik dan benar!


1. Apa yang membedakan antara laju secara fisika dan laju secara kimia? Jelaskan!

2.
3.
4.
5.

Jelaskanlah pengaruh katalis pada grafik diatas!


Jelaskanlah mengapa laju dan konsentrasi orde nol selalu konstan! Buatlah grafik orde nol!
Jelaskanlah bagaimana mekanisme terjadinya reaksi kimia berdasarkan teori tumbukan!
Hitunglah laju reaksi pada percobaan no. 3 pada data praktikum dibawah ini!
Dengan reaksi: A + B C + D
No M [A]
M [B]
V (M/s)
1

0,4

0,1

76

0,8

0,1

152

1,2

0,1

0,4

0,2

152

0,4

0,4

152

6. Sebutkanlah 3 manfaat laju reaksi dalam kehidupan sehari-hari!

Menyerah adalah berfikir negatif pada keadaan, sesungguhnya di balik kesulitan


selalu ada kemudahan
Kerjakan dengan Teliti dan Jujur

129
Lampiran 8

STATISTIK UJI PRETSET EKSPERIMEN DAN KONTROL


SMAN I SUKATANI
Kelas Eksperimen (XI IPA 4)
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32

Nama
Aditia Nurwenda
Ahmad Aziz Fauzi
Ahmad Firdaus
Aidah Hayatul Janah
Ayu Wahyuni
Bunga Sucianti
Citra Wulan
Dedeh Sartikah
Elisca S. Frameswary
Erika Anjasari
Evi Mawarni
Fafal Maulana
Hendra Pratama
Isnawaty Nur Oktaviani
Mamad Muhamad
Muhamah Husen
Nadika Ajeng Septiani
Neng Eli
Noman Silegar
Nuralvilael
Omiyati
Ratnasari Dewi
Riyaddu Soliha
Romdon Sumantri
Rosmawati Sri Rahayau
Saidah
Santirah
Sinta Kusuma Dewi
Sri Wulandari
Sudarma
Syamsudin
Wulandari

Kelas kontrol (XI IPA 5)


Nilai
pretest

No

33
12
15
23
25
33
17
18
22
32
18
28
38
17
23
27
20
23
28
15
15
18
18
18
15
25
27
25
27
25
22
13

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32

Nama
Ahmad Ropii
Anggi Andriani
Anih Murdiayanti
Anis Nurwendari
Atikah
Avian Trenggono
Elin Ernawati
Eti Nurhayati
Evi Latifah
Falah Adityani Putri
Fatmawati
Jamilah
Kholifah Alfi
Linah Mardiyanah
Mohamad Aulia Fikri M
Nia Sari Dewi
Nia Yunita
Nita Pramita
Novitasari
Nurwahidin
Riska Ayu Amalia
Rita Rustiani
Siti Marpuah
Siti Maryam
Sri Arfadilah
Sri Budiyarti
Umi Ani
Umi Karmilah
Verawati Dewi
Wira Pratama
Wulan Dewi Permatasari
Zakaria

Nilai
pretest
10
12
20
7
17
13
20
13
33
25
30
7
13
22
23
23
10
22
3
12
18
47
7
10
10
25
17
42
23
23
50
10

130

A. Data Statistik pretest Kelas Eksperimen

12

15

15

15

15

17

17

18

18

18

18

18

18

20

22

22

23

23

23

25

25

25

25

27

27

27

28

28

32

33

33

38

Nilai terbesar (Nt)


= 38
Nilai terkecil (Nk)
= 12
2. Rank (R) = Nt Nk = 38 12 = 26
3. Banyak kelas (K) = 1 + 3, 3 log N
K = 1 + 3, 3 log 32

1.

= 1 + (3, 3 X 1, 5)
= 1 + 4, 95 = 5, 95 6
4. Panjang kelas (interval) = R/K
I = 26 /6 = 4,3 4
5. Tabel distribusi
No

Interval

Xi

xi2

fxi

fxi2

12 15

13,5

182,25

67,5

911,25

16 19

17,5

306,25

140

2450

20 23

21,5

462,25

129

2773,5

24 27

25,5

650,25

178,5

4551,75

28 31

29,5

870,25

59

1740,5

32 35

33,5

1122,25

100,5

3366,75

36 39

37,5

1406,25

37,5

1406,25

32

178,5

4999,75

712

17200

Jumlah ()

6. Mean/rata-rata (X) =
7. Median = L2 + C

= 15, 5 + 4
8. Modus = L2 + C

= 22, 25
= 15,5 + 4

= 15, 5 + 4 (1,375) = 15, 5 + 5,5 = 21

131

= 15, 5 + (4 x 0,6) = 15,5 + 2,4 = 17,9

= 15, 5 + 4

9. Standar deviasi (Sd) =

Sd =

= 6, 6

B. Data statistik pretest Kelas Kontrol


3

10

10

10

10

10

12

12

13

13

13

17

17

18

20

20

22

22

23

23

23

23

25

25

30

33

42

47

50

1. Nilai terbesar (Nt)


= 50
Nilai terkecil (Nk)
=3
2. Rank (R) = Nt Nk = 50 7 = 47
3. Banyak kelas (K) = 1 + 3, 3 log N
K = 1 + 3, 3 log 32
= 1 + (3, 3 X 1, 5)
= 1 + 4, 95 = 5, 95 6
4. Panjang kelas (interval) = R/K
I = 47 /6 = 7, 8 8
5. Table distribusi
No

Interval

Xi

xi2

fxi

fxi2

3 10

6,5

42,5

58,5

380,25

11 18

14,5

210,5

116

1682

19 26

10

22, 5

506,5

225

5062,5

27 34

30, 5

930,5

61

1860,5

35 42

33, 5

1482,5

38,5

1482, 25

43 50

46, 6

2162,5

93

4324,5

32

159

5333,5

592

14792

Jumlah ()

132

6. Mean/rata-rata (X) =

= 18,5 + 8

7. Median = L2 + C

= 18, 5 + 8

= 18, 5

= 18, 5 + 8 (- 0,1) = 18,5 0,8 = 17,7

8. Modus = L2 + C
= 18, 5 + 8

= 18, 5 + (8 x 0,2) = 18,5 + 1,6 = 19,1

9. Standar deviasi (Sd) =

Sd =
=

=
=

= 10, 96 11

133
Lampiran 9

PERSIAPAN UJI NORMALITAS PRETEST KELAS EKSPERIMEN DAN


KONTROL

Adapun langkah-langkah uji normalitas Lielifors, sebagai berikut :


1. Kolom xi adalah nilai pretest yang didapat.
2. Kolom f adalah frekuensi atau banyaknya nilai.
3. Kolom Zn adalah banyaknya frekuensi dari nilai terkecil di jumlah dengan baris selanjutnya.
4. Kolom Zi, di dapat :
Zi = xi x
Sd
5. Kolom Zt adalah Zi yang dilihat pada table distribusi 0-z.
6. Kolom Fz, didapat :
Jika nilai Z positif = Zi + 0,5
Jika nilai Z negatif = 0,5 - Zi
7. Kolom Sz, didapat :

Sz =
8. Kolom Fz Sz, selalu memiliki harga mutlak.

134

Lampiran 10

PERHITUNGAN UJI NORMALITAS PRETEST KELAS EKSPERIMENT

No
Xi
1
12
2
15
3
17
4
18
5
20
6
22
7
23
8
25
9
27
10
28
11
32
12
33
13
38
Jumlah ()

Ltab

f
1
4
2
6
1
2
3
4
3
2
1
2
1
32

Zn
1
5
7
13
14
16
19
23
26
28
29
31
32
-

Zi
-1, 55
-1,09
-0,79
-0,64
-0,34
-0,04
0,11
0,41
0,72
0,87
1,47
1,62
2,38
-

Zt
0,4394
0,3621
0,2852
0,2389
0,1331
0,0160
0,0438
0,1591
0,2642
0,3078
0,4292
0,4474
0,4913
-

Fz
0,0606
0,1379
0,2148
0,2611
0,3669
0,4840
0,5438
0,6591
0,7642
0,8078
0,9292
0,9474
0,9913
-

Sz
0,032
0,156
0,218
0,406
0,437
0,50
0,593
0,718
0,812
0,875
0,906
0,968
1
-

Fz Sz
0,0286
0,0181
0,0032
0,1449
0,0701
0,0160
0,0492
0,0589
0,0478
0,0672
0,0388
0,0206
0,0087
-

Dari uji normalitas dengan uji Lilifors menunjukkan bahwa Lhit < Ltab, (0,1449 < 0,1560).
di dapat dari (0,886/
) dengan derajat signifikan 95%. Dapat disimpulkan bahwa data

tersebut berdistribusi normal.

135
Lampiran 11

PERHITUNGAN UJI NORMALITAS PRETEST KELAS KONTROL

No
Xi
1
3
2
7
3
10
4
12
5
13
6
17
7
18
8
20
9
22
10
3
11
25
12
0
13
33
14
42
15
47
16
50
Jumlah ()

f
1
3
5
2
3
2
1
2
2
4
2
1
1
1
1
1
32

Zn
1
4
9
11
14
16
17
19
21
25
27
28
29
30
31
32
-

Zi
-1, 41
-1,04
-0,77
-0,59
-0,50
-0,14
-0,04
0,14
0,32
0,41
0,59
1,04
1,32
2,14
2,59
2,86
-

Zt
0,4207
0,3508
0,2794
0,2224
0,1915
0,0557
0,0160
0,0557
0,1255
0,1591
0,2224
0,3508
0,4066
0,4838
0,4952
0,4979
-

Fz
0,0793
0,1492
0,2206
0,2776
0,38085
0,4443
0,4840
0,5557
0,6255
0,6591
0,7224
0,8508
0,9066
0,9838
0,9952
0,9979
-

Sz
0,032
0,125
0,281
0,344
0,437
0,50
0,531
0,593
0,656
0,781
0,844
0,875
0,906
0,934
0,967
1
-

Fz Sz
0,0473
0,0242
0,0604
0,0664
0,1285
0,0557
0,0470
0,0373
0,0305
0,1219
0,1216
0,0242
0,0006
0,0498
0,0282
0,0021
-

Dari uji normalitas dengan uji Lilifors menunjukkan bahwa Lhit < Ltab, (0,1285 < 0,1560). Ltab di dapat
dari (0,886/
) dengan derajat signifikan 95%. Dapat disimpulkan bahwa data tersebut berdistribusi
normal.

136
Lampiran 12

PERHITUNGAN UJI HOMOGENITAS PRETEST

1. Varians kelas XI IPA 4 (Eksperimen)


V4 = S2
= 6,62
2. Varians Kelas XI IPA 5 (Kontrol)
V5 = S2
= 112

fh

=
= 112 = 1,66
6, 62

Didapat ftab dengan penyebut df = 32-1= 31 dan pembilang df = 32 1 = 31 didapat 1,77


(dengan interpolarisasi) dengan derajat signifikan 95%. f hit < ftab, (1, 66 < 1,77). Dapat
dismpulkan bahwa data tersebut homogen.
- Interpolarisasi
Pembilang
= 32 1 = 31
Penyebut
= 32 1 = 31
F(30, 32) = 1,82
F(32, 40) = 1,76
F(31, 31) = 2 (1,82) + 8 (1,76) = 1,77
10

137
Lampiran 13

PERHITUNGAN UJI HIPOTESIS PRETEST

Uji-t dapat di hitung dengan cara :

t=

dengan dsg =

= 1, 18

=
= 9,06

Ho = 1 < 2 (nilai rata rata tidak berbeda nyata)


H1 = 1 > 2 (nilai rata rata berbeda nyata)
Dari uji-t pretest menunjukkan bahwa thit < ttab (1,18 < 1,38) dengan df =(32 + 32) 2 = 62
(melalui interpolarisasi), pada derajat signifikan 95% pada satu arah. Maka dapat disimpulkan
bahwa kedua kelas tidak berbeda nyata (Ho di terima dan Ha ditolak).
- Perhitungan interpolarisasi uji-t:
t(60,95%) = 1,371
t(120, 95%) = 1,658
Selisih antara ttab (60) dengan df adalah 2, jadi t untuk df 62, adalah:
Jadi untuk t(62, 95%) = 1,371 2,00 (1,371 1,658) = 1,38
62

138
Lampiran 14

STATISTIK UJI POSTTEST KELAS EKSPERIMEN DAN KONTROL


SMAN I SUKATANI
Kelompok Eksperimen (XI IPA 4)
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32

Nama
Aditia Nurwenda
Ahmad Aziz Fauzi
Ahmad Firdaus
Aidah Hayatul Janah
Ayu Wahyuni
Bunga Sucianti
Citra Wulan
Dedeh Sartikah
Elisca S. Frameswary
Erika Anjasari
Evi Mawarni
Fafal Maulana
Hendra Pratama
Isnawaty Nur Oktaviani
Mamad Muhamad
Muhamah Husen
Nadika Ajeng Septiani
Neng Eli
Noman Silegar
Nuralvilael
Omiyati
Ratnasari Dewi
Riyaddu Soliha
Romdon Sumantri
Rosmawati Sri Rahayau
Saidah
Santirah
Sinta Kusuma Dewi
Sri Wulandari
Sudarma
Syamsudin
Wulandari

Nilai
posttest
68
74
48
76
68
72
48
37
68
58
62
62
67
65
70
50
86
40
45
46
22
97
56
64
66
62
68
46
56
74
65
48

Kelompok Kontrol (XI IPA 5)


No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32

Nama
Ahmad Ropii
Anggi Andriani
Anih Murdiayanti
Anis Nurwendari
Atikah
Avian Trenggono
Elin Ernawati
Eti Nurhayati
Evi Latifah
Falah Adityani Putri
Fatmawati
Jamilah
Kholifah Alfi
Linah Mardiyanah
Mohamad Aulia Fikri M
Nia Sari Dewi
Nia Yunita
Nita Pramita
Novitasari
Nurwahidin
Riska Ayu Amalia
Rita Rustiani
Siti Marpuah
Siti Maryam
Sri Arfadilah
Sri Budiyarti
Umi Ani
Umi Karmilah
Verawati Dewi
Wira Pratama
Wulan Dewi Permatasari
Zakaria

Nilai
pretest
55
33
28
27
28
42
33
45
33
43
32
52
48
25
27
40
23
60
47
23
30
40
30
20
43
33
47
35
40
38
43
20

139

A. Uji Data Posttest Kelas Eksperimen

22

37

40

44

45

46

48

48

50

55

56

56

58

62

62

62

62

64

65

65

67

68

68

68

68

70

72

74

74

76

86

97

1. Nilai terbesar (Nt)


= 97
Nilai terkecil (Nk)
= 22
2. Rank (R) = Nt Nk = 97 22 = 75
3. Banyak kelas (K) = 1 + 3, 3 log N
K = 1 + 3, 3 log 32
= 1 + (3, 3 X 1, 5)
= 1 + 4, 95 = 5, 95 6
4. Panjang kelas (interval) = R/K
I = 75 /6 = 12, 5 12
5. Tabel distribusi
No

Interval

Xi

xi2

fxi

fxi2

22 33

27,5

756,25

27,5

756,25

34 45

39,5

1560,25

118,5

4680,75

46 57

51,5

2652,25

360,6

18565,75

58 69

14

63,5

4032,25

889

56451,5

70 81

75,5

5700,25

377,5

28501,25

82 93

87,5

7656,25

87,5

7656,25

94 100

99,5

9900,25

99,5

9900,25

32

444,5

32257,75

1960

126512

Jumlah ()

6. Mean/rata-rata (X) =

= 61,25

7. Median = L2 + C

= 57,5+ 12

= 57,5 + 12 (0,6) = 64,7

140

8. Modus = L2 + C

= 57, 5 + 12

= 57, 5 + 12 (0,4)

= 57,5 + 7,2 = 64,7

9. Standar deviasi (Sd) =

Sd =

= 14, 4

B. Uji Data Posttest Kelas Kontrol

20

20

23

23

25

27

27

28

28

30

30

32

33

33

33

33

35

38

40

40

40

42

43

43

43

45

47

47

48

52

55

60

1. Nilai terbesar (Nt)


= 60
Nilai terkecil (Nk)
= 20
2. Rank (R) = Nt Nk = 60 20 = 40
3. Banyak kelas (K) = 1 + 3, 3 log N
K = 1 + 3, 3 log 32
= 1 + (3, 3 X 1, 5)
= 1 + 4, 95 = 5, 95 6
4. Panjang kelas (interval) = R/K
I = 40 /6 = 6, 7 7

141
5. Tabel distribusi
No

Interval

Xi

xi2

fxi

fxi2

20 26

23

529

115

2645

27 33

11

30

900

330

9900

34 40

37

1369

185

6845

41 47

44

1936

308

13552

48 54

51

2601

102

5202

55 61

54

3364

116

6728

32

243

10699

1156

44872

Jumlah ()

6. Mean/rata-rata (X) =
7. Median = L2 + C

= 36, 125
= 26,5 + 7

= 26, 5 + 7 [11/11] = 26, 5 + 7 (1) = 26, 5 + 7= 33, 5


8. Modus = L2 + C

= 26, 5 + 7
= 26, 5 + 7 x 0,5
= 26,5 + 3,5 = 30

9. Standar deviasi (Sd) =

Sd =
=

=
=

= 10

142

Lampiran 15

PERSIAPAN UJI NORMALITAS POSTTEST KELAS KONTROL

Adapun langkah-langkah uji normalitas Lielifors, sebagai berikut :


1. Kolom xi adalah nilai pretest yang didapat.
2. Kolom f adalah frekuensi atau banyaknya nilai.
3. Kolom Zn adalah banyaknya frekuensi dari nilai terkecil di jumlah dengan baris selanjutnya.
4. Kolom Zi, di dapat :
Zi = xi x
Sd
5. Kolom Zt adalah Zi yang dilihat pada table distribusi 0-z.
6. Kolom Fz, didapat :
Jika nilai Z positif = Zi + 0,5
Jika nilai Z negatif = 0,5 - Zi
7. Kolom Sz, didapat :

Sz =
Kolom Fz Sz, selalu memiliki harga mutlak.

143
Lampiran 16

PERHITUNGAN UJI NORMALITAS POSTTEST KELAS EKSPERIMEN


No
Xi
1
22
2
37
3
40
4
44
5
45
6
46
7
48
8
50
9
55
10
56
11
58
12
62
13
64
14
65
15
67
16
68
17
70
18
72
19
74
20
76
21
86
22
79
Jumlah ()

F
1
1
1
1
1
1
2
1
1
2
1
4
1
2
1
4
1
1
2
1
1
1
32

Zn
1
2
3
4
5
6
8
9
10
12
13
17
18
20
21
25
26
37
29
30
31
32
-

Zi
-2,72
-1,68
-1,47
-1,19
-1,13
-1,06
-0,92
-0,78
-0,43
-0,36
-0,22
0,05
0,05
0,19
0,26
0,39
0,46
0,61
0,74
0,88
1,72
2,48
-

Zt
0,4967
0,4525
0,4292
0,3830
0,3708
0,3554
0,3212
0,2764
0,1664
0,1406
0,0871
0,0199
0,0754
0,1026
0,1517
0,1772
0,2291
0,2704
0,3106
0,3461
0,4573
04934
-

Fz
0,0033
0,0475
0,0708
0,1170
0,1292
0,1446
0,1788
0,2236
0,3336
0,3594
0,4129
0,5199
0,5754
0,6026
0,6517
0,6772
0,7291
0,7704
0,8106
0,8461
0,9573
0,9934
-

Sz
0,0033
0,0625
0,0937
0,1250
0,1562
0,1875
0,2500
0,2812
0,3125
0,3750
0,4062
0,5312
0,5625
0,6250
0,6562
0,7812
0,8125
0,8437
0,9062
0,9375
0,9687
1
-

Fz Sz
0,0279
0,0150
0,0229
0,0008
0,0270
0,0429
0,0712
0,0576
0,0211
0,0156
0,0067
0,0113
0,0129
0,0224
0,0045
0,1040
0,0834
0,0733
0,0956
0,0114
0,0675
0,066
-

Dari uji normalitas dengan uji Lilifors menunjukkan bahwa Lhit < Ltab, (0,1040 < 0,1560).
Ltab di dapat dari (0,886/
) dengan derajat signifikan 95%. Dapat disimpulkan bahwa data
tersebut berdistribusi normal.

144

Lampiran 17

PERHITUNGAN UJI NORMALITAS POSTTEST KELAS KONTROL

No
xi
1
20
2
23
3
25
4
27
5
28
6
30
7
32
8
33
9
35
10
38
11
40
12
42
13
43
14
45
15
47
16
48
17
52
18
55
19
60
Jumlah ()

f
1
2
2
1
2
2
2
4
1
1
3
1
3
1
2
1
1
1
1
32

Zn
1
3
5
6
8
10
12
16
17
18
21
22
25
26
28
29
30
31
32
-

Zi
-1, 61
-1,31
-1,11
-0,94
-0,81
-0,61
-0,41
-0,31
-0,11
0,18
0,38
0,58
0,68
0,88
1,08
1,18
1,58
1,88
2,38
-

Zt
0,4463
0,4049
0,3665
0,3186
0,2910
0,2291
0,1591
0,1217
0,0438
0,0714
0,1480
0,2190
0,2518
0,3106
0,3599
0,3810
0,4429
0,699
0,4913
-

Fz
0,0537
0,0951
0,1335
0,1814
0,2090
0,2709
0,3409
0,3783
0,4562
0,5714
0,6480
0,7190
0,7518
0,8106
0,8599
0,8810
0,9429
0,9699
0,9913
-

Sz
0,0625
0,125
0,156
0,218
0,281
0,343
0,375
0,500
0,531
0,562
0,656
0,687
0,781
0,812
0,875
0,906
0,937
0,968
1
-

Fz Sz
0,0088
0,0299
0,0225
0,0366
0,0720
0,0721
0,0341
0,1217
0,0748
0,0092
0,0008
0,0320
0,0292
0,0014
0,0151
0,0250
0,0059
0,0019
0,0087
-

Dari uji normalitas dengan uji Lilifors menunjukkan bahwa Lhit < Ltab, (0,1217 < 0,1560).
Ltab di dapat dari (0,886/
) dengan derajat signifikan 95%. Dapat disimpulkan bahwa data
tersebut berdistribusi normal.

145
Lampiran 18

PERHITUNGAN UJI HOMOGENITAS POSTTEST

1. Varians Kelas Eksperimen


V4 = S2
= 14,42
2. Varians Kela Kontrol
V5 = S2
= 102

fh

=
= 14, 42
10

= 1, 44

Didapat ftab dengan penyebut df = 32-1= 31 dan pembilang df = 32 1 = 31 adalah 1,77


pada derajat signifikan 95%. fhit < ftab, (1,44 < 1,77). Dapat dismpulkan bahwa data tersebut
homogen.
- Interpolarisasi
Pembilang
= 32 1 = 31
Penyebut
= 32 1 = 31
F(30, 32) = 1,82
F(32, 40) = 1,76
F(31, 31) = 2 (1,82) + 8 (1,76) = 1,77
10

146
Lampiran 19

PERHITUNGAN UJI HIPOTESIS POSTTEST

Uji-t dapat di hitung dengan cara :

t=

dengan dsg =

=
=

=
5,8

= 12,4

Ho = 1 < 2 (tidak adanya pengaruh yang signifikan dengan penggunaan model Problem Based
Learning)
H1 = 1 > 2 (adanya pengaruh yang signifikan dengan adanya penggunaan model Problem
Based Learning)
Dari uji-t posttest menunjukkan bahwa thit > ttab (5,8 > 1,38) dengan df =(32 + 32) 2 = 62, pada
derajat signifikan 95% pada satu arah. Maka dapat disimpulkan bahwa adanya pengaruh yang
signifikan dengan adanya penggunaan model Problem Based Learning (PBL) terhadap hasil
belajar kimia siswa.
- Perhitungan interpolarisasi uji-t:
t(60,95%) = 1,371
t(120, 95%) = 1,658
Selisih antara ttab (60) dengan df adalah 2, jadi t untuk df 62, adalah:
Jadi untuk t(62, 95%) = 1,371 2,00 (1,371 1,658) = 1,38
62

147

Lampiran 20

TABEL NILAI KRITIS L UNTUK UJI LIELIFORS

148
Lampiran 21

149

150

151
Lampiran 22

DAFTAR TABEL DISTRIBUSI t PADA LEVEL PROBABILITAS

152
Lampiran 23

UJI REFERENSI

Nama
Nim
Jurusan/Prodi
Judul Skripsi

: Diyah Rauhillah Hasni


: 106016200595
: Pendidikan IPA/Kimia
: Pengaruh Model Problem Based Learning (PBL) Terhadap Hasil
Belajar Kimia Siswa Pada Konsep Laju Reaksi.

Pembimbing : 1. Dr. Sujiyo Miranto, M.Pd


2. Burhanudin Milama, M.Pd

BAB I PENDAHULUAN
No
1

Referensi

Pembimbing 1

Pembimbing 2

Trianto, Model-model Pembelajaran


Inovatif Berorientasi Konstruktivisti,
jakarta: Prestasi Pustaka Publisher.
2007.
Sukardjo dan Ukim Komarudin,
Landasan Pendidikan Konsep dan
Aplikasunya, Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2009.
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran
Berorentasi
Standar
Proses
Pendidikan,
Jakarta:
Fajar
Interpratama, 2006.
Sudarman, Problem Based learning
suatu mode pembelajaran untuk
mengembangkan dan meningkatkan
kemampuan memecahkan masalah,
Jurnal
pendidikan
Universitas
Muawarman samarinda Vol. 2 No 2
Maret, 2007.

BAB II DESKRIPSI TEORITIS DAN KERANGKA PIKIR


No

Referensi

Ni Made Suci, Penerapan Model


Problem Based Learning Untuk
Meningkatkan Partisipasi Belajar dan

Pembimbing 1

Pembimbing 2

153

Hasil Belajar Teori Akuntansi


Mahasiswa, Jurnal Penelitian dan
Pengembangan Pendidikan Jurusan
Ekonomi Undiksha April, 2008.
Rosalina dan Fauziah, Problem Based
Learning in Teaching Formal
Specification, Conference Universitas
Malaysia Pahang, 2008
I Gusti Agung Nyoman Setiawan,
Penerapan Pengajaran Kontekstual
Berbasis
Masalah
Untuk
meningktakan Hasil belajar Biologi
Siswa Kelas X2 SMA Laboratorium
Singaraja, Jurnal Penelitian dan
Pengembangan Pendidikan Undiksha
April, 2008
Yuswanti
Ariani
Wirahayu,
Peningkatan Pemahaman Geografi
dengan
Strategi
Pembelajaran
Berbasis Masalah dalam Kerangka
Kurikulum
Berbasis
Kompetensi
(KBK) di Kelas X SMAN I Batu, Jurnal
pendidikan
Universitas
Negeri
Malang, 2007.
Sudarman, Problem Based learning
suatu model pembelajaran untuk
mengembangkan dan meningkatkan
kemampuan memecahkan masalah,
Jurnal
pendidikan
Universitas
Muawarman samarinda Vol. 2 No 2
Maret, 2007.
Yatim Riyanto, Paradigma Baru
Pembelajaran,
Jakarta:
Kencana
Prenada Media Group, cet. Ke-1 2009.
Carolyn Chapman, Differentiated
Assessment Strategies, California:
Corwin Press, 2005.
Made Wena, Strategi Pembelajaran
Inovatif Kontemporer Suatu Tinjauan
Konseptual Operasional, Jakarta:
Sinar Grafika Offest, cet ke-1 2009.
Wafroturrohman
dan
Suyatmini,
Penggunaan Metode Problem Based
Learning
Untuk
meningkatkan
kemampuan
Belajar
Mandiri
Mahasiswa
Jurusan
Pendidikan

154

10

11

12

13

14

15

16
17

18

19

Akuntansi Pada Mata Kuliah Akutansi


Perpajakan, Jurnal Pendidikan FKIP
Universitas Muhamadiyah Surakarta
Desember, 2008.
Susriyati
Mahanal,
Penerapan
Pembelajaran Berdasarkan Masalah
dengan Strategi Kooperatif Model
STAD pada Mata Pelajaran Sains
untuk Meningkatkan Kemampuan
Berpikir Kritis Siswa Kelas V MI
JenderalSudarman Malang, Jurnal
pendidikan
Universitas
Negeri
Malang, 2007.
John Barell, Problem Based Learning
an inqury approach, A Sage
Publications Company, London. 2007.
Coral Paper, Problem based learning
in science, Education Research The
University of Western Australia, 2009
Tonih feronika, Buku ajar Strategi
Pembelajaran Kimia, FITK UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008.
Orhan Akinolu and Ruhan zkarde
Tandoan, The Effects of ProblemBased Active Learning in Science
Education on Students Academic
Achievement, Attitude and Concept
Learning,
Eurasia
Journal
of
Mathematics, Science & Technology
Education, 2007.
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran
Berorientasi
Standar
Proses
Pendidikan, Jakarta: Pernada Media.
2006.
Didin Sutardi dkk, Pembelajaran
dalam PBM di SD, Bandung: UPI
Press cet. Ke-1 2007.
Udin Syaefudin dkk, Pembelajaran
Terpadu,Bandung: UPI Press 2006.
Ahmad Sofyan, dkk, Evaluasi
Pembelajaran
IPA
Berbasis
Kompetensi, UIN Jakarta Press:
Jakarta, 2006.
Amali Rozali Rillianty, Kecerdasan
Emosional dan Hasil Belajar Para
Siswa Kelas Unggul SMU, Pedagogi

155

20

21

22

23

24

25

26

27

28

Jurnal Ilmu Pendidikan Fakultas Ilmu


Pendidikan
Universitas
Negeri
Padang, 2003.
Sumadi
Suryabarata,
Psikologi
Pendidikan, Jakarta: Raja Grfindo
Persada. Cet. V. 2008.
Yudi Munadi, Media Pembelajaran
Sebuah Pendekatan Baru, Jakarta:
Gaung Persada, 2008.
Http://id.wikipedia.org/wiki/Kimia
Sunardi, Kimia Bilingual Untuk
SMA/MA Kelas XI Semester 1 dan 2,
Bandung: Yrama Widya. 2008.
Susriyati
Mahanal,
Penerapan
Pembelajaran Berdasarkan Masalah
dengan Strategi Kooperatif Model
STAD pada Mata Pelajaran Sains
untuk Meningkatkan Kemampuan
Berpikir Kritis Siswa Kelas V MI
JenderalSudarman Malang, Jurnal
pendidikan
Universitas
Negeri
Malang, 2007.
Elsa Krisanti Mulia dan Dianursanti,
Mengembangkan Kecakapan Proses
(Process skill) melalui Penerapan
Metode Belajar Berbasis Masalah,
(Problem Based Learning) pada Mata
Ajaran
Kimia
Analitik, Jurnal
Penelitian Fakultas Teknik Universitas
Indonesia, 2006.
Jackie OKelly, Designing A Hybrid
Problem-Based
Learning
(PBL)
Course: A Case Study Of First Year
Computer Science In NUI, Maynooth.
fallon, h.galway: celt, 2005.
Abd. Qohar dkk, Upaya Meningktakan
Kemampuan Bernalar Mahasiswa
dalam Pembelajaran Pemrograman
Komputer
melalui
Pendekatan
Pemecahan
Masalah,
Jurusan
Matematika
FMIPA
Universitas
Negeri Malang, 2007.
Hyo-Jeong So dan Bosung Kim,
Learning About Problem Based

156

29

Learning:
Student
Teachers
Integrating Technology, Pdagogy and
Content Knowledge, Journal of
Educational
Technology
from
Nahayang Technological Universitas,
25 Jan 2009.
Yuswanti
Ariani
Wirahayu,
Peningkatan Pemahaman Geografi
dengan
Strategi
Pembelajaran
Berbasis Masalah dalam Kerangka
Kurikulum
Berbasis
Kompetensi
(KBK) di Kelas X SMAN I Batu,
(Jurnal pendidikan Universitas Negeri
Malang, 2007.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN


No
1

Referensi

Pembimbing 1

Pembimbing 2

Pembimbing 1

Pembimbing 2

Sugiyono,
Metode
Penelitian
Kuantitatif, Kualitatif dan R&D,
Bandung: Alfabeta, 2009.
Suharsimi
Arikunto,
Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan Praktik,
Jakarta: Rineka Cipta, 2006.
Sukardi,
Metode
Penelitian
Pendidikan
Kompetensi
dan
Praktiknya, Jakarta: Bumi aksara,
2003.
Ahmad Sofyan, dkk, Evaluasi
Pembelajaran
IPA
Berbasis
Kompetensi, UIN Jakarta Press:
Jakarta, 2006.

BAB IV PEMBAHASAN
No

Referensi
Sudirman, Problem Based learning
suatu model pembelajaran untuk
mengembangkan dan meningkatkan
kemampuan memecahkan masalah,
Jurnal
pendidikan
Universitas
Muawarman samarinda Vol. 2 No 2,
Maret, 2007.
Ni Made Suci, Penerapan Model
Problem Based Learning Untuk
Meningkatkan Partisipasi Belajar dan

157

Hasil Belajar Teori Akuntansi


Mahasiswa, Jurnal Penelitian dan
Pengembangan Pendidikan Jurusan
Ekonomi Undiksha April, 2008.
Wafroturrohman
dan
Suyatmini,
Penggunaan Metode Problem Based
Learning
Untuk
meningkatkan
kemampuan
Belajar
Mandiri
Mahasiswa
Jurusan
Pendidikan
Akuntansi Pada Mata Kuliah Akutansi
Perpajakan, Jurnal Pendidikan FKIP
Universitas Muhamadiyah Surakarta
Desember, 2008.

Lampiran 21

Anda mungkin juga menyukai