Diyah Rauhillah Hasni Fitk
Diyah Rauhillah Hasni Fitk
Kata kunci : model Problem Based Learning (PBL), Hasil Belajar siswa, Laju Reaksi
Abstract
DIYAH RAUHILLAH HASNI. Effect of Model Problem Based Learning (PBL)
Against Chemical Student Learning Outcomes At the rate of reaction concept. Thesis.
Jakarta: Chemical Education Studies Program, Department of Educational Science,
Faculty of Science and Teacher Training Tarbiyah, Syarif Hidayatullah State Islamic
University Jakarta.
This study aims to determine learning outcomes through the application of the model
Problem Based Learning (PBL) on the concept of reaction rate. This research was
conducted from August until October 2010 at SMAN 1 Sukatani. The research object is
a class student XI IPA 4 and 5 each 32 students. The method used is a quasi experiment.
The instrument used to measure learning values description of the test (subjective).
Results learn student experimental group was higher (average pretest = 22.25 and
posttest mean = 61.25) than in the control group (average pretest = 18.5 and an
average posttest = 36.125) and from the results t-test calculations t-count values
obtained by 5.8 and amounted to 1.38 or t-count > t-table. Then it can be concluded H1
stated that there were significant changes to the chemistry student learning outcomes on
the concept of reaction rate received or approved. This shows that the use of Problem
Based Learning model (PBL) have a significant influence on student learning outcomes
on the concept of chemical reaction rate.
Keywords: Model Problem Based Learning (PBL), The Learning students, Reaction
Rate
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
OLEH
DIYAH RAUHILLAH HASNI
106016200595
LEMBAR PEI\GESAHAN
PENGARUH MODBL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED
LEARNING (PBL)TERHADAP HASIL BELAJAR KIMIA SISWA
PADA KONSEP LAJU REAKSI
(Quasi Eksperiment diKelas XI IPA SMAN
Sukatani)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Salah Satu
Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh
Dibawah Bimbingan
Pembimbing
Pembimbing 2
W
Burhanudin Milama. M.Pd
NIP.19770201 200801 1 001
kimia'
berhak memperoleh gelar sarjana S1 (S'Pd) dalam bidang pendidikan
Juli
Jakarta,
Tanda Tangan
Tanggal
t'/;ou
Penguji I
e.,
Dedi Irwaqdi-lv!-S-i
NIP. 19710528 200003 1002
Penguji II
tt
f/,**r
f AF;l
2011
t'
t^
],.1..1.
Mengetahui
Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
TempaVtgl. Lahir
NIM
106016200s95
Jurusan/Prodi
Pendidikan IPA/Kirnia
Judul Skripsi
Dosen Pembimbing
1.
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang penulis buat benar-benar hasil karya sen<liri
dan penulis bertanggung jawab secara akademis atas apa yang penulis tulis.
Pemyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh Ujian Munaqasah.
Jak-arta,
Mahasiswa Ybs.
Abstrak
Kata kunci : model Problem Based Learning (PBL), Hasil Belajar siswa, Laju Reaksi
Abstract
DIYAH RAUHILLAH HASNI. Effect of Model Problem Based Learning (PBL)
Against Chemical Student Learning Outcomes At the rate of reaction concept. Thesis.
Jakarta: Chemical Education Studies Program, Department of Educational Science,
Faculty of Science and Teacher Training Tarbiyah, Syarif Hidayatullah State Islamic
University Jakarta.
This study aims to determine learning outcomes through the application of the model
Problem Based Learning (PBL) on the concept of reaction rate. This research was
conducted from August until October 2010 at SMAN 1 Sukatani. The research object is
a class student XI IPA 4 and 5 each 32 students. The method used is a quasi experiment.
The instrument used to measure learning values description of the test (subjective).
Results learn student experimental group was higher (average pretest = 22.25 and
posttest mean = 61.25) than in the control group (average pretest = 18.5 and an
average posttest = 36.125) and from the results t-test calculations t-count values
obtained by 5.8 and amounted to 1.38 or t-count > t-table. Then it can be concluded H1
stated that there were significant changes to the chemistry student learning outcomes on
the concept of reaction rate received or approved. This shows that the use of Problem
Based Learning model (PBL) have a significant influence on student learning outcomes
on the concept of chemical reaction rate.
Keywords: Model Problem Based Learning (PBL), The Learning students, Reaction
Rate
ii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanierrahiem
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, karena dengan Rahmat-Nyalah
penulis dapat menyelesaikan tugas akhir yaitu, Skripsi. Shalawat beserta salam tercurah
kepada baginda Muhammad SAW, selaksa cahya yang terus menerangi hingga saat ini.
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana pendidikan
(S.Pd) pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
penelitian skripsi berlangsung selama kurang lebih 2 bulan pada tanggal 23 Agustus
02 Oktober 2010.
Laporan ini berisi tentang hasil penelitian pendidikan dengan judul Pengaruh
Model Problem Based Learning (PBL) Terhadap Hasil Belajar Kimia Siswa Pada
Konsep Laju Reaksi. Dengan berbagai banyak dukungan laporan inipun dapat
terselesaikan dengan baik, maka beribu terimaksih penulis ucapkan kepada:
1.
Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan.
2.
Ibu Baiq Hana Susanti, M.Sc selaku ketua Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Alam.
3.
4.
Bapak Dedi Irwandi, M.Si, selaku Ketua Program Studi Kimia Jurusan
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam, semoga bapak selalu dalam keberkahanNya.
5.
Bapak Dr. Sujiyo Miranto, M.Pd dan Bapak Burhanudin Milama, M.Pd selaku
pembimbing 1 dan 2, terimakasih atas keikhlasan bapak selama membimbing.
Semoga Allah SWT mencurahkan Rahmat-Nya kepada bapak.
6.
Dosen Jurusan pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam yang tidak bisa penulis
sebutkan satu persatu, terimakasih atas semua ilmu yang diberikan kepada
penulis. Semoga Allah SWT memberikan keberkahan disetiap langkah
Ibu/Bapak semua.
iii
7.
8.
Ibu Oktri Lestari, S.Pd selaku guru pamong selama penelitian. Terimakasih
atas masukan yang membuat penulis lebih termotivasi. Semoga keberkahan
selalu ada pada Ibu dan keluarga.
9.
Bapak Usman, Ibu Dewi S.Pd, Ibu Neni Suryani, S.Pd, Ibu Erva, S.Pd, Ibu
Vera, dan guru guru SMAN 1 Sukatani yang tidak bisa penulis sebutkan satu
persatu terimaksih atas semua dukungannya, semoga Allah membalas kebaikan
yang terindah buat Bapak dan Ibu.
10. Bapak Drs. Moh. Sayuti, M.Pd dan Ibu Jubaedah, S.PdI selaku orang tua yang
memberikan dorongan secara materi dan moril. Terimaksih telah membesarkan
penulis hingga saat ini dan kasih sayang yang tercurah untuk penulis, semoga
Allah dapat merangkul kita dan mempertemukan di firdaus-Nya.
11. Kak Yasir Asmez Fauzi, S.Pd dan Kak Ida Kholida, S.Pdi selaku kakak
terimakasih atas suport yang diberikan kepada penulis.
12. Jenal Abidin S.S, Mba Yani SE, Kang Syauqi, Kang Imran, Lakhsita F
(Mami), Abi S. Nugroho, Mohammad Yazid, Eliawati Addawiyah, Dede Fitroh
Handayani, Memi Malihah, Lin Suciani Astusti, Eviana Ayu Nugroho, Teman
Kajian Piramida Circle, dan teman Pendidikan Kimia angkatan 2006
terimakasih atas doanya, semoga semangat selalu dan kesuksesan ada pada
kita semua.
13. Serta pihak-pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan laporan skripsi
ini.
Dengan keterbatasan yang dimiliki, penulis menyadari bahwa laporan skripsi ini
jauh dari sempurna, meskipun demikian penulis berharap laporan ini dapat bermanfaat
dan dapat memberikan tambahan ilmu bagi penulis, dan bagi pembaca pada umumnya,
serta mendapatkan Karunia dari Allah SWT.
Jakarta,
November 2010
Penulis
iv
DAFTAR ISI
Halaman
Lembar pengesahan ............................................................................................... i
Lembar pengesahan panitia Ujian .......................................................................... ii
Abstrak ................................................................................................................... iii
Abstract ................................................................................................................... iv
Kata pengantar ....................................................................................................... v
Daftar isi ................................................................................................................ vii
Daftar Tabel ............................................................................................................ ix
Daftar Bagan .......................................................................................................... x
Daftar Gambar ....................................................................................................... xi
Daftar Lampiran ..................................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................................ 1
B. Identifikasi Masalah .................................................................................... 5
C. Batasan Masalah .......................................................................................... 5
D. Perumusan Masalah ..................................................................................... 5
E. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 5
F. Manfaat penelitian ....................................................................................... 6
BAB II DESKRIPSI DAN KERANGKA PIKIR
A. Desktipsi Teoritis ........................................................................................ 7
1. Model Pembelajaran Berbasis Masalah ..................................................... 7
2. Langkah langkah Model Berbasis Masalah ............................................ 9
3. Karakteristik dan Tujuan Model Berbasis Masalah .................................. 11
4. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Berbasis Masalah ................... 14
5. Hakikat Pembelajaran dan Hasil Belajar .................................................. 16
a. Pengertian Pembelajaran ........................................................................ 16
b. Hasil belajar ........................................................................................... 19
B. Ilmu kimia ................................................................................................... 22
C. Laju Reaksi .................................................................................................. 23
D. Penelitian Relevan ...................................................................................... 33
v
vi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Tahapan Pengajaran Berbasis Masalah .................................................... 10
Tabel 3.1 Nonequivalent Control Group Design ...................................................... 39
Tabel 3.2 Definisi Konsep dan Operasional Variabel X dan Y ................................ 41
Tabel 3.3 Kisi-kisi Instrumen .................................................................................... 44
Tabel 4.1 Perbandingan hasil pretest siswa kelas ekspeimen dan kontrol ............... 51
Tabel 4.2 Distibusi frekuesni nilai pretest siswa kelas ekspimen dan kontrol .......... 52
Tabel 4.3 Perbandingan hasil posttest siswa kelas ekspeimen dan konrol ............... 53
Tabel 4.4 Distrbusi frekuensi nilai posttest siswa kelas ekspeimen dan kontrol ....... 53
Tabel 4.5 Data uji normalitas pretest pada kelas eksperimen.................................... 54
Tabel 4.6 Data uji normalitas pretest pada kelas kontrol .......................................... 55
Tabel 4.7 Data uji homogenitas pretest pada kelas eksperimen dan konrol .............. 55
Tabel 4.8 Uji hipotesis sampel kelas eksperimen dan kontrol .................................. 56
Tabel 4.9 Data uji normalitas posttest pada kelas eksperimen .................................. 57
Tabel 4.10 Data uji normalitas posttest pada kelas kontrol ....................................... 58
Tabel 4.11 Data uji homogenitas posttest pada kelas eksperimen dan kontrol ......... 58
Tabel 4.12 Uji Hipotesis penelitian kelas eksperimen dan kontrol .......................... 59
vii
DAFTAR BAGAN
Halaman
Bagan 2.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar ...................................... 22
Bagan 2.2 Kerangka berpikir .................................................................................... 38
viii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 3.1 Hubungan Populasi dengan Sampel ...................................................... 40
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran kelas Eksperimen ......................... 66
Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran kelas Kontrol ................................ 82
Lampiran 3 Lembar Kerja Siswa .............................................................................. 98
Lampiran 4 Kisi kisi Instrumen dan pedoman penilaian ....................................... 117
Lampiran 5 Rekap Analisis Butir Soal Subjektif ...................................................... 124
Lampiran 6 Rekap Analisis Butir Melalui ANATES ............................................... 125
Lampiran 7 Pretest Posttest Laju Reaksi ............................................................... 126
Lampiran 8 Statistik Uji Pretset Kelas Eksperimen dan Kontrol ............................. 128
Lampiran 9 Persiapan Uji Normalitas Pretest Kelas Eksperimen dan Kontrol ......... 132
Lampiran 10 Perhitungan Uji Normalitas Pretest Kelas Eksperimen ...................... 133
Lampiran 11 Perhitungan Uji Normalitas Pretest Kelas Kontrol .............................. 134
Lampiran 12 Perhitungan Uji Homogenitas Pretest .................................................. 135
Lampiran 13 Perhitungan Uji Hipotesis Pretest ........................................................ 136
Lampiran 14 Statistik Uji Posttest Kelas Eksperimen dan Kontrol........................... 137
Lampiran 15 Persiapan Uji Normalitas Posttest Kelas Eksperimen dan Kontrol ..... 141
Lampiran 16 Perhitungan Uji Normalitas Posttest Kelas Eksperimen ...................... 142
Lampiran 17 Perhitungan Uji Normalitas Posttest Kelas Kontrol............................. 143
Lampiran 18 Perhitungan Uji Homogenitas Posttest................................................. 144
Lampiran 19 Perhitungan Uji Hipotesis Posttest ...................................................... 145
Lampiran 20 Uji Referensi ........................................................................................ 146
Lampiran 21Tabel Nilai Kritis L untuk Uji Liliefors ................................................ 151
Lampiran 22 Tabel Distribusi F ................................................................................. 152
Lampiran 23 Tabel Distribusi t .................................................................................. 156
Lampiran 24 Surat Izin Penelitian ............................................................................. 157
Lampiran 25 Surat Keterangan Penelitian ................................................................. 158
Lampiran 26 Surat Pernyatan sendiri ........................................................................ 159
xi
BAB I
PENDAHULUAN
sesuai
dengan
tujuan
pendidikan
nasional
yaitu
"untuk
proses pembelajaran hingga dewasa ini masih memberikan dominasi guru dan
tidak memberikan akses bagi anak didik untuk berkembang secara mandiri
melalui penemuan dan proses berpikirnya.3
Secara empiris berdasarkan hasil penelitian terhadap rendahnya hasil
belajar pesertadidik, hal tersebut disebabkan proses pembelajaran yang
didominasi oleh pembelajaran tradisional. Pada pembelajaran ini suasana kelas
cenderung teacher-centered sehingga siswa menjadi pasif.4
Proses pembelajaran siswa kurang didorong untuk mengembangkan
kemampuan berpikir kritis. Proses pembelajaran di kelas diarahkan kepada
kemampuan anak untuk menghafal informasi. Otak anak dipaksa untuk
mengingat dan menimbun berbagai informasi tanpa dituntut memahami
informasi yang diingatnya itu untuk menghubungkan dengan kehidupan seharihari. Akibatnya, ketika anak didik lulus dari sekolah, mereka pintar teoritis
tetapi mereka miskin aplikasi.5 Sebagian besar siswa kurang mampu
menghubungkan antara apa yang mereka pelajari dengan bagaimana
pengetahuan tersebut akan dimanfaatkan atau diaplikasikan dalam kehidupan
sehari-hari.
Rendahnya hasil belajar kimia siswa, karena siswa menganggap bahwa
kimia merupakan pelajaran yang sulit dan abstrak, siswa tidak hanya
memecahkan masalah matematis, teori, melainkan pembuktian teori melalui
praktikum. Maka diperlukan pembelajaran yang inovatif dimana siswa dituntut
untuk belajar secara mandiri serta mampu mengkonstruk kognitifnya, hingga
mampu meningkatkan hasil belajar kimia.
Kurangnya siswa dalam menemukan pengetahuan dan keterampilan
dalam memecahkan masalah yang dihadapi. Untuk menghasilkan siswa yang
memiliki kompetensi yang andal dalam pemecahan masalah, maka diperlukan
serangakain strategi pembelajaran pemecahan masalah. Berdasarkan kajian
dan prestasi
belajar siswa
karena
melalui
IPA
menekankan
pada
pengalaman
langsung
untuk
kognitif anak serta anak dapat menganalisis setip kejadian dalam masalah yang
akan dihapainya.
Model problem based learning memiliki ciri-ciri pembelajaran, seperti:
pembelajaran dimulai dengan pemberian masalah, biasanya masalah yang
diberikan memiliki konteks dengan dunia
menggunakan
segenap
pengetahuan
yang
didapat
untuk
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang terdapat beberapa pokok masalah yang
dapat dikemukakan antara lalin:
1. Proses pembelajaran cenderung berpusat pada guru (teacher centered).
2. Masih rendahnya daya serap peserta didik dalam proses belajar mengajar.
3. Rendahnya hasil belajar kimia karena siswa menganggap bahwa kimia
merupakan pelajaran yang sulit dan abstrak.
4. Kurangnya siswa dalam berpikir kritis pada proses pembelajaran.
5. Kurangnya siswa dalam kemampuan memecahkan masalah.
C. Batasan Masalah
Untuk menghindari terlalu luasnya pembahasan masalah dan identifikasi
masalah, maka peneliti berusaha membatasi masalah sebagai berikut:
1. Adapun proses pembelajaran yang akan dibahas merupakan pembelajaran
model berbasis masalah (problem based learning).
2. Hasil belajar kimia yang diukur adalah hasil belajar dalam ranah kognitif
pada kosep Laju Reaksi.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar identifikasi dan pembatas masalah diatas, maka
Rumusan Masalah penelitian sebagai berikut Bagaimana pengaruh model
Problem Based Learning (PBL) terhadap hasil belajar kimia pada konsep laju
reaksi?.
E. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model problem based
learning (PBL) terhadap hasil belajar kimia siswa.
F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat :
1. Bagi siswa, dapat memberikan motivasi siswa, melatih keterampilan
siswa,
mengembangkan
kemampuan
berpikir
siswa
dan
dapat
BAB II
DESKRIPSI TEORITIS DAN KERANGKA PIKIR
A. Deskripsi Teoritis
1. Model Pembelajaran Berbasis Masalah
Model pembelajaran berbasis masalah merupakan suatu model
pembelajaran yang didasarkan pada banyaknya permasalahan
yang
(Projek-based
intruction),
pembelajaran
berbasis
pengalaman
Dutch
pembelajaran
berbasis
masalah
merupakan
pembalajaran yang menantang siswa agar belajar untuk belajar, bekerja sama
dengan kelompok untuk mencari solusi bagi masalah yang nyata, masalah ini
digunakan untuk mengaitkan rasa keingintahuan serta kemampuan analisis
siswa dan inisiatif atas materi pelajaran. Pembelajaran berbasis masalah
mempersiapkan mahasiswa untuk berpikir kritis dan analitis, serta mencari dan
menggunakan sumber pembelajaran yang sesuai.5
Pembelajaran berbasis masalah tidak dirancang untuk membatu guru
memberikan informasi sebanyak-banyaknya kepada siswa. Pengajaran berbasis
masalah dikembangkan untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan
berpikir, pemecahan masalah, dan keterampilan intelektual. Belajar berbagai
peran orang dewasa melalui pelibatan mereka dalam pengalaman nyata atau
simulasi dan pembelajaran yang otonom dan mandiri.6
Model
berbasis
masalah
memfokuskan
kepada
siswa
dengan
Ibid
Ibid, h. 21
6
Trianto, Model-model pembelajaran Inovatif dan berorientasi Konstruktifistik,
(Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher, 2007), h. 70
7
Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran, (Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, 2009), cet. Ke-1. h.288
5
peserta didik menjadi detektif proaktif, peneliti, ilmuwan, atau penemu ketika
mereka memainkan peran dalam proses pengambilan keputusan.8
Dari beberapa penjelasan mengenai model berbasis masalah, bahwa
pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan berpikir kritis siswa, serta
menuntut siswa dapat memecahkan masalah dengan mengumpulkan informasi
dan menstimulus informasi yang didapat untuk membentuk sebuah solusi dari
masalah yang diberikan. Siswa belajar sebagai peran dewasa, diaman siswa
dilibatkan untuk mencari, pengambilan keputusan dan pembelajaran secara
otonom. Pada pembelajaran model berbasis masalah ini siswa juga aktif dalam
proses pembelajaran dan masalah yang diberikan sangat sesuai dengan
kehidupan sehari-hari.
10
Tahapan
Guru
10
11
Tahap 4: Mengembangkan
menyajikan hasil karya karya.
Tahap
5:
Menganalisis
mengevaluasi proses.
Model
pembelajaran
berbasis
masalah
sengaja
dibuat
untuk
12
Ibid, h. 43 -45.
13
15
14
mengembangkan
mengembangkan
kemampuan
kemampuan
mereka
berpikir
untuk
kritis
dan
menyesuaikan
pengetahuan baru.
9) Dapat memberikan kesempatan pada siswa untuk mengaplikasikan
pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyata.
16
15
b. Kekurangan
Disamping kelebihan
pembelajaran
berbasis
masalah
memiliki
16
Gagne,
mengajar
atau
teaching
merupakan
bagian
dari
17
22
18
permanen, yakni terjadinya perubahan pada anak didik. Ciri ciri perubahan
dalam pengertian belajar menurut Slameto, meliputi:25
1) Perubahan yang terjadi berlangsung secara sadar, sekurang kurangnya
sadar
bahwa
pengetahuannya
bertambah,
sikapnya
berubah,
25
Ibid, h. 10
Ibid
27
Ibid, h. 11
26
19
b. Hasil Belajar
Hasil belajar adalah suatu istilah yang digunakan untuk menunjukan
sesuatu yang dicapai seseorang setelah melakukan usaha. Bila dikaitkan
dengan belajar berarti hasil menunjukkan sesuatu yang dicapai oleh seseorang
yang belajar selang waktu tertentu. Hasil belajar termasuk dalam kelompok
atribut kognitif yang respon hasil pengukurannya tergolong pendapat atau
judgment, yaitu respon yang dapat dinyatakan benar atau salah.
Hasil belajar merupakan hadiah dari pembelajaran agar melihat
seberapa besarkah siswa mampu menguasai pengetahuan, hal inipun
menunjukan refleksi dari berpikir kritis. Penilaian hasil belajar merupakan
penguasaan materi bertujuan untuk mengukur penguasaan dan pemilihan
konsep dasar keilmuan (content objectives) berupa materi-materi esensial
sebagai konsep kunci dan prinsip utama. Konsep kunci dan prinsip utama
keilmuan tersebut harus dimiliki dan dikuasai siswa secara tuntas, bukan
hanya dalam bentuk hafalan. Ranah kognitif merupakan ranah yang lebih
20
(knowledge),
pemahaman
(comperhension),
penerapan
belajarnya
masing-masing.
Beberapa
faktor
psikologis
diantaranya:
(1) Intelegensi menurut C. P Chaplin, merupakan kemampuan
mengahadapi dan menyesuaikan diri terhadap situasi baru secara
cepat dan efektif.
28
21
(2) Perhatian, adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi, jiwa sematamata tertuju kepada suatu obyek ataupun sekumpulan obyek.
(3) Minat dan bakat menurut Hilgard, sebagai kecenderungan yang
tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan.
Bakat adalah kemampuan untuk belajar.
(4) Motif dan motivasi, adalah sebagai uapaya yang mendorong
seseorang untuk melakukan sesuatu.
(5) Kognitif dan daya nalar. Kognitif merupakan berfikir dan
penalaran merupakan dasar yang paling menentukan dari
kemampuan berpikir analitis dan sintesis.
2. Faktor eksternal
a) Lingkungan
Kondisi lingkungan juga mempengaruhi proses dan hasil belajar.
Lingkungan ini dapat berupa lingkungan fisik atau alam dan dapat pula
berupa lingkungan sosial. Lingkungan alam misalnya keadaan suhu ,
kelembaban, kepengapan udara dan sebagainya. Lingkungan sosial
misalnya lalu lintas, gemuruhnya pasar dan lain-lain.
3. Faktor instrumental
Faktor instrumental adalah faktor yang keberadaan penggunanya
dirancang sesuai
dengan hasil
instrumental ini dapat berupa kurikulum, sarana dan fasilitas, dan guru.
Hal ini dapat disimpulkan melalui bagan 2.1, dibawah ini:31
31
22
Perhatian
Minat dan bakat
Faktor-faktor yang
mempengaruhi
belajar
Alam
Lingkungan
Eksternal
Sosial
Kurikulum
Instrumental
B. Ilmu Kimia
Ilmu yang mempelajarai alam semesta disebut dengan Ilmu Pengetahuan
Alam (IPA) dan kimia merupakan salah satu ilmu-ilmu IPA. Ilmu kimia ialah
salah satu cabang sains yang mengkaji komposisi dan perubahan yang berlaku
dalam semua benda di dunia ini, termasuk benda hidup dan bukan benda hidup.
Ringkasnya, pengkajian kimia merupakan pengkajian tentang tenaga.
Ilmu kimia sebagai ilmu yang berlandaskan praktik dan eksperimen. Siswa
tidak cukup dengan merasa mengerti tetapi sungguh-sungguh harus dapat
mempraktikannya dalam menyelesaikan soal, memecahkan masalah, atau
melakukan suatu keterampilan ilmiah. Perkembangan ilmu kimia dapat
dirasakan dalam kehidupan sehari-hari.32
32
h. v.
Micheal Purba, Buku Kimia Siswa untuk SMA Kelas XI, (Jakarta: Erlangga, 2006),
23
C. Laju Reaksi
Bahan-bahan kimia yang mengandung kalium klorat, besi, kalsium,
stronsium, litium, tembaga, barium, dan kalium dicampurkan dalam tabung yang
terbuat dari kertas. Ketika api dinyalakan, campuran itu terbakar menyembur
kan pijar pijar api. Langit gelap dimalam hari seketika menjadi terang
benderang dihiasi warna warni kembang api. Itulah proses terjadinya reaksi
kembang api. Kembang api merupakan salah satu contoh reaksi kimia.34
33
Kenan dkk, Kimia Untuk Universitas Jilid 2, (Jakarta: Gelora Aksara Pratama,
1992), cet. Ke-2. h. x.
34
Nana Sutresna, Cerdas Belajar Kimia untuk kelas XI, (Bandung: Garfindo Media
Utama, 2007), h. 93
24
A
A
atau v = +
t
t
keterangan:
v=-
= laju reaksi
35
Ibid
Sunardi, Kimia Bilingual Untuk SMA/MA Kelas XI Semester 1 dan 2, (Bandung:
Yrama Widya. 2008), h. 153
36
25
nilai negatif laju reaksi yang dinyatakan dengan konsentrasi zat-zat pereaksi
menunjukkan bahwa konsentrasi zat tersebut berkurang.37
Kadang-kadang, suatu reaksi kimia melibatkan beberapa zat yang
perbadingan jumlah molnya dinyatakan dengan koefisien reaksi, sehingga
persamaan kimianya dapat dituliskan sebgai berikut.38
pA + qB rC + sD
Keterangan:
A, B
= zat-zat pereaksi
C,D
p, q, r, s = koefisien reaksi
Laju reaksi untuk reaksi yang dinyatakan dengan menggunakan
persamaan kimia di atas dapat ditentukan sebagai berikut.
v=-
1 B
1 A
1 C
1 D
==+
=+
q t
p t
r t
s t
37
38
Ibid, h. 154
Ibid
26
C+D
Hasil reaksi
A+B
Pereaksi
Waktu/s
= laju reaksi
[A]
= konsentrasi perekasi A
[B]
= konsentrasi pereaksi B
39
Ibid, h. 155
Nana Sutresna, Cerdas Belajar Kimia untuk kelas XI, (Bandung: Garfindo Media
Utama, 2007), h. 101
40
27
a. Orde Reaksi
Dalam suatu reaksi kimia, penambahan konsenrasi zat-zat pereaksi
dapat meningkatkan laju reaksi. Berkaitan penambahan konsentrasi zat
pereaksi, maka dalam persamaan laju reaksi dikenal suatu bilangan yang
disebut dengan orde reaksi. Dalam hal ini, orde reaksi didefinisikan sebagai
bilangan pangkat (eksponen) yang menyatakan penambahan laju reaksi karena
penambahan konsentrasi zat-zat pereaksi. Sebagai contoh, jika konsentrasi
suatu pereaksi dinaikkan m kali semula dapat menyebabkan laju reaksi
meningkat n kali, maka hubungan penambahan konsentrasi dengan laju reaksi
zat tersebut dapat dinyatakan sebagai berikut. 41
mq = n
Keterangan:
q = orde reaksi
m = kenaikan konsentrasi
n = kenaikan laju reaksi
Orde reaksi dapat ditentukan berdasaran tahapan-tahapan reaksi. Jika,
tahapan-tahapan reaksi dapat dengan mudah diketahui dan diamati, maka orde
reaksi terhadap masing-masing zat pereaksi adalah koefisien dari tahapan
reaksi yang paling lambat. Akan tetapi, jika tahapan-tahapan reaksi sukar untuk
diketahu dan diamati, maka orde reaksi terhadap masing-masing zat pereaksi
dapat ditentukan berdasarkan percobaan.42
1) Orde reaksi nol.
Jika orde suatu reaksi terhadap pereaksi tertentu adalah nol, hal ini berarti
bahwa konsentrasi perekasi tersebut tidak mempengaruhi laju reaksi. Secara
matematis, bilanganya yang dipangkatkan nol selalu sama dengan satu,
sehingga laju reaksi suatu zat yang orde nol adalah tetap pada konsentrasi
berapapun dan nilainya sama dengan laju reaksi (k).43
v = k [A]m = k
41
28
Laju reaksi
Konsentrasi
Konsentrasi
Konsentrasi
b. Teori Tumbukan
Kita telah mengetahui bahwa zat-zat di alam ini terdiri atas partikelpartikel (atom, molekul, atau ion). Secara teoritis, partikel-partikel suatu zat
selalu bergerak secara acak atau tidak teratur. Selain itu, kita juga telah
mengetahui bahwa suatu zat dapat bereaksi dengan zat lain yang membentuk
44
45
Ibid, h. 165
Ibid, h. 166
29
kinetik
minimun
yang
harus
dimiliki
partikel
untuk
46
Ibid, h. 172
Ibid, h. 173
48
Ibid
49
Ibid, h. 174
47
30
2) Dua buah molekul yang bertumbukan dalam posisi ruang yang tepat,
tumbukan keduanya menghasilkan reaksi.
B
+
B
A
A
serbuk
mempunyai
luas
permukaan
yang
lebih
besar
dibandingkan dengan zat padat dalam bentuk batangan atau kepingan untuk
massa zat padat yang sama. Terdapat cara yang sederhana untuk memahami
pernyataan ini. Ambil sebuah roti dan potonglah menjadi irisan-irisan.
Setiap kali anda memtong irisan baru, maka anda akan memperoleh
permukaan tambahan yang diatasnya dapat anda taburkan mentega atau
selai. Semakin tipis anda memotong irisan-irisan tersebut, maka semakin
banyak irisan yang anda peroleh, sehingga semakin banyak juga mentega
dan selain yang dapat anda tempatkan pada irisan-risan tersebut.50
Tinjuan reaksi antara besi dengan asam sulfat (H2SO4). Besi dalam
bentuk serbuk akan bereaksi lebih cepat dengan asam sulfat dibandingkan
dengan besi dalam bentuk batangan (misalnya paku).51
50
51
Ibid, h. 175
Ibid
31
2) Suhu
Perubahan suhu akan mempengaruhi laju suatu reaksi kimia. Pada
umumnya, kenaikan suhu akan meningkatkan laju reaksi. Jika suhu naik,
maka partikel-partikel zat-zat yang terlibat dalam reaksi akan menyerap
kalor (energi), sehingga energi kinetik partikel-partikel tersebut meningkat
oleh karena itu, dengan meningkatnya suhu, maka semakin banyak patikel
yang mempunyai energi kinetik lebih besar dari energi aktivasi. Keadaan ini
memungkinkan terjadinya lebih banyak tumbukan efektif antara partikelpartikel, sehingga reaksi berlangsung dengan lebih cepat.52
Berdasarkan hasil eksperimen, setiap kenaikan suhu sebesar 100 0C,
maka laju reaksi akan meningkat dua kali. Hubungan laju reaksi dengan
peningkatan suhu dapat dinyatakan secara matematis. 53
T
v = 2 10 v0
Keterangan:
V = laju reaksi pada suhu tertentu
v0 = laju reaksi mula-mula
T = kenaikan suhu
3) Konsentrasi
Kandunga O2 di udara terbuka hanya 20%. Jika serabut besi dibakar di
udara terbuka, akan dihasilkan nyala merah sedikit demi sedikit. Ketika
serabut besi yang memerah itu dimasukan kedalam labu Erlenmeyer berisi
oksigen murni, serabut besi akan terbakar dengan hebat dan teroksidasi
menjadi Fe3O4 dengan cepat. Reaksi di labu Erlenmeyer berlangsung lebih
cepat karena konsentrasi O2 di udara terbuka. Bagaimanakah konsentrasi
mempengaruhi laju suatu reaksi?54
Dalam hal ini, meningkatan konsenrasi zat-zat pereaksi (dalam bentuk
larutan) akan meningkatkan frekuensi tumbukan antara partikel-partikel zat
52
Ibid, h. 176
Ibid
54
Nana Sutresna, Cerdas Belajar Kimia untuk kelas XI, (Bandung: Garfindo Media
Utama, 2007), h. 114.
53
32
pereaksi tersebut. Hal ini karena dalam larutan pekat, jarak antara dua
partikel yang berdekatan relatif rapat, sehingga muda bertumbukkan. Oleh
karena itu, semakin besar konsentrasi suatu larutan, maka semakin banyak
partikel yang terdapat dalam larutan. Jadi, apabila suatu larutan direaksikan
dengan zat tertentu, maka zat tersebut akan mudah bereaksi ada larutan yang
pekat.55
4) Tekanan
Anda harus tahu bahwa partikel-partikel (atom atau molekul) dalam
suatu
gas
sangat
berjauhan
(tersebar).
Pada
dasarnya,
tekanan
55
33
2 KClO3 (s)
2 KClO3 (s)
2KCl(s) + O3 (g)
2KCl(s) + O3 (g)
D. Penelitian Relevan
I Gusti Agung Nyoman Setiawan, dengan judul penelitian Penerapan
Pengajaran Kontekstual Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Hasil Belajar
Biologi Siswa Kelas X2 SMA Laboratorium Singaraja Jurusan Pendidikan
Biologi Fakultas MIPA Undiksha. Berdasarkan hasil penelitian dapat
58
Ibid, h. 180
Ibid
60
Ibid
59
34
berbasis
masalah
Krisanti
dengan
pendekatan
kooperatif
untuk
62
Mulia
dan
Dainursanti
Judul
Mengembangkan
61
35
Bernalar
Mahasiswa
dalam
Pembelajaran
Pemrograman
Komputer melalui Penekatan Masalah, dapat disimpulkan pembelajaran dasardasar komputer dengan metode diskusi dapat meningkatkan kemampuan
mahasiswa dalam pembuatan alogaritma.66
Orhan Akinoglu dan zkardes Tandongan, dengan judul penelitian The
Effets of Problem Based Active Learning in Science Education on Stdents
Academic Acievement, Attiutde and Concept Learning, dapat dismpulkan
bahwa pembelajaran berbasis masalah pada ilmu sains meningkatkan prestasi
belajar, sikap dan penguasaan konsep.67
Hyo-Jeong So dan Bosung Kim, dengan judul penelitian Learning
About Problem Based Learning: Student Teachers Integrating Technology,
64
36
mampu
meningkatkan
kemampuan
calon
guru
dalam
E. Kerangka Berpikir
Dalam pencapaian hasil belajar, dapat dilihat dari dua kegiatan yaitu
kegiatan penyajian bahan dari pihak pengajar dan kegiatan belajar siswa. Dua
kegiatan tersebut merupakan kegiatan interaksi dalam satu situasi tertentu. Tiap
situasi tertentu akan dihadapi secara utuh oleh individu yang belajar, dan setiap
pesan yang disampaikan oleh pengajar akan diolah secara berbeda-beda oleh
tiap individu yang belajar tersebut, sesuai minat, keinginan, metode, maupun
68
Hyo-Jeong So dan Bosung Kim, Learning About Problem Based Learning: Student
Teachers Integrating Technology, Pdagogy and Content Knowledge, (Journal of Educational
Technology from Nahayang Technological Universitas, 25 Jan 2009), h. 111.
69
Yuswanti Ariani Wirahayu, Peningkatan Pemahaman Geografi dengan Strategi
Pembelajaran Berbasis Masalah dalam Kerangka Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) di
Kelas X SMAN I Batu, (Jurnal pendidikan Universitas Negeri Malang, 2007 ), h. 30.
70
Wafroturrohman dan Suyatmini, Penggunaan Metode Problem Based Learning
Untuk meningkatkan kemampuan Belajar Mandiri Mahasiswa Jurusan Pendidikan Akuntansi
Pada Mata Kuliah Akutansi Perpajakan, (Jurnal Pendidikan FKIP Universitas Muhamadiyah
Surakarta Desember, 2008), h. 162.
37
38
Karakteristik :
1. Dapat memecahkan
masalah.
2. Dapat berkerjasama
3. Studen center.
4. Belajar mandiri
5. Pengumpulan
informasi-informasi.
Kognitif
Afektif
Psikomotorik
PBL
Hasil Belajar
Faktor yang
mempengaruhi Hasil
Belajar
INTERNAL
1. Faktor biologis
2. Faktor psikologis, antar
lain:
a. Intelejensi
b.Minat
c. Bakat
d. Daya ingat
e. Daya konsentrasi
EKSTERNAL
1. Faktor lingkungan
keluarga
2. Faktor lingkungan
sekolah
3. Faktor lingkungan
masyarakat
4. Faktor waktu
Instrumental
Penetapan Model
Lingkungan Sekolah
F. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kajian teoritis yang telah diuraikan, maka dapat dirumuskan
hipotesis sebagai berikut:
Ho : Tidak terdapat pengaruh yang signifikan dalam penggunaan model
Problem Based Learning (PBL) terhadap hasil belajar kimia pada konsep Laju
Reaksi.
H1 : Terdapat pengaruh yang signifikan dalam penggunaan model Problem
Based Learning (PBL) terhadap hasil belajar kimia pada konsep Laju Reaksi.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Ke
O1
X1
O2
Kk
O1
X2
O2
Keterangan :
Ke = Kelompok eksperimen
Kk = Kelompok kontrol
1
39
40
tahun ajaran
2010/2011. Adapun sampel yang diambil adalah siswa kelas XI IPA SMAN 1
Sukatani Bekasi.
Teknik pengambilan sampel dilakukan secara Purposive sample, karena
dilakukan dengan cara mengambil subjek bukan didasarkan strata, random atau
daerah, tetapi didasarkan atas adanya tujuan tertentu.3 Maka, diperoleh kelas XI
IPA 4 sebagai kelas eksperimen dan XI IPA 5 sebagai kelas kontrol, karena
memiliki kemampuan yang sama sebagai sampel penelitian.
Sebagian dari jumlah populasi yang dipilih untuk sumber data disebut
sampel atau cuplikan. Syarat yang harus dipenuhi di antaranya bahwa sampel
harus diambil dari bagian populasi. Yang dapat diambil sebagai sampel dalam
hal ini adalah populasi akses, yaitu jumlah anggota kelompok yang dapat
ditemui di lapangan dan bukan populasi target.
Syarat yang paling penting untuk diperhatikan dalam pengambilan
sampel ada dua macam, yaitu jumlah sampel yang mencukupi dan profil sampel
yang dipilih harus mewakili. Berikut adalah gambar diagram alur pemikiran
antara populasi dengan sampel:4
Sampel
Populasi Akses
Populasi Target
Hasil temuan
Gambar 3.1 Hubungan populasi dan sampel
3
41
D. Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang
diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang
hal tersebut kemudian ditarik kesimpulannya. Kerlinger menyatakan bahwa
variabel adalah konstruk atau sifat yang akan dipelajari.
Jadi Variabel
Variabel
Konseptual
Oprasional
Model
Problem
Based
Learning (PBL) adalah model
dimana siswa dituntut dapat
menstimulus suatu kejadian
yang dianggap masalah hingga
dapat menyelesaikan kejadian
tersebut serta mengahsilkan
produk (baik secara prodak
maupun ide), model tersebut
biasanya dilakukan secara
berkelompok
guna
memaksimalkan kemampuan
dalam belajarnya.
Model
Problem
Based
Learning (PBL) menuntut
siswa dapat memecahkan
masalah pada materi tertentu
dengan
pembentukkan
kelompok, kelompok tersebut
akan terjadi konflik dalam
berpikir hingga siswa dapat
menentukan solusi terbaik.
42
Merupakan
kemampuan
kognitif
yang
diperoleh
dengan
memberikan
tes
uraian (subjektif).
Dari tabel 3.2 menunjukan definisi konsep dan oprasional dari kedua variabel.
Variabel bebas yaitu model Problem Based Learning (PBL) dan varaibel
terikatnya yaitu hasil belajar.
Model Problem Based Learning (PBL) adalah salah satu model yang
beradasrkan konstruktivisme, siswa dituntut dapat menyelesaikan masalah,
berpikir kritis dan menemukan solusi dengan mengevaluasi masalah yang
diberikan. Adapun langkah-langkah model Problem Based Learning (PBL)
biasanya dilakuakn secara berkelompok dengan menggunakan lima tahapan
menurut Arends. Pertama, siswa dapat dikondisikan dengan mengorentasikan
masalah yang akan dipecahkan secara bersama. Kedua, mengorganisir siswa
baik secara kelompok maupun individu dan guru membantu mendefinisikan
masalah yang akan dipecahkan oleh siswa. Ke-tiga, guru membimbing
penyelidikan siswa terhadap masalah, disini guru sebagai fasilitator dan
moderator. Ke-empat, mengembangkan atau mengeksplor hasil karya siswa
(berupa ide atau prodak) yang sudah didapat baik dengan cara berdiskusi atau
mempraktikumkan dan hasil tersebut dipaparkan kepada kelompok atau siswa
yang lain. Ke-lima, menganalisis dan mengevaluasi proses, hasil tersebut
dipaparkan dengan teman atau kelompok lain hingga adanya sanggahan atau
tambahan dari temuan siswa tersebut dan siswapun dapat menyimpulkan hasil
diskusinya, sedangkan guru menambahkan kesimpulan yang sudah diberikan
oleh anak.
43
treatment
F. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan untuk memperoleh data tentang pengaruh
penerapan model Problem Based Learning (PBL) dalam hasil belajar adalah
pretest-posttest pada materi yang diberikan. Instrumen berupa soal subjektif
yang terdiri dari pemahaman, penerapan, dan analisis.
Penilaian terhadap hasil belajar bertujuan untuk mengukur penguasaan
dan pemilihan konsep dasar keilmuan (content objectives) berupa materi-materi
esensial sebagai konsep kunci dan prinsip utama. Konsep kunci dan prinsip
utama keilmuan tersebut harus dimiliki dan dikuasai siswa secara baik, bukan
44
Indikator
Menjelaskan pengertian laju
reaksi
Menghitung laju reaksi dari
faktor-faktor yang
mempengaruhinya.
Menjelaskan hubungan
antara laju reaksi dengan
ordenya
Mampu menjelaskan teori
tumbukan untuk
menjelaskan faktor penentu
laju reaksi.
Mampu menghitung
persamaan laju reaksi dan
orde reaksi
Menyebutkan manfaat laju
reaksi dalam kehidupan
sehari-hari.
C1
C2
Taksonomi Bloom
C3
C4
2*, 3
C6
11
12
1
4, 5
C5
8*
6*
10*
13, 14*,
15
18
16,
17*
Keterangan :
Dipakai sebagai alat test (pretest-posttest)
Pada tabel 3.3 menunjukan bahwa instrumen yang divalidasi sebanyak 18 soal
(subjektif), dengan 6 indikator. Setelah diujikan di kelas XII IPA 1 SMAN 1
Sukatani dan dihitung melalui program ANATES maka instrumen tersebut
mendapatkan 8 instrumen valid dan invalid 10 instrumen dengan reabilitas 0,54
serta instrumen yang diambil sebagai alat test (pretest posttest) pada penelitian
sebanyak 6 instrumen.
G. Validasi Instrumen
Sebelum menentukan valid dan reliabel tidaknya suatu butir soal,
terlebih dahulu dilakukan pengukuran tingkat kesukaran, daya beda, vaiditas
dan reabilitas instrumen yang diujikan.
45
1. Tingkat kesukaran
Tingkat kesukaran merupakan salah satu analisis kuantitatif konvensional
paling sederhana dan mudah. Hasil hitungnya merupkan proposri atau
perbandingan antara siswa yang menjawab benar dengan keseluruhan siswa
yang mengikuti test.7
Rumus tingkat kesukaran:
P = B/N
Keterangan:
P
2. Daya beda
Daya beda digunakan untuk mengetahui kemampuan butir dalam
membedakan kelompok-kelompok siswa antara kelompok siswa yang
pandai dengan kelompok siswa yang kurang pandai. 8
Rumus daya beda:
D = (Ba-Bb)/ 0,5 N
Keterangan
Ba
Bb
xixt
xi 2 xt 2
Ibid, h. 103.
Ibid, h. 104.
9
Ibid, h. 105-108.
8
46
Keterangan :
rit
ax i2
axt2
k Si 2
1 2
k 1
St
Keterangan
rii
= jumlah butir
Si2
St2
rbis i =
pi
qi
rbis i
= koefisien biserial antara skor butir soal nomor i dengan skor total
Xi
St
pi
qi
Rumus reabilitas :
rii =
10
k piqi
1
k 1
St 2
Ibid, h. 109-113.
47
Keterangan :
rii
= jumlah butir
piqi
pi
qi
St2
Zi
Xi X
S
dengan:
Zi = skor baku
X = nilai rata-rata
Xi = skor rata-rata
S = simpangan baku
2) Tentukan besar peluang untuk masing-masing nilai Zi berdasarkan
tabel Zi dan sebut dengan F(Zi) dengan aturan:
Jika Zi > 0, maka F(Zi) = 0.05 + nilai tabel
Jika Zi < 0, maka F(Zi) = 1- (0.5 + nilai tabel)
11
48
3) Hitung proporsi Z1,Z2,..,Zn yang lebih kecil atau sama dengan Zi,
maka proporsi ini dinyatakan oleh S(Zi), maka:
S(Zi) =banyaknya Z1, Z2, .Zn yang Zi dibagi n
4) Hitung selisih F(Zi) S(Zi), kemudian tentukan harga mutlaknya.
5) Ambil nilai terbesar antara harga-harga mutlak selisih tersebut, nilai
ini dinamakan Lo.
6) Memberikan interpretasi, Lo dengan membandingkan dengan Lt. Lt
adalah harga yang diambil dari tabel harga kritis uji lielifors.
7) Mengambil kesimpulan berdasarkan harga Lo dan Lt, yang telah
didapat. Apabila Lo < Lt, maka sampel berasal dari distribusi normal.
b. Uji homogenitas
Untuk menentukan rumus t-test, maka harus menemukan kehomogenan
sampel tersebut dengan uji homogenitas. Uji homogenitas dilakukan
dengan uji Fischer, yaitu dengan menguji varians dari kedua sampel
homogen atau tidak, adapun langkah-langkahnya sebagai berikut:12
1) Tentukan simpangan baku dari masing-masing kelompok.
2) Tentukan F hitung dengan
Fhitung =
Variansterbesar
Variansterkecil
12
Sugiono, Statistik Untuk Penelitian, (Bandung: Alfabeta, 2009), cet. Ke-4. h. 140.
49
2. Pengujian hipotesis
Bila jumlah anggota sampel n1 = n2 dan varians homogen, maka dapat
digunakan rumus t-test Polled Varians. Jika yang digunakan derajat
kebebasannya (dk) yang digunakan sebesar n1 + n2 2 pada taraf
signifikansi = 0.05 dengan rumus sebagai berikut:13
X1 X 2
dsg n11
1
n2
dengan dsg =
n1 1v1 n2 1v2
n1 n2 2
Keterangan:
X 1 rata-rata data kelompok eksperimen
X 2 rata-rata data kelompok kontrol
I. Hipotesis Statistik
Pengujian penelitian ini, merupakan pengujian hipotesis komparatif. Uji
hipotesis komparatif berarti menguji parameter populasi yang berbentuk
perbandingan melalui ukuran sampel yang juga berbentuk perbandingan. Hal ini
juga dapat menguji kemampuan generalisasi (signifikansi hasil penelitian) yang
berupa perbandingan keadaan variabel dari dua sampel atau lebih. Bila Ho atau
H1 dalam pengujian diterima, berarti nilai perbandingan dua sampel atau lebih
tersebut dapat digeneralisasikan untuk seluruh populasi, dimana sampel-sampel
yang diambil berada pada taraf kesalahan tertentu. Rumusan hipotesis komparasi
satu pihak dapat dilihat, di bawah ini:14
13
14
121 .
Sugiono, Statistik Untuk Penelitian, (Bandung: Alfabeta, 2009), cet. Ke-4. h. 138.
Sugiono, Statistik Untuk Penelitian, (Bandung: Alfabeta, 2009), cet. Ke-4. h.117
50
Ho : 1 < 2
H1 : 1 > 2
Ho : Tidak terdapat pengaruh yang signifikan dalam penggunaan model Problem
Based Learning (PBL) terhadap hasil belajar kimia pada konsep Laju
Reaksi.
H1 : Terdapat pengaruh yang signifikan dalam penggunaan model Problem
Based Learning (PBL) terhadap hasil belajar kimia pada konsep Laju
Reaksi.
Dengan:
1= rata-rata nilai hasil belajar kimia siswa menggunakan model Problem Based
Learning (PBL) dalam pembelajaran.
2 = rata-rata nilai hasil belajar kimia siswa tanpa menggunakan model Problem
Based Learning (PBL) dalam pembelajaran.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil penelitian ini adalah hasil data pretest dan posttest dari dua kelas,
yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Sebelum menerapakan pembelajaran
model Problem Based Learning (PBL), kedua kelas masing-masing diberikan
pretest. Pretest ini bertujuan untuk mengukur pengetahuan awal peserta didik
mengenai kosep Laju Reaksi. Setelah masing-masing kelas melakukan proses
belajar dengan perlakuan yang berbeda, setelah itu pada masing-masing kelas
dilakukan posttest yang bertujuan untuk mengukur sejauh mana peningkatan hasil
belajar peserta didik.
A. Hasil penelitian
1. Perbandingan hasil pretest siswa kelas eksperimen dan kontrol
Sebelum melakukan penelitian terhadap kelas eksperimen (XI IPA 4)
dan kelas kontrol (XI IPA 5) dilakukan pretest untuk mengetahui kemampuan
awal siswa. Dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 4.1 Perbandingan hasil pretest kelas eksperimen dan kontrol
Data
Kelas eksperimen
Kelas kontrol
Nilai maksimum
38
50
Nilai minimum
12
22,25
18,5
Median
21
17,7
Modus
17,9
19,1
26
47
Interval (I)
6,6
11
Mean
Berdasarkan tabel 4.1 dari pretest diketahui nilai rata-rata 22,25 untuk
kelas eksperimen (XI IPA 4) dan nilai rata-rata 18,5 untuk kelas kontrol (XI
IPA 5), masing-masing memiliki standar deviasi 6,6 untuk kelas eksperimen
dan 11 untuk kelas kontrol, median 21 untuk kelas eksperimen dan 17,7 untuk
51
52
kelas kontrol, sedangkan modus 17,9 untuk kelas eksperimen dan 19,1 untuk
kelas kontrol.
Distribusi frekuensi biasanya dipakai sebagai data persiapan untuk uji
selanjutnya. Adapun data distribusi frekuensi dapat dilihat pada tabel dibawah
ini:
Tabel 4.2 Distribusi frekuensi Nilai pretest siswa kelas eksperimen dan kontrol
No
Interval
kelas
eksperimen
Frekuensi
Absolute
Relative
(%)
Interval
kelas
kontrol
Frekuensi
Absolute
Relative
(%)
12 15
15,625
3 10
28,125
16 19
25
11 18
25
20 23
18,75
19 26
10
31,25
24 27
21,875
27 34
6,25
28 31
6,25
35 42
3,125
32 35
9,375
43 50
6,25
36 39
3,125
Jumlah
32
100 %
32
100%
Jumlah
53
Data
Kelas eksperimen
Kelas kontrol
Nilai maksimum
97
60
Nilai minimum
22
20
Mean
61,25
36,125
Median
63,7
33,5
Modus
64,7
30
75
40
Interval (I)
12
14,4
10
Berdasarkan tabel 4.3 dari posttest diketahui nilai rata-rata 61,25 untuk
kelas eksperimen (XI IPA 4) dan nilai rata-rata 36,125 untuk kelas kontrol (XI
IPA 5), masing-masing memiliki standar deviasi 14,4 untuk kelas eksperimen
dan 10 untuk kelas kontrol, median 63,7 untuk kelas eksperimen dan 33,5
untuk kelas kontrol, sedangkan modus 64,7 untuk kelas eksperimen dan 30
untuk kelas kontrol.
Distribusi frekuensi biasanya dipakai sebagai data persiapan untuk uji
selanjutnya. Adapun data distribusi frekuensi dapat dilihat pada tabel dibawah
ini:
Tabel 4.4 Distribusi frekuensi Nilai posttest siswa kelas eksperimen dan kontrol
Interval
No
kelas
eksperimen
Frekuensi
Absolute
Relative
(%)
22 33
3,125
34 45
46 57
Interval
kelas
kontrol
Frekuensi
Absolute
Relative
(%)
20 26
15,625
9,375
27 33
11
34,375
21,875
34 40
15,625
58 69
14
43,75
41 47
21,875
70 81
15,625
48 54
6,25
82 93
3,125
55 61
6,25
94 100
3,125
Jumlah
32
100 %
32
100%
Jumlah
54
terendah pada kelas eksperimen, dan kelas kontrol pada interval 20 26. Dapat
dilihat pada lampiran 14.
Keterangan
Test
Lhit
Ltab
Kesimpulan data
Kelompok
eksperimen
Pretest
32
0,1449
0,1560
Berdistribusi normal
Dari tabel 4.5 diketahui Lhit = 0,1449 sedangkan Ltab = 0,1560 pada taraf
signifikan 95% dengan derajat kebebasan 32, dengan ketentuan Lhit < Ltab
atau 0,1449 < 0,1560 maka dapat disimpulkan bahwa kelas tersebut
berdistribusi normal. Perhitungan dapat dilihat pada lampiran 10.
b) Uji normalitas pretest kelas kontrol
Hasil uji normalitas pretest kelas kontrol dapat dilihat pada tabel
berikut:
55
Keterangan
Test
Lhit
Ltab
Kesimpulan data
Kelompok
eksperimen
Pretest
32
0,1285
0,1560
Berdistribusi normal
Pada tabel 4.6 diketahui Lhit = 0,1285 sedangkan Ltab = 0,1560 pada taraf
signifikan 95% dengan derajat kebebasan 32, dengan ketentuan Lhit < Ltab
atau 0,1285 < 0,1560 maka dapat disimpulkan bahwa kelas tersebut
berdistribusi normal. Perhitungan dapat dilihat pada lampiran 11.
2. Uji Homogenitas
Setelah kedua sampel dinyatakan berdistribusi normal, selanjutnya
dicari nilai homogenitas. Dalam penelitian ini didapat dengan menggunakan
uji Fisher. Kriteria pengujian yang digunakan, yaitu kedua kelas dinyatakan
homogen apabila Fhit < Ftab. Uji homogen dengan derajat kebebasan 62 pada
taraf signifikan 95%.
Hasil uji homogenitas pretest kedua sampel penelitian dapat dilihat
pada tabel berikut :
Tabel 4.7 Data Uji Homogen Pretest kelas Eksperimen dan Kontrol
Data
N
SD
Pretest
Eksperimen
Kontrol
64
64
112
6,6
Fhit
1,66
Ftab
1,77
Kesimpulan
Berdistribusi homogen
Dari data tabel 4.7 uji homogenitas pada data pretest kelas eksperimen dan
kontrol berdistribusi homogen, maka kedua kelas memiliki kemampuan awal
yang sama atau homogen, karena memenuhi kriteria yaitu Fhit < Ftab. Nilai Fhit
= 1,66 dan Ftab = 1,77 atau 1,66 < 1,77 pada derajat kebebasan 62 dari n1+n2
2 sedangkan n1 dan n2 masing-masing 32. Perhitungan dapat dilihat pada
lampiran 13.
56
3.
: 1 < 2
Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata skor pretest kelas
eksperimen dengan kelas kontrol
H1
: 1 > 2
Data
Pretest
Kelas eksperimen
Kelas control
32
32
SD
6,6
11
thit
1,18
ttab
1,38
Ho diterima, tidak terdapat perbedaan yang
Keterangan
Dari data tabel 4.8 Bahwa data pretset kedua kelas berada pada daerah
penerimaan H0 karena nilai thit = 1,18 dengan ttab = 1,38 pada taraf signifikan
95% dan derajat kebebasan 62 dari n1+n2 2 dengan n1 dan n2 masing-masing
32, memenuhi kriteria thit < ttab atau 1,18 < 1,38 sehingga kedua kelas baik
kelas eksperimen dan kontrol pantas dijadikan sampel penelitian, karena
mewakili populasi sampel dan memiliki kemampuan yang sama, maka kelas
eksperimen dan kontrol dapat dilanjutkan pada pemberian tindakan atau
treatment. Perhitungan dapat dilihat pada lampiran 14.
57
Keterangan
Test
Lhit
Ltab
Kesimpulan data
Kelompok
eksperimen
Posttest
32
0,1040
0,1560
Berdistribusi normal
Pada tabel 4.9 diketahui Lhit = 0,1040 sedangkan Ltab = 0,1560 pada taraf
signifikan 95% dengan derajat kebebasan 32, dengan ketentuan Lhit < Ltab
atau 0,1040 < 0,1560 maka dapat disimpulkan bahwa kelas tersebut
berdistribusi normal. Perhitungan dapat dilihat pada lampiran 16.
b) Uji normalitas posttest kelas kontrol
Hasil uji normalitas posttest kelas kontrol dapat dilihat pada tabel
berikut:
58
Keterangan
Test
Lhit
Ltab
Kesimpulan data
Kelompok
eksperimen
Posttest
32
0,1217
0,1560
Berdistribusi normal
Pada tabel 4.10 diketahui Lhit = 0,1217 sedangkan Ltab = 0,1560 pada taraf
signifikan 95% dengan derajat kebebasan 32, dengan ketentuan Lhit < Ltab
atau 0,1217 < 0,1560 maka dapat disimpulkan bahwa kelas tersebut
berdistribusi normal. Perhitungan dapat dilihat pada lampiran 17.
2. Uji Homogenitas
Setelah kedua sampel dapat dinyatakan berdistribusi normal pada
data posttest baik kelas eksperimen dan kontrol, maka selanjutnya dicari nilai
homogenitas. Dalam penelitian ini didapat dengan menggunakan uji Fisher.
Kriteria pengujian yang digunakan, yaitu kedua kelas dinyatakan homogen
apabila Fhit< Ftab. Homogenitas setelah dilakukannya perlakuan menyatakan
bahwa kedua kelas memeiliki kemampuan yang homogen.
Hasil uji homogenitas posttest kedua sampel penelitian dapat dilihat
pada tabel berikut :
Tabel 4.11 Data Uji Homogen Posttest kelas Eksperimen dan Kontrol
Data
N
SD
Posttest
Eksperimen
Kontrol
64
64
14,4
102
Fhit
1,44
Ftab
1,77
Kesimpulan
Berdistribusi homogen
Pada tabel 4.9 data homogenitas posttest kelas eksperimen dan kontrol pada
derajat kebebasan 62 didapat dari n1+n2 2 dengan n1 dan n2 masing-masing
32 pada taraf signifikan 95%, didapat nilai Fhit = 1,44 dan Ftab = 1,77 kedua
sampel berdistribusi homogen, karen memenuhi kriteria Fhit < Ftab, atau 1,44 <
1,77. Perhitungan dapat dilihat pada lampiran 18.
59
3. Uji hipotesis
Setelah dilakukan prasyarat analisis data, diketahui bahwa hasil posttest
berdistribusi normal dan homogen, sehingga pengujian data hasil belajar
kedua kelas dialnjutkan pada analisis berikutnya, yaitu uji hipotesis. Untuk
hasil posttest menggunakan uji-t dengan kriteria:
Ho
: 1 < 2
Ho
Problem Based Learning (PBL) terhadap hasil belajar kimia pada konsep laju
reaksi.
H1
: 1 > 2
H1
Based Learning (PBL) terhadap hasil belajar kimia pada konsep laju reaksi.
Dengan:
1 < 2 : Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata skor
posttest kelas eksperimen dengan kelas kontrol
1 > 2 : Terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata skor posttest
kelas eksperimen dengan kelas kontrol
Hasil uji hipotesis penelitian kedua sampel dapat dilihat pada tabel
berikut :
Tabel 4.12 Uji hipotesis penelitian kelas Eksperimen dan Kontrol
Data
Posttest
Kelas eksperimen
Kelas kontrol
32
32
SD
14,4
10
thit
5,80
ttab
1,38
Keterangan
Pada tabel 4.10 uji hipotesis penelitian kelas eksperimen dan kontrol bahwa
hasil uji-t berada pada daerah penerimaan H1 dan menolak Ho pada taraf
signfikan 95% dan derjat signifikan 62 dari n1+n2 2 dengan n1 dan n2 masing-
60
masing 32. Dengan kriteria thit > ttab untuk penerimaan H1, Nilai thit = 5,8 dan
ttab = 1,38 maka 5,8 > 1,38 sehingga dari penelitian ini adanya pengaruh hasil
belajar kimia siswa dengan menggunakan model Problem Based Learning
(PBL), yang dilihat dari terdapatnya perbedaan rata-rata hasil belajar kimia
siswa pada kelas eksperimen dan kontrol. Perhitungan dapat dilihat pada
lampiran 19.
D. Pembahasan
Pada dasarnya belajar merupakan aktifitas positif yang mendorong
siswa lebih kreatif dan berpikir kritis, hingga tidak hanya pemahaman melainkan
adanya perubahan sikap. Pada penelitian inipun model Problem Based Learning
menuntut siswa belajar mandiri (student centered) dengan memberikan
masalahmasalah yang tidak jauh pada kehidupan seharihari, dan siswa mampu
memberikan solusi dari masalah tersebut.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, kelas eksperimen dan kontrol
sebelum dilakukan perlakuan pada kelas tersebut, maka peneliti harus
mengambil data pretest untuk mengetahui kecocokan kelas tersebut untuk
dijadikan sampel penelitian. Data yang sudah didapat dihitung normalitasnya
dan homogenitasnya, barulah diujikan pada uji hipotesis pengambilan sampel.
Data tersebut berdistribusi normal, terbukti pada hasil uji prasyarat menyatakan
bahwa Lhit < Ltab pada taraf signifikan 95%. Selain itu bersifat homogen karena
Fhit < Ftab, terbukti berdasarkan hasil uji pretest bahwa pada F1
hit
= 1, 66
sedangkan Ftab = 1, 77 atau 1,66 < 1,77 pada taraf signifikan 95%. Maka
dilanjutkan kepada uji hipotesis pengambilan sampel dengan menggunakan uji-t,
pada taraf signifikan 95%. Dari hasil perhitungan pretest yang dilakukan,
diperoleh nilai thit = 1,18 dan ttab = 1,38. Menunjukan thit < ttab atau 1,18 < 1,38.
Dengan demikian bahwa H1 ditolak dan menerima Ho, dapat disimpulkan kedua
kelas tersebut tidak berbeda nyata. Dari kedua sampel yang sudah dihitung baik
normalitas, homogenitas dan uji hipotesisi atau uji-t, bahwa sampel tersebut
dapat digunakan sebagai sampel penelitian dan dapat diberi perlakuan, karena
kedua sampel memiliki kemampuan yang sama dan mewakili populasi sampel.
61
62
dalam pengalaman nyata atau simulasi dan pembelajaran yang otonom dan
mandiri.1
Pembelajaran Problem Based Learning menjadikan siswa terampil dalam
memecahkan masalah, siswa diberikan kesempatan untuk mengeksplor apa yang
mereka ketahui dengan informasi-informasi yang sudah mereka cari dan
membuktikan melalui praktikum. Hal baru yang didapat siswa secara langsung
tentunya akan memberikan kesan dan memebentuk sebuah kesimpulan dari
masalah yang diberikan oleh siswa. Tentunya siswa akan lebih tertantang pada
pembelajaran seperti ini, karena pembelajaran Problem Based Learning
sangatlah erat dengan hal yang relevan pada dunia nyata.
Model Problem Based Learning membuat pelajaran lebih bermakna
ketika diterapkan ke dunia nyata. Dengan memilih masalah yang melibatkan
peserta didik. Biasanya masalah diajukan dan dikembangkan dalam kelas, jika
diperlukan siswa dapat membedakan dengan masalah lain sebagai pembanding.
Siswa dapat meminta saran dan masukan tentang proses dan prosedur yang akan
mereka gunakan untuk memecahkan masalah atau pertanyaan penting. peserta
didik menjadi detektif proaktif, peneliti, ilmuwan, atau penemu ketika mereka
memainkan peran dalam proses pengambilan keputusan.2
Dengan menerapkan pembelajaran yang menggunakan model Problem
Based Learning telah menciptakan pembelajaran yang komunikatif, dimana
dalam proses pembelajran siswa diberi kesempatan untuk mengkonstruk
pengetahuannya. Artinya siswa dilibatkan secara aktif dalam kegiatan belajar
serta berkontribusi dalam membangun pengetahuannya, serta bertanggung jawab
terhadap apa yang ia konstruksikan. Guru harus menciptakan suasana yang
memberikan
kesempatankesempatan
kepada
siswa
untuk
bekerjasama
menyelesaikan masalah. Dalam kelas siswa dapat bertukar pikiran secara bebas
tanpa rasa malu pada teman sekelasnya, dan terbuka bagi siswa untuk
1
63
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, maka dapat
disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan model Problem Based
Learning (PBL) terdapat pengaruh yang signifikan. Hal ini dapat dilihat dari
hasil perhitungan uji hipotesis melalui uji-t pada taraf signifikan 95%, didapat
hasil thit > ttab atau 5,8 > 1,38 data tersebut dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak
dan menerima H1 atau adanya pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar
kimia siswa melalui model Problem Based Learning (PBL) pada konsep laju
reaksi. Dari hasil tersebut membuktikan bahwa hasil belajar kimia siswa
dengan menggunakan pembelajaran model Problem Based Learning (PBL)
lebih tinggi dari siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan dan pembahasan sebelumnya, berikut ini
beberapa saran yang diharapkan dapat membantu penelitian selanjutnya:
1. Guru diharapkan mempunyai kemampuan dalam memilih modelmodel
sesuai dengan materi yang diajarkan terutama pendekatan yang melibatkan
situasi lingkungan kelas sehingga tujuan dapat tercapai.
2. Model Problem Based Learning (PBL) dapat diterapkan pada pembelajaran
kimia khususnya IPA.
3. Model Probem Based Learning (PBL) disarankan dapat dikembangkan pada
cabang ilmu lainya selain IPA, agar perkembangan model tersebut lebih
variatif.
64
65
DAFTAR PUSTAKA
66
67
Sutardi, Didin dkk, Pembelajaran dalam PBM di SD, Bandung: UPI Press
2007 cet. Ke-1.
Suyatmini, Wafroturrohman, Penggunaan Metode Problem Based Learning
Untuk meningkatkan kemampuan Belajar Mandiri Mahasiswa
Jurusan Pendidikan Akuntansi Pada Mata Kuliah Akutansi
Perpajakan, Jurnal Pendidikan FKIP Universitas Muhamadiyah
Surakarta Desember, 2008.
Syaefudin, Udin dkk, Pembelajaran Terpadu, Bandung: UPI Press 2006.
Trianto, Mendisain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, Jakarta:
Prenada Media Group, 2010, cet. Ke-2.
Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivisti,
jakarta: Prestasi Pustaka Publisher. 2007.
Ukim
dan
68
Lampiran 1
RPP
(Rencana Pelaksanaan Pembelajaran)
KIMIA SEMESTER 1 KELAS XI
Kelas Eksperimen
Nama Sekolah
Mata Pelajaran
Kelas/Semester
Alokasi Waktu
Pertemuan
Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
Indikator
: SMAN 1 Sukatani
: Kimia
: X1.1/1
: 2 x 45 menit
: ke-1
: Memahami kinetika reaksi, kesetimbangan kimia, dan faktorfaktor yang mempengaruhinya, serta penerapannya dalam
kehidupan sehari-hari.
: Mendeskripsikan pengertian laju reaksi dengan melakukan
percobaan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi laju
reaksi.
: 1. Menjelaskan pengertian dari laju reaksi
2. Mampu menghitung melalui definisi laju reaksi
3. Menjelaskan hubungan antara laju reaksi dengan ordenya
Laju reaksi dalam kimia, didefinisikan sebagai ukuran yang menyatakan berkurangnya
jumlah zat-zat pereaksi tiap satuan waktu atau bertambahnya zat-zat hasil reaksi tiap
satuan waktu. Karena jumlah zat-zat yang terlibat dalam suatu reaksi kimia biasanya dinyatakan
dalam konsentrasinya, maka laju reaksi juga didefinisikan sebagai ukuran yang menyatakan
perubahan konsentrasi zat-zat pereaksi atau zat-zat hasil reaksi tiap satuan waktu.
69
B = zat-zat hasil reaksi.
Maka laju reaksinya dapat dinyatkan dengan persamaan sebagai berikut.
v=atau v = +
keterangan:
v
= laju reaksi
[A] = perubahan konsentrasi
[B] = perubahan konsentrasi zat-zat hasil reaksi
Laju reaksi untuk reaksi yang dinyatakan dengan menggunakan persamaan kimia di atas
dapat ditentukan sebagai berikut.
v===+
=+
Laju reaksi dapat dinyatakan dalam bentuk persamaan laju reaksi berdasarkan konsentrasi
zat-zat pereaksi. Pada umumya, laju reaksi hanya bergantung pada konsentrasi awal zatzat pereaksi yang dapat ditentukan melalui percobaan. Untuk reaksi A + B C + D,
maka persamaan laju reaksinya dapat dinyatakan sebagai berikut.
v = k [A]m [B]n
Keterangan:
v = laju reaksi
K = tetapan laju reaksi
[A]
= konsentrasi perekasi A
[B]
= konsentrasi pereaksi B
m
= orde reaksi terhadap A
n
= orde reaksi terhadap B
m + n = orde reaksi total
a.
Order Reaksi
Dalam hal ini, orde reaksi didefinisikan sebagai bilangan pangkat (eksponen) yang
menyatakan penambahan laju reaksi karena penambahan konsentrasi zat-zat pereaksi. mq
=n
Keterangan:
q = orde reaksi
m = kenaikkan konsentrasi
n = kenaikan laju reaksi
3. Alat dan Bahan Ajar
White board, Makker , LKS dan Buku ajar
4. Langkah-langkah KBM
No
Aktifitas
Guru
Tahapan awal
Fase 1
Orientasi siswa terhadap masalah
5 menit
Berdoa
Mengkondisikan kelas
Memberikan beberapa pertanyaan
berkenaan laju reaksi:
1. Apakah ada yang tahu definisi
dari laju reaksi?
2. Lalu bagaimana untuk
menghitung persamaan laju
reaksi, ada yang tahu?
3. Bagaimana dengan definis orde
Siswa
Berdoa
70
reaksi?
Tahapan inti
Fase 2
Mengorganisisr siswa untuk
belajar
10 menit
Fase 3
Membimbing
penyelidikanindividual dan
kelompok
30 menit
Fase 4
Mengembangkan dan
menyajikan hasil karya
25 menit
Fase 5
Menganalisis dan
mengevaluasi proses
10 menit
Tahapan akhir
10 menit
Menyimak peneyempurnaan
jawaban dari guru.
71
Bekasi,
Guru Bidang Studi
SMAN I Sukatani
Oktri Lestari, S. Pd
1985 1004 200902 2 002
Agustus 2010
72
RPP
(Rencana Pelaksanaan Pembelajaran)
KIMIA SEMESTER 1 KELAS XI
Kelas Eksperimen
Nama Sekolah
Mata Pelajaran
Kelas/Semester
Alokasi Waktu
Pertemuan
Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
Indikator
: SMAN 1 Sukatani
: Kimia
: X1.1/1
: 2 x 45 menit
: ke-2
: Memahami kinetika reaksi, kesetimbangan kimia, dan faktorfaktor yang mempengaruhinya, serta penerapannya dalam
kehidupan sehari-hari.
: Memahami Teori Tumbukkan (Tabrakan) untuk menjelaskan
faktor-faktor penentu laju dan orde reaksi, dan terapannya
dalam kehidupan sehari-hari.
: 1. Mampu menghitung orde reaksi dan memecahkan soal
secara berkelompok.
2. Mampu menjelaskan teori tumbukan melalui faktor penentu
laju reaksi.
73
Jika orde reaksi suatu zat sama degan satu, berarti penambahan konsentrasi akan
berbanding lurus (linier) dengan kenaikan laju reaksi.
v = k [A]1 = k [A]
74
yang bereaksi. Tumbukan yang efektif tersebut dapat terjadi apabila partikel-partikel
tersebut mempunyai eneri kinetik yang cukup besar, sehingga memungkinkan terjadinya
perombakan (perubahan) pada struktur ikatan antaratom zat.
Energi kinetik minimun yang harus dimiliki partikel untuk menghasilkan tumbukan
efektif yang dapat mengahsilkan suatu reaksi kimia disebut energi aktivasi. Jika partikelpartikel suatu zat memeilik energi aktivasi (E a) yang kecil, maka zat tersebut mudah
bereaksi, sebaliknya jika partikel-partikel suatu zat memiliki energi aktivasi yang besar,
maka zat tersebut sukar bereaksi.
3. Alat dan Bahan Ajar
White board, Makker , LKS dan Buku ajar
4. Langkah-langkah KBM
No
Aktifitas
Guru
Berdoa
Mengkondisikan kelas
Menjelaskan tujuan dari
pembelajaran kita hari ini adalah;
- Kalian dapat menghitung laju
reaksi dan orde.
- Sebelumnya ibu menanyakan
kembali apa yang sudah kalian
ketahui dari laju reaksi:
a. Apa definisi laju reaksi?
b. Mengapa terjadi reaksi?
c. Apa pengertian dari orde
reaksi?
d. Lalu bagaimana dengan
perhitungan laju reaksi dan
orde reaksi?
Fase 1
Orientasi siswa terhadap masalah
5 menit
Tahapan inti
Fase 2
Mengorganisisr siswa untuk
belajar
15 menit
Siswa
Berdoa
75
Fase 3
Membimbing penyelidikan
individual dan kelompok
35 menit
Fase 4
Mengembangkan dan
menyajikan hasil karya
20 menit
Menyimak peneyempurnaan
jawaban dari guru.
Fase 5
Menganalisis dan
mengevaluasi proses
10 menit
Tahapan akhir
5 menit
Mendiskusikan dan
menyelesaikan soal yang
diberikan.
Mengumpukan informasiinformasi yang diketahui oleh
siswa.
Bekasi,
Guru Bidang Studi
SMAN I Sukatani
Oktri Lestari, S. Pd
1985 1004 200902 2 002
Agustus 2010
76
RPP
(Rencana Pelaksanaan Pembelajaran)
KIMIA SEMESTER 1 KELAS XI
Kelas Eksperimen
Nama Sekolah
Mata Pelajaran
Kelas/Semester
Alokasi Waktu
Pertemuan
Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
Indikator
: SMAN 1 Sukatani
: Kimia
: X1.1/1
: 3 x 45 menit
: ke-3
: Memahami kinetika reaksi, kesetimbangan kimia, dan faktorfaktor yang mempengaruhinya, serta penerapannya dalam
kehidupan sehari-hari.
: Memahami Teori Tumbukan untuk menjeaskan faktor-faktor
penentu laju reaksi, orde reaksi dan terapannya dalam kehidupan
sehari-hari.
: 1. Membuat uji coba/praktikum dari LKS mengenai
faktor yang mempengaruhi laju reaksi.
77
v0
v=
Keterangan:
V = laju reaksi pada suhu tertentu
v0 = laju reaksi mula-mula
T = kenaikan suhu
3) Konsentrasi
Pada reaksi-reaksi yang melibatkan larutan, konsentrasi larutan mempengaruhi laju
reaksi suatu zat dengan larutan tersebut. Dalam hal ini, meningkatan konsenrasi zat-zat
pereaksi (dalam bentuk larutan) akan meningkatkan frekuensi tumbukkan antara partikelpartikel zat pereaksi tersebut. Hal ini karena dalam larutan pekat, jarak antara dua partikel
yang berdekatan relatif rapat, sehingga muda bertumbukkan. Oleh karena itu, semakin
besar konsentrasi suatu larutan, maka semakin banyak partikel yang terdapat dalam larutan.
Jadi, apabia suatu larutan direaksikan dengan zat tertentu, maka zat tersebut akan mudah
bereaksi ada larutan yang pekat.
4) Tekanan
Anda harus tahu bahwa partikel-partikel (atom atau molekul) dalam suatu gas sangat
berjauhan (tersebar). Pada dasarnya, tekanan mempengaruhi reaksi-reaksi yang melibatkan
gas. Semakin besar tekanan semakin cepat laju reaksinya dan semakin kecil tekanan gas
semakin lambat laju reaksinya. Agar dua buah zat kimia bereaksi, maka harus terdapat
tumbukan diantara partike-partikenya. Dengan demikan meningkatkan tekanan, maka kita
menekan partikel-partikel tersebut bersama-sam sehingga kita akan meningkatkan
frekuensi tumbukan diantara partikel-partikel tersebut. Hal ini terjadi semakin besar
tekanan gas, maka volume gas semakin kecil, sehingga jarak antara partikel-partikelnya
menjadi lebih rapat dan partikel-prtikel tersebut lebih mudah bertumbukan.
5) Katalis
Katalis merupakan zat yang meningkatkan laju suatu reaksi kimia tanpa mengalami
perubahan apapun. Hanya dalam beberapa saat, katalis dapat menghasilkan perubahan
dalam laju reaksi. Hal ini karena adanya katalis dalam suatu reaksi akan menyebabkan
reaksi tersebut berlangsung dengan cara yang berbeda. Lebih jauh, kemampuan katalis
dalam mempercepat reaksi kimia disebabkan oleh kemampuan katalis dalam menurunkan
harga energi aktivasi, sehingga reaksi zat dengan menggunakan katalis dapat berlangsung
lebih cepat dibandingkan dengan reaksi zat tanpa katalis.
Disadari atau tidak, reaksi-reaksi kimia dalam tubuh manusia juga dipercepat oleh
katalis yang disebut dengan enzim. Dalam hal ini, enzim nerupakan suatu protein
kompleks yang dihasilkan oleh sel-sel hidup yang dapat meningkatkan laju suatu reaksi
biokimia tertentu dengan bertindak sebagai katalis. Oleh karena itu, enzim disebut juga
dengan biokatalisator. Sebagai contoh amilase yang terdapat pada ludah berperan dalam
mempercepat pengubahan zat tepung dan glikogen menjadi gula sederhana, misalnya
glukosa.
3. Alat dan Bahan Ajar
Peralatan Praktikum, White board, Makker , LKS dan Buku ajar
78
4. Langkah-langkah KBM
No
Aktifitas
Guru
Tahapan awal
Fase 1
Orientasi siswa terhadap masalah
5 menit
Tahapan inti
Fase 2
Mengorganisisr siswa untuk
belajar
20 menit
Fase 4
Mengembangkan dan
menyajikan hasil karya
25 menit
Berdoa
Mengkondisikan kelas
Memberikan beberapa pertanyaan
berkenaan laju reaksi:
1. Apakah kalian sudah
mengetahui faktor apa saja
yang mempengaruhi laju
reaksi?
Berdoa
Fase 3
Membimbing penyelidikan
individual dan kelompok
60 menit
Siswa
79
Fase 5
Menganalisis dan
mengevaluasi proses
20 menit
Tahapan akhir
5 menit
Menyimak peneyempurnaan
jawaban dari guru.
Bekasi,
Guru Bidang Studi
SMAN I Sukatani
Oktri Lestari, S. Pd
1985 1004 200902 2 002
September 2010
80
RPP
(Rencana Pelaksanaan Pembelajaran)
KIMIA SEMESTER 1 KELAS XI
Kelas Eksperimen
Nama Sekolah
Mata Pelajaran
Kelas/Semester
Alokasi Waktu
Pertemuan
Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
Indikator
: SMAN 1 Sukatani
: Kimia
: X1.1/1
: 2 x 45 menit
: ke-4
: Memahami teori tumbukan untuk menjelaskan faktor-faktor
penentu laju dan orde reaksi, dan terapannya dalam
kehidupan sehari-hari.
: Memahami Teori Tumbukan untuk menjeaskan faktor-faktor
penentu laju reaksi, orde reaksi dan terapannya dalam
kehidupan sehari-hari.
: 1. Menyebutkan manfaat laju reaksi dalam kehidupan seharihari.
Aktifitas
Guru
Berdoa
Mengkondisikan kelas
Memberikan beberapa pertanyaan
berkenaan laju reaksi:
1. Apakah kalian tahu laju reaksi
dalam kehidupan sehari-hari ?
2. Apakah kalian sudah tahu
manfaat laju reaksi dalam
kehidupan sehari-hari dengan
Siswa
Berdoa
81
Tahapan inti
Fase 2
Mengorganisisr siswa untuk
belajar
10 menit
Fase 3
Membimbing penyelidikan
individual dan kelompok
35 menit
Fase 4
Mengembangkan dan
menyajikan hasil karya
25 menit
Menyimak peneyempurnaan
jawaban dari guru.
Fase 5
Menganalisis dan
mengevaluasi proses
82
10 menit
Tahapan akhir
5 menit
Bekasi,
Guru Bidang Studi
SMAN I Sukatani
Oktri Lestari, S. Pd
1985 1004 200902 2 002
September 2010
83
Lampiran 2
RPP
(Rencana Pelaksanaan Pembelajaran)
KIMIA SEMESTER 1 KELAS XI
Kelas Kontrol
Nama Sekolah
Mata Pelajaran
Kelas/Semester
Alokasi Waktu
Pertemuan
Standar Kompetensi
: SMAN 1 Sukatani
: Kimia
: X1.2/1
: 2 x 45 menit
: ke-1
: Memahami kinetika reaksi, kesetimbngan kimia, dan faktorfaktor yang mempengaruhinya, serta penerapannya dalam
kehidupan sehari-hari.
: Mendeskripsikan pengertian laju reaksi dengan melakukan
percobaan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi laju
reaksi.
: 1. Menjelaskan pengertian dari laju reaksi
2. Mampu menghitung persamaan laju reaksi
3. Menjelaskan hubungan antara laju reaksi dengan ordonya
Kompetensi Dasar
Indikator
1. Metode
a.Pendekatan
b.Metode
: Konsep
: Ceramah bermakna dan Tanya Jawab
2. Materi Ajar
Bab IV Laju Reaksi
Sub Bab: - Definisi Laju Reaksi
- Orde Reaksi
Ringkasan Materi:
-
Laju reaksi dalam kimia, didefinisikan sebagai ukuran yang menyatakan berkurangnya
jumlah zat-zat pereaksi tiap satuan waktu atau bertambahnya zat-zat hasil reaksi tiap
satuan waktu. Karena jumlah zat-zat yang terlibat dalam suatu reaksi kimia biasanya dinyatakan
dalam konsentrasinya, maka laju reaksi juga didefinisikan sebagai ukuran yang menyatakan
perubahan konsentrasi zat-zat pereaksi atau zat-zat hasil reaksi tiap satuan waktu.
84
atau v = +
v=keterangan:
v
= laju reaksi
[A] = perubahan konsentrasi
[B] = perubahan konsentrasi zat-zat hasil reaksi
Laju reaksi untuk reaksi yang dinyatakan dengan menggunakan persamaan kimia di atas
dapat ditentukan sebagai berikut.
v===+
=+
Laju reaksi dapat dinyatakan dalam bentuk persamaan laju reaksi berdasarkan konsentrasi
zat-zat pereaksi. Pada umumya, laju reaksi hanya bergantung pada konsentrasi awal zatzat pereaksi yang dapat ditentukan melalui percobaan. Untuk reaksi A + B C + D,
maka persamaan laju reaksinya dapat dinyatakan sebagai berikut.
v = k [A]m [B]n
Keterangan:
v = laju reaksi
K = tetapan laju reaksi
[A]
= konsentrasi perekasi A
[B]
= konsentrasi pereaksi B
m
= orde reaksi terhadap A
n
= orde reaksi terhadap B
m + n = orde reaksi total
b.
Order Reaksi
Dalam hal ini, orde reaksi didefinisikan sebagai bilangan pangkat (eksponen) yang
menyatakan penambahan laju reaksi karena penambahan konsentrasi zat-zat pereaksi. mq
=n
Keterangan:
q = orde reaksi
m = kenaikkan konsentrasi
n = kenaikan laju reaksi
3. Alat dan Bahan Ajar
White board, Makker dan Buku ajar
4. Langkah-langkah KBM
No
Aktifitas
Guru
Berdoa
Mengkondisikan kelas
Memberikan beberapa pertanyaan
berkenaan laju reaksi:
2. Ketik berbicara laju reaksi,
apakah ada yang mau
mendefinisikan pengertiannya?
3. Ada yang tahu contoh dari laju
reaksi?
Menjelaskan tujuan dari
pembelajaran kita hari ini adalah;
- Dapat mendefinisikan laju
reaksi.
Siswa
Berdoa
85
- Menghitung persamaan Laju
reaksi.
Tahapan inti
- Menjelaskan
20 menit
- Memberikan tugas
30 menit
= 0,005 M/s
86
C. pada awalnya [A]= 0,6 M
setelah 10 detik menjadi [A]=
0,2 M!
5. Bila pada suhu tertentu laju
penguraian N2O5 menjadi NO2
dan O2 adalah 2,5 10-6 mol/L
det, maka hitunglah laju
pembentukan O2!
- Mengevaluasi
20 menit
Tahapan akhir
10 menit
satuan waktu.
2. Eksponen atau pangkat pada
pereaksi.
3. Semakin tinggi eksponen
pada pereksi maka akan
memeprcepat laju reaksi
karena berteambahnya
konsentrasi zat-zat
pereaksinya.
4. 0,04M/s
5. 1,25 10-6 mol/L det
Berdoa.
Berdoa.
Bekasi,
Guru Bidang Studi
SMAN I Sukatani
Oktri Lestari, S. Pd
1985 1004 200902 2 002
Agustus 2010
87
RPP
(Rencana Pelaksanaan Pembelajaran)
KIMIA SEMESTER 1 KELAS XI
Kelas Kontrol
Nama Sekolah
Mata Pelajaran
Kelas/Semester
Alokasi Waktu
Pertemuan
Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
Indikator
: SMAN 1 Sukatani
: Kimia
: X1.2/1
: 2 x 45 menit
: ke-2
: Memahami kinetika reaksi, kesetimbngan kimia, dan faktorfaktor yang mempengaruhinya, serta penerapannya dalam
kehidupan sehari-hari.
: Memahami Teori Tumbukkan (Tabrakan) untuk menjelaskan
faktor-faktor penentu laju dan orde reaksi, dan terapannya
dalam kehidupan sehari-hari.
: 1. Mampu menghitung orde reaksi dan memecahkan soal
yang diberikan.
2. Mampu menjelaskan Teori Tumbukkan untuk menjelaskan
faktor penentu laju reaksi.
88
Jika orde reaksi suatu zat sama degan satu, berarti penambahan konsentrasi akan
berbanding lurus (linier) dengan kenaikan laju reaksi.
v = k [A]1 = k [A]
89
yang bereaksi. Tumbukan yang efektif tersebut dapat terjadi apabila partikel-partikel
tersebut mempunyai eneri kinetik yang cukup besar, sehingga memungkinkan terjadinya
perombakan (perubahan) pada struktur ikatan antaratom zat.
Energi kinetik minimun yang harus dimiliki partikel untuk menghasilkan tumbukan
efektif yang dapat mengahsilkan suatu reaksi kimia disebut energi aktivasi. Jika partikelpartike suatu zat memeilik energi aktivasi (E a) yang kecil, maka zat tersebut mudah
bereaksi, sebaliknya jika partikel-partikel suatu zat memiliki energi aktivasi yang besar,
maka zat tersebut sukar bereaksi.
3. Alat dan Bahan Ajar
White board, Makker , dan Buku ajar
4. Langkah-langkah KBM
No
Aktifitas
Guru
Berdoa
Mengkondisikan kelas
Menjelaskan tujuan dari
pembelajaran kita hari ini adalah;
- Kalian dapat menghitung laju
reaksi dan orde rekasinya.
- Sebelumnya ibu akan meriview
kembali. Dengan memberikan
pertanyaan.
e. Apa definisi laju reaksi?
f. Mengapa terjadi reaksi?
g. Apa pengertian dari orde
reaksi?
h. Lalu bagaimana dengan
rumusnya?
5 menit
Siswa
Berdoa
Vy = Orde reaksi:
v = k [A]m [B]n
Tahapan inti
-
Menjelaskan
25 menit
Vy = Contoh:
X + Y Z. jika konsentrasi awal
90
Y = 0,5 M dan setelah bereaksi
dengan X selama satu menit
konsentrasnya menjadi 0,2 M,
maka tentukan laju reaksi tersebut
terhadap Y.
Penyeesaian:
Vy = = - (0,2 0,5) = 0,005 M/s
60 s
Orde adalah eksponen (pangkat)
yang menyatakan penambahan laju
reaksi karena penambahan
konsentrasi zat-zat pereaksi. Orde
pada laju reaksi terdiri dari 3, yaitu
orde 0, orde 1, dan orde 2.
Dengan rumus yang sudah
diketahui adalah:
v = k [A]m [B]n
contoh:
Dalam suatu percobaan untuk
mengamati reksi A(g) + B(g) C(g)
diperoleh data sebagai berikut:
V
No [A] M
[B] M
(M/s)
1
0,1
0,1
2
2
0,1
0,2
8
3
0,2
0,2
16
- Orde reaksi terhdap A
Penyelesaiannya:
Orde reaksi A ditentukan
berdasarkan konsentrasi B.
v = k [A]m [B]n
v2 = k2 [A2]m [B2]n
v3 = k2[A3]m [B3]n
8 = k2 [0,1]m [0,2]n
16 = k2 [0,2]m [0,2]n
8 = [0,1]
16 = [0,2]
1=1
4 2
n=2
jadi orde pada A adalah 2
v = k2 [A]2 [B]x
Memberi soal
30 menit
91
1. Buatlah grafik dari orde 0, 1,
dan 2!
2. Mengapa orde 0 selalu tetap
baik laju reaksinya maupun
konsentrasinya?
3. Suatu prcobaan dilakukan untuk
mengamati reaksi:
2NO + 2H2 N2 + 2H2O
Dari data tersebut didapat
sebagai berikut:
No [NO] M [H2] M V
1
0,1
0,1
2
2
0,1
0,2
32
3
0,4
0,1
64
Tentukan:
a. Total orde reaksi
b. Tetapan laju reaksi (K)
4. Apakah pada energi aktivasi
partikel jika diperbesarkan
akan mempengaruhi laju
reaksi? Jelaskan!
5. Apa yang dimaksud dengan
teori tumbukan?
1.
Orde 0
Mengevaluasi
25 menit
Tahapan akhir
5 menit
Oktri Lestari, S. Pd
1985 1004 200902 2 002
Orde 2
2. Secara matematis pangkat
nol selalu sama dengan satu,
sehingga laju reaksi suatu
zat ordenya nol selalu tetap
pada konsentrasi berapapun
dan nilainya sama dengan
satu.
3. a. 9/2 b. 6,32 104 M-7/2 s-1
4. ya, karena semakin besar
energi aktivasi maka akan
membuatu sebuah reaksi
semakin lamban.
5. Merupakan teori tabrakan,
karena dua zat yang berbeda
akan saling bertumbukan
karena efektifitasny zat.
Siswa menuliskan jawaban.
Siswa lain mengkoreksi jawaban
yang dituis oleh temannya di
depan.
Jawaban yang di harapkan
faham dan menyimak
penambahan dari guru.
Bekasi,
Guru Bidang Studi
SMAN I Sukatani
Orde 1
Agustus 2010
92
RPP
(Rencana Pelaksanaan Pembelajaran)
KIMIA SEMESTER 1 KELAS XI
Kelas Kontrol
Nama Sekolah
Mata Pelajaran
Kelas/Semester
Alokasi Waktu
Pertemuan
Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
Indikator
: SMAN 1 Sukatani
: Kimia
: X1.2/1
: 3 x 45 menit
: ke-3
: Memahami kinetika reaksi, kesetimbngan kimia, dan faktorfaktor yang mempengaruhinya, serta penerapannya dalam
kehidupan sehari-hari.
: Memahami Teori Tumbukan untuk menjeaskan faktor-faktor
penentu laju reaksi, orde reaksi dan terapannya dalam kehidupan
sehari-hari.
: 1. Menjelaskan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi
laju reaksi.
2. Mempraktikumkan faktor-faktor yang mempengaruhi laju
rekasi.
93
partikel tersebut meningkat oleh karena itu, dengan meningkatnya suhu, maka semkain
banyak patikel yang mempunyai energi kinetik lebih besar dari energi aktivasi.
v=
v0
Keterangan:
V = laju reaksi pada suhu tertentu
v0 = laju reaksi mula-mula
T = kenaikan suhu
8) Konsentrasi
Pada reaksi-reaksi yang melibatkan larutan, konsentrasi larutan mempengaruhi laju
reaksi suatu zat dengan larutan tersebut. Dalam hal ini, meningkatan konsenrasi zat-zat
pereaksi (dalam bentuk larutan) akan meningkatkan frekuensi tumbukkan antara partikelpartikel zat pereaksi tersebut. Hal ini karena dalam larutan pekat, jarak antara dua partikel
yang berdekatan relatif rapat, sehingga muda bertumbukkan. Oleh karena itu, semakin
besar konsentrasi suatu larutan, maka semakin banyak partikel yang terdapat dalam larutan.
Jadi, apabia suatu larutan direaksikan dengan zat tertentu, maka zat tersebut akan mudah
bereaksi ada larutan yang pekat.
9) Tekanan
Anda harus tahu bahwa partikel-partikel (atom atau molekul) dalam suatu gas sangat
berjauhan (tersebar). Pada dasarnya, tekanan mempengaruhi reaksi-reaksi yang melibatkan
gas. Semakin besar tekanan semakin cepat laju reaksinya dan semakin kecil tekanan gas
semakin lambat laju reaksinya. Agar dua buah zat kimia bereaksi, maka harus terdapat
tumbukan diantara partikel-partikelnya. Dengan demikan meningkatkan tekanan, maka kita
menekan partike-partikel tersebut bersama-sam sehingga kita akan meningkatkan frekuensi
tumbukan diantara partikel-partikel tersebut. Hal ini terjadi semakin besar tekanan gas,
maka volume gas semakin kecil, sehingga jarak antara partikel-partikelnya menjadi lebih
rapat dan partikel-prtikel tersebut lebih mudah bertumbukan.
10)
Katalis
Katalis merupakan zat yang meningkatkan laju suatu reaksi kimia tanpa mengalami
perubahan apapun. Hanya dalam beberapa saat, katalis dapat menghasilkan perubahan
dalam laju reaksi. Hal ini karena adanya katalis dalam suatu reaksi akan menyebabkan
reaksi tersebut berlangsung dengan cara yang berbeda. Lebih jauh, kemampuan katalis
dalam mempercepat reaksi kimia disebabkan oleh kemampuan katalis dalam menurunkan
harga energi aktivasi, sehingga reaksi zat dengan menggunakan katalis dapat berlangsung
lebih cepat dibandingkan dengan reaksi zat tanpa katalis.
Disadari atau tidak, reaksi-reaksi kimia dalam tubuh manusia juga dipercepat oleh
katalis yang disebut dengan enzim. Dalam hal ini, enzim nerupakan suatu protein
kompleks yang dihasilkan oleh sel-sel hidup yang dapat meningkatkan laju suatu reaksi
biokimia tertentu dengan bertindak sebagai katalis. Oleh karena itu, enzim disebut juga
dengan biokatalisator. Sebagai contoh amilase yang terdapat pada ludah berperan dalam
mempercepat pengubahan zat tepung dan glikogen menjadi gula sederhana, misalnya
glukosa.
3. Alat dan Bahan Ajar
Peralatan Praktikum, White board, Makker , Artikel dan Buku ajar
94
4. Langkah-langkah KBM
No
Aktifitas
Guru
15 menit
Berdoa
Mengkondisikan kelas
Memberikan beberapa pertanyaan
berkenaan laju reaksi:
1. Dari materi sebelumnya apakah
kalian sudah mengetahui faktor
apa saja yang mempengaruhi
laju reaksi?
Tahapan inti
- Mengelompokkan
25 menit
Mendiskusikan
45 menit
Membuat laporan
perkelompok.
35 menit
Berdoa
Tahapan akhir
Siswa
15 menit
95
Bekasi,
Guru Bidang Studi
SMAN I Sukatani
Oktri Lestari, S. Pd
1985 1004 200902 2 002
September 2010
96
RPP
(Rencana Pelaksanaan Pembelajaran)
KIMIA SEMESTER 1 KELAS XI
Kelas Kontrol
Nama Sekolah
Mata Pelajaran
Kelas/Semester
Alokasi Waktu
Pertemuan
Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
Indikator
: SMAN 1 Sukatani
: Kimia
: X1.2/1
: 2 x 45 menit
: ke-4
: Memahami teori tumbukan untuk menjelaskan faktor-faktor
penentu laju dan orrde reaksi, dan terapannya dalam kehidupan
sehari-hari.
: Menjelaskan penerapan prinsip keseimbangan dalam
kehidupan sehari-hari.
: 1. Menyebutkan laju reaksi dalam kehidupan sehari-hari dan
manfaatnya.
Aktifitas
Guru
Berdoa
Mengkondisikan kelas
Memberikan beberapa pertanyaan
berkenaan laju reaksi:
3. Apakah kalian tahu laju reaksi
dalam kehidupan sehari-hari ?
4. Apakah alian sudah tahu
manfaat laju reaksi dalam
kehidupan sehari-hari dengan
manfaat yang lebih bsar atau
dalam industri?
Siswa
Berdoa
4. Belum bu.
97
Menyimak peneyempurnaan
jawaban dari guru.
Tahapan inti
- Mengelompokkan
10 menit
Tahapan akhir
10 menit
98
Bekasi,
Guru Bidang Studi
SMAN I Sukatani
Oktri Lestari, S. Pd
1985 1004 200902 2 002
September 2010
99
Lampiran 3
: ______
: 1. ________
4. ________
2. _______
5. _______
3. _________
6. Dst .
Kinetika Kimia
Kinetika kimia adalah bagian dari ilmu kimia yang mempelajari
laju dan mekanisme reaksi kimia. Gula pasir akan mudah larut
dibandingkan dengan gula batu. Besi lebih cepat berkarat ketika
terkena air hujan dibandingkan dengan air sumur. Agar-agar
yang sudah dimasak akan cepat membeku dalam keadaan
dingin dibanding pada keadaan suhu kamar. Ini merupakan tiga contoh yang lazim dari
perubahan kimia yang kompleks dengan laju yang beraneka menurut kondisi reaksi. Kinetika
kimia mengkaji mengenai laju reaksi, tentang bagaimana cara molekul bergabung membentuk
produk.
Lihatlah grafik jumlah moleku terhadap waktu dibawah ini dari reaksi A + B C + D:
A) Reaktan
B) Prodak
Jumlah molekul
A+B
Jumlah molekul
C+D
Waktu
Waktu
100
B) Reaktan prodak
C+D
Hasil reaksi
Jumlah molekul
A+BC+
D
A+B
Pereaksi
Waktu/s
Orde Reaksi
Pangkat perubahan konsentrasi terhadap perubahan laju disebut orde reaksi. Lihatlah Grafik
hubungan perubahan konsentrasi terhadap laju reaksi
Laju reaksi
Reaksi Orde 0
V
1
1
Konsentrasi
Laju reaksi
Reaksi Orde 1
V
3
2
1
Konsentrasi
1
101
Laju reaksi
Reaksi Orde 2
4
V
3
2
1
Konsentrasi
1
.
3. Definisikan grafik C pada jumlah molekul terhadap waktu!
.
5. Jeaskan pengertian dari V = - M / s!
6. Hitunglah laju dari reaksi D + R Z + Y dalam waktu 100 detik. Konsentrasi zat R
berkurang 2,5 M menjadi 1,75 M hitunglah laju dari konsentrasi Y!
102
7. Jelaskanlah hubungan orde reaksi terhadap laju reaksi dari grafik orde reaksi!
103
: ______
: 1. ________
4. ________
2. _______
5. _______
3. _________
6. Dst .
Untuk reaksi
A+B
C
Rumusan laju reaksi adalah :
V = k [A]m [B]n
Dimana :
k = tetapan laju reaksi
m = orde reaksi untuk A
n = orde reaksi untuk B
V M/s
4
16
8
108
104
Jawab
V = k [NO]m [Cl2]n
Orde NO = m
Percobaan 1 dan 3
Orde Cl2 = n
Percobaan 1 dan 2
[ NO ] m V
[ NO ] 3
[ NO ] 1
[ Cl 2 ] n V
n
[ Cl 2 ] 2
V
2
V1
[ Cl 2 ] 1
V
3
V1
8
0 ,2
4
0 ,1
m
2 2
m 1
16
0 ,2
4
0 ,1
n
2 4
n 2
V
[ NO ].[ Cl 2 ] 2
4
0,1.0,12
k 4.10 3 M
s 1
Teori Tumbukan
Teori tumbukkan terhadap laju reaksi dan faktor-faktor yang mempengaruhinya:
KONSENTRASI
Gambar konsentrasi A terhadap jumlah molekul
1M
3M
5M
105
SUHU
1)
Suhu
2)
Ea
Ek
Dipanaska 400C
n
Ea
H
Waktu
Grafik 1. Pengaruh suhu terhadap satuan waktu
Dipanaska 400C
n
Ea
Ek
0
Didinginka -2 C
n
0
Didinginka -2 C
n
KATALIS
100 atm
150 atm
106
Jawablah pertanyaan dibawah ini!
1. Hitunglah data pecobaan dibawah ini!
Reaksi 2A + 2B C + 2D
No
[A] M
[B] M
2p
4s
2q
8s
Hitunglah :
a. Jumlah orde reaksi!
b. Tulisalah rumus reaksinya!
c. Tetapan laju reaksi!
2. Dari data percobaan 2 NO(g) + 2Br2(g) 2NOBr(g) + Br2. Hitunglah berapa kecepatan
percobaan no. 4!
No
[NO] M
[Br2] M
V
1
4 10-3
1,5 10-3
32 10-7
4 10-3
3 10-3
64 10-7
4 10-3
610-3
128 10-7
2 10-3
4 10-3
2 10-3
6 10-3
32 10-7
3. Jelaskanlah grafik 1 yang mempengaruhi laju reaksi yaitu suhu melalui teori tumbukan!
107
4. Jelaskanlh grafik katalis (energi aktifasi terhadap waktu) melalui teori tumbukan!
5. Mana yang akan lebih cepat terbentuknya reaksi dengan tekanan 50 atm atau 100 atm?
Jelaskan melalui teori tumbukan bagaimana energi kinetiknya?
6. Bagaimana jika terbentuknya reaksi menurut teori tumbukan dan bagaimana jika energi
aktifasi pada reaksi besar?
108
: ______
Nama
: 1. ________
2. _______
3. _________
4. ________
5. _______
6. Dst .
109
2. Praktikumkanlah hasil diskusi kalian dengan membuat langakah-langkah percobaan, alat
dan bahan!
.
3. Diskusikanlah mengapa luas permukaan sentuhan mampu mempercepat laju reaksi!
.
4. Isilah tabel hasil praktikum dibawah ini!
No
Bahan
Waktu
HCl
Pita Mg
2M
Utuh
2M
Dipotong 3 bagian
Kesimpulan
110
: ______
Nama
: 1. ________
2. _______
3. _________
4. ________
5. _______
6. Dst .
..
111
2.
Praktikumkanlah hasil diskusi kalian dengan membuat langakah-langkah percobaan, alat dan
bahan!
..
3.
..
4.
Konsentrasi
112
Membuat uji coba/praktikum dari sebuah LKS mengenai faktor yang mempengaruhi laju
reaksi.
Kelompok
: ______
Nama
: 1. ________
2. _______
3. _________
4. ________
5. _______
6. Dst .
113
Dik:
V
A
t
X
= kecepatan
= kenaikan
= perubahan waktu
= setiapa kenaikan suhu 100C
Jika reaksi berlangsung dalam waktu awal t1 dan berakhir pada suhu akhir t2, maka:
.
2. Praktikumkanlah hasil diskusi kalian dalam membuat percobaan dengan alat, bahan dan
langkah-langkahnya!
.
3. Jelaskanlah hasil praktikum kalian, mengapa suhu mampu mempercepat laju reaksi!
.
4. Buatlah grafik parktikum kalian. Grafik suhu terhadap waktu!
.
5. Hitunglah jika:
a. Suatu reaksi berangsung pada suhu 300C, tiap kenaikan suhu 100C kecepatan reaksi
meningkat 2 kali tentukan kecepatan reaksi hingga suhu mencapai 120 0C!
114
b. Tentukan waktu yang diperlukan untuk beraksi suatu zat pada suhu 850C. pada saat
suhu 350C suatu zat membutuhkan waktu 32 detik. Dan diketahui setiap kenaikan
100C laju reaksi menjadi 2 kali lebih cepat
115
Tujuan pembelajaran :
1. Membuat uji coba/praktikum dari sebuah LKS mengenai faktor yang mempengaruhi laju reaksi.
Kelompok
: ______
Nama
: 1. ________
2. _______
3. _________
4. ________
5. _______
6. Dst .
Katalisator homogen
Katalisator homogen adalah katalisator yang mempunyai fasa sama dengan zat yang
dikatalisis. Contohnya adalah besi (III) klorida pada reaksi penguraian hidrogen peroksida
menjadi air dan gas oksigen menurut persamaan : 2 H2O2 (l)FeCl2 H2O (l) + O2 (g).
b.
Katalisator heterogen
Katalisator heterogen adalah katalisator yang mempunyai fasa tidak sama dengan zat
yang dikatalisis. Umumnya katalisator heterogen berupa zat padat. Banyak proses industri yang
116
menggunakan katalisator heterogen, sehingga proses dapat berlangsung lebih cepat dan biaya
produksi dapat dikurangi.
Banyak logam yang dapat mengikat cukup banyak molekul-molekul gas pada
permukannya, misalnya Ni, Pt, Pd dan V. Gaya tarik menarik antara atom logam dengan molekul
gas dapat memperlemah ikatan kovalen pada molekul gas, dan bahkan dapat memutuskan ikatan
itu. Akibatnya molekul gas yang terabsorpsi pada permukaan logam ini menjadi lebih reaktif
daripada molekul gas yang tidak terabsorbsi. Prinsip ini adalah kerja dari katalis heterogen, yang
banyak dimanfaatkan untuk mengkatalisis reaksi-reaksi gas.
Di beberapa negara maju, kendaraan bermotor telah dilengkapi dengan katalis dari
oksida logam atau paduan logam pada knalpotnya sehingga dapat mempercepat reaksi antara gas
CO dengan udara. Dalam industri banyak dipergunakan nikel atau platina sebagai katalis pada
reaksi hidrogenasi terhadap asam lemak tak jenuh. Katalis platina, digunakan pada proses
Oswald dalam industri asam nitrat, pengubah katalitik pada knalpot kendaraan bermotor ?
Katalisator enzim
Katalis sangat diperlukan dalam reaksi zat organik, termasuk dalam organisme. Reaksireaksi metabolisme dapat berlangsung pada suhu tubuh yang realtif rendah berkat adanya suatu
biokatalis yang disebut enzim. Dalam tubuh kita terdapat ribuan jenis enzim karena setiap enzim
hanya dapat mengkatalisis satu reaksi spesifik dalam molekul (substrat) tertentu, Dalam proses
katalisis enzim yang digunakan harus sesuai dengan substratnya. Salah satu contoh adalah enzim
protease yang dapat digunakan sebagai katalis dalam proses penguraian protein, namun tidak
dapat mengkatalisis penguraian skharosa.
Seorang analis ingin mengetahui seberapa cepat enzim pada hati ayam, jantung dan hati
sapi mampu mempercepat suatu reaksi dengan masa hati ayam yang sudah dihancurkan masingmasing 10g, pada:
1. Suhu 350C (3 menit) lalu penambahan peroksida (H2O2) 5 mL dengan konsentrasi 0,2 M.
Jawablah pertanyaan dibawah ini!
1. Diskusikanlah untuk membuat percobaan dari praktikum dengan artikel diatas. Tentukan
alat dan bahannya! Bahan tidak harus sesuai dengan artikel diatas, carilah bahan yang ada
pad kehidupan sehari-hari.
..
117
2. Praktikumkanlah hasil diskusi kalian dalam membuat percobaan dengan alat, bahan dan
langkah-langkahnya!
.
3. Jelaskanlah hasil praktikum kalian, bagaimana pengaruh katalis terhadap laju reaksi!
.
4. Amatilah kenaikan suhu dengan banyaknya gelembung! Buatlah tabel dari pengamatan
kalian!
..
118
119
Lampiran 4
3
4
Indikator
Menjelaskan
pengertian laju
Taksonomi
C4
Instrumen
Dari data percobaan
X Y didapat:
No
1
2
3
4
5
reaksi
Time/waktu
0
50
100
150
200
Konsentrasi X(M)
0,01200
0,01010
0,00846
0,00710
0,00596
Dengan grafik
V
s
jelaskanlah grafik laju terhadap waktu
dan buktikanlah dengan data
percobaan!
C2
Jawaban
Skor
120
-Laju secara fisika perubahan jarak yang
mampu dilihat proses perubahannya,
perubahan jarak dengan satuan
waktu.
-Laju secara kimia perubahan reaksi
yang tidak dapat dilhat proses
pembentukkannya
- Laju secara fisika hanya berdasarkan
pada sifat fisik seperti konduktifitas
listrik, tekanan, perubahan jarak yang
mampu mempengaruhi perubahan
laju.
- Laju secara kimia diliht dari jumlah
bertambah
Karena arah laju kekanan pada hasil
reaksi
Menghitung laju
reaksi dari faktorfaktor yang
mempengaruhi-
C3
nya.
Dik.
PQ
S = 330 detik M1= 1,00 M2 = 0,75
Dit laju reaksi Q?
Vq = M
S
Vq = M
S
C3
= 1,00 - 0,75
330
Vq = M = 1,00 - 0,75
S
330
= 0,25 = 0,00075 = 75 10-5 M/s
330
-
Dik
121
kenaikanya tiap 100C?
Vw = 256 T1 = 200C
C3Tx = 100C
Dit A (kenaiakanya)?
T2 = 1000C
V = AT/Tx
T/Tx
256= A
= A100-20/10
256= AT/Tx
= A100-20/10 = A80/10
A =
= 2 kali
-
C4
Lihatlah grafik dibawah ini!
4
= A8
0
C1
C2
4 s
122
C4
4
3
2
1
1
Mampu
menjelaskan teori
C2
tumbukan untuk
menjelaskan faktor
penentu laju reaksi
Orde reaksi 1
3
4
Konsentrasi
Jelaskanlah bagaimana mekanisme
terjadinya reaksi kimia berdasarkan
teori tumbukan!
C6
Enzim
Katalis
123
(katalis yang relatif murah) memiliki
dampak tertentu, seperti: proses 1
fase dengan reaktan sehingga dalam
hasil reaksi/prodact mengandung
katalis.
Mampu
menghitung
persamaan laju
reaksi dan orde
reaksi
C3
Didapat dari data percobaan sebagai
berikut:
No M [NO] M [Br2] V (M/s)
1
0,1
0,05
6
2
0,1
0,10
12
3
0,1
0,20
24
4
0,2
0,05
24
5
0,3
0,05
54
Hitunglah :
a. Tulislah persamaan laju reaksi
tersebut
b. Total orde reaksi
c. Tetapan laju reaksi
Dit:
a. Tulisalah persamaan laju reaksi
b. Total orde reaksi
c. Tetapan laju reaksi
2.
=
Orde nn = 2n =2 maka n = 1
Untuk mencari Orde NO
V1/V4
V1 = k [NO] [Br2]
V4 = k [NO] [Br2]
6 = k [0,1] [0,05]
24 = k [0,2] [0,05]
=
Orde nn = 2n = 4 maka n = 2
Total orde [NO] + [Br2] = 2+1 = 3
V = k [NO]2 [Br2]
V1
6
6
6
K
C3
M [A]
0,4
0,8
M [B]
0,1
0,1
V (M/s)
76
152
= k [NO] [Br2]
3
4
= k [0,1] [0,05]
= k [0,01] [0,05]
= k 5 10-4
= 6 / 5 10-4 = 12000
a.
124
3
4
5
1,2
0,4
0,4
0,1
0,2
0,4
?
152
152
b.
76 = k [0,4] [0,1]
152 = k [0,8] [0,1]
=
Orde nn = 2n =2 maka n = 1
Untuk mencari Orde B
V4/V5
V4 = k [A] [B]
V5 = k [A] [B]
152 = k [0,4] [0,2]
152 = k [0,4] [0,4]
1 =
Orde nn = 2n = 1 maka n = 0
Total orde [A] + [B] = 1+0 = 1
C3
Menyebutkan
manfaat laju reaksi
dalam kehidupan
sehari-hri
C2
Mencari k.
Menstubtitusikan. V = k [A]1 [B]0
Pada V1= k [0,4]1 [0,1]0
76 = k [0,4] [1]
76 = k 0,4
K = 76/0,4 = 190
V3 = k [1,2]1 [0,1]0
V3 = 190 [1,2]
V3 = 228 M/s
0
n
V = k [A] [B]
n + m dijumlahkan
Laju reaksi
V = k [A]n [B]m
Untuk menghitung jumlah orde, maka n
+ m.
n + m (disubtitusikan) = 2x + y
0
Pemercepat dalam makhluk hidup
125
Enzym, amylase, glikogen
C2
C1
1
2
Dalam pencrnaan
Penguraian protein
Proses metabolisme
Penguraian protein
126
Lampiran 6
No butir soal
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
Rata rata
T
0,53
2,69
1,28
2,17
0,24
2,01
2,46
2,48
2,52
2,32
0,76
0,99
1,53
0,78
3,94
3,01
3,17
2,00
Dp %
4,55
22,73
11,36
25,00
2,27
20,45
20,45
25,00
25,00
20,45
6,82
6,82
18,18
6,82
31,82
29,55
29,55
18,18
T. kesukaran
Sangat sukar
sedang
sukar
Sedang
Sangat mudah
Sangat mudah
sedang
sedang
sukar
Sangat sukar
sukar
Sangat sukar
sukar
sukar
Sukar
Sukar
Sukar
Sangat sukar
= 16.78
Korelasi
0,028
0,474
0,324
0,464
0,058
0,427
0,395
0,453
0,366
0,477
0,122
0,470
0,134
0,072
0,398
0,449
0,438
0,423
Sig.korelasi
Signifikan
signifikan
signifikan
signifikan
Signifikan
Signifikan
Signifikan
Signifikan
-
Keterangan
Pakai
Pakai
Pakai
Pakai
Validasi isi
Pakai
-
Reliabilitas Tes
= 0.54
Butir Soal
= 18
KorelasiXY
Jumlah Subyek
= 40
= 0.37
P=0,05
0,576
0,482
0,423
0,381
0,349
0,304
0,273
P=0,01
0,708
0,606
0,549
0,496
0,449
0,393
0,354
df (N-2)
60
70
80
90
100
125
>150
P=0,05
0,250
0,233
0,217
0,205
0,195
0,174
0,159
P=0,01
0,325
0,302
0,283
0,267
0,254
0,228
0,208
127
Lampiran 7
Nama
Kelas
Hari/tgl
: ___________________________
: ___________________________
: ___________________________
2.
3.
4.
5.
0,4
0,1
76
0,8
0,1
152
1,2
0,1
0,4
0,2
152
0,4
0,4
152
128
Nama
Kelas
Hari/tgl
: ___________________________
: ___________________________
: ___________________________
2.
3.
4.
5.
0,4
0,1
76
0,8
0,1
152
1,2
0,1
0,4
0,2
152
0,4
0,4
152
129
Lampiran 8
Nama
Aditia Nurwenda
Ahmad Aziz Fauzi
Ahmad Firdaus
Aidah Hayatul Janah
Ayu Wahyuni
Bunga Sucianti
Citra Wulan
Dedeh Sartikah
Elisca S. Frameswary
Erika Anjasari
Evi Mawarni
Fafal Maulana
Hendra Pratama
Isnawaty Nur Oktaviani
Mamad Muhamad
Muhamah Husen
Nadika Ajeng Septiani
Neng Eli
Noman Silegar
Nuralvilael
Omiyati
Ratnasari Dewi
Riyaddu Soliha
Romdon Sumantri
Rosmawati Sri Rahayau
Saidah
Santirah
Sinta Kusuma Dewi
Sri Wulandari
Sudarma
Syamsudin
Wulandari
No
33
12
15
23
25
33
17
18
22
32
18
28
38
17
23
27
20
23
28
15
15
18
18
18
15
25
27
25
27
25
22
13
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
Nama
Ahmad Ropii
Anggi Andriani
Anih Murdiayanti
Anis Nurwendari
Atikah
Avian Trenggono
Elin Ernawati
Eti Nurhayati
Evi Latifah
Falah Adityani Putri
Fatmawati
Jamilah
Kholifah Alfi
Linah Mardiyanah
Mohamad Aulia Fikri M
Nia Sari Dewi
Nia Yunita
Nita Pramita
Novitasari
Nurwahidin
Riska Ayu Amalia
Rita Rustiani
Siti Marpuah
Siti Maryam
Sri Arfadilah
Sri Budiyarti
Umi Ani
Umi Karmilah
Verawati Dewi
Wira Pratama
Wulan Dewi Permatasari
Zakaria
Nilai
pretest
10
12
20
7
17
13
20
13
33
25
30
7
13
22
23
23
10
22
3
12
18
47
7
10
10
25
17
42
23
23
50
10
130
12
15
15
15
15
17
17
18
18
18
18
18
18
20
22
22
23
23
23
25
25
25
25
27
27
27
28
28
32
33
33
38
1.
= 1 + (3, 3 X 1, 5)
= 1 + 4, 95 = 5, 95 6
4. Panjang kelas (interval) = R/K
I = 26 /6 = 4,3 4
5. Tabel distribusi
No
Interval
Xi
xi2
fxi
fxi2
12 15
13,5
182,25
67,5
911,25
16 19
17,5
306,25
140
2450
20 23
21,5
462,25
129
2773,5
24 27
25,5
650,25
178,5
4551,75
28 31
29,5
870,25
59
1740,5
32 35
33,5
1122,25
100,5
3366,75
36 39
37,5
1406,25
37,5
1406,25
32
178,5
4999,75
712
17200
Jumlah ()
6. Mean/rata-rata (X) =
7. Median = L2 + C
= 15, 5 + 4
8. Modus = L2 + C
= 22, 25
= 15,5 + 4
131
= 15, 5 + 4
Sd =
= 6, 6
10
10
10
10
10
12
12
13
13
13
17
17
18
20
20
22
22
23
23
23
23
25
25
30
33
42
47
50
Interval
Xi
xi2
fxi
fxi2
3 10
6,5
42,5
58,5
380,25
11 18
14,5
210,5
116
1682
19 26
10
22, 5
506,5
225
5062,5
27 34
30, 5
930,5
61
1860,5
35 42
33, 5
1482,5
38,5
1482, 25
43 50
46, 6
2162,5
93
4324,5
32
159
5333,5
592
14792
Jumlah ()
132
6. Mean/rata-rata (X) =
= 18,5 + 8
7. Median = L2 + C
= 18, 5 + 8
= 18, 5
8. Modus = L2 + C
= 18, 5 + 8
Sd =
=
=
=
= 10, 96 11
133
Lampiran 9
Sz =
8. Kolom Fz Sz, selalu memiliki harga mutlak.
134
Lampiran 10
No
Xi
1
12
2
15
3
17
4
18
5
20
6
22
7
23
8
25
9
27
10
28
11
32
12
33
13
38
Jumlah ()
Ltab
f
1
4
2
6
1
2
3
4
3
2
1
2
1
32
Zn
1
5
7
13
14
16
19
23
26
28
29
31
32
-
Zi
-1, 55
-1,09
-0,79
-0,64
-0,34
-0,04
0,11
0,41
0,72
0,87
1,47
1,62
2,38
-
Zt
0,4394
0,3621
0,2852
0,2389
0,1331
0,0160
0,0438
0,1591
0,2642
0,3078
0,4292
0,4474
0,4913
-
Fz
0,0606
0,1379
0,2148
0,2611
0,3669
0,4840
0,5438
0,6591
0,7642
0,8078
0,9292
0,9474
0,9913
-
Sz
0,032
0,156
0,218
0,406
0,437
0,50
0,593
0,718
0,812
0,875
0,906
0,968
1
-
Fz Sz
0,0286
0,0181
0,0032
0,1449
0,0701
0,0160
0,0492
0,0589
0,0478
0,0672
0,0388
0,0206
0,0087
-
Dari uji normalitas dengan uji Lilifors menunjukkan bahwa Lhit < Ltab, (0,1449 < 0,1560).
di dapat dari (0,886/
) dengan derajat signifikan 95%. Dapat disimpulkan bahwa data
135
Lampiran 11
No
Xi
1
3
2
7
3
10
4
12
5
13
6
17
7
18
8
20
9
22
10
3
11
25
12
0
13
33
14
42
15
47
16
50
Jumlah ()
f
1
3
5
2
3
2
1
2
2
4
2
1
1
1
1
1
32
Zn
1
4
9
11
14
16
17
19
21
25
27
28
29
30
31
32
-
Zi
-1, 41
-1,04
-0,77
-0,59
-0,50
-0,14
-0,04
0,14
0,32
0,41
0,59
1,04
1,32
2,14
2,59
2,86
-
Zt
0,4207
0,3508
0,2794
0,2224
0,1915
0,0557
0,0160
0,0557
0,1255
0,1591
0,2224
0,3508
0,4066
0,4838
0,4952
0,4979
-
Fz
0,0793
0,1492
0,2206
0,2776
0,38085
0,4443
0,4840
0,5557
0,6255
0,6591
0,7224
0,8508
0,9066
0,9838
0,9952
0,9979
-
Sz
0,032
0,125
0,281
0,344
0,437
0,50
0,531
0,593
0,656
0,781
0,844
0,875
0,906
0,934
0,967
1
-
Fz Sz
0,0473
0,0242
0,0604
0,0664
0,1285
0,0557
0,0470
0,0373
0,0305
0,1219
0,1216
0,0242
0,0006
0,0498
0,0282
0,0021
-
Dari uji normalitas dengan uji Lilifors menunjukkan bahwa Lhit < Ltab, (0,1285 < 0,1560). Ltab di dapat
dari (0,886/
) dengan derajat signifikan 95%. Dapat disimpulkan bahwa data tersebut berdistribusi
normal.
136
Lampiran 12
fh
=
= 112 = 1,66
6, 62
137
Lampiran 13
t=
dengan dsg =
= 1, 18
=
= 9,06
138
Lampiran 14
Nama
Aditia Nurwenda
Ahmad Aziz Fauzi
Ahmad Firdaus
Aidah Hayatul Janah
Ayu Wahyuni
Bunga Sucianti
Citra Wulan
Dedeh Sartikah
Elisca S. Frameswary
Erika Anjasari
Evi Mawarni
Fafal Maulana
Hendra Pratama
Isnawaty Nur Oktaviani
Mamad Muhamad
Muhamah Husen
Nadika Ajeng Septiani
Neng Eli
Noman Silegar
Nuralvilael
Omiyati
Ratnasari Dewi
Riyaddu Soliha
Romdon Sumantri
Rosmawati Sri Rahayau
Saidah
Santirah
Sinta Kusuma Dewi
Sri Wulandari
Sudarma
Syamsudin
Wulandari
Nilai
posttest
68
74
48
76
68
72
48
37
68
58
62
62
67
65
70
50
86
40
45
46
22
97
56
64
66
62
68
46
56
74
65
48
Nama
Ahmad Ropii
Anggi Andriani
Anih Murdiayanti
Anis Nurwendari
Atikah
Avian Trenggono
Elin Ernawati
Eti Nurhayati
Evi Latifah
Falah Adityani Putri
Fatmawati
Jamilah
Kholifah Alfi
Linah Mardiyanah
Mohamad Aulia Fikri M
Nia Sari Dewi
Nia Yunita
Nita Pramita
Novitasari
Nurwahidin
Riska Ayu Amalia
Rita Rustiani
Siti Marpuah
Siti Maryam
Sri Arfadilah
Sri Budiyarti
Umi Ani
Umi Karmilah
Verawati Dewi
Wira Pratama
Wulan Dewi Permatasari
Zakaria
Nilai
pretest
55
33
28
27
28
42
33
45
33
43
32
52
48
25
27
40
23
60
47
23
30
40
30
20
43
33
47
35
40
38
43
20
139
22
37
40
44
45
46
48
48
50
55
56
56
58
62
62
62
62
64
65
65
67
68
68
68
68
70
72
74
74
76
86
97
Interval
Xi
xi2
fxi
fxi2
22 33
27,5
756,25
27,5
756,25
34 45
39,5
1560,25
118,5
4680,75
46 57
51,5
2652,25
360,6
18565,75
58 69
14
63,5
4032,25
889
56451,5
70 81
75,5
5700,25
377,5
28501,25
82 93
87,5
7656,25
87,5
7656,25
94 100
99,5
9900,25
99,5
9900,25
32
444,5
32257,75
1960
126512
Jumlah ()
6. Mean/rata-rata (X) =
= 61,25
7. Median = L2 + C
= 57,5+ 12
140
8. Modus = L2 + C
= 57, 5 + 12
= 57, 5 + 12 (0,4)
Sd =
= 14, 4
20
20
23
23
25
27
27
28
28
30
30
32
33
33
33
33
35
38
40
40
40
42
43
43
43
45
47
47
48
52
55
60
141
5. Tabel distribusi
No
Interval
Xi
xi2
fxi
fxi2
20 26
23
529
115
2645
27 33
11
30
900
330
9900
34 40
37
1369
185
6845
41 47
44
1936
308
13552
48 54
51
2601
102
5202
55 61
54
3364
116
6728
32
243
10699
1156
44872
Jumlah ()
6. Mean/rata-rata (X) =
7. Median = L2 + C
= 36, 125
= 26,5 + 7
= 26, 5 + 7
= 26, 5 + 7 x 0,5
= 26,5 + 3,5 = 30
Sd =
=
=
=
= 10
142
Lampiran 15
Sz =
Kolom Fz Sz, selalu memiliki harga mutlak.
143
Lampiran 16
F
1
1
1
1
1
1
2
1
1
2
1
4
1
2
1
4
1
1
2
1
1
1
32
Zn
1
2
3
4
5
6
8
9
10
12
13
17
18
20
21
25
26
37
29
30
31
32
-
Zi
-2,72
-1,68
-1,47
-1,19
-1,13
-1,06
-0,92
-0,78
-0,43
-0,36
-0,22
0,05
0,05
0,19
0,26
0,39
0,46
0,61
0,74
0,88
1,72
2,48
-
Zt
0,4967
0,4525
0,4292
0,3830
0,3708
0,3554
0,3212
0,2764
0,1664
0,1406
0,0871
0,0199
0,0754
0,1026
0,1517
0,1772
0,2291
0,2704
0,3106
0,3461
0,4573
04934
-
Fz
0,0033
0,0475
0,0708
0,1170
0,1292
0,1446
0,1788
0,2236
0,3336
0,3594
0,4129
0,5199
0,5754
0,6026
0,6517
0,6772
0,7291
0,7704
0,8106
0,8461
0,9573
0,9934
-
Sz
0,0033
0,0625
0,0937
0,1250
0,1562
0,1875
0,2500
0,2812
0,3125
0,3750
0,4062
0,5312
0,5625
0,6250
0,6562
0,7812
0,8125
0,8437
0,9062
0,9375
0,9687
1
-
Fz Sz
0,0279
0,0150
0,0229
0,0008
0,0270
0,0429
0,0712
0,0576
0,0211
0,0156
0,0067
0,0113
0,0129
0,0224
0,0045
0,1040
0,0834
0,0733
0,0956
0,0114
0,0675
0,066
-
Dari uji normalitas dengan uji Lilifors menunjukkan bahwa Lhit < Ltab, (0,1040 < 0,1560).
Ltab di dapat dari (0,886/
) dengan derajat signifikan 95%. Dapat disimpulkan bahwa data
tersebut berdistribusi normal.
144
Lampiran 17
No
xi
1
20
2
23
3
25
4
27
5
28
6
30
7
32
8
33
9
35
10
38
11
40
12
42
13
43
14
45
15
47
16
48
17
52
18
55
19
60
Jumlah ()
f
1
2
2
1
2
2
2
4
1
1
3
1
3
1
2
1
1
1
1
32
Zn
1
3
5
6
8
10
12
16
17
18
21
22
25
26
28
29
30
31
32
-
Zi
-1, 61
-1,31
-1,11
-0,94
-0,81
-0,61
-0,41
-0,31
-0,11
0,18
0,38
0,58
0,68
0,88
1,08
1,18
1,58
1,88
2,38
-
Zt
0,4463
0,4049
0,3665
0,3186
0,2910
0,2291
0,1591
0,1217
0,0438
0,0714
0,1480
0,2190
0,2518
0,3106
0,3599
0,3810
0,4429
0,699
0,4913
-
Fz
0,0537
0,0951
0,1335
0,1814
0,2090
0,2709
0,3409
0,3783
0,4562
0,5714
0,6480
0,7190
0,7518
0,8106
0,8599
0,8810
0,9429
0,9699
0,9913
-
Sz
0,0625
0,125
0,156
0,218
0,281
0,343
0,375
0,500
0,531
0,562
0,656
0,687
0,781
0,812
0,875
0,906
0,937
0,968
1
-
Fz Sz
0,0088
0,0299
0,0225
0,0366
0,0720
0,0721
0,0341
0,1217
0,0748
0,0092
0,0008
0,0320
0,0292
0,0014
0,0151
0,0250
0,0059
0,0019
0,0087
-
Dari uji normalitas dengan uji Lilifors menunjukkan bahwa Lhit < Ltab, (0,1217 < 0,1560).
Ltab di dapat dari (0,886/
) dengan derajat signifikan 95%. Dapat disimpulkan bahwa data
tersebut berdistribusi normal.
145
Lampiran 18
fh
=
= 14, 42
10
= 1, 44
146
Lampiran 19
t=
dengan dsg =
=
=
=
5,8
= 12,4
Ho = 1 < 2 (tidak adanya pengaruh yang signifikan dengan penggunaan model Problem Based
Learning)
H1 = 1 > 2 (adanya pengaruh yang signifikan dengan adanya penggunaan model Problem
Based Learning)
Dari uji-t posttest menunjukkan bahwa thit > ttab (5,8 > 1,38) dengan df =(32 + 32) 2 = 62, pada
derajat signifikan 95% pada satu arah. Maka dapat disimpulkan bahwa adanya pengaruh yang
signifikan dengan adanya penggunaan model Problem Based Learning (PBL) terhadap hasil
belajar kimia siswa.
- Perhitungan interpolarisasi uji-t:
t(60,95%) = 1,371
t(120, 95%) = 1,658
Selisih antara ttab (60) dengan df adalah 2, jadi t untuk df 62, adalah:
Jadi untuk t(62, 95%) = 1,371 2,00 (1,371 1,658) = 1,38
62
147
Lampiran 20
148
Lampiran 21
149
150
151
Lampiran 22
152
Lampiran 23
UJI REFERENSI
Nama
Nim
Jurusan/Prodi
Judul Skripsi
BAB I PENDAHULUAN
No
1
Referensi
Pembimbing 1
Pembimbing 2
Referensi
Pembimbing 1
Pembimbing 2
153
154
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
155
20
21
22
23
24
25
26
27
28
156
29
Learning:
Student
Teachers
Integrating Technology, Pdagogy and
Content Knowledge, Journal of
Educational
Technology
from
Nahayang Technological Universitas,
25 Jan 2009.
Yuswanti
Ariani
Wirahayu,
Peningkatan Pemahaman Geografi
dengan
Strategi
Pembelajaran
Berbasis Masalah dalam Kerangka
Kurikulum
Berbasis
Kompetensi
(KBK) di Kelas X SMAN I Batu,
(Jurnal pendidikan Universitas Negeri
Malang, 2007.
Referensi
Pembimbing 1
Pembimbing 2
Pembimbing 1
Pembimbing 2
Sugiyono,
Metode
Penelitian
Kuantitatif, Kualitatif dan R&D,
Bandung: Alfabeta, 2009.
Suharsimi
Arikunto,
Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan Praktik,
Jakarta: Rineka Cipta, 2006.
Sukardi,
Metode
Penelitian
Pendidikan
Kompetensi
dan
Praktiknya, Jakarta: Bumi aksara,
2003.
Ahmad Sofyan, dkk, Evaluasi
Pembelajaran
IPA
Berbasis
Kompetensi, UIN Jakarta Press:
Jakarta, 2006.
BAB IV PEMBAHASAN
No
Referensi
Sudirman, Problem Based learning
suatu model pembelajaran untuk
mengembangkan dan meningkatkan
kemampuan memecahkan masalah,
Jurnal
pendidikan
Universitas
Muawarman samarinda Vol. 2 No 2,
Maret, 2007.
Ni Made Suci, Penerapan Model
Problem Based Learning Untuk
Meningkatkan Partisipasi Belajar dan
157
Lampiran 21